Anda di halaman 1dari 20

RECOVERY KUBIKEL OUTGOING GI WONOSARI TRAFO 1-60 MVA di PT PLN AREA PENGATUR DISTRIBUSI JATENG & DIY

Laporan Kerja Praktek Program Studi Diploma III Teknik Elektro

Oleh: ERINA CHARISMA PUTRI 21060110083005

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan listrik yang memiliki wewenang penuh dalam sistem distribusi tenaga listrik. Oleh karena itu PT. PLN harus mampu menjaga dan meningkatkan keandalan sistem distribusi, salah satunya adalah sistem distribusi tegangan menengah 20 kV. Pada sistem distribusi 20 kV terdapat peralatan vital, yaitu kubikel outgoing. Kubikel ini berfungsi untuk membagi daya dari transformator ke pusat-pusat beban, sehingga ketika kubikel mengalami gangguan dapat dipastikan pendistribusian tenaga listrik ke konsumen juga terganggu. Untuk mengantisipasi dan mengatasi gangguan pada kubikel maka dilakukan upaya pemeliharaan pada kubikel. Kegiatan pemeliharaan tersebut dapat berupa pemeliharaan preventif, prediktif, dan korektif.

1.2 Tujuan 1. Mengembalikan peralatan pada kondisi semula sehingga dapat beroperasi secara normal 2. 3. 4. 5. Mengatasi dan meminimalkan penyebab gangguan pada kubikel Meningkatkan keandalan sistem Mengetahui mekanisme kegagalan isolasi Memberikan saran/usulan untuk mengurangi gangguan pada kubikel

1.3 Pembatasan Masalah 1. 2. Kubikel yang dibahas adalah kubikel dengan merk Alstom Kondisi lingkungan yang dibicarakan adalah kondisi disekitar GI Wonosari 3. Tidak membahas mengenai proses kimia secara mendalam

4.

Tidak membahas secara detail (prinsip kerja, karakteristik, setting, dll) peralatan-peralatan yang ada di dalam kubikel.

1.4 PT. PLN (Persero) APD JATENG & DIY Kantor PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Jateng & DIY berkedudukan di Jalan Gatot Subroto No. 5 Semarang dan mempunyai wilayah kerja di seluruh wilayah kerja PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Wilayah kerja APD Jateng & DIY saat ini terdiri dari 11 Area dan 71 Gardu Induk dan akan berkembang ke arah jaringan distribusi. Seluruh penyulang di wilayah APD Jateng & DIY telah dilengkapi fasilitas SCADA dengan 3 sistem Master SCADA yaitu Survalent, Ropo dan IDAS. APD Jateng & DIY memiliki tugas untuk menjaga dan meningkatkan keandalan sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. Gardu induk sisi 20 kV , yang berisi kubikel 20 kV, merupakan wewenang penuh dari kantor APD. Tidak seperti kator PLN Area yang memiliki konsumen umum, APD Jateng dan DIY hanya memiliki satu konsumen, yaitu kantor Area. 1.5 Gardu induk Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan. Trafo-trafo daya beserta perlengkannya yang terletak disuatu wilayah disebut Gardu Induk. Gardu induk berfungsi untuk mentransformasikan daya listrik,

pengukuran, pengawasan operasi, serta pengaturan pelayanan beban. Gardu

induk dapat dibedakan berdasarkan besar tegangannya, pemasangan peralatanya, fungsinya, isolasinya, dan sistem rel nya. Gardu induk terdiri dari dua komponen utama yaitu switchyard/switchgear (berisi trafo, pmt, ct, vt, la, ds, dll) dan gedung kontrol (berisi panel kontrol, sumber dc, kubikel 20 kV, dll). 1.6 Kubikel 20 kV Kubikel merupakan seperangkat panel hubung bagi dengan tegangannya 20.000 Volt yang dipasang dalam gardu induk berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung, pengontrol dan proteksi system penyaluran tenaga listrik ke pusat pusat beban.

