Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS ILMU KEDOKTERAN JIWA SKIZOFRENIA PARANOID

OLEH LILY M.S. SANUSI 0908012852

Pembimbing : dr. D.A.P. Shinta Widari Sp.KJ

SMF KEDOKTERAN JIWA RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG TAHUN 2013

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 1

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama TTL Umur Suku Agama : Tn. YT : Kupang, 30 Januari 2013 : 20 tahun : Timor : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Belum Menikah Pendidikan Alamat : Tamat SD : Naioni, Kecamatan Alak

II.

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT a. Keluhan Utama Pasien dibawa ke rumah sakit pada hari Kamis pagi tanggal 8 Agustus 2013 karena pasien mengamuk, merusak motor kakaknya, dan melempar rumah tantenya dengan batu sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

b. Riwayat Gangguan Sekarang Autoanamnesis Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 29 Agustus 2013 pukul 16.30 WITA. Saat diwawancara pasien dalam keadaan duduk tenang di ruangan nonton bersama dengan ibunya. Pasien menggunakan baju kaos berwarna putih dilapisi jaket hitam dan celana jeans yang digulung sebetis, kuku dan rambut tidak terawat. Saat disapa selamat sore pasien menyapa balik dengan mengucapkan selamat sore. Pemeriksa kemudian memperkenalkan diri dan menyuruh pasien untuk memperkenalkan dirinya. Be pung nama Yopi Tabe, biasa dipanggil Yopi. Pemeriksa menanyakan bagaimana perasaan pasien hari ini, pasien menjawab be pung perasaan senang karena banyak teman dan banyak
Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 2

dokter muda disini. Pemeriksa bertanya lagi apakah pasien mengetahui tempat dimana ia berada sekarang, pasien kemudian menjawab sekarang be di rumah sakit RSUD Johannes, dokter Saat ditanyakan apa yang membuat pasien masuk rumah sakit, pasien menjawab bahwa dirinya tidak mengetahui mengapa dibawa ke rumah sakit. beta sonde sakit, tapi be pung kakak dengan mama dong yang bawa be ke rumah sakit pemeriksa kemudian bertanya mengapa kakaknya Yopi membawa Yopi ke Rumah sakit? pasien menjawab beta sonde tahu ju. waktu itu kakak buat beta jengkel karena tidak mau kasih pinjam motor di be. Be akhirnya kasih rusak motor su ma. Mungkin karena itu makanya dia sengaja bawa be pi rumah sakit ko sengaja mau suruh be masuk disini. Pemeriksa kemudian bertanya Memangnya Yopi mau kemana dengan motor itu? Pasien menjawab Be mau jemput be punya maitua di Naioni. Be punya maitua su tunggu be. Dia pung nama Mega. Ketika ditanyakan apa betul Mega adalah pacar Yopi, pasien pun meyakinkan bahwa Mega adalah pacarnya. Dia juga mengaku punya banyak pacar di Naioni dan mengaku bahwa banyak yang suka dengan dirinya. Pemeriksa kemudian

membantah pendapat pasien dengan cara memberitahukan bahwa tidak semua wanita menyukai dirinya, mungkin hanya perasaannya saja. Pasien tetap bersikeras mengatakan bahwa dirinya memang banyak pacar dan disukai banyak orang. Pemeriksa kemudian bertanya lagi, apakah pasien pernah mendengar suara-suara yang sebelumnya tidak pernah didengar dan hanya pasien yang mendengarnya, pasien menjawab be pernah dengar suara-suara orang yang bemaki deng be. Be kayak mau pukul dong sa, tapi dong son ada na. dong bikin be jengkel sa. Dong pikir dong sapa ko mau bemaki be. Itu suara-suara ju bilang mau pukul be, makanya be marah dan be lempar dong tapi tesalah kena di rumah teo. Gara-gara itu suara makanya be

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 3

marah.

Pemeriksa kemudian menanyakan apa suara yang

didengar pasien tersebut didengar lewat telinga atau berasal dari hati. Pasien kemudian menjawab bahwa dia mendengar hal tersebut dari telinga pada saat duduk sendirian dan pasien mengaku itu bukan mimpi tapi suara yang datang pada saat pasien sadar. Lalu pemeriksa kembali bertanya, apakah pasien pernah melihat bayangan-bayangan yang hanya bisa dilihat oleh pasien tapi orang lain tidak dapat melihat, pasien menjawab be sering liat be pung bapak mertua yang nama om Nuil Neno Mesakh datang liat be. Be sa yang liat. Orang lain sonde ada yang liat. Dia suruh be pulang cepat su. Dia pung anak tu be pung maitua. Be mau cepat pulang ko mau liat be pung maitua. Ketong mau nikah su . Pasien mengatakan bahwa dia melihat bayangan tersebut pada saat sadar, dan bukan mimpi. Pemeriksa kemudian memberitahu kepada pasien bahwa apa yang dilihat oleh pasien itu tidak nyata, tetapi hanya interpretasi yang salah dari pikiran pasien. Tidak mungkin ada bayangan yang hanya dilihat oleh pasien namun orang lain tidak dapat melihatnya. Pasien hanya diam dan mendengarkan penjelasan pemeriksa. Saat ditanyakan mengenai pekerjaan, pasien menjawab bahwa dia sering membantu ibunya bekarja di kebun sejak dirinya berhenti sekolah. Pemeriksa kemudian menanyakan mengapa pasien putus sekolah, pasien kemudian menjawab bahwa waktu SMP kelas II, pasien pernah berkelahi dengan temannya sehingga kepala sekolah memanggil dirinya dan orangtuanya ke sekolah. Pasien saat itu takut dimarahi oleh kepala sekolah sehingga dia tidak mau bersekolah lagi. Pemeriksa kemudian menanyakan apakah pasien ingin bersekolah lagi, pasien kemudian menjawab be mau lanjut sekolah lagi supaya bisa jadi dokter. Pasien juga mengaku sudah sering mendaftar untuk ikut paket B, namun ketika dirinya mendaftar, petugas selalu mengatakan bahwa pendaftaran

