Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan Dispepsia

Disusun oleh : EKO HEDYARTO 32-090-08-1-2012

PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XX PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

A. Pengertian Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak enak di perut bagian ulu hati (NN, 2004). Pendapat lain menyebutkan bahwa dispepsia adalah kelainan di dalam tubuh akibat reaksi tubuh terhadap keadaan sekeliling yang menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme yakni makanan di dalam saluran pencernaan, terutama menyerang usia produktif 30 - 50 tahun (NN, 2002). Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (1999:488) dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Ahli lain berpendapat bahwa dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 1995:153). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dispepsia merupakan kumpulan keluhan yang meliputi rasa nyeri pada ulu hati, perih, mual, rasa panas di dada , anoreksia, lekas kenyang, kembung, dan regurgitasi akibat gangguan sistem pencernaan. B. Penyebab Menurut Hadi (1995), penyebab dispepsia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. 1. Dispepsia organik (dispepsia yang penyebabnya sudah pasti) Jarang ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebabnya antara lain sebagai berikut. a. Dispepsia tukak (ulcus like dyspepsia) Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak makan (night pain) b. Dispepsia tidak tukak Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada klien gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda tukak. c. Refluks gastroesofagus Gejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi terutama setelah makan. d. Penyaki tsaluran empedu Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung. e. Karsinoma 1) Kanker esofagus Keluhan berupa disfagia, tidak bisa makan, perasaan penuh di perut, penurunan berat badan, anoreksia, adenopati servikal, dan cegukan setelah makan.

2) Kanker lambung Yang paling umum adalah adenokarsinoma yaitu tumor epitel. Keluhan berupa rasa tidak nyaman pada epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan kembung setelah makan. 3) Kanker pankreas Gejala yang paling umum antara lain penurunan berat badan, ikterik, dan nyeri daerah punggung atau epigastrik. 4) Kanker hepar Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan mungkin menyebar ke skapula kanan, penurunan berat badan, epigastrik terasa penuh, dan anoreksia. f. Obat-obatan Golongan Non Steroid Inflammatory Drugs (NSID) dengan keluhan berupa rasa. sakit atau tidak enak di daerah ulu hati, disertai mual dan muntah. g. Pankreatitis Keluhan berupa mendadak yang menjalar ke punggung, perut terasa makin tegang dan kencang. h. Sindrom malabsorpsi Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus dan perut kembung. i. Gangguan metabolisme Sebagai contoh diabetes dengan neuropati sering timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat sehingga menimbulkan nausea, vomitus, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid menimbulkan rasa nyeri di perut, vomitus, nausea, dan anoreksia. 2. Dispepsia fungsional (dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran cerna) Penyebabnya antara lain : a. Faktor asam lambung klien Klien biasanya sensitif terhadap kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri. b. Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan Stres dan faktor lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, clan vaskularisasi. c. Gangguan motilitas Mekanisme timbulnya gejala dispepsia mungkin dipengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya : pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks gastroduodenal. Penyebab lain dispepsia antara lain sebagai berikut : a. Menurut NN (2004) 1) Adanya kuman H. pylori 2) Gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung 3) Makanan yang berlemak

4) Kopi, alkohol, rokok b. Perubahan pola makan dan pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama (NN, 2002). C. Manifestasi klinis 1. nyeri perut (abdominal discomfort) 2. Rasa perih di ulu hati 3. Mual, kadang-kadang sampai muntah 4. Nafsu makan berkurang 5. Rasa lekas kenyang 6. Perut kembung 7. Rasa panas di dada dan perut 8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba D. Patofisiologi Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan. E. Pathways
Organik Kopi dan alcohol

Dyspepsia
Fungsional

Stress Perangsangan saraf simpati NV

Respon mukosa lambung

Produksi HCL dilambung


Mual dan muntah

vaso dilatasi mukosa gaster HCL kontak dengan mukosa gaster


Nyeri

Eksfeliasi(Pengelupasan)