Berdasarkan penggunaanya kubikel dapat dibedakan menjadi kubikel incoming, outgoing, pengukuran, pemakaian sendiri, kopel, dan interface.

a. Kubikel Incoming Adalah kubikel yang berfungsi sebagai instalasi sisi sekunder trafo, dimana terpasang peralatan utama seperti PMT, CT, PT, proteksi dan pengukuran. Semua peralatan sesuai dengan kapasitas trafo sehingga mempunyai bentuk fisik yang lebih besar. Sedangkan secara instalasi wiring tidak dapat dipisahkan antara primer sekunder terutama control dan proteksinya.

b. Kubikel Outgoing Adalah kubikel yang berfungsi sebagai instalasi pasokan tenaga listrik dari gardu induk atau sistem tegangan tinggi ke sistem distribusi tenaga listrik. Karena kapasitas kubikel ini terbatas maka untuk trafo yang besar maka sistem pasokannya terdiri lebih dari satu kubikel penyulang, yang masing2 kubikel diberi nama untuk keamanan operasional. Beberapa sistem busbar 20 kv pada gardu induk berbentuk sesuai keperluan seperti single bus bar, double busbar, dll. Tergantung keperluannya dan lengkap dengan proteksinya.

c. Kubikel Pengukuran Kubikel ini terdiri instalasi pengukuran tenaga listrik seperti trafo tegangan yang digunakan untuk mengukur dan sumber tegangan untuk meter pengukur energi, trafo arus untuk mengetahui besarnya beban yang mengalir pada busbar dan juga berfungsi sebagai proteksi busbar.

d. Kubikel Pemakaian Sendiri Sebagai pemasuk trafo pemakaian sendiri yang digunakan sebagai sumber tenaga listrik pada peralatan instalasi tenaga listrik pada gardu induk , seperti sebagai pemasuk rangakaian energi cadangan dan proteksi adalah batere dan rectifier. Sistem pendingin trafo,

penerangan dan fasilitas lain pada gardu induk. Biasanya kubikel trafo pemakaian sendiri berupa instalasi dengan PMT kecil (load break switch) yang dilengkapi dengan proteksi primer.

e. Kubikel Kopel Kubikel ini berfungsi seperti kubikel seksi tetapi tujuan utama adalah menghubungkan busbar 1 dan busbar 2 pada sistem busbar 20 kv yang menggunakan sistim double busbar.

f. Kubikel Interface Kubikel ini berfungsi untuk menyambungnkan busbar antar kubikel dengan merek dagang yang berbeda.

Secara garis besar, kubikel terdiri atas empat kompartemen yaitu kompartemen busbar, kompartemen low voltage, kompartemen pmt, dan kompartemen kabel power. a. Kompartemen PMT Pada kompartemen ini terpasang Withdrawable Circuit Breaker. PMT dan mekanisme penggeraknya dapat dengan mudah dikeluarkan/dimasukkan ke dalam kubikel untuk keperluan pemeliharaan.

b. Kompartemen Busbar Semua tertutup oleh bagian metal. Kompartemen busbar didisain agar bagian-bagian yang bergerak pada bagian ini seminimum mungkin. Busbar dibuat dari tembaga atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain dari masing-masing pabrik.

c. Kompartemen Sambungan Kabel Power Pada Kompartemen ini terdapat : Terminasi kabel tegangan menengah

3(tiga) pembagi tegangan (potensial divider), dilengkapi pada setiap pasa terminasi kabel, yang disambung dengan tiga neon indikator yang dipasang di muka panel. Fungsinya untuk melihat secara visual bahwa kabel tersebut dalam keadaan bertegangan atau tidak, sehingga aman terhadap petugas yang melaksanakan pengoperasian. Satu rangkaian hubung pendek dan pemisah tanah untuk sisi kabel. Dioperasikan dari depan panel, mekanisme Trafo arus Trafo tegangan (sesuai permintaan). Bisa type tetap atau lepasan. Dilengkapi dengan pelebur dengan kapasitas pemutusan tinggi. operasi kecepatan tinggi dilengkapi dengan mempunyai

sehingga

kecepatan masuk yang tidak tergantung kecepatan operator.

d. Kompartemen Low Voltage Pada kompartemen ini terdapat relai-relai proteksi dan indicator pengoprasian.

Pada kubikel terpasang beberapa peralatan listrik seperti busbar, pmt (circuit breaker), trafo arus, isolator, heater, kabel power, relay proteksi, dan lain-lain. Tiap-tiap peralatan memiliki fungsi yang saling berkesinambungan untuk menjaga keandalan sistem 20 kV.