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 4

sudah ditutup. Pemeriksa kemudian memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap bersabar. Saat ditanyakan mengenai ayah pasien, pasien terlihat sedih dan nampak terdiam sejenak tidak menjawab pertanyaan pemeriksa. Pemeriksa kemudian meminta maaf pada pasien. Pasien kemudian mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal sejak awal tahun 2012. Pasien mengatakan bahwa semenjak ayahnya meninggal, dirinya sering mendengar suara-suara yang aneh dan membuat dirinya tidak betah di rumah karena suara-suara tersebut sering membuatnya marah dan kadang membuat pasien merusak barang-barang di rumahnya. Pasien juga mengaku pernah masuk ke rumah sakit dan dirawat selama 3 minggu karena dipaksa oleh kakaknya. Pasien berkata be pung kakak waktu itu ju paksa be kesini, makanya be su biasa disini. Dia sengaja bawa be kesini. Dia bilang be suka ngamuk-ngamuk, Padahal be ni sonde begitu. Saat ditanyakan apakah pasien rajin kontrol ke poli serta teratur minum obat, pasien mengaku bahwa semenjak keluar rumah sakit pasien hanya kontrol obat 2 kali. Setelah pasien merasa baik, pasien tidak mau minum obat lagi. Saat ditanyakan alasan mengapa pasien tidak mau minum obat lagi, pasien menjawab be sonde sakit ju, kenapa harus minum obat? pemeriksa kemudian memberitahukan pada pasien agar setelah pulang dari rumah sakit agar rajin minum obat. Pemeriksa juga memberitahukan pada pasien bahwa pasien secara fisik memang tidak sakit, namun jiwa pasien yang sedikit mengalami gangguan, sehingga perlu diobati. Jika pasien teratur minum obat, maka pasien tidak akan mendengar lagi hal-hal yang membuat dirinya marah dan lama-kelamaan gangguan yang dialami pasien membaik. Pasien hanya terdiam dan mengangguk mendengarkan penjelasan pemeriksa. Pasien tahu kalau saat ini dirinya ada di ruang nonton, tahu kalau saat dilakukan pemeriksaan adalah sore hari, dan mengenal

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 5

kalau yang bersamanya saat ini adalah ibu kandungnya. Dari wawancara didapatkan hasil orientasi pasien baik mengenai waktu, tempat dan orang, karena mampu menjawab pertanyaan dengan baik. Pasien dapat menyebutkan jumlah saudaranya dan mengenal nama mereka, serta dapat mengingat nama sekolahnya. Pasien juga dapat menyebutkan menu makan siangnya dengan baik, dapat menyebutkan aktivitas pasien sebelum wawancara, yaitu bermain tenis meja serta dapat menyebutkan aktivitas yang dilakukan kemarin. Pasien selalu berkonsentrasi dengan baik dan penuh perhatian selama wawancara dilakukan. Pasien juga mampu

menyebutkan perbedaan dari meja dan kursi. Pasien juga dapat menyebutkan nama presiden, gubernur, serta walikota saat ini. Ketika diberikan gambar segilima dan lingkaran, pasien dapat menirunya seperti yang digambarkan oleh pemeriksa.

Heteroanamnesis Menurut ibu kandung pasien, pasien pernah masuk bangsal empati pada tahun 2012 karena mangamuk-ngamuk, sering bicara sendiri, serta sering bertengkar dengan saudaranya. Pasien dirawat di bangsal emati selama 3 minggu. Setelah pasien keluar, pasien dapat beraktivitas dan bekerja namun tidak kemempuan bekerjanya tidak seperti sebelumnya. Keluarganya sering mengingatkan pasien untuk minum obat, namun pasien selalu mengelak dan mengatakan bahwa dirinya tidak sakit lagi sehingga tidak perlu minum obat. Ibu pasien mengaku bahwa pasien sudah putus obat sejak bulan Juni 2012 dan diakui oleh ibunya bahwa pasien dapat beraktivitas walaupun tidak minum obat. Pasien juga tidak ngamuk-ngamuk lagi. Pada bulan Juni 2013 pasien mulai memperlihatkan perilaku aneh seperti sering keluar rumah, sering menyendiri, serta kadang

