Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

Kanabis atau yang sering dikenal dengan nama ganja merupakan tanaman serat namun lebih dikenal orang karena kandungan narkotikanya.1 Ganja atau kanabis sering disalahgunakan oleh sekelompok orang sebagai bentuk pelarian dari masalah atau problematika yang dihadapi karena efeknya memberi ketenangan dan euforia mampu untuk menghilangkan stres yang dialami. Ganja merupakan tanaman yang dapat tumbuh hampir di seluruh dunia. Di indonesia terdapat 2-3 juta orang yang sudah pernah mengisap ganja. Pengguna pemula ganja terutama dikalangan anak usia muda.1 Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenangsenang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba termasuk ganja. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja, dimana meningkat tajam sejak 4-5 tahun terakhir karena mudahnya memperoleh ganja.2 Ganja mendominasi 65 % narkoba yang disita dan menempati urutan tertinggi penggunaannya didunia dibanding narkoba lainnya. Di Indonesia sendiri, Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2006 menyebutkan bahwa antara tahun 2001 sampai tahun 2005 terjadi peningkatan kasus narkotika yaitu dari 1.907 kasus di tahun 2001 menjadi 8.171 kasus di tahun 2005, kasus psikotropika dari 1.648 kasus tahun 2001 meningkat menjadi 6.733 di tahun 2005, dan kasus bahan zat adiktif dari 62 kasus di tahun 2001 menjadi 1.348 kasus di tahun 2005, dimana jenis NAPZA yang menjadi masalah utama di masyarakat yang pertama adalah heroin (putaw) sebesar 29 %, minuman keras (miras) sebesar 18,2% dan yang menduduki peringkat ketiga adalah ganja sebesar 17,6%. 2 Suatu penelitian tentang ganja dan kesehatan jiwa menyebutkan bahwa penggunaan narkoba dapat meningkatkan risiko timbulnya sakit jiwa hingga lebih

dari 40%. Efek euforia dari kanabis telah dikenal selama beribu-ribu tahun. Efek medis yang potensial dari kanabis sebagai analgesik, antikonvulsan, dan hipnotis telah lama dikenali pada abad ke 19 dan ke 20. Pemakaian ganja maupun jenis narkotika lainnya umumnya tidak mengenal usia, derajat sosial seseorang, status ekonomi miskin maupun kaya, status pendidikan, pekerjaan, agama, ataupun RAS. Semua orang dapat terjerumus dan bisa menjadi pengedar ataupun pecandu. Ketergantungan dan penyalahgunaan kanabis ataupun ganja dan narkotika lainnya bukan menjadi masalah baru. Kurangnya pemahaman dan pendidikan tentang zat-zat berbahaya ini menjadi salah faktor makin meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba.3,4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kanabis (Ganja) Ganja atau kanabis berasal dari tanaman cannabis sativa. Nama lainnya adalah charas, grass, dope, pot, weed, mull, bhang, dele, daun, cimeng dan hashish.2,3 Ganja hadir dalam berbagai bentuk dan merupakan tembakau hijau-seperti campuran daun. Ganja telah digunakan beratus-ratus tahun untuk kepentingan ritual. Ganja atau Kanabis adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya. Efek psikoaktif ganja karena mengandung tetrahidrokanabinol atau THC. THC termasuk depresan SSP yang mempunyai efek halusinogenik. ada 3 bentuk kanabis yang disalahgunakan, yaitu mariyuana daun atau bunga yang dikeringkan, harshish (resin THC) dan minyak harsish.2,3,4

B. Morfologi Kanabis (Ganja) Kanabis atau yang sering dikenal ganja merupakan tanaman semusim dimana tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecilkecil dalam dompolan di ujung ranting dan hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut3. Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan ganja disebut cannabis sativa. Tanaman ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu ganja betina dan ganja jantan. Ganja jantan tidak berbunga ataupun berbuah sehingga tidak dapat diambil hasilnya kecuali seratnya digunakan sebagai tali, sedangkan ganja betina berbunga dan berbuah. Ketika tanaman ini telah timbuh sempurna maka seluruh bagiannya mengandung zat psikoaktif yang secara keseluruhan dikenal sebagai cannabinoids.3,4

