Anda di halaman 1dari 54

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang

Gaya hidup modern semakin merajalela di masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun di sisi lain kecenderungan ini dapat merugikan, karena dapat menimbulkan penyakit jantung dan pembuluh darah. Di Indonesia pada tahun 1986 penyakit jantung dan pembuluh darah ini menduduki peringkat tiga setelah diare dan saluran napas. Namun seiring dengan perkembangan zaman, menurut Survey Rumah Tangga (SKRT) Depkes tahun 1995, sampai pada tahun 2008 penyakit jantung koroner tetap menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. World Health Organization meramalkan penyakit ini akan menjadi penyebab kematian utama dikawasan Asia pada tahun 2010 (Yayasan Jantung Indonesia). Salah satu pemicu penyakit jantung adalah tingginya kadar kolesterol dalam tubuh (Wiryowidagdo et al, 2002). Pada orang dewasa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah besar,bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Bahkan di negara maju, penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama dan paling ditakuti. Di Amerika Serikat, PJK merupakan 1/3 1/2 penyebab dari seluruh kematian dan 50 75% kematian dari seluruh penyakit jantung (Boedhi, 2003). Salah satu faktor utama PJK adalah dislipidemia (Anwar, 2004). Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma, terutama adalah kenaikan kadar kolesterol total. Dislipidemia biasanya tidak memiliki gejala, tetapi dapat menyebabkan gejala penyakit pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner (Goldberg, 2009).

Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman hayati yang cukup besar yaitu lebih dari 9.606 spesies tanaman berkhasiat sebagai obat dan dari jumlah tersebut, hanya sekitar 3-4% yang telah dibudidayakan serta dimanfaatkan secara komersial sebagai obat tradisional (Yuliani, 2001). Tumbuh-tumbuhan

mengandung banyak jenis zat untuk aktivitas antioksidan di dalam tubuh, diantaranya adalah antosianin. Antosianin adalah zat warna alami yang dapat berfungsi sebagai antioksidan dan merupakan pigmen dari kelompok flavonoid yang larut dalam air, berwarna merah sampai biru dan tersebar luas pada tanaman. Salah satu tanaman yang diketahui mengandung antosianin adalah rambutan (Nephelium lappaceum L.), terutama pada kulit buahnya (Jawi et al, 2007). Tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap buah rambutan terutama pada musim rambutan, menyumbang begitu banyak sampah organik seperti kulit dan biji buah rambutan. Pemanfaatan sampah organik merupakan solusi pemecahan problematika sampah. Salah satu pemanfaatan sampah organik sebagai eksplorasi potensi tanaman obat Indonesia adalah dengan menggunakan kulit buah rambutan sebagai alternatif sumber antioksidan dari luar tubuh. Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang dapat menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies oksigen reaktif. Antioksidan bekerja sebagai inhibitor (penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi pencetus berbagai penyakit seperti penyakit degeneratif, penyakit jantung, kanker, dan gejala penuaan. LDL atau yang dikenal sebagai kolesterol jahat mempunyai kemampuan menembus dinding arteri dan mulai menyumbat pembuluh darah jika telah mengalami oksidasi. Salah satu hasil oksidasinya adalah radikal bebas. Itu artinya, jika tidak terjadi oksidasi, LDL tidak akan mampu membentuk plak dan sumbatan arteri. Disinilah peran antioksidan yang mencegah terjadinya oksidasi. Antioksidan digunakan sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses oksdasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak dan mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Lipid peroksidasi merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam kerusakan selama penyimpanan dan pengolahan makanan (Kuncahyo, 2007). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Tachakittirungrod et al (2007) menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit rambutan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi kedua setelah ekstrak etanol daun jambu biji yang dilakukan secara in vivo dengan metode pengujian ABTS. Telah diketahui bahwa fungsi antioksidan sangat berperan sebagai antihiperlipidemik. Penelitian yang dilakukan oleh Martina (2008) tentang efek ekstrak daun salam terhadap kadar LDL kolesterol serum, efek antioksidan dari daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol serum secara bermakna karena daun salam (Eugenia polyantha) mengandung bahan-bahan aktif seperti : Kuersetin (Quercetin) yang terkandung dalam flavonoid (Jhon, 2002), karena sifatnya sebagai antioksidan dapat menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum, sehingga jumlah Apo B akan mengalami penurunan (Handoko, 1995). Apo-B merupakan pembentuk VLDL dan LDL (Mayes, 2003). Penelitian terhadap 40.000 wanita dewasa di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi makanan dengan kandungan flavonoid, 35% diantaranya terbebas dari penyakit-penyakit kardiovaskuler (Boyer, 2004). Kandungan antioksidan yang tinggi dalam suatu makanan dapat memodulasi aktivasi platelet untuk mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler (Boyer, 2004).

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana efek ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus Sparague Dawley (Rattus novergicus) yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4) ?

1.3 1. Tujuan Umum

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum l.) terhadap tikus sparague dawley (Rattus novergicus) yang diinduksi CCl4 (karbon tetraklorida). 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus adalah untuk mengetahui efek dari ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap kolesterol total didalam tubuh tikus yang diinduksi CCl4 (karbon tetraklorida)

1.4

Keaslian Penelitian

Berapa penelitian yang menggunakan ekstraksi kulit rambutan dan tumbuhan lainnya telah dilakukan namun dengan tujuan atau melihat hasil yang berbeda diantara penelitian yang telah dilakukan adalah : Pengaruh pemberian ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap kadar kolesterol total serum pada tikus wistar yang diberikan perlakuan diet kuning telur oleh Aswin (2008) dengan hasil penelitian ekstrak kulit buah rambutan sebanyak 200 mg setiap hari selama 3 minggu belum memberikan khasiat yang berarti untuk menurunkan kadar kolesterol total sehingga pemberian ekstrak kulit buah rambutan belum dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Potensi ekstrak etanol kulit buah rambutan sebagai penurun kadar glukosa darah pada tikus jantan yang diinduksi alloxan oleh Kusumawati (2008) dengan hasil bahwa kulit buah rambutan dapat digunakan untuk menurunkan KGDP (Kadar Gula Darah Puasa), dimana penurunan terbesar terjadi pada perlakuan dosis 200mg/KgBB tikus. Di dalam penelitian itu juga menyebutkan bahwa ekstrak kulit buah rambutan 200 mg/KgBB mempunyai efek yang sama dengan glibenklamid. Uji fitokimia dan aktivitas antidiabetes ekstrak biji rambutan dengan berbagai pelarut oleh Zulhipri (2007) dengan hasil bahwa ekstrak metanol biji rambutan mengandung senyawa fenolik dan flavonoid sedangkan ekstrak nheksana biji rambutan tidak mengandung fenolik, saponin ataupun flavonoid. Ekstrak metanol n-heksana biji rambutan tidak memiliki aktivitas penghambatan enzim -glukosidase, namun ekstrak metanol biji rambutan memiliki aktivitas hipoglikemik pada mencit normal. Sedangkan pada penelitian kali ini akan melihat kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diberikan ekstrak etanol kulit buah rambutan dan di berikan induksi CCl4.