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 6

memukul-mukul tiang listrik serta sering melempar rumah orang sehingga mengganggu tetangga lain. Ibu pasien juga menceritakan bahwa kadang pasien tertawa sendiri, bicara sendiri, serta suka teriak-teriak, terutama pada malam hari. Ibu pasien juga mengaku bahwa gejala pasien saat bulan juni dan juli 2013 lebih berat dibandingkan sebelumnya. Pasien juga terlihat malas bekerja dan sering keluar rumah dengan tujuan yang tidak jelas. Menurut ibunya, pasien dulu adalah anak yang rajin namun pada saat sakit, pasien sangat malas dan terkadang tidak mau bekerja membantu ibunya. Menurut ibu kandung pasien, pasien sebelum sakit sangat pemalu dengan perempuan dan tidak memiliki pacar. Setelah pasien sakit, pasien mulai menampakkan keanehan seperti sering mengganggu perempuan yang lewat di depan rumahnya dan menganggap bahwa mereka semua adalah pacarnya. Ibu pasien mengatakan bahwa Om Nuil Neno Mesakh tidak ada dan bukan bapak mertua dari pasien. Ibu kandung pasien juga mengatakan bahwa pasien mulai terlihat aneh perilakunya setelah 2 bulan semenjak ayahnya meninggal. Pasien lebih sering mengurung dirinya, dan berdiam di kamar setelah kepergian ayahnya.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya Pasien pernah mengamuk-mengamuk pada bulan Maret 2012 sehingga dibawa ke rumah sakit dan dirawat selama 3 minggu di bangsal empati. Setelah keluar bangsal empati, gejala-gejala seperti mengamuk-ngamuk berkurang dan pasien dapat beraktifitas normal. Pada bulan Juni 2012, keluarga pasien tidak melakukan kontrol obat di poli jiwa karena pasien tidak mau minum obat. Pada awal juni tahun 2013, pasien mulai memperlihatkan perilaku suka bicara sendiri dan tertawa sendiri terutama pada tengah malam.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 7

d. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya Pasien sebelumnya adalah anak yang pendiam dan pemalu, serta jarang keluar rumah. Pasien merupakan anak yang ulet dan rajin bekerja dalam keluarganya. Jika berbuat masalah, maka pasien sering menghindar atau menjauh dari masalah tersebut. Pasien memiliki banyak teman. Semenjak putus sekolah, pasien mulai bergaul dengan teman-temannya, suka berkeliaran keluar rumah, dan terkadang pasien juga ikut-ikutan minum alkohol.

e. Riwayat Kehidupan Pribadi - Riwayat Prenatal dan Perinatal Pasien merupakan anak yang diinginkan. Pasien anak ke-3 dari 6 bersaudara. Pasien lahir secara normal dirumah, tidak ditolong oleh dukun dan tenaga kesehatan. Menurut ibunya pasien tidak mengalami luka-luka atau tidak terjatuh setelah dilahirkan. - Masa Kanak Dini (0-3 tahun) Pasien diberi ASI sampai berusia 1 tahun. Pada usia 4 bulan, pasien sudah diberikan makanan tambahan. Pasien mulai berjalan umur 1 tahun 3 bulan, muai berbicara pada usia 1 tahun. Pasien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan selama masa kanak dininya. - Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun) Walaupun tidak mendapat ranking di sekolahnya, tetapi pasien terus naik kelas sampai kelas 6 SD dan lulus ujian SD. Selama bersekolah di SD pasien juga tidak pernah mengalami masalah. - Masa Remaja Pasien merupakan anak yang pendiam, lebih senang tinggal di rumah dan membantu orangtuanya bekerja di kebun. Pada saat usia 13 tahun, ketika pasien kelas II SMP, pasien berhenti

sekolah karena pernah membuat masalah dengan temannya.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 8

Pasien dipanggil oleh kepala sekolahnya, namun pasien menghindar dengan cara tidak pernah datang ke sekolah. Semenjak saat itu pasien mulai tidak masuk sekolah dan berhenti melanjutkan pendidikan. Setelah putus sekolah, pasien kemudian mulai merokok dan berteman dengan teman-teman kompleks yang tergolong nakal. Pasien kadang-kadang minum alkohol karena dipaksa oleh teman-temannya. Semenjak saat itu, pasien mulai melawan dan tidak menjadi anak yang penurut lagi. Orang tuanya kadang memarahi pasien, namun pasien juga sering melawan dan keluar rumah bersama teman-temannya. - Masa dewasa Riwayat Pendidikan Pasien bersekolah di SDN Naioni sampai kelas 6 SD, selalu naik kelas dan lulus SD walaupun pasien tidak terlalu pintar. Pasien kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN 17 Naioni. Saat pasien kelas II SMP pasien melakukan perkelahian dengan temannya sehingga diberikan surat panggilan dari kepala sekolah untuk dirinya dan orang tuanya. Pada saat itu pasien ketakutan sehingga tidak pernah datang lagi ke sekolah. Orang tuanya sudah memaksa, namun pasien tetap bersikeras untuk meninggalkan

sekolahnya karena takut bertemu kepala sekolah. Riwayat Pekerjaan Pasien sehari-hari bekerja membantu ibunya di kebun, namun kadang-kadang pasien juga bekerja sebagai penggali batu untuk membantu keluarganya. Riwayat Psikoseksual Menurut ibu kandung pasien dan keluarganya, pasien sampai saat ini tidak mempunyai pacar, namun semenjak sakit pasien merasa bahwa pacarnya sangat banyak. Pasien mulai mimpi basah sejak usia 14 tahun.
Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 9

Riwayat Agama Pasien beragama kristen protestan sesuai dengan agama ayah dan ibunya. Pasien rajin ke gereja ketika tidak sakit, namun semenjak dirinya berperilaku aneh, pasien jarang ke gereja lagi.