1.7 Pemeliharaan kubikel 20 kV Kegiatan pemeliharaan kubikel 20 kV merupakan kegiatan

mempertahankan atau mengembalikan kondisi baik suatu kubikel sehingga sistem penyaluran tegangan menengah 20 kV tetap terjamin kontinuitasnya. Kegiatan pemeliharaan kubikel 20 kV meliputi pembersihan peralatan kubikel dari debu, pengukuran tahanan isolasi, pengukuran tahanan kontak,

keserempakan pmt, kejenuhan CT, dan lain-lain. Kegiatan pemeliharaan kubikel 20 kV dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif, dan pemeliharaan korektif. a. Pemeliharaan Preventive Pemeliharaan preventive adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin untuk menjaga kondisi peralatan. b. Pemeliharaan Prediktive Pemeliharaan predictive adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada suatu peralatan yang menunjukkan adanya gangguan dan diperkirakan akan terjadi kerusakan di kemudian hari. c. Pemeliharaan Corrective Pemeliharaan corrective adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan ketika sudah terjadi kerusakan.

1.8 Pengukuran Tahanan Isolasi Pengukuran tahanan isolasi bertujuan untuk mengetahui kekuatan isolasi ketika di berikan tegangan secara langsung. Isolasi yang dimaksud adalah isolasi antara bagian yang bertegangan maupun dengan bagian yang tidak bertegangan seperti body/ground. Pengukuran tahanan isolasi menggunakan alat ukur Mega Ohm Meter (megger).

1.9 Pengukuran Tahanan Kontak Tahanan kontak merupakan pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan resistent terhadap arus yang melaluinya sehinga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis. Pengukuran tahanan kontak pemutus tenaga ( PMT ) ini dilakukan pada saat posisi close. Dengan menggunkan alat ukur Micro Ohm Meter. Satuan yang digunakan untuk mengukur tahanan kontak adalah . Ketentuan arus yang digunkan untuk mengukur besarnya tahanan kontak pemutus tenaga ( PMT ) yaitu : 100 A, 200A, 300A.

1.10 Pengukuran Kebocoran Arus


Pengujian kebocoran arus dilakukan untuk mengetahui besaran kebocoran arus yang masih dapat mengalir ketika kontak PMT dalam kondisi open dalam satuan A. Batas standar untuk kebocoran arus pada PMT kubikel outgoing yang di izinkan adalah sebesar 300 A. Alat ukur yang digunkan dalam pengujian ini adalah Vacuum Botle Tester.

BAB II PERMASALAHAN

Timbul panas

Timbul titik-titik air di udara

Kubikel beroperasi

Kondensasi

Peralatan menjadi lembab

Higroskopis, tahanan isolasi menurun

breakdown

korosi, partial discharge

2.1 Skematik proses breakdown pada kubikel Kubikel alstom 20 kV merupakan peralatan hubung bagi yang menurut standar IEC 60298 dan 60694 didesain untuk pemasangan di dalam ruangan. Dalam pengoperasiannya, suhu ruangan tidak boleh melebihi dari 40C dan kelembabannya tidak boleh melebihi 95%. Kubikel alstom 20 kV juga harus diletakkan pada ruangan yang lantainya benar-benar rata dan udara di dalam ruangan tersebut tidak boleh tercemar oleh debu, gas korosif, ataupun garam. Pada kenyataan di lapangan, gardu induk Wonosari terletak tepat di depan areal persawahan, dimana dengan lokasi seperti itu dapat di pastikan kondisi udaranya memiliki kelembaban yang tinggi. Meskipun kubikel alstom 20 kV diletakkan di dalam ruangan, namun ruangan tersebut tidak sepenuhnya tertutup sehingga kondisi udara di dalam ruangan sama dengan kondisi udara di luar ruangan (udara di ruangan 20 kV terkontaminasi). Ketika beban puncak suhu udara di dalam kubikel mengalami kenaikan sehingga terdapat perbedaan suhu yang signifikan antara suhu di dalam kubikel, dengan suhu di luar kubikel. Suhu yang tinggi saat beban puncak di