1.5 1. Bagi Peneliti

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti untuk melakukan suatu penelitian ilmiah. 2. Untuk Ilmu Pengetahuan a. Diharapkan dapat menjadi tambahan literatur untuk pengembangan penelitian tentang obat herbal pada umumnya, serta ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) pada khususnya. b. Diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu tentang metode penelitian, identifikasi serta isolasi suatu tanaman berkhasiat obat. c. Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai efektivitas ekstrak kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) sebagai

terobosan untuk memperbaiki kolesterol bagi kalangan masyarakat dimanapun, khususnya di pedesaan maupun di pedalaman yang tidak terjangkau oleh obat modern yang mahal harganya. 3. Untuk Pengembangan Penelitian tentang manfaat tanaman sebagai terapi pengobatan semakin banyak dilakukan sehingga diharapkan penelitian ini tidak hanya berhenti pada hasil penelitian saja, tapi juga berlanjut dengan pengaplikasian pada penggunaan dari manfaat yang telah di dapatkan pada penelitian tersebut oleh masyarakat.

BAB II 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Rambutan 2.1.2. Klasifikasi Rambutan Rambutan (Nephelium lappaceum L.) mempunyai klasifikasi secara ilmiah sebagai berikut : Kindom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosidae : Sapindales : Sapindaceae : Nephelium : Nephelium lappaceum L. (Dalimartha, 2004).

Gambar 1. Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) (Prahasta, 2009)

2.1.3. Morfologi Tumbuhan Kerabat dekat rambutan antara lain kepulasan (N. mutabile BI.) dan leci (N. litchiCamb. = Litchi chinensis Sonn.). Rambutan merupakan tanaman tahunan (perennial). Secara alami, pohon rambutan dapat mencapai ketinggian 25 m atau lebih, namun bila dibudidayakan pada umumnya hanya dapat mencapai ketinggian 5 m - 9 m. Habitus tanaman berbentuk seperti payung, dengan tajuk pohon antara 5 m 10 m, dan memiliki sistem perakaran yang cukup dalam. (Rahmat & Yuyun, 2002). Batang : Berkayu keras, berbentuk gilig, tumbuh tegak (kokoh), dan berwarna kecoklat-coklatan sampai putih kecoklatan. Daun : Bulat panjang dengan ujung tumpul atau meruncing dan umumnya berwarna hijau tua sampai hijau muda. Bunga : Muncul dari ketiak daun atau di ujung cabang, tersusun dalam malai (tandan). Berukuran kecil, berwarna agak kekuning-kuningan dan bertangkai pendek. Buah : Bulat agak lonjong ataupun lonjong bahkan kadang-kadang pipih. Berat per buah antara 33,80 g 68,15 g. Kulit buah : Terdapat rambut dengan ukuran, struktur, dan warna yang bervariasi. Daging buah : Berwarna putih, memiliki rasa manis berair dan agak berair sampai manis agak kering serta kadang-kadang agak harum. Biji buah : Bulat sampai bulat panjang atau lonjong, kadang-kadang agak bengkok pada bagian ujungnya. Berat biji berkisar antara 1,0 g 2,6 g (Rahmat & Yuyun, 2002).

2.1.4. Kandungan Kimia Buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, saponin, flavonoid, dan zat besi (Setyawan, 2003). a. Senyawa Flavonoid Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6 - C3 - C6 yaitu 2 cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran dari flavonoid yang berbeda golongan dan jarang dijumpai dalam bentuk flavonoid tunggal. Flavonoid pada tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul dengan beberapa kombinasi glikosida. Oleh karena itu, dalam menganalisis flavonoid lebih baik memeriksa aglikon yang telah terhidrolisis daripada dalam bentuk glikosida dengan strukturnya yang rumit dan kompleks (Setyawan & Darusman, 2008) b. Tanin Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung protein (Harborne, 1987). Tanin dapat dideteksi dengan sinar UV gelombang pendek lembayung yang bereaksi positif dengan setiap pereaksi fenol. Tanin dapat digunakan untuk mencegah infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan sebagai obat luka bakar dengan cara mempresipitasikan protein. (Robinson, 1995) .

c. Saponin Saponin atau glikosida saponin adalah salah satu jenis glikosida yang tersebar dalam tanaman. Tiap-tiap tanaman terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Sapogenin dapat berupa steroid/triterpen dan gulanya bisa berupa glukosa, galaktosa, pentosa dan metalpentosa. Saponin mempunyai rasa pahit dan hampir tidak toksik pada manusia, tapi mampu untuk menghemolisiskan darah bila diinjeksikan pada pembuluh darah (Robinson, 1995).

2.2 . Tinjauan Kolesterol Lemak yang utama dalam tubuh adalah trigliserid, kolesterol, fosfolipid dan glikolipid. Lemak mempunyai peranan penting dalam tubuh yaitu : a. Berperan sebagai bahan bakar dan komponen penting dalam membran sel dan struktur sel b. Membuat stabilitas membran sel dalam bentuk lipoprotein Kolesterol adalah steroid alkohol tidak jenuh yang mempunyai berat molekul tinggi, terdiri atas sebuah cincin perhydrocyclopentanthroline dan sebuah rantai yang mempunyai 8 atom karbon. Kolesterol dalam tubuh manusia mempunyai fungsi untuk membangun dan memperbaiki membran-membran sel, sintesa asam empedu dan vitamin D, prekursor hormon progestin, mineral kortikoid, androgen dan estrogen. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah yang terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang disebut atherosklerosis. Bila penyempitan ini terjadi di pembuluh darah jantung maka akan menyebabkan terjadinya PJK (Almatsier, 2004).

10

Sintesis kolesterol dikendalikan oleh enzim HMG KoA reduktase dan dihambat oleh LDL kolesterol yang diambil lewat reseptor LDL. Reseptor LDL terdapat pada permukaan sel dalam lekukan yang tersalut pada sisi sitosol membran sel dengan sebuah protein yang dinamakan klatrin. LDL diambil oleh reseptor LDL dalam keadaan utuh melalui endositosis, kemudian dipecah dalam lisosom dan diikuti oleh translokasi kolesterol ke dalam sel. Jumlah reseptor LDL pada permukaan sel diatur oleh kebutuhan kolesterol bagi membran sel, sintesis hormon steroid atau asam empedu (Murray, 2003) Karena kolesterol merupakan lemak, maka kolesterol tidak dapat mengapung dengan bebas di dalam medium darah yang berupa air. Untuk mengangkut kolesterol dan lemak-lemak lainnya dari satu tempat ke tempat lain dalam badan, maka darah membungkus kolesterol tersebut dengan berbagai lipoprotein yang larut dalam air (Hull, 1996) Sebagian besar kolesterol yang terkandung dalam zat makanan yang kita makan setelah menjalani berbagai proses, masuk ke dalam cairan darah sebagai lipoprotein (HDL, LDL dan lain-lain), namun ada pula yang keluar dari tubuh bersama ampas melalui anus (Almatsier, 2004) Pengukuran kadar kolesterol digunakan untuk menilai metabolisme lemak dan fungsi hati. Penetapan kolesterol dilakukan dengan serum atau plasma. Baik serum maupun plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dan disimpan dalam lemari es supaya distribusi kolesterol tidak berubah dan enzim-enzim tidak sempat mengubah proporsi lipoprotein (Widmann, 2002) Untuk menilai tinggi rendahnya kadar kolesterol total, nilai standar yang dibuat oleh National Institute Health (NIH) USA tahun 1984 adalah sebagai berikut : Angka standar kolesterol total Normal Ambang Batas Tinggi Tinggi : : : 200 mg/dl 200 239 mg/dl 240 mg/dl

11

2.3. Tinjauan Penyakit Jantung Koroner Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan arteri koroner mulai dari terjadinya atherosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis ataupun tanpa gejala (Kabo, 2008) Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui proses yang lama (kronik). Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai penyempitan lubang pembuluh darah yang disebut atherosklerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan keadaan yang disebut iskemia miokard (Bustan, 2000).