C. Senyawa Dalam Ganja Terdapat 50 zat terkandung dalam ganja dan lebih dari 400 senyawa cannabinoids ada pada sebuah pohon ganja salah satu yang terpenting adalah delta-9 tetrahydrocannabinol (THC) . Kandungan THC tergantung pada bagian dari tumbuhan ini, kondisi lingkungan terutama iklim dimana ganja tersebut tumbuh. Kandungan THC dalam ganja menjadi pembagi bentuk ganja menjadi tiga yaitu:3,5 1. Marijuana (bhang, ganja, ganga, sinsemilla) 2. Hashish (charas, cannabis resin) 3. Hash oil (liquid cannabis). Kandungan THC tertinggi terdapat pada pucuk bunga, kemudian menurun pada pucuk daun dan menurun lagi ke daun yang dibawahnya. Kandungan THC untuk marijuana berkisar antara 0,5 sampai 5 % namun untuk sinsemilla berkisar 7 sampai 14 %. Sadangkan hashish kandungan THC berkisar antara 2 sampai 8 % dan hashis oil berkisar diantara 15-50%. Tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) dapat membuat pemakainya mengalami euforia ( rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).2,3,6 Adapun Beberapa diantara senyawa kanabis tidak beracun dan terbukti mampu mengobati kanker, mengurangi kecenderungan psikotik pasien schizophrenia dan mengobati berbagai penyakit kronis lainnya. Senyawasenyawa berkhasiat medis tersebut diantaranya seperti:3 1. Cannabidiol (CBD) Setelah THC, CBD merupakan cannabinoids yang paling banyak ditelaah oleh ilmuwan. Ditemukan pertama kali tahun 1940, mayoritas ilmuwan mengatakan bahwa CBD menjadi satu-satunya cannabinoid
4

penting sebagai senyawa medis terbaik yang dimiliki pohon ganja. Hasil studi Antonio Zuardi yang diterbitkan The Brazilian Journal of Psychiatry tahun 2008 menemukan berbagai potensi medis dari cannabidiol untuk mengobati parkinson, alzheimer, serebral iskemia, diabetes, rheumatoid arthritis, inflamasi, mual dan kanker. Tahun 2009, ilmuwan dari Israel dan Itali mengembangkan temuan tersebut dan menemukan bahwa CBD memiliki sifat anxiolytic (anti-cemas), antipsikotik, anti-epilepsi, neuroproteksi, vasorelaxant (memperbesar

pembuluh darah), antispasmodic (meringankan keram otot), antiischemic (memperlancar suplai darah), anti-kanker, antiemetic

(menghilangkan mual dan muntah), anti-bakteri, anti-diabetes, antiinflammatory (anti peradangan/ pembengkakan), dan merangsang pertumbuhan tulang. 2. Cannabinol (CBN) Cannabinol adalah produk turunan dari THC. Pertama ditemukan ilmuwan pada tahun 1896. Senyawa cannabinol ditemukan dapat membantu proses tidur, mengurangi rasa sakit maupun keram, memperlambat gejala ALS (Penyakit Lou Gehrig), meningkatkan nafsu makan, dan menghentikan penyebaran residu obat-obat tertentu 3. Cannabichromene (CBC) CBC pertama kali ditemukan tahun 1966. Secara khusus banyak ditemukan pada tanaman ganja yang baru panen. Namun, penelitian terhadapnya belum dilakukan sebanyak CBD ataupun CBN. Sebuah ringkasan jurnal-jurnal di tahun 2009 menemukan fungsi CBC sebagai anti-inflammatory (anti peradangan/ pembengkakan), anti-mikroba, analgesik, anti-kanker, dan merangsang pertumbuhan tulang. Penelitian terbaru di tahun 2011 menemukan bahwa CBC dapat mempengaruhi ujung syaraf otonom dalam memodifikasi rasa sakit. 4. cannabigerol (CBG) CBG pertama kali ditemukan pada tahun 1964. Berdasarkan hasil temuan dalam The British Journal of Pharmacology tahun 2011, ekstraksi