Aktivitas Sosial Pasien bergaul baik dengan teman-temannya. Sering mengikuti perkumpulan pemuda gereja.

Riwayat Pelanggaran Hukum Menurut keluarga dan pasien sendiri, pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang membuat pasien masuk penjara.

Situasi Kehidupan Sekarang Saat ini pasien tinggal dengan ibu kandung, saudara-saudaranya, serta kadang tinggal bersama tantenya yang rumahnya berada 15 meter di samping rumahnya. Saat dilakukan kunjungan, pasien belum berada di rumah. Pemeriksa bertemu dengan ibu kandung pasien, tante pasien, serta adik perempuan kandung pasien yang masih duduk di bangku SMP kelas II. Rumah pasien berukuran kecil (5x6 meter), berdinding bebak, berlantai tanah, beratap seng dan tidak memiliki plafon. Di dalam rumah terdapat 2 kamar tidur yang hanya dibatasi dengan tirai, 1 ruang tengah, serta 1 ruang tamu. Dapur dan WC dibuat terpisah dari rumah. Dapur berada di luar rumah. Sedangkan WC juga berada di luar rumah, dengan jarak dari rumah sekitar 10 m. WC tersebut dipakai bersama dengan tante pasien yang hidup sendirian. Pasien biasanya tidur di kamar yang berukuran 2x2 meter bersama 2 orang adik laki-lakinya. Adik perempuan biasanya tidur dengan ibu kandung pasien, sedangkan kakak pasien lebih sering tidur di rumah tantenya. Kamar pasien sangat sempit sehingga hanya terdapat tempat

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 10

tidur dan tidak terdapat barang lain selain tempat tidur. Pasien diketahui memiliki hubungan yang akur dengan keluarganya, namun terkadang pasien sering berselisih paham dengan kakak kandungnya. Pasien diakui oleh keluarga merupakan anak yang rajin dan penurut serta jarang keluar rumah, namun semenjak dia bergaul dengan teman-temannya yang nakal, dia menjadi anak yang sering melawan orangtua. Menurut pengakuan ibu kandung pasien, pasien merupakan anak yang selalu menghindar jika ada masalah.
WC

dapur

Kamar pasien Ruang tengah

Kamar

Ruang tamu

Rumah Tante Pasien 6m Rumah Pasien 6


kamar Ruang tengah Kamar

kamar

Ruang tamu

Riwayat Keluarga

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 11

Pasien merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara. Kakak keduanya meninggal saat berusia 1 tahun ketika pasien belum dilahirkan. Dalam keluarga pasien seorang tantenya ada yang menderita gejala yang sama. Riwayat anggota keluarga lain yang memiliki gejala seperti pasien tidak ada. : :Laki Laki : Perempuan : Pasien : tante pasien

Keterangan :

III.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 29 Agustus 2013) a. Deskripsi Umum Penampilan : laki-laki, dewasa muda, sesuai umur, tampak menggunakan baju kaos berwarna putih dilapisi jaket hitam dan celana jeans yang digulung sebetis, kuku dan rambut tidak terawat. Perilaku dan psikomotor: pasien tampak tenang. Saat diwawancara pasien dalam keadaan duduk di ruang santai sambil menonton televisi. Kontak mata (+). Sikap terhadap pemeriksa: pasien kooperatif

b. Mood dan Afek Mood Afek Keserasian : Eutimia : Terbatas : Sesuai

c. Pembicaraan

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 12

Pasien berbicara dengan Spontan, volume sedang, intonasi sedang dan kecepatan bicara normal

d. Persepsi Halusinasi visual (+), dimana pasien sering melihat bayanganbayangan yang dikatakan sebagai bapak mertua pasien pada saat pasien sadar. Halusinasi auditorik (+), pasien sering mendengar suara bisikan orang-orang yang memaki dirinya yang berasal dari telingapasien, bukan dari hati pada saat pasien sadar.

e. Proses Pikir - Bentuk pikir - Arus pikir : Tidak logis : Koheren

f. Isi pikir Erotomania (keyakinan yang keliru), dimana pasien merasa kalau dirinya disukai oleh banyak wanita, walaupun sudah dibantah dan diberitahu, tapi pasien masih mempercayai dan meyakinkan pemeriksa bahwa dirinya disukai oleh banyak wanita, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

g. Kesadaran dan Kognisi Taraf Kesadaran dan Kesigapan Orientasi Waktu Tempat : baik (pasien dapat : Kompos Mentis

mengetahui waktu dilakukan pemeriksaan adalah sore hari) : baik (pasien

mengetahui tempat dilakukan wawancara adalah di ruang televisi)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 13