2.4. Landasan Teori Buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah mengandung tanin dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, saponin, flavonoid dan zat besi (Setiawan. 2003). Efek saponin berdasarkan sistem fisiologis meliputi aktivitas pada sistem kardiovaskular dan aktivitas pada sifat darah (hemolisis, koagulasi, kolesterol), sistem saraf pusat, sistem endokrin, dan aktivitas lainnya. Saponin mampu berikatan dengan kolesterol, sedangkan saponin yang masuk kedalam saluran cerna tidak diserap oleh saluran pencernaan sehingga saponin beserta kolesterol yang terikat dapat keluar dari saluran cerna. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh dapat berkurang (Lipkin, 1995). Li et al. 2004, menyimpulkan bahwa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun tanaman Artichoke (Cyanara scolmus L.) mampu memberikan respon farmakologi terhadap pencegahan penyakit kardiovaskuler, dengan prinsip penurunan kolesterol pada pembuluh darah. Dari pernyataan penelitian tersebut, kulit buah rambutan dianggap mampu memberikan respon terhadap kadar profil lipid pada tikus.

12

Kolesterol dalam tubuh manusia mempunyai fungsi untuk membangun dan memperbaiki membran-membran sel, sintesa asam empedu dan vitamin D, prekusor hormon progestin, mineralkortikoid, androgen dan estrogen. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah yang terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang disebut aterosklerosis. Bila penyempitan ini terjadi di pembuluh darah jantung maka akan menyebabkan terjadinya PJK (Almatsier, 2004) Penyakit Jantung Koroner itu sendiri adalah penyakit jantung yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koroner mulai dari terjadinya atherosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis ataupun tanpa gejala (Kabo, 2008)

13

2.5. Kerangka Konsep 2.5.1 Kerangka Teori Penelitian


Terganggunya Fungsi Hepar Rambutan

Sel Lemak

Antioksidan

Saponin Tanin Flavonoid

Kolesterol Total

Menghambat/Mengurangi

LDL-oks

Ketebalan Dinding Pembuluh Darah

PJK

14

2.5.2 Kerangka Konsep Penelitian

Ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.)

Vitamin C

Suntik CCl4 karbon tetraklorida

Tikus putih jantan galur Sprague Dawley (Rattus novergicus)

Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total

Efek Terhadap Kolesterol Total Tikus Putih Jantan

15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian laboratoris eksperimental murni dengan rancangan penelitian pretest-posttest with control group design, menggunakan tikus Sprague Dawley jantan sebagai obyek penelitian.
KN K+ K-

P1 P2 P3

Keenam kelompok tikus tersebut : Kontrol normal (KN) : Kelompok tanpa perlakuan Kontrol positif (K+) : Vitamin C + CCL4 0,1/100 gr bb Kontrol negatif (K-) : Hanya induksi CCL4 Kelompok Ekstrak Dosis I (P1) : Ekstrak etanol kulit rambutan 100ml/kg bb + Induksi CCL4 Kelompok Ekstrak Dosis II (P2) : Ekstrak etanol kulit rambutan 200ml/kg bb + Induksi CCL4 Kelompok Ekstrak Dosis III (P3) : Ekstrak etanol kulit rambutan 400ml/kg bb + Induksi CCL4

16

3.2.Hewan Uji Populasi dan sampel adalah semua tikus Sprague Dawley Jantan (Rattus novergicus) yang diperoleh dari pembiakan hewan percobaan di pembiak hewan percobaan di Laboratorium Farmakologi Universitas Islam Indonesia. Sampel yang diambil sebanyak 35 ekor tikus, dengan kriteria inklusi sebagai berikut : Tikus dewasa 2-3 bulan, jantan dengan berat badan 100250 g. Sehat pada pengamatan luar dengan menampilkan ciri- ciri: Banyak gerak, banyak makan dan minum. 3.3. Bahan Uji Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) yang pembuatannya dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada.

3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit rambutan yang diencerkan dalam beberapa konsentrasi. Dosis ekstrak etanol kulit rambutan yang digunakan berdasarkan hasil uji pendahuluan yang terdiri dari 3 macam dosis yang berbeda yaitu 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB (Kusumawati, 2008).

3.4.2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total. Darah diambil melalui arteri retroorbitalis dan diukur secara enzimatik dengan spektrofotometer.

17

3.4.3. Variabel Terkendali Variabel yang dapat mempengaruhi penilaian dikendalikan untuk menjaga validitas penilaian adalah: a. Variabel Subjek Penelitian 1. Berat badan, diambil berat badan 100-250 gram 2. Jenis kelamin, dipilih jenis kelamin jantan 3. Umur subjek, diambil umur 2-3 bulan 4. Jenis hewan coba, tikus putih jantan galur Sprague Dawley (Rattus novergicus). b. Variabel Perawatan Yaitu jenis kualitas dan kuantitas makanan serta minum setiap subjek sama. c. Variabel Bahan Uji Ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) dibuat dalam satu kali pembuatan. Bahan uji diberikan pada subjek dengan cara diberikan peroral dengan sonde. 3.5. Definisi Operasional 4. Ekstrak etanol kulit rambutan adalah preparat pekat kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) yang diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut berupa etanol 70%. Ekstrak etanol kulit rambutan terbagi menjadi 3 dosis yaitu 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB 5. Kadar kolesterol total adalah konsentrasi kolesterol total dalam darah yang diukur dengan metode CHOD-PAP dan pembacaannya menggunakan spektrofotometer, dinyatakan dalam satuan mg/dl 6. Kadar kolesterol total darah awal adalah kadar kolesterol total serum yang diukur sebelum dilakukan perlakuan/pemberian ekstrak dan kontrol yaitu pada hari ke-0 dalam satuan mg/dl. 7. Kadar kolesterol total darah akhir adalah kadar kolesterol total serum darah tikus yang terukur 1 hari setelah diinduksi CCl4 yaitu pada hari ke-12 dalam satuan mg/dl.

18

8. Selisih kadar kolesterol total adalah kadar kolesterol total dari kadar kolesterol total awal dikurangi kadar kolesterol total akhir dalam satuan mg/dl. 9. Perlakuan adalah pemberian ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.), akuades dan vitamin C pada masing-masing kelompok tikus tertentu dalam penelitian. 10. Hari perlakuan adalah selama 10 hari pemberian perlakuan (ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.), akuades dan vitamin C) terhadap setiap kelompok tikus yang dilakukan pada hari ke-1 dan ke-10 penelitian .

3.6. Hewan Uji Hewan uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur sprague dawley (Rattus novergicus) umur rata-rata 8 minggu dan berat ratarata 100-250 gram. Penentuan besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Federer (Ayunda, 2009) yaitu:

(t-1) (n-1) > 15 (6-1) (n-1) > 15 5n 5 > 15 5n > 15 + 5 n > 20 = 4 5 Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa masing-masing kelompok tikus dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor. Hewan yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor. Hewan percobaan memiliki kriteria inklusi yaitu jantan, berat badan 100-250 gram, usia 8 minggu, tikus dalam keadaan sehat dan tidak ada kelainan anatomi yang tampak. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah bobot tikus yang menurun, tikus mati sewaktu adaptasi, tikus dalam keadaan sakit atau mengalami gangguan pencernaan selama penelitian, dan tikus memiliki kelainan anatomi yang tampak. Semua tikus pada 6 kelompok akan diberikan CCl4 dengan dosis 1 ml/kg berat badan diberikan secara oral. Sebelum perlakuan, untuk adaptasi, tikus t = Banyak kelompok sampel yang akan dilakukan

n = Banyak sampel dalam kelompok yang akan dilakukan

19

dipelihara selama seminggu, tikus diberi pakan standar dan minum secukupnya, dan setiap hari bobot badan ditimbang. Hewan uji diperoleh dari pembiak hewan percobaan di Laboratorium Farmakologi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia.