10

tambah dengan adanya udara lembab yang masuk ke dalam kubikel melalui ruang kabel power menyebabkan terjadinya proses kondensasi. Proses kondensasi ini menimbulkan titik-titik air pada udara yang menyebabkan peralatan menjadi lembab atau bahkan basah. Kelembaban ini pada bahan isolasi menyebabkan penurunan nilai tahanan isolasi yang mendukung terjadinya partial discharge. Partial discharge (dalam bentuk treeing dan conducting path)

menyebabkan turunnya kualitas isolasi/ breakdowm peralatan. Sehingga ketika ada kenaikan tegangan/arus akibat gangguan, maka titik lemah dari isolasi ini menjadi rusak/meledak/terbakar. Selain itu, kelembaban juga menyebabkan korosi pada busbar (pada kubikel alstom busbar tidak dilengkapi dengan isolasi) ataupun konduktor yang tidak dilindungi. Korosi menyebabkan tahanan kontak suatu konduktor menjadi lebih besar sehingga loses yang ditimbulkanpun juga besar.

11

BAB III PENYELESAIAN

Untuk mengembalikan kondisi kubikel alstom menjadi seperti kondisi seperti semula dan aman untuk beroperasi maka dilakukan kegiatan pemeliharaan prediktif terhadap kubikel alstom GI Wonosari. Kegiatan

pemeliharaan tersebut meliputi: 3.1 Pengukuran Awal Setelah beban pada kubikel alstom dilimpahkan dan kubikel aman untuk dilakukan pemeliharaan, dilakukan pelepasan peralatan yang terpasang pada kubikel (rack out pmt , pelepasan spout bushing, dan pelepasan busbar). Masing-masing alat tersebut dilakukan pengujian tahanan isolasi, tahanan kontak, dan kebocoran arus (pada pmt). Hasil uji sebagai berikut: Tahanan Isolasi Busbar Alat ukur: Kyoritsu 3125 Titik Ukur Phasa-Ground (M) Phasa-Phasa (M) Tahanan Isolasi PMT Alat ukur: Kyoritsu 3125 Titik Ukur Atas-Bawah Atas-Ground Bawah-Ground Phasa-Ground

R 40 50

S 40 35 Hasil ukur: M S 0 0 0 0

T 20 31

R 0 0 0 0

T 0 0 0 0

Kebocoran Arus PMT Alat ukur: Vanguard VBT80P R Test voltage : 10 kV Test limit : 300A 0 Test time : 5s

Hasil ukur: A S 0

T 0

12

Tahanan kontak PMT Alat ukur: Vanguard ATO400P Titik Ukur R Inject arus 100 A 124 Inject arus 400 A 109,4

hasil ukur: S 150,6 138,9

T 84,2 98,1

3.2 Pembersihan peralatan yang lembab Setelah melakukan pengujian awal (kondisi peralatan setelah gangguan) maka dilakukan pembersihan terhadap peralatan-peralatan yang lembab. Untuk membersihkan busbar pada tahap awal di bersihkan menggunakan alkohol lalu dilakukan silver platting pada busbar agar busbar tidak mudah korosi. Sedangkan pada housing vacuum, dilakukan pencucian

menggunakan deterjen lalu dikeringkan. Hasil uji setelah proses ini adalah sebagai berikut: Tahanan Isolasi Busbar Alat ukur: Kyoritsu 3125 Titik Ukur Phasa-Ground (M) Phasa-Phasa (M) Tahanan Isolasi PMT Alat ukur: Kyoritsu 3125 Titik Ukur Atas-Bawah Atas-Ground Bawah-Ground Phasa-Ground

R 20 46

S 23 28 Hasil ukur: M S 1.890 215.000 354.000 335.000

T 10 33

R 1.400 69.900 54.900 70.200

T 1.200 110.000 108.000 107.000

Kebocoran Arus PMT Alat ukur: Vanguard VBT80P R Test voltage : 10 kV Test limit : 300A 23,90 Test time : 5s

Hasil ukur: A S 11,09

T 15,03

13

3.3 Pengeringan peralatan yang breakdown Ketika tahap pembersihan selesai, tahap akhir adalah pengeringan dengan menjemur serta mengeringan dengan menggunakan dryer bersuhu 80C. setelah tahap ini hasil uji adalah sebagai berikut: Tahanan Isolasi Busbar Alat ukur: Kyoritsu 3125 Titik Ukur Phasa-Ground (M) Phasa-Phasa (M) Tahanan Isolasi PMT Alat ukur: Kyoritsu 3125 Titik Ukur Atas-Bawah Atas-Ground Bawah-Ground Phasa-Ground