Orang

: baik (pasien mampu

mengenali anggota keluarga dan pemeriksa sendiri) Daya Ingat Daya Ingat Jangka Panjang : baik (pasien dapat

mengingat nama sekolahnya, jumlah saudaranya, serta tanggal lahirnya) Daya Ingat Jangka Sedang : baik (pasien mampu

mengingat aktivitas yang dilakukannya kemarin) Daya Ingat Jangka Pendek : baik (pasien mampu

menceritakan apa menu makan siangnya, serta mengingat aktivitas yang baru selesai dikerjakan olehnya) Konsentrasi dan Perhatian : baik (selama

wawancara berlangsung, ppasien selalu menjawab pertanyaan pemeriksa dan selalu melakukan apa yang diperintahkan oleh pemeriksa) Kemampuan Visuospasial : baik (Pasien mampu

menggambar lingkaran dan segilima yang saling berdempet dengan tepat) Pikiran Abstrak membedakan kursi dan meja) Inteligensi dan Kemampuan informasi : baik (Pasien : baik (pasien bisa

mengetahui nama presiden RI, Gubernur NTT, serta Walikota Kupang saat ini) Bakat Kreatif Kemampuan Menolong diri Sendiri : bermain bola kaki : baik (pasien mampu

melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik seperti bangun tidur tanpa dibengunkan, dapat mandi, makan, dan mengurus diri sendiri) h. Pengendalian Impuls Pengendalian impuls terkendali. Pasien berada di ruang tenang pria. Selama dilakukan wawancara pasien kooperatif. Kontak mata
Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 14

(+) dan tampak tenang. Menurut pasien pasien tidak ada keinginan untuk mencelakai orang lain

i. Daya Nilai dan Tilikan Penilaian realita Tilikan : terganggu :1

j. Taraf dapat Dipercaya Dapat dipercaya

IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT a. Status Internistik Kepala : bekas luka (-), tanda-tanda radang (-), Wajah : Dalam Batas Normal Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung (+/+) Telinga : serumen(-), tanda- tanda radang (-), nyeri tekan mastoid () Bibir : mukosa merah muda, Mulut : tonsil hiperemi(-) Leher : pembesaran KGB (-), Thyroid (-), Trakea berada di tengah (+) Thoraks : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : Edema (-), Tanda- tanda radang (-), Luka (-) Tanda-Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg, Nadi 88x/menit, regular, kuat angkat, pernapasan : 20x/menit. Suhu 36,5 oC

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 15

b. Status Neurologis Kesadaran= kompos mentis Kekuatan Motorik 5/5-5/5, tremor (+) Reflek Fisiologis : Dalam Batas Normal Reflek Patologis: (-),

c. Laboratorium/Penunjang Tidak dilakukan

d. Pemeriksaan Psikologi Tidak dilakukan

V.

TEMUAN-TEMUAN POSITIF a. Tn YT umur 20 tahun, sering berbicara sendiri, mengamuk, melempar rumah tantenya, dan memukul tiang listrik. b. Pasien pernah masuk bangsal empati pada tahun 2012 karena mengamuk-ngamuk c. Pasien mendengar suara yang memaki dirinya. Suara didengar pada kedua telinga, pada saat pasien sadar dan bukan pada saat tidur. d. Pasien melihat bayangan mertua yang mendatanginya padahal orang lain tidak melihat bayangan tersebut. e. Pasien mengakui bahwa dirinya memiliki pacar banyak, padahal kenyataannya tidak. Pasien telah dibantah namun tetap meyakini hal tersebut. f. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan seruapa: Ada, yaitu : tantenya (kakak perempuan dari bapaknya) g. Kepribadian yang selalu takut manghadapi masalah, pendiam dan pemalu h. Status mental

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 16

- Penampilan : Penampilan : laki-laki, dewasa muda, sesuai umur, tampak menggunakan baju kaos berwarna putih dilapisi jaket hitam dan celana jeans yang digulung sebetis, kuku dan rambut tidak terawat. - Perilaku dan aktivitas motorik : pasien tampak tenang. Saat diwawancara pasien dalam keadaan duduk di ruang santai sambil menonton televisi. Kontak mata (+). Pasien terlihat kaku dan ketika tangannya diangkat ke depan terlihat tremor. - Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif, saat dilakukan pemeriksaan pasien mau menjawab pertanyaan pemeriksa. - Pembicaraan : spontan intonasi sedang, volume sedang, kecepatan normal - Mood dan afek : Mood eutimia, terbatas dan serasi. - Persepsi : Halusinasi auditorik (+) yakni pasien mendengar adanya bisiskan orang yang memaki dirinya dan membuatnya marah. Halusinasi visual (+), pasien melihat adanya bayangan sesesok lelaki yang dipanggil om Neil Neno Mesakh yang menyuruhnya untuk pulang. - Proses Pikir :tidak logis, koheren - Isi Pikir : erotomania

VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK : F20.0 Skizofrenia Paranoid

AXIS I

Memenuhi kriteria umum skizofrenia, yaitu: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): (a)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 17

-thought echo= isi pikiran dirinyaa sendiri yang berulang atau bergemma dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda; atau - thought insertion or withdrawal= isi pikiran yang assing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya; dan -thought broadcasting yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya. (b) - delusion of control yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau -delusion of influence yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau -delusion of passivity yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau pengindraan khusus); -delusional perception yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat (c) Halusinasi Auditorik - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien atau; - Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 18

Pasien mengatakan mendengar suara-suara orang yang memaki dirinya . suara-suara tersebut terdengar jelas di telinga dan dalam keadaan sadar. (d) Waham-waham menetap jenis lainnya menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas: Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama menerus. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau flrksibilitas cerea, berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus-

negativisme, mutisme, dan stupor Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar biassanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Adanya gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 19