Kekurangan volumecairan b.dkehilangan cairan aktif

Nyeri epigastrium b/d iritasi pd mukosa lambung

F. Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis menurut Selamihardja (1997) adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui adanya kuman H. pylori dapat dilakukan pemeriksaan melalui beberapa cara. 1. Pemeriksaan non invasif Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan serologi (pemeriksaan serum darah; positif atau tidak). Hasil positif menunjukkan adanya infeksi oleh H. Pylori. 2. Pemeriksaan invasif Berupa pemeriksaan histologi atau patologi anatomi serta pemeriksaan CLO (Campylobacter Like Organism). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pencampuran hasil biopsi jaringan pencernaan dengan zat khusus. Selang 24 jam campuran tersebut akan menunjukkan hasil negatif dalam warna kuning dan hasil positif jika berwarna merah. Hasil positif menunjukan adanya kuman H. pylori. 3. Pemeriksaan dengan sistem PCR (Polymerase Chain Reaction) Dilakukan dengan cara penyedotan cairan perut melalui selang yang dimasukkan lewat lubang hidung. Kemudian cairan tersebut diperiksa menggunakan mikroskop. Jika penderita terinfeksi H. pylori maka pada mikroskop akan tampak kuman tersebut. 4. Entero test Menggunakan kapsul bertali nilon yang ditelan dengan bantuan air, tepi ujung tali tetap ditahan di luar mulut. Tali nilon tersebut akan menyerap cairan dari perut. Setengah jam kemudian pasien dapat menarik tali nilon secara perlahan keluar dari mulut. Cairan yang menempel pada tali dites di laboratorium. Hasil positif terinfeksi akan ditunjukkan oleh adanya kumpulan kuman H. pylori pada sampel cairan perut. Pemeriksaan klinis lain yang dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada organorgan tubuh antara lain : 1. Endoskopi Untuk mengetahui ada tidaknya luka di orofaring, warna mukosa menentukan ada tidaknya refluks esofagitis. 2. USG (Ultra Sonografi) 3. Bila diduga ada kelainan di pankreas, kelainan tiroid, dan tumor. G. Terapi dan pengobatan Menurut Manan (2001) pengobatan yang diberikan pada penderita dispepsia adalah : 1. Suportif Ditujukan terhadap perubahan pola kebiasaan terutama mengenai jenis makanan yang berpengaruh. 2. Medikamentosa Pemakaian antasid dalam jangka pendek dapat mengurangi keluhan pasien. Obat-obat golongan anti asam yang bekerja sebagai penghambat pompa proton dengan dosis

optimal pada saat awal terapi dan dilanjutkan setengah dosis pada tahap berikutnya. Metode pengobatan terbaru menurut Genval (1999 : 18) yang dituliskan oleh Manan (2001) dalam artikelnya yang berjudul penyakit Refluks Gastroesofageal - Esofagitis Refluks Pengobatan Masa Kini yaitu pengobatan satu obat dengan cara step down, yang dianjurkan adalah pemakaian PPI (proton pump inhibitor), dengan cara dosis awal dua kali, dilanjutkan dengan empat minggu setengah dosis awal. PPI generasi pertama yaitu golongan omeprarol, hansoprazol, dan pantopra-r.ol, sedangkan PPI generasi kedua yaitu esomeprazol. H. Pencegahan 1. Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabe, alkohol., dan pantang rokok, gunakan obat: secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung (NN, 2002). 2. Hindari makan bakmi berlebihan, khususnya dalam keadaan perut kosong karena air abu yang menguningkan bakmi sangat tajam bagi lambung (Manan, 1997). I. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Tucker,dkk,1998) antara lain: 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan mukosa lambung dan sekresi gastrik. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan makanan. 3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui rute normal yang berlebih : diare. 4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, dan status nutrisi berhubungan dengan kurangnya informasi. 5. Kurang pen;getahuan tentang kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan kurangnya informasi. 6. Risiko infe;ksi pada rektum berhubungan dengan diare yang berkepanjangan. J. Intervensi Penyusunan fokus intervensi mengacu pada beberapa sumber yaitu Tucker, dkk (1998), Doenges (2000), danNANDA (2001). 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan mukosa lambung dan sekresi gastric a. Tujuan : setelah tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang b. Kriteria hasil : 1) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang 2) Klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi 3) Raut,wajah rileks 4) Skala nyeri berkurang

c. Intervensi : 1) Kaji skala, letak, tipe, frekuensi, dan durasi nyeri Rasional : nyeri hebat mendadak dapat menandakan perforasi lambung. 2) Ajarkan teknik relaksasi Rasional : untuk mengurangi konstraksi otot 3) Berikan aktivitas yang menghibur Rasional : untuk mengalihkan perhatian terhadap nyeri 4) Berikan posisi yang nyaman Rasional : nyeri akan bertambah bila posisi tidak nyaman 5) Ciptakan lingkungan yang nyaman Rasional : mengurangi ketegangan emosi klien 6) Kolaborasi medis pemberian analgetik dan antasid Rasional : antasid akan menetralkan pH lamburig sehingga nyeri berkurang. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan makanan a. Tujuan dan kriteria hasil : 1) Klien dapat mentolelir diet tanpa rasa tidak nyaman 2) Posisi makan habis b. Intervensi : 1) Kaji status nutrisi, diet, pola makan, makanan yang dapat menc;etuskan nyeri. Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya yang optimal dan terfokus 2) Awasi pemasukan diet Rasional : untuk mengetahui keberhasilan tindakan 3) Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering Rasional : dapat meningkatkan jumlah asupan 4) Sajikan makanan dalam kondisi hangat Rasional : mengurangi rasa sebah 5) Anjurkan makan dalam posisi tegak Rasional : posisi tegak akan melonggarkan kerongkongan dan lambung 6) Berikan makanan berkalori tinggi Rasional : untuk memenuhi kebutuhan kalori klien yang kurang dari kebutuhan tubuh. 3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui rute normal yang lebih : diare a. Tujuan : 1) Fungsi usus normal, bising usus normal