CBG-chemotype dapat dijadikan agen antiseptik yang sempurna dan aman untuk membunuh bakteri. Studi terbaru kemudian menemukan bahwa senyawa non-psikoaktif tersebut mampu mengobati berbagai gangguan sistem syaraf otonom, termasuk epilepsi. 5. tetrahydrocannabivarin (THCV). Ditemukan tahun 1970, THCV merupakan senyawa khas yang dapat ditemui pada hashish Pakistan dan cannabis yang berasal dari selatan afrika. Berdasarkan dosisnya, THCV dapat menjadi agen antagonis bagi THC (dosis rendah THCV dapat menurunkan nafsu makan) atau malah sebaliknya (dosis tinggi THCV bermanfaat untuk proses pembentukan tulang). Tidak seperti CBD, CBN, CBC, dan CBG, dosis tinggi THCV mampu membuat orang yang mengkonsumsinya mengalami perasaan melayang-layang walaupun efeknya lebih rendah dari THC. D. Jenis-Jenis Kanabis Ditemukan 3 jenis tanaman kanabis yaitu Cannabis Sativa, Cannabis Indica, dan Cannabis Ruderalis. Ketiga jenis tanaman ganja ini memiliki kandungan THC yang berbeda-beda tingkat kadarnya.3,4, Cannabis Indica mengandung THC paling banyak kemudian disusul jenis Cannabis Sativa dan Cannabis Ruderalis. THC sendiri adalah zat Psikoaktif yang berefek halusinasi dan ini terdapat keseluruhan pada bagian tanama ganja, baik daun, ranting, ataupun bijinya. 5,7 Karena kandungan THC inilah maka setiap orang menyalahgunakan ganja akan terkena efek psikoaktif yang sangat membahayakan.

E. Cara Pemakaian kanabis (Ganja) Pemakaian kanabis / ganja sering dilakukan dengan cara merokok dalam bentuk seperti sigaret dengan menambahkan sedikit tembakau untuk memudahkan dalam membakarnya. Pemakaian hashish sering dicampur dengan cara merokok seperti sigaret namun lebih banyak menggunakan pipa air kecil yang disebut bong. Hashish juga sering dimakan dalam makanan yang sudah dimasak. Efek psikoaktif THC lebih cepat dengan cara dihisap

daripada dimakan. THC tidak dapat dilarutkan dalam air sehingga tidak memungkinkan dengan cara menyuntikkan.3

F. Efek Dari Penggunaan Ganja Efek penggunaan Ganja/kanabis berdasarkan dosis yang digunakan terdiri dari:4 Efek ganja pada dosis rendah Efek timbul setelah 2-3 jam setelah merokok ganja, yaitu berupa: Rileks, tenang bahkan tertawa sendiri Pada awal pemakaian merangsang nafsu makan Daya ingat berkurang atau hilang Mata merah, dan tekanan darah turun. 1. Efek ganja pada dosis besar Dosis besar akan menimbulkan efek seperti diatas tetapi dengan intensitas yang lebih tinggi dan masih disertai efek lain seperti dingin, kelelahan, euphoria, halusinasi, gelisah, panik, dan paranoid. 2. Efek jangka panjang Dari berbagai penelitian, efek jangka panjang pemakaian ganja berupa: Gangguan Saluran Pernapasan pemakaian kanabis umumnya dirokok atau dihisap. Kanabis mengandung tar lebih banyak dibandingkan tembakau, maka perokok ganja akan lebih besar kemungkinannya terserang bronkitis. Hilang motivasi Pengguna ganja akan mengalami lemah fisik, halusinasi sehingga prestasi kerja atau belajar sangat menurun. Fungsi otak menurun Kanabis dapat menghilangkan kemampuan mengingat, konsentrasi, dan dampaknya baru kembali setelahbeberapa bulan berhenti menggunakan.