3.7. Alat dan Bahan 3.7.1. Bahan Penelitian a. Bahan uji dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.). Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada b. CCl4 (karbon tetraklorida). c. Akuades sebagai pelarut umum. d. Reagen kolesterol Fluitest CHOL (CHOD-PAP): - Pipes Buffer pH 6, 9 - Fenol - 4-aminoantipirin - Kolesterol esterase - Kolesterol oksidase - POD - 4-Aminoantipyrine - Cholesterol Conc : 90 mmol/l 26 mmol/l 0,25mmol/l 300 U/l 200 U/l 1250 U/I 0,4 mmol/l 5.17 mmol/l (200mg/dl)

3.7.2. Alat Penelitian a. Timbangan b. Beker glass c. Jarum dan alat suntik d. Pipet hematokrit e. Mikrohematokrit f. Sentrifus g. Mikrotube eppendorf h. Kandang binatang i. Sonde dan spuit j. Pakan tikus k. Kapas steril l. Alkohol m. Alat sokhlet n. Blender o. Spektrofotometer p. Vortex Mixer

20

3.8. Tahap Penelitian 3.8.1. Pengambilan Bahan Kulit rambutan diambil sebanyak 5 kg dari daerah Ngaglik Sleman yogjakarta pada tanggal 23 November 2011. 3.8.2. Pembuatan Ekstrak Pembuatan ekstrak etanol kulit rambutan dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada dengan proses maserasi. Maserasi adalah cara ektraksi yang paling sederhana, dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Sebanyak 5 kg kulit rambutan dicuci dan dipotong kecil-kecil terlebih dahulu kemudian dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu sekitar 40-50 C hingga benar-benar kering selama 4 hari. Selanjutnya kulit rambutan ditumbuk atau diblender atau menggunakan mesin penyerbuk sampai kulit rambutan berbentuk serbuk kering. Kemudian dilakukan pembuatan ekstrak dengan proses maserasi dengan menggunakan larutan etanol teknis. Larutan yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong Buchner selama 1 jam untuk menyaring ekstrak yang larut dalam etanol. Ampas dari larutan tersebut dimaserasi kembali menggunakan etanol, agar zat terkandung yang masih tersisa diharapkan dapat diambil. Setelah itu, sebanyak 1 liter ekstrak yang larut dalam etanol dievaporasi dengan evaporator pada suhu 40-60C selama 8 jam. Hal tersebut bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut etanol, sampai terbentuk larutan pekat dan yang tertinggal hanya ekstraknya. Dengan demikian dihasilkan ekstrak etanol yang pekat dan ekstrak tersebut akan dilarutkan dengan akuades.

21

3.8.3. Uji Pendahuluan Sebelum penelitian dimulai, dilakukan uji pendahuluan selama satu minggu dengan menggunakan tikus putih jantan galur Sprague Dawley (Rattus novergicus) sebanyak 10 ekor. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok dosis ekstrak kulit rambutan yaitu, 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB (Kusumawati, 2008). Kontrol positif dibagi menjadi 2 kelompok dosis vitamin C yaitu, dosis 500 mg/kgBB/hari dan 1000 mg/kgBB/hari (Syahrizal, 2008). Pada hari ke-0 masingmasing tikus diukur kolesterol totalnya, kemudian diberikan perlakuan yaitu dengan pemberian ekstrak etanol kulit rambutan selama 5 hari setiap jam 12 siang. Induksi CCl4 pada semua kelompok dengan dosis 0,1 ml/100 g BB dilakukan pada hari ke-6. Pada hari ke-7 dilakukan pengukuran kadar kolesterol totalnya setelah perlakuan. Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan dengan metode CHOD-PAP. 3.8.4. Perhitungan Dosis Ekstrak Kulit Rambutan Pada penelitian ini, dosis akan diambil dari uji pendahuluan dengan dosis ekstrak kulit rambutan yaitu dosis I 100 mg/kg BB, dosis II 200 mg/kg BB, dosis III 400 mg/kg BB. Untuk dosis tikus, jumlah ekstrak akan dikonversikan sesuai berat badan tikus tersebut. Pada masing-masing kelompok tikus yang terdapat perbedaan berat badan sehingga dilakukan perhitungan pemberian dosis dengan menggunakan rumus:

Stok = dosis x BB maks (tiap kelompok) x V maks Vp = BB tikus x Dosis Stok Keterangan : V maks = Volume maksimal lambung tikus (5 ml) Vp = Volume pemejanan

Perhitungan dan pembuatan stok ekstrak etanol kulit rambutan

22

1. Ekstrak etanol kulit rambutan dosis 100 mg/kgBB Dosis 100 mg/kgBB dikonversi ke tikus = 100 mg/kgBB x 0,018 = 1,8 mg/200g Volume pemberian maksimal = x 5 = 2,5 ml Berat badan maksimal kelompok dosis ekstrak I = 243 g Larutan stok untuk 1 kali pemejanan Stok = 1,8 mg/200g x 243 g = 0,8748 mg/ml x5 Stok untuk 1 kali pemejanan dengan labu takar 50 ml = 0,8748 mg/ml x 5 tikus = 4, 374 mg/ml = 0,004374 g/ml x 50 ml= 0,2187 g/50 ml Jadi, untuk membuat ekstrak etanol kulit rambutan dengan dosis 100 mg/kgBB maka sebanyak 0,2187 g ekstrak kental dilarutkan dengan akuades hingga menjadi larutan 50 ml.

2. Ekstrak etanol kulit rambutan dosis 200 mg/kgB Dosis 200 mg/kgBB dikonversi ke tikus = 200 mg/kgBB x 0,018 = 3,6 mg/200g Volume pemberian maksimal = x 5 = 2,5 ml Berat badan maksimal kelompok dosis ekstrak II = 248 g Larutan stok untuk 1 kali pemejanan Stok = 3,6 mg/200g x 248 g = 1,7856 mg/ml x5 Stok untuk 1 kali pemejanan dengan labu takar 50 ml = 1,7856 mg/ml x 5 tikus = 8,928 mg/ml = 0,008928 g x 50 = 0,4464 g/50 ml Jadi, untuk membuat ekstrak etanol kulit rambutan dengan dosis 200 mg/kgBB maka sebanyak 0,4464 g ekstrak kental dilarutkan dengan akuades hingga menjadi larutan 50 ml.

23

3. Ekstrak etanol kulit rambutan dosis 400 mg/kgBB Dosis 400 mg/kgBB dikonversi ke tikus = 400 mg/kgBB x 0,018 = 7,2 mg/200g Volume pemberian maksimal = x 5 = 2,5 ml Berat badan maksimal kelompok dosis ekstrak I = 252 g Larutan stok untuk 1 kali pemejanan Stok = 7,2 mg/200g x 252 g = 3,6288 mg/ml x5 Stok untuk 1 kali pemejanan dengan labu takar 50 ml = 3,6288 mg/ml x 5 tikus = 18,144 mg/ml = 0,018144 g x 50 = 0,9072 g/50 ml Jadi, untuk membuat ekstrak etanol kulit rambutan dengan dosis 400 mg/kgBB maka sebanyak 0,9072 g ekstrak kental dilarutkan dengan akuades hingga menjadi larutan 50 ml.

3.8.5. Penetapan Dosis Vitamin C Dosis vitamin C ditentukan dari uji pendahuluan yaitu 500 mg/kg BB dengan konsentrasi 30 mg/ml. Vitamin C yang digunakan berupa serbuk yang dilarutkan dengan akuades dalam 50 ml labu takar.