2) Tidak ada mual dan muntah 3) Freku.ensi buang air besar satu sampai dua kali sehari, konsistensi feses padat b. Intervensi : 1) Awasi karakteristik, warna, konsistensi, frekuensi, dan jumlah feses. Rasional : untuk mengetahui tingkat kehilangan cairan 2) Auskultasi bunyi usus Rasional : untuk mengetahui jumlah bising usus per menit 3) Awasi masukan dan keluaran cairan Rasional : untuk mengetahui tingkat kehilangan cairan 4) Anjurkan masukan cairan 2500 - 3000 ml per hari Rasional : untuk mengurangi atau mengganti cairan yang hilang 5) Hindarkan makanan yang merangsang lambung Rasional : untuk mengurangi resiko nyeri pada lambung 6) Kolaborasi medis terapi anti diare dan ahli gizi untuk diet tinggi kalori. Rasional : untuk mempercepat proses penyembuhan 4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, dan status nutrisi berhubungan dengan kurangnya informasi a. Tujuan : 1) Klien dapat mengekspresikan pemahaman tentang hubungan penyebab antara makanan tertentu dan rasa tidak nyaman 2) Adanya pemahaman diet b. Intervensi : 1) Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya Rasional : berguna untuk menentukan intervensi selanjutnya 2) Diskusikan tentang agen penyebati dan penyakitnya Rasional : diharapkan klien mengetahui proses penyakitnya sehingga klien dapat berpartisipasi dengan baik dalam tindakan keperawatan dan pengobatan 3) Jelaslcan tanda dan gejala perforasi Rasional : agar klien dapat mendeteksi secara dini keluhan yang dirasakannya dan diharapkan dapat segera memeriksa diri jika gejala timbul sehingga komplikasi lainnya dapat dicegah 4) Jelaslkan mengenai kebutuhan nutrisi dan diet Rasional : agar klien mengerti tentang kebutuhan tubuh akan gizi dan program diet dapat berjalan dengan baik 5) Libatkan keluarga dalam perawatan Rasional : kedekatan klien dengan keluarga membuat klien lebih percaya

5. Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan kurangnya informasi. a. Tujuan : 1) Pasien dapat mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya cairan bagi tubuh 2) Pasien mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan. b. Intervensi : 1) Kaji pengetahuan pasien tentang kebutuhan cairan tubuh Rasional : berguna untuk menentukan intervensi selanjutnya 2) Jelask:an mengenai jumlah cairan yang dibutuhkan tubuh setiap harinya Rasional : diharapkan pasien mengetahui kebutuhan cairannya sehingga pasien pasien dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan. 3) Jelaskan tanda dan gejala kekurangan cairan Rasional : agar pasien dapat mendeteksi secara dini keluhan yang dirasakannya. 4) Jelaskan mengenai jenis-jenis makanan yang dapat menjadi sumber cairan. 6. Risiko infeksi pada rektum berhubungan dengan adanya diare yang berkepanjangan a. Tujuan : infeksi pada rektum tidak terjadi b. Kriteria hasil : 1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi 2) Tidak ada peningkatan kadar leukosit dalam darah 3) Tanda-tanda vital normal. c. Intervensi : 1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi Rasional : untuk mendeteksi secara dini adanya tanda-tanda infeksi 2) Monitor tanda-tanda vital Rasional : untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi 3) Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan daerah anus Rasional : untuk menurunkan risiko infeksi 4) Jelaskan mengenai tanda dan gejala infeksi Rasional : agar pasien dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala infeksi diharapkan dapat segera melaporkan pada perawat jika terdapat tanda dan gejala infeksi 5) Pertahankan masukan kalori clan protein dalam diet Rasional : untuk memenuhi kebutuhan energi dan mempertahankan ketahanan tubuh 6) Kolaborasi medis pemberian obat anti diare Rasional : untuk menghentikan diare sehingga infeksi pada rektum dapat dicegah

Anda mungkin juga menyukai