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Kriteria Diagnosis Skizofrenia Paranoid Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Sebagai tambahan Halusinasi dan atau waham harus menonjol: Suara-suara halusinasi yang mengancam atau yang memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing) Pasien mengatakan mendengar suara-suara orang yang memaki dirinya . suara-suara tersebut terdengar jelas di telinga dan dalam keadaan sadar. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delusion of passivity), keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dororngan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata menonjol. AXIS II : Z.O3.2 tidak ada diagnosis Ciri kepribadian cemas, pendiam dan pemalu AXIS III : Tidak ada penyakit sistemik yang menyertai

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 20

AXIS IV (keluarga) AXIS V

Masalah

denganprimary

support

group

GAF saat ini : 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik GAF 1 tahun yang lalu : 80-71, gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik VII. EVALUASI MULTIAKSIAL : F20.0 Skizofrenia Paranoid : Z03.2 Tidak ada diagnosis. Ciri kepribadian cemas, pendiam dan pemalu Axis III Axis IV Axis V : Tidak ada penyakit sistemik yang menyertai : Masalah dengan primary support group (keluarga) : GAF saat ini : 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik GAF 1 tahun yang lalu : 80-71, gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik VIII. DAFTAR MASALAH a. Organo Biologik: -

Axis I Axis II

b. Psikologik - Gangguan persepsi: halusinasi auditorik dan halusinasi visual - Gangguan proses dan isi pikir: bentuk pikir tidak logis, arus koheren, adanya erotomania - Gangguan daya realita, tilikan 1

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 21

- Ciri kepribadian cemas, pendiam, dan pemalu

IX.

RENCANA TERAPI a. Farmakoterapi Haloperidol 2x7,5 mg Trihexyphenidil 2x2 mg Chlorpromazine 2x100 mg

b. Psikoedukasi Pasien - Mengedukasi pasien untuk dapat mengontrol dan tidak terpaku dengan halusinasinya dengan cara melakukan aktivitas lain yang bermanfaat. - Mengedukasi pasien mengenai pentingnya pengobatan,

memotivasi pasien untuk minum obat secara teratur.

c. Psikoedukasi Keluarga - Mengedukasi keluarga untuk memberi dukungan penuh pada pasien dan menciptakan suasana yang kondusif bagi pasien. - Mengedukasi keluarga pasien untuk memantau pengobatan pasien dan menjelaskan efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan. - Mengedukasi keluarga untuk rajin kontrol atau memeriksakan pasien terutama jika timbul keluhan yang lebih berat.

X.

PROGNOSIS Dubia ad malam : Faktor yang memperingan : o Diagnosis skizofrenia paranoid

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 22

o Adanya dukungan keluarga o Pasien telah menjalani pengobatan o Muncul pada usia dewasa

Faktor yang memperberat : o Belum menikah o Pasien dengan jenis kelamin laki-laki o Perjalanan penyakit yang kronis o Riwayat Keluarga memiliki gangguan yang sama o Riwayat pendidikan yang rendah o Status ekonomi menengah kebawah

XI.

DISKUSI

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu schizo yang artinya terbagi, terpecah dan phrenia yang artinya pikiran. Jadi didefinisikan sebagai pikiran yang terbagi atau terpecah. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear concioussness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara. Walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Onset terjadinya gejala dari skizofrenia berlangsung dalam kurun

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 23

waktu satu bualan atau lebih dan disertai dengan halusinasi dan waham yang menonjol. Kemudian harus ada satu perubahan yang konsisten dalam mutu keseluruhan. (1) Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidupnya. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara usia 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Awitan setelah umur 40 jarang terjadi. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki- laki bila dibandingkan dengan perempuan. (2) Pasien sudah menampakkan perubahan perilaku sejak pasien berusia 18 tahun dimana saat itu pasien baru saja mengalami kedukaan karena ayahnya meninggal dunia. Skizofrenia adalah penyakit kronik. Skizofrenia dapat terjadi pada beberapa fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala-gejala yang nonspesifik yang lamanya bisa minggu, bulan, ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang, dan fungsi perawatan diri. Pada fase aktif gejala positif atau psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala-gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif atau psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan, dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 24

Etiologi skizofrenia hingga saat ini belum pasti. Banyak teori-teori yang menyatakan ada pengaruh faktor biologi, lingkungan, faktor genetik, kelainan anatomis dan proses biokimiawi yang terjadi di otak seperti teori neurotransmitter otak dopamine, serotonin, GABA (Gamma Amino Butyric Acid).2,3 Pada pasien ini, perjalanan skizofrenia sudah berjalan kronis (kurang lebih 1 tahun). Stressor dari lingkungan dan keluarga memiki pengaruh yang besar terhadap kejadian skizofrenia, pasien mengalami peristiwa emosional yang bermakna yaitu ketika ayahnya meninggal kemudian membuat pasien mengalami kehilangan. Adanya stress yang merupakan peristiwa tunggal disertai dengan kepribadian premorbid dari pasien yang pendiam, pemalu serta suka menghindar dari masalah (cemas) dapat menjadi faktor resiko yang mendukung terjadinya skizofrenia.4 Pada skizofrenia paranoid, gangguan halusinasi dan/atau waham harus menonjol. Dan gangguan afektif dorongan kehendak, katatonik dan pembicaraan relatif tidak menonjol atau tidak nyata. Pada pasien terlihat bahwa waham dan halusinasi tampak secara nyata dimana pasien sering mendengar suara- suara yang memaki-maki dirinya. Serta adanya keyakinan yang keliru (erotomania) mengenai dirinya yang memiliki banyak pacar walaupun sudah dibantah tapi pasien tetap bersikeras mempertahankan pendapatnya. Pada pasien tidak ada gangguan afek yang menonjol, pembicaraan spontan, volume sedang, intonasi sedang, serta kecepatan bicara normal. Untuk gerakangerakan katatonik tidak ditemukan pada pasien.(1) Waham pada gangguan skizofrenia paranoid dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi dan keyakinan dikejar- kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas. Pada pasien tidak ditemukan waham-waham tersebut, namun pasien menampakkan erotomania. (1)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 25