3.8.6. Penetapan Dosis CCl4 CCl4 diberikan dengan dosis 0,1 ml/100 g BB per oral pada hewan uji (Panjaitan et al, 2007). 3.8.7. Pengelompokan Hewan Uji Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian adalah 12 hari. Hewan uji yang digunakan sebanyak 30 ekor, yang dibagi menjadi 6 kelompok dengan rincian sebagai berikut:

24

1) Kelompok I

:Kelompok kontrol normal

Lima ekor tikus Sprague Dawley tanpa diberikan perlakuan apapun hanya diberi makan standart dan minum ad libitum 2) Kelompok II : Kelompok kontrol positif

Lima ekor tikus Sprague Dawley yang akan diinduksi CCl4 dosis 0,1 ml/100 g BB secara intraperitoneal. Diberi vitamin C, pakan standard dan minum ad libitum 3) Kelompok III : Kelompok kontrol negatif

Lima ekor tikus Sprague Dawley yang diinduksi CCl4 dosis 0,1 ml/100g BB tanpa pemberian vitamin C dan ekstrak kulit rambutan dan diberi pakan standar serta minum ad libitum. 4) Kelompok IV rambutan) Lima ekor tikus Sprague dDwley yang akan diinduksi CCl4 dosis 0,1 ml/100 g BB secara intraperitoneal. Diberi pakan standar, ditambah ekstrak etanol kulit rambutan dosis 50 mg/kg BB/hari dalam 0,5 ml aquadest peroral, dan minum ad libitum. 5) Kelompok V rambutan) Lima ekor tikus Sprague Dawley yang akan diinduksi CCl4 dosis 0,1 ml/100 g BB secara intraperitoneal. Diberi pakan standar, ditambah ekstrak etanol kulit rambutan dosis 100 mg/kg BB/hari dalam 0,5 ml aquadest peroral, dan minum ad libitum. 6) Kelompok VI rambutan) Lima ekor tikus Sprague Dawley yang akan diinduksi CCl4 dosis 0,1 ml/100 g BB secara intraperitoneal. Diberi pakan standar, ditambah ekstrak etanol kulit rambutan dosis 200 mg/kg BB/hari dalam 0,5 ml aquadest peroral, dan minum ad libitum : Kelompok perlakuan III (Pemberian ekstrak etanol kulit : Kelompok perlakuan II (Pemberian ekstrak etanol kulit : Kelompok perlakuan I (Pemberian ekstrak etanol kulit

25

3.8.8 Perlakuan Hewan Uji Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan menggunakan tikus berlebih. Sebelum diberikan perlakuan, tikus diadaptasikan selama 1 minggu. Seluruh tikus dilakukan pengambilan darah untuk diukur kolesterol total awal dari setiap tikus pada semua kelompok yang telah ditetapkan. Perlakuan diberikan secara teratur selama 10 hari setiap jam 12 siang, pada hari ke-11 dilakukan induksi CCl4 0,1 ml/100 g BB, dan pada hari ke-12 dilakukan pengukuran kadar kolesterol total akhir. 3.8.9. Pengukuran Kadar Kolesterol Total Pemeriksaan dan perhitungan dari kadar kolesterol total dilakukan dengan cara pengambilan darah tikus dengan tabung mikrohematokrit melalui arteri retroorbitalis sebanyak 0,5 sampai 1cc dan ditampung dalam tabung sentrifus. Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifus selama 20 menit pada kecepatan 3000rpm. Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak 0,01 ml dimasukkkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1ml lalu dicampur dengan menggunakan vortex dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar. Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut :

C = A Sample / A Standart x Cst Keterangan : C A Cst = Kadar kolesterol (mg/dl) = Serapan = Kadar kolesterol standart (200mg/dl)

26

Tikus 30 ekor (6 kelompok) Adaptasi tikus selama 1 minggu

Masing-masing tikus diukur kadar kolesterol total awal (hari ke 0 penelitian)

Perlakuan

Kelompok I Kontrol normal Akuades 2,5 ml/kg BB

Kelompok II Kontrol positif Vitamin C 500 mg/kg BB

Kelompok III Kontrol negatif Akuades 2,5 ml/kg BB

Kelompok IV Ekstrak etanol kulit rambutan dosis 100 mg/kg BB

Kelompok V Ekstrak etanol kulit rambutan dosis 200 mg/kg BB

Kelompok VI Ekstrak etanol kulit rambutan dosis 400 mg/kg BB

Perlakuan diberikan selama 10 hari

Induksi CCl4 peroral pada semua kelompok dengan dosis 0,1 ml/100 g BB dilakukan pada hari ke-11 penelitian (kecuali kelompok I)

Pengukuran kadar kolesterol total 1 hari setelah induksi CCl4 (kolesterol total akhir) pada hari ke-12 penelitian

Gambar 2. Skema Penelitian

27

10.1.

Analisis Data

Analisis data menggunakan uji SPSS berupa Paired T-Test dan One Way Anova. Paired T-Test digunakan untuk mengetahui perbedaan kolesterol total tikus sebelum dan setelah perlakuan pada masing-masing kelompok sedangkan One Way Anova digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar kolesterol total darah tikus antar kelompok.

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan selama 12 hari di Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia. Perlakuan diberikan selama 10 hari dengan jumlah tikus sebanyak 30 ekor, pada setiap kelompok terdapat 5 ekor tikus. Pada hari ke-0 penelitian dilakukan penimbangan berat badan untuk mengetahui berat badan tikus yang menjadi subjek penelitian. Selanjutnya, seluruh tikus pada setiap kelompok dilakukan pengambilan darah yang sebelumnya dilakukan pembiusan dengan eter. Untuk menghindari subjek yang tidak mencukupi, dalam penelitian ini telah disiapkan 11 ekor tikus cadangan. Perlakuan pada setiap kelompok diberikan berdasarkan berat badan maksimal tikus pada setiap kelompok dan diberikan dengan sonde oral. Ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) diberikan dengan volume yang sama untuk setiap kelompok penelitian, walaupun berat badan tikus dalam satu kelompok berbeda. Berat badan tikus ditimbang sebelum dilakukan perlakuan, tikus yang dapat mengikuti penelitian adalah tikus dengan berat badan minimal 100 g. Berikut ini hasil berat badan awal dan akhir dari tikus pada setiap kelompok, terlampir pada Tabel 1:

29

Tabel 1. Berat Badan Tikus Awal dan Akhir Penelitian (g)


Kelompok Perlakuan N 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 BB Awal 158 141 133 145 185 139 160 177 146 140 175 177 149 189 164 177 163 168 182 175 162 175 160 179 160 143 143 120 145 155 BB Akhir 191 187 173 191 206 173 195 203 168 199 164 214 177 177 194 209 165 220 231 207 200 182 197 188 190 147 180 200 168 233

II

III

IV

VI

Keterangan :

I. Kelompok normal, II. Kontrol positif III. Kontrol negatif,

IV. Ekstrak etanol kulit rambutan 100mg/kgBB, V. Ekstrak etanol kulit rambutan 200mg/kgBB, VI. Ekstrak etanol kulit rambutan 400mg/kgBB

Untuk berat badan awal uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui berat badan awal seluruh kelompok normal dan homogen. Dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test dengan nilai p= 0,545 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan uji Levene Test dengan nilai p= 0,386 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa berat badan awal tikus homogen.