R 3110 6190

S 1070 3290 Hasil ukur: M S 19600 546000 582000 349000

T 1370 5850

R 7940 97500 107000 105000

T 599000 662000 491000 334000

Kebocoran Arus PMT Alat ukur: Vanguard VBT80P R Test voltage : 10 kV Test limit : 300A 14,05 Test time : 5s

Hasil ukur: A S 9,36

T 3,45

3.4 Tahap akhir Pada tahap akhir ketika semua peralatan yang mengalami breakdown akibat lembab telah lolos pengujian, pada busbar diberikan isolasi berupa pemasangan heat shrink. Sementara housing vacuum dan spout bushing busbar yang terbuat dari bahan resin epoksi disemprotkan insulating vernish agar bahan isolasi tersebut memiliki sifat higroskopi yang rendah. Spout bushing busbar tidak di perbaiki maupun dilakukan pemeliharaan, karena pada spout bushing sudah terjadi adanya elektrikal treeing dan retakan. Karena tidak mungkin diperbaiki maka dilakukan penggantian spout bushing. Dilakukan pengukuran nilai tahanan kontak setelah korosi pada konduktor dihilangkan. Hasil uji adalah sebagai berikut:

14

Tahanan kontak Busbar Alat ukur: Vanguard ATO400P Titik Ukur R Inject arus 100 A 62,8 Inject arus 400 A 39,5 Tahanan kontak PMT Alat ukur: Vanguard ATO400P Titik Ukur R Inject arus 100 A 65,1 Inject arus 400 A 65

hasil ukur: S 71,8 71,9

T 70,2 70,2

hasil ukur: S 58,2 58

T 65,9 65,9

15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan Setelah melakukan praktek kerja di PT. PLN (Persero) APD Jateng & DIY dengan ikut serta dalam menanggulangi permasalahan, dapat disimpilkan bahwa: Trafo daya beserta peralatan lainnya yang terletak disuatu wilayah disebut gardu induk Pemeliharaan berguna untuk meningkatkan keandalan sistem.

Pemeliharaan dapat dibedakan menjadi pemeliharaan preventif, prediktif, dan korektif Kubikel merupakan peralatan hubung bagi yang berfungsi sebagai proteksi, pembagi, pemutus, serta pengontrol pada sistem jaringan tegangan menegah 20 kV Breakdown pada kubikel terjadi akibat peralatan yang lembab karena udara pada kubikel terkontaminasi Kelembaban dapat menurunkan nilai tahanan isolasi dan menimbulkan korosi pada konduktor. Tahanan isolasi yang rendah menyebabkan timbulnya partial discharge dan electrical treeing. Sementara korosi pada busbar memperbesar tahanan kontak sehingga losesnya juga besar Pembersihan dan pengeringan peralatan mampu meningkatkan tahanan isolasi dan menurunkan nilai tahanan kontak. Heater hanya berfungsi untuk mempertahankan suhu ruangan, tidak bisa mengurangi kelembaban.

4.2. Saran Untuk lebih meningkatkan keandalan sistem serta mengurangi frekuensi terjadinya breakdown pada kubikel alstom maka perlu dilakukan :

16

Pengaturan sistem sirkulasi udara pada kubikel sehingga udara panas dapat tersalurkan keluar (menjaga suhu pada kubikel) dengan pemasangan exhaust. Pemberian alumina untuk mengurangi efek kelembaban Mengganti heater dengan kapasitas yang lebih besar dan pengaturan ulang suhu heater

17

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Abdul(Ed).1991.Sistem Distribusi Tenaga Listrik.Jakarta: Erlangga. http:// heatshrinktokorobot.blogspot.com/Heat Shrink/ISOLASI BAKAR: Isolasi bakar / Heat Shrink 1mm /m.diunduh tanggal 12 April 2013. http://shekilltwogirl.files.wordpress.com/2012/10/evaluasi-perbaikan-tahananisolasi-kubikel-alstom-power-25.pdf. diunduh tanggal 6 Maret 2013. PT. PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Semarang.Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada Instalasi Listrik Tegangan Menengah 20 kV. PT. PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi Semarang Gardu Induk.Standard Operating Procedure (SOP). Tobing, Bonggas L.2003.Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

18

KUBIKEL WSI 2 BREAKDO WN KARENA LEMBAB

PMT WSI 2 LEMBAB TAHANAN ISOLASI ZERO

19

20

Anda mungkin juga menyukai