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala-gejala di atas yang mendukung diagnosis skizofrenia paranoid berdasarkan PPDGJ III. Skizofrenia merupakan penyakit yang cenderung berlanjut (kronis atau menahun) maka terapi yang diberikan memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan sampai bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relaps). Terapi yang komprehensif dan holistik telah dikembangkan sehingga penderita skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi dan lebih manussiawi dibandingkan dengan pengobatan sebelumnya. Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan untuk

menghilangkan gejala skizofrenia. Golongan obat psikofarmaka yang sering digunakan di Indonesia (2001) terbagi dua: golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua (atypical). Golongan typical antara lain chlorpromazine HCl, trifluoperazine, dan haloperidol. Sedangkan golongan atypical antara lain: risperidone, clozapine, quetiapine, olanzapine, zotetine, dan ariprimazole. Obat atypical memiliki kelebihan antara lain: dapat menghilangkan gejala positif dan negatif, efek samping Extra Pyramidal Symptoms (EPS) sangat minimal atau boleh dikatakan tidak ada, dan memulihkan fungsi kognitif. Pemakaian obat golongan typical hanya mampu megatasi gejala positif tetapi kurang efektif untuk mengatasi gejala negatif. Prinsip pengobatan pasien dengan skizofrenia paranoid ialah dengan farmakoterapi dan psikoterapi. Untuk terapi farmakologi pada pasien diberikan haloperidol 2x7,5 mg yang merupakan antipsikosis generasi pertama dengan efek antipsikosis yang kuat dan efek samping sedative yang lemah. Pada pasien ini juga diberikan Chlorpromazine 2x100 mg untuk mendapatkan efek sedasi, sehingga pasien dapat tidur lelap dan tenang. Pasien juga mendapat Trihexyphenidil 2x2 mg sebagai antiparkinson (mengobati efek samping pemberian anti psikotik Haloperidol). Pada pasien karena digunakan Chlorpromazine, maka untuk mencegah efek samping hipotensi ortostatik maka pada

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 26

pasien diberikan edukasi bahwa jika

bangun dari tidur, jangan

langsung duduk atau berdiri akan tetapi berbaring sebentar sambil melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar baru dapat duduk atau berdiri secara perlahan-lahan. Jika hipotensi ortostatik terjadi, maka sebaiknya menyuruh pasien untuk meletakkan kaki lebih tinggi dari badan. Untuk memantau efek antipsikotik terhadap pasien, maka dilakukan pemantauan terhadap perubahan gejala pada pasien selama 2-3 hari (initial dose). Bila pasien belum menunjukkan perubahan, maka dosis dinaikkan 2-3 hari pengamatan sampai mencapai dosis efektif. Evaluasi dilanjutkan setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan sampai ke dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12 minggu. Setelah itu diturunkan setiap 2 minggu sampai ke dosis maintenance untuk dipertahankan hingga 6-24 bulan dimana diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu. Tappering off dilakukan 2-4 minggu hingga akhirnya stop. Selain farmakoterapi, terapi yang tidak kalah penting dan sulit untuk pasien adalah dapat psikoterapi. Psikoterapi pasien pada penderita terapi

sskizofrenia

diberikan

apabila

dengan

psikofarmaka sudah mengalami pemulihan dalam menilai realitas. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah edukasi keluarga mengenai pentingnya dukungan keluarga terhadap pasien agar tercipta

lingkungan yang kondusif bagi pasien. Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis. Pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi setelah bertahun-tahun. Prognosis tergantung pada gejala, tipe skizofrenia dan pengobatan yang diterima. Indikator yang dapat dihubungkan dengan prognosis yaitu penyesuaian premorbid yang baik, sedikit trai sschizoid, premorbid stressor pencetus yang berat, onset gejala mendadak, sedikit penumpuan afektif, gejala singkat dan tidak ada saudara yang mengalami skizofrenik.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 27

XII.