30

Dalam menentukan dosis ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) yang efektif sebagai antioksidan, maka dilakukan uji pendahuluan. Dosis yang digunakan dalam uji pendahuluan berdasarkan penelitian tentang potensi ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) sebagai penurun kadar glukosa darah oleh Kusumawati (2008) dengan tingkatan dosis yang berbeda yaitu, 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 200 mg/kg BB. Berdasarkan dari uji pendahuluan yang dilakukan oleh Rukmana (2012), kelompok perlakuan ekstrak kulit rambutan dengan dosis 100 mg/kg BB menunjukkan penurunan kadar kolesterol total darah tikus, tetapi pada kelompok perlakuan dengan dosis 50 mg/kg BB tidak menunjukkan adanya penurunan kadar kolesterol total perlakuan tersebut. Dari hasil uji pendahuluan tersebut, dosis ekstrak etanol kulit rambutan paling kecil yang digunakan dalam penelitian utama adalah 100 mg/kg BB dan dosis tertinggi 400 mg/kg BB. Tabel 2 menggambarkan hasil awal dan akhir dari kadar kolesterol total setiap kelompok tikus serta selisih kadar kolesterol total. Data hasil pengukuran tersebut dapat dibuat diagram hubungan antara rerata kadar kolesterol total dengan waktu pengambilan darah (awal dan akhir perlakuan) yang ditunjukkan pada Gambar 3.

31

Tabel 2. Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus Awal dan Akhir Penelitian (mg/dl)
Kelompok Perlakuan Kadar Kolesterol Total (mg/dl) Rata-Rata Awal dan Akhir (+SD) N Kadar Kolesterol Kadar Kolesterol Selisih Kadar Total awal Total akhir Kolesterol 1 62,38 63,52 -1,14 2 69,40 53,05 16,35 3 64,00 55,33 8,67 4 67,34 60,23 7,11 5 61,45 36,00 25,45 XSD 64,913.36 53,621,06 11,292,3 1 60,39 59,91 0,48 2 69,73 49,32 20,41 3 67,52 52,54 14,98 4 61,34 47,73 13,61 5 68,08 59,74 8,34 XSD 65,414,24 53,845,72 11,57-1,48 1 72,43 49,75 22,68 2 71,30 52,51 18,79 3 74,73 63,94 10,79 4 70,61 55,67 14,94 5 75,66 69,21 6,45 XSD 72,942,17 58,218,12 14,73-5,95 1 53,76 48,45 5,31 2 59,82 50,12 9,68 3 58,98 62,36 -3,38 4 59,21 55,32 3,89 5 69,91 46,05 23,86 XSD 60,335,87 52,456,48 7,88-0,61 1 65,21 52,85 12,36 2 62,35 50,54 11,81 3 52,36 48,84 3,52 4 67,75 53,21 14,54 5 69,35 54,16 15,19 XSD 63,406,71 51,922,17 11,484,54 1 81,52 55,89 25,63 2 72,17 58,15 14,02 3 68,14 41,45 26,69 4 78,38 50,16 28,22 5 75,02 47,13 27,89 XSD 75,066,01 51,417,44 23,65-1,43
I. Kelompok normal, II. Kontrol positif, III. Kontrol negatif, IV. Ekstrak etanol kulit rambutan 100mg/kgBB, V. Ekstrak etanol kulit rambutan 200mg/kgBB, VI. Ekstrak etanol kulit rambutan 400mg/kgBB,

II

III

IV

VI

Keterangan :

32

Mean Kadar Kolesterol Total

80 70 60 50 40 30 20 10 0 I II III IV V VI
Kelompok

Awal Akhir

Gambar 3. Diagram Perbandingan Rerata Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus Awal dan Akhir (mg/dl)
Keterangan : I. Kelompok normal, II. Kontrol positif III. Kontrol negatif, IV. Ekstrak etanol kulit rambutan 100mg/kgBB, V. Ekstrak etanol kulit rambutan 200mg/kgBB, VI. Ekstrak etanol kulit rambutan 400mg/kgBB.

Pada kolesterol total awal dilakukan uji statistik untuk mengetahui adanya perbedaan kadar kolesterol total awal setiap kelompok. Uji One Sample Kolmogorov Smirnov data kolesterol total awal didapatkan nilai p= 0,789

(p>0,05) yang menunjukkan data kolesterol total awal terdistribusi normal. Setelah itu dilanjutkan uji homogenitas variansi data kolesterol total awal dengan nilai p= 0,592 (p>0,05) menunjukkan bahwa data homogen, sehingga dapat dilakukan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova didapatkan nilai p= 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kolesterol total awal serum darah tikus pada setiap kelompok. Untuk mengetahui perbedaan kadar kolesterol total awal dan akhir penginduksian CCl4, maka dibuat persentase selisih kadar kolesterol total pada seluruh kelompok (termasuk kelompok tanpa induksi CCl4). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

33

Tabel 3. Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus (%)
Kadar Kolesterol Total (mg/dl) Rerata Awal dan Akhir (+SD) N Kadar Kadar Kolesterol Selisih Kadar Kolesterol Total Akhir Kolesterol Total Total Awal 1 100% 101,83% -1,83% 2 100% 76,44% 23,56% 3 100% 86,45% 13,55% 4 100% 89,44% 10,56% 5 100% 58,58% 41,42% XSD 1000 82,541,61 17,451,61 1 100% 99,20% 0,8% 2 100% 70,73% 29,27% 3 100% 77,81% 22,19% 4 100% 77,81% 22,19% 5 100% 87,74% 12,26% XSD 1000 82,651,10 17,341,10 1 100% 68,69% 31,31% 2 100% 73,64% 26,36% 3 100% 85,56% 14,44% 4 100% 78,84% 21,16% 5 100% 91,47% 8,53% XSD 1000 79,649,10 20,369,10 1 100% 90,12% 9,88% 2 100% 83,78% 16,22% 3 100% 105,73% -5,73% 4 100% 93,43% 6,57% 5 100% 65,87% 34,13% XSD 1000 87,781,46 12,211,46 1 100% 81,04% 18,96% 2 100% 81,05% 18,95% 3 100% 93,27% 6,73% 4 100% 78,53% 21,47% 5 100% 78,09% 21,91% XSD 1000 82,396,23 17,606,23 1 100% 68,57% 31,43% 2 100% 80,57% 19,43% 3 100% 60,83% 39,17% 4 100% 63,99% 36,01% 5 100% 62,84% 37,16% XSD 1000 67,367,91 31,518,65

Kelompok Perlakuan

II

III

IV

Keterangan: I. Kelompok normal, II. Kontrol positif, III. Kontrol negatif, IV. Ekstrak etanol kulit rambutan 100mg/kgBB, V. Ekstrak etanol kulit rambutan 200mg/kgBB, VI. Ekstrak etanol kulit rambutan 400mg/kgBB

VI

34

120 Persentase Mean Kadar Kolesterol Total Serum 100 I 80 60 40 20 0 Awal Akhir II III IV V VI

Gambar 4. Kurva Rerata Persentase Selisih Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus (%) Keterangan : I. Kontrol normal, II. Kontrol positif, III. Kontrol negatif, IV. Ekstrak etanol kulit rambutan 100mg/kgBB, V. Ekstrak etanol kulit rambutan 200mg/kgBB, VI. Ekstrak etanol kulit rambutan 400mg/kgBB.

Data kadar kolesterol total awal dan akhir perlakuan pada Tabel 2 dianalisis dengan menggunakan uji Paired-T Test untuk masing-masing kelompok. Hasil dari uji Paired-T Test pada masing-masing kelompok didapatkan nilai p= 0,066 (p>0,05) untuk kelompok I (kontrol normal), p= 0,027 (p<0,05) untuk kelompok II (kontrol positif), p=0,007 (p<0,05) untuk kelompok III (kontrol negatif), p= 0,156 (p>0,05) untuk kelompok IV (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 100 mg/kg BB), p= 0,005 (p<0,05) untuk kelompok V (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 200 mg/kg BB), dan p= 0,001 (p<0,05) untuk kelompok VI (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 400 mg/kg BB). Hasil uji ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (tidak signifikan) antara kadar kolesterol total awal dan akhir pada kelompok I (kontrol normal), IV (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 100 mg/kg BB), dan terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) pada kelompok II (kontrol positif), III (kontrol negatif), V (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 200 mg/kg BB) dan VI (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 400 mg/kg BB).

35

Analisis data kadar kolesterol total awal dan akhir perlakuan dengan uji statistik Paired-T Test ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol total serum awal dan akhir perlakuan yang bermakna pada kelompok dengan ekstrak etanol kulit rambutan dengan dosis 200 mg/kg BB dan dosis 400 mg/kg BB. Sebelum dilakukan uji Anova, harus dilakukan uji normalitas dengan OneSample Kolmogorov Smirnov Test untuk mengetahui sebaran data atau distribusi data rata-rata penurunan kadar kolesterol total serum darah tikus. Uji normalitas data berdasarkan sebaran atau distribusi didapatkan nilai p= 0,950 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa distribusi data awal normal. Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas variansi data dengan Levene Test dan didapatkan nilai p= 0,293 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa varian data normal. Kesimpulan dari uji normalitas dan homogenitas data menyatakan bahwa analisis data dengan uji One Way Anova dapat dilakukan, karena syarat analisis data dengan metode One Way Anova adalah distribusi data harus normal, dan varian data harus sama (Dahlan, 2008). Penurunan kadar kolesterol total antar kelompok perlakuan diuji dengan menggunakan One Way Anova. Hasil dari uji One Way Anova adalah nilai p= 0,642 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (tidak signifikan) terhadap rerata penurunan kadar kolesterol total serum darah tikus antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.

36

4.2. Pembahasan

Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan karena dianggap tidak terpengaruh oleh siklus hormon seperti pada tikus betina yang mengalami siklus menstruasi sehingga diharapkan hasil akhir penelitian tidak terganggu. Tikus yang dipilih sebagai subjek penelitian harus memiliki berat 100 250 g dan dalam keadaan sehat hingga penelitian selesai. Sebagai subjek penelitian, tikus memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi hasil penelitian antara lain faktor internal tikus (umur, jenis kelamin, berat badan,kesehatan, dan nutrisi), faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, dan populasi dalam kandang (Malole & Pramono, 1989). Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi karena metode ini merupakan metode yang sederhana dari segi peralatannya serta mudah dilakukan sehingga kestabilan senyawa-senyawa yang terkandung tetap terjaga. Pelarut yang digunakan etanol karena merupakan pelarut semi polar sehingga diharapkan terdapat hasil ekstrak berupa zat aktif yang bersifat polar dan non polar. Pembanding atau kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk vitamin C karena vitamin C terbukti merupakan antioksidan kuat yang larut air dan memberikan proteksi terhadap radikal bebas, sehingga di harapkan akan mendapatkan hasil positif saat dibandingkan dengan ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) (Syahrizal, 2008). Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 sebelum perlakuan dan hari ke-12 setelah induksi CCl4 dengan cara pengambilan darah melalui pembuluh darah tikus di daerah mata yaitu pada sinus orbitalis. Pengambilan darah melalui pembuluh darah di daerah mata bertujuan untuk mempercepat proses pengambilan darah karena dapat mengurangi rasa sakit yang lama pada tikus

37

Penelitian ini menggunakan serbuk vitamin C sebagai kontrol positif untuk pembanding. Vitamin C bekerja sebagai koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin C dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk hidroksilasi prolin dan lisis dalam biosintesis kolagen. Serbuk vitamin C berbentuk bubuk kristal putih kekuningan, larut air dan stabil pada keadaan kering (Syahrizal, 2008). Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif antioksidan. Vitamin C merupakan salah satu senyawa yang banyak digunakan sebagai antioksidan. Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan secara efektif mengambil senyawa oksigen reaktif dan radikal bebas. Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja pada sitosol ekstraseluler (Hariyatmi, 2004; Christyaningsih, 2003). Dari kurva rerata persentase selisih kadar kolesterol total serum darah tikus pada setiap kelompok yang tersaji pada Gambar 4, terlihat bahwa penurunan kadar kolesterol total yang paling besar ditunjukkan berturut-turut oleh kelompok VI (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 400 mg/kg BB), kelompok III (kontrol negatif), kelompok V (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 200 mg/kg BB), kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol positif) dan kelompok IV (ekstrak etanol kulit rambutan dosis 100 mg/kg BB). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, pemberian ekstrak etanol kulit rambutan dengan dosis 400 mg/kg BB dapat menurunkan kadar kolesterol total serum darah pada tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley. Hasil yang terlihat pada Gambar 4 yang menunjukkan adanya penurunan selisih kadar kolesterol total awal dan akhir oleh kelompok ekstrak etanol kulit rambutan tidak bermakna secara statistik. Hasil uji statistik dengan uji Paired-T Test menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit rambutan dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar kolesterol total awal dan kadar kolesterol total akhir perlakuan dengan nilai p= 0,005 dan p= 0,001 untuk masing-masing dosis.

38

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Thitilerdecha (2008) dan Tachakittirungrod (2006) yang menyatakan bahwa, kulit rambutan memiliki aktivitas antioksidan secara in vitro, karena pada penelitian ini tidak dapat dibuktikan secara statistik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu: 1. Dosis ekstrak diberikan untuk seluruh kelompok berdasarkan berat badan tertinggi, bukan berdasarkan berat badan masing-masing. Seharusnya dilakukan pemberian dosis ekstrak berdasarkan berat badan tikus masingmasing pada setiap kelompok perlakuan. 2. Cara penelitian yang menggunakan CCL4 untuk melihat penurunan kadar kolesterol total seharusnya diganti dengan pemberian diet hiperlipidemik 3. CCL4 diberikan secara oral, hal ini dapat berakibat kurang optimalnya CLL4 dalam menimbulkan kerusakan pada organ hepar. Seharusnya diberikan melalui injeksi intraperitoneal.

39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian Efek Ekstrak Etanol Kulit Rambutan Terhadap Kolesterol Total sebagai berikut: Ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) belum terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley jantan yang telah diinduksi CCl4. Tikus Yang Diinduksi CCl4, dapat disimpulkan

5.2. Saran Penelitian mengenai kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan penelitian yang relatif baru sehingga dalam penelitian selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah: 1. Sebelum penentuan dosis, perlu dilakukan studi kandungan kimia berupa uji total senyawa antioksidan yang meliputi saponin, tanin dan flavonoid untuk mengukur konsentrasi atau dosis senyawa antioksidan dengan tepat dalam ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.). 2. Perlu diteliti penyesuaian dosis induksi CCl4 secara oral untuk dapat menimbulkan kerusakan yang sama dengan kerusakan yang ditimbulkan pada dosis CCl4 yang diinduksi melalui intraperitoneal sebagai penginduksi radikal bebas. 3. Perlu diteliti lebih lanjut tentang aktivitas antioksidan kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan cara ekstraksi, dan pelarut yang berbeda serta rentang dosis yang lebih besar. 4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap kadar kolesterol total tikus dengan menggunakan diet hiperlipidemik.