FOLLOW UP

1 September 2013 dilakukan di rumah sakit S : pasien bisa tidur nyenyak, makan dan minum baik, perasaan senang karena bisa ketemu dokter muda. Pasien bisa melakukan aktivitas pribadi tanpa tergantung keluarga. Pasien mengaku sudah tidak melihat bayanganbayangan dan tidak pernah mendengar bisikan lagi. Pasien masih meyakini bahwa dirinya ditunggu oleh pacarnya di kampung dan ingin segera keluar dari rumah sakit supaya bisa bertemu pacarnya. Padahal pasien sama sekali tidak memiliki pacar. O: a. Deskripsi Umum Penampilan : laki-laki 20 tahun, penampilan sesuai dengan usia, rapi dan bersih Perilaku dan psikomotor : Tenang Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif b. Mood dan afek Mood : Eutimia Afek : terbatas : Pasien berbicara spontan, volume dan intonasi Serasi : Serasi c. Pembicaraan sedang, kecepatan sedang d. Persepsi : Saat ini Halusinasi auditorik (-) e. Proses Pikir: tidak logis, koheren f. Isi pikir : erotomania g. Kesadaran : baik h. Pengendalian impuls : terkendali i. Daya nilai dan tilikan Penilaian realita : Terganggu Tilikan :1 : dapat dipercaya j. Taraf dapat dipercaya

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 28

k. Status Internus

: dalam batas normal, (a. TD : 120/80, N :

108x/min, Rr: 18x/min l. Status Neurologis : dalam batas normal A : Skizofrenia Paranoid P : Haloperidol 2 x 7,5 mg Triheksiphenidil 2x2 mg Chlorpromazine 2x100 mg

2 September 2013 dilakukan di rumah sakit. S : pasien bisa tidur nyenyak, makan dan minum baik, perasaan hari ini senang karena pasien sudah ingin pulang. Pasien bisa melakukan aktivitas pribadi tanpa tergantung keluarga. Pasien mengaku sudah tidak melihat bayangan-bayangan dan tidak pernah mendengar bisikan lagi. Pasien masih meyakini bahwa dirinya ditunggu oleh pacarnya di kampung dan ingin segera keluar dari rumah sakit supaya bisa bertemu pacarnya. Padahal pasien sama sekali tidak memiliki pacar. O: a. Deskripsi Umum Penampilan : laki-laki 20 tahun, penampilan sesuai dengan usia, kurang rapi, bersih memakai baju biru tua dan celana training biru dengan mimik muka yang ceria. Perilaku dan psikomotor : Tenang, namun pasien nampak berjalan kaku dan lambat. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

b. Mood dan afek Mood : Eutimia Afek : terbatas


Page 29

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Serasi : Serasi

c. Pembicaraan : Pasien berbicara spontan, volume dan intonasi sedang, kecepatan sedang d. Persepsi e. Proses Pikir f. Isi pikir : Halusinasi auditorik (-) : tidak logis, koheren : erotomania (keyakinan yang keliru bahwa dirinya sudah

ditunggu-tunggu oleh pacarnya di kampung, padahal hal ini tidak benar) g. Kesadaran : baik

h. Pengendalian impuls : terkendali i. Daya nilai dan tilikan Penilaian realita Tilikan : 1 : Terganggu

j. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya k. Status Internus : dalam batas normal, ( TD : 100/70, N : 96x/min, Rr: 20x/min l. Status Neurologis : dalam batas normal A : Skizofrenia Paranoid P : Haloperidol 2 x 7,5 mg Triheksiphenidil 2x2 mg Chlorpromazine 0-0-100 mg Diazepam 2x2,5 mg

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 30

4 September 2013 dilakukan di rumah sakit. S : pasien bisa tidur nyenyak, makan dan minum baik, perasaan biasa-biasa saja karena belum dibolehkan pulang. Pasien bisa melakukan aktivitas pribadi tanpa tergantung keluarga. Pasien mengaku sudah tidak melihat bayanganbayangan dan tidak pernah mendengar bisikan lagi. Pasien mengaku ingi cepat pulang ke rumah supaya bisa bantu ibunya. O: a. Deskripsi Umum Penampilan : laki-laki 20 tahun, penampilan sesuai dengan usia, rapi, bersih. Perilaku dan psikomotor : Tenang, pasien nampak kaku dan jalannya terlihat seperti robot. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

b. Mood dan afek Mood Afek Serasi : Eutimia : Terbatas : Serasi : Pasien berbicara spontan, volume dan intonasi

c. Pembicaraan

sedang, kecepatan sedang. d. Persepsi : Halusinasi auditorik (-) e. Proses Pikir f. Isi pikir g. Kesadaran : tidak logis, koheren : waham (-) : baik

h. Pengendalian impuls : terkendali i. Daya nilai dan tilikan Penilaian realita : Terganggu Tilikan :1 : dapat dipercaya

j. Taraf dapat dipercaya k. Status Internus Rr: 16x/min

: dalam batas normal, ( TD : 100/60, N : 90x/min,

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 31

l. Status Neurologis : dalam batas normal A : Skizofrenia Paranoid P : Haloperidol 2 x 7,5 mg Triheksiphenidil 2x2 mg Chlorpromazine tunda Diazepam 2x5 mg

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 32

DAFTAR PUSTAKA

1. D. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2001. Hal 46-49, 103. 2. Elvira,SD ; Hadisukanto,G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal 170-195. 3. Lumbantobing,S.M. Skizofrenia Gila. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal. 4-43. 4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 1999. Hal 14-21. 5. Sadock, B.J; Sadock,V.A. Kaplan & Sadocks Synopsis Of Psychiatry 10th edition. New York : Lippincott Williams & Walkins. 2007. Hal 723724. 6. Lum Bantobing. Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal.42-43

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid

Page 33

Anda mungkin juga menyukai