40

Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 132-150. Am J Clin Nutr [serial online] 1977 [cited 2008 Jan 2]; Anwar., 2004. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. Skripsi Jurusan Pendidikan Dokter. Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Aswin., 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Serum Pada Tikus Wistar yang di berikan perlakuan diet kuning telur. Skripsi Jurusan Pendidikan Dokter. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Ayunda, D., 2009. Pengaruh Getah Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Penyembuhan Luka Sayat Buatan Pada Marmut. Skripsi, Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Sultan Agung Semarang. Boedhi., 2003. Epidemiology of atherosclerotic disease: Special focus on cardiovascular disease, Naskah Lengkap Cardiology, Semarang P1-12 Boyer J., 2004 . Apple phytochemical and their health benefits. Nutrition journal Bustan, M, N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, jakarta Dalimartha., 2004. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Puspa Sehat, Jakarta Goldberg., 2009. Effect of progression from impaired glucose tolerance on cardiovascular risk factor and its amelioration by lifestyle and metformin intervention. Diabetes Care 32:726-732 Handoko T., 1995. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta. Harborne, 1987, Metode Fitokimia, Penerbit ITB, Bandung 72-86 Hull, Alison., 1996. Penyakit jantung hipertensi dan nutrisi. Bumi Aksara, Jakarta Jantung dan ahli obat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Jawi., Suprapta., Sutirtayasa., 2007. Efek Antioksidan Ekstrak Umbi Jalar Ungu (Ipomoiea batatas L) Terhadap Hati Setelah Aktivitas Fisik Maksimal dengan Melihat Kadar AST dan ALT Darah pada Mencit. Jurnal Dok. Farm. 20 : 103 105.

41

John AB., 2002. Lipid. Springer Berlin Jul 7;37(7): 647-652. Kabo, P., 2008, Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner, Kesaksian seorang ahli Kuncahyo, Ilham dan Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap 1,1-difenil-2-picrylhidrazil

(DPPH). Univ Setia Budi. Yogyakarta. Kuncahyo, Ilham., Sunardi ., 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Teknologi. Yogyakarta, 1978-9777. Kusumawati R., 2008. Potensi Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium Lappaceum, L.) Sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Sprague Dawley Jantan Yang Diinduksi Alloxan. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UII.

Li et al., 2004. Flavonoids from Artichoke (Cynara scolymus L.) Up-Regulate Endothelial-Type Nitric-Oxide Synthase Gene Expression in Human Endothelial Cells. JPET(The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics)vol. 310 no. 3 926-932 Lipkin R. 1995. Scientist Though The Health Benefits of Saponins. 11-148 Majid, A., 2007. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan Terkini. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Malinow et al., 2008. Effect of alfalfa saponins on intestinal cholesterol absorption in rats. 30:2061-67. Mayes P A., 2003. Pengangkutan dan penyimpanan lipid. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Murray et al., 2003. Jakarta Panjaitan, R.G.P., Handharyani, E., Chairul., Masriani., Zakiah, Z., Manalu, W., 2007. Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati Dan Ginjal Tikus. Makara Kesehatan, 11 (1) : 11 16. Biokimia Harper Edisi 25, Penerbit Buku Kedokteran,

42

Prahasta, A., 2009. Agribisnis Rambutan: Budidaya Usaha Pengolahan. Jakarta: Pustaka Grafika. 1: 10-14. Rahmat & Yuyun Yuniarsih., 2002. Rambutan : Komoditas Unggulan dan Prospek Agribisnis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Robinson, 1995, Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi , diterjemahkan oleh padmawinata, K.,Sudiro,I., Penerbit ITB, Bandung 71-72 Rukmana., 2012. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Rambutan Terhadapa Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Skripsi Fakultas Kedokteran UII. Setyawan., 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Sehat Setyani, R., 2009. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Usia Produktif (< 55 tahun) [Versi elektronik]. Airlangga University Digital Library. Setyawan et al., 2008. Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Jati Belanda Berpotensi Antioksidan. Skripsi Jurusan Kimia. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Syahrizal, D., 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C Terhadap Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologis Hati Mencit yang Dipapar Plumbum. Tesis. Program Studi Biomedik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Syahrizal., 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C Terhadap Enzim Transaminase Dan Gambaran Histopatologis Hati Mencit Yang Dipapar Plumbum. Tesis Magister Ilmu Kesehatan .Sumatra Utara : Biomedik SPS Universitas Sumatra Utara Tachakittirungrod, S., Okonogi, S., Chowwanapoonpohn., 2006. Study on Antioxidant Activity of Certain Plants in Thailand : Mechanism of Antioxidant Action of Guava Leaf extract. Food Chemistry.103 : 381 388. Thitilertdecha, N., Teerawugulrag, A., Rakayatham, N., 2008. Antioxidant and Antibacterial Activities of Nephelium lappaceum L. Extracts.Swiss Society of Food Science and Technology. 41: 2029-2035. URL:http://www.ajcn.org/cgi/reprint/30/12/2061.pdf

43

Widmann., 1995. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Wiryowidagdo., 2008, Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, darah tinggi dam kolesterol. Penerbit PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Yuliani., 2001. Prospektif Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Fitofarmaka. Jurnal Litbang Pertanian. 20 (3) : 100 105.

44

LAMPIRAN HASIL UJI STATISTIK Uji Normalitas Data


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Selisih_kolestero l_total N a Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 30 53.4369 6.92856 .095 .095 -.081 .520 .950

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic 1.310

df1 5

df2 24

Sig. .293

ANOVA

Sum of Squares Between Groups Within Groups Total 173.044 1219.098 1392.143

df 5 24 29

Mean Square 34.609 50.796

F .681

Sig. .642

45

Hasil Statistik Berat Badan Tikus Awal


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Berat_badan_aw al N a Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 30 159.5000 17.46277 .146 .114 -.146 .799 .545

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.

Test of Homogeneity of Variances Berat_badan_awal Levene Statistic 1.101 df1 5 df2 24 Sig. .386

46

Hasil Uji Statistik Kolesterol Total Awal


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pre_koles_tot N a Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 30 67.0110 6.91259 .119 .082 -.119 .652 .789

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.

Test of Homogeneity of Variances pre_koles_tot Levene Statistic .753 df1 5 df2 24 Sig. .592

ANOVA pre_koles_tot Sum of Squares Between Groups Within Groups Total 822.172 563.560 1385.732 df 5 24 29 Mean Square 164.434 23.482 F 7.003 Sig. .000

47

Hasil Uji Statistik Pair T Test Kolesterol Total Awal dan Kolesterol Total Akhir Perlakuan

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Normal Std. Std. Error Deviation Mean 4.4997 Lower Upper t 2.509 df 4 Sig. (2-tailed) .066

1.1288 10.0617

-1.20525 20.78125

Positif

1.1564

7.5391

3.3716

2.20289 20.92511

3.430

.027

Negatif

1.4730

6.3994

2.8619

6.78402 22.67598

5.147

.007

Dosis 100

7.8808 10.0926

4.5135

-4.65087 20.41247

1.746

.156

Dosis 200

1.1484

4.6736

2.0901

5.68088 17.28712

5.494

.005

Dosis 400

2.4498

5.9458

2.6590

17.11530 31.88070

9.213

.001

48

49

Gambar Hasil Penelitian

Ekstrak etanol kulit rambutan (Nephelium lappaceum) dalam 3 dosis

Ekstrak etanol kulit rambutan dan Vit.C

50

Tikus putih jantan (Rattus novergicus) sprague dawley

Pemberian induksi CCL4

51

Sample darah dan serum tikus

Alat sentrifus

52

Reagen kolesterol total

Ekstrak kental kulit rambutan (Nephelium lappaceum) dalam 3 dosis

53

54

Anda mungkin juga menyukai