Gangguan hormon Terjadi gangguan hormone reproduksi baik pada wanita atau lakilakiyang dapat berakibat gairah seks menurun, menstruasi tidak teratur dan jumlah sperma menurun. Gangguan sistem saraf Telah banyak ditemukan pengguna jangka panjang kanabis dapat mengalami psikosis (gangguan jiwa) yang ditandai dengan halusinasi, delusi, dan paranoid. Akibat yang ditimbulkan pada penyalahgunaan kanabis/ganja yang harus diwaspadai adalah ketergantungan baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan fisik dapat terjadi bila pasien mengurangi atau menghentikan penggunaan ganja yang biasa digunakan, maka akan mengalami gejala putus zat walaupun jarang ditemukan pada pengguana ganja. Ketergantungan psikis bila seorang pengguna tidak menggunakan ganja maka akan mengalami kerinduan yang kuat sekali untuk menggunakannya kembali, pengguna akan mencari dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan barang tersebut, walaupun tidak sedang mengalami gejala putus zat atau sedang di bawah tekanan seseorang.6

G. Dampak Sosial Dari Ketergantungan Terhadap Ganja Kecanduan ganja dapat menyebabkan berbagai efek samping pada setiap pengguna baik yang menggunakannya secara kasual ataupun pengguna jangka panjang. Beberapa gejala dari gangguan-gangguan ini meliputi hal-hal seperti gangguan tidur, gangguan mengingat, gangguan koordinasi motorik, kesulitan dalam memahami pembicaraan atau memahami situasi dan peristiwa, halusinasi, pikiran atau perasaan yang cenderung paranoid, serta serangan panik. Sementara beberapa dari masalah ini mungkin tidak terlihat serius (serta tidak menimbulkan kematian), namun semua hal itu dapat menyebabkan masalah jangka panjang dan akan membuat gangguan pada kondisi dan situasi sosial.3,6 Tidak hanya itu masalah- masalah sosial dapat timbul akibat

penyalahgunaan ganja. Masalah sosial yang dapat dialami terutama pada anak usia muda atau remaja antara lain: Kesulitan belajar sampai dikeluarkan dari sekolah Kenakalan remaja Hancurnya akademis atau kinerja kerja sampai kehilangan pekerjaan Gangguan dalam mengendarai kendaraan, alat mesin Terlibat masalah hukum dampak sosial yang terjadi akibat penyalagunaan

Umumnya

ganja/kanabis terdiri dari gangguan belajar pada anak, gangguan motivasi dan gangguan perilaku sosial.1,2 1. Gangguan Belajar Menurut sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan terhadap sekelompok mahasiswa, Penggunaan ganja dapat mengganggu proses belajar, berpikir kritis dan fungsi kognitif terkait lainnya selama 24 jam setelah dosis terakhir diambil. Studi tersebut dilakukan dengan cara mengamati siswa sebelum, selama dan setelah mereka menggunakan ganja. Hasil yang ditemukan bahwa setelah mengkonsumsi ganja siswa jauh lebih mungkin menderita masalah memori, kesulitan berkonsentrasi dan penurunan dalam pemahaman dan keterampilan kognitif. Efek ini mungkin jauh lebih parah pada pengguna jangka panjang dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada otak ketika mengkonsumsi ganja dalam jangka waktu yang lama. 2. Gangguan Motivasi Salah satu efek utama yang disebabkan karena ganja adalah kurangnya motivasi. Ganja dapat menyebabkan penggunanya untuk menjadi mudah terganggu/distracted, dan meskipun mereka dapat membuat rencana yang sangat kreatif, mereka bisa dengan mudah melupakannya atau tidak cukup termotivasi untuk melakukannya. Secara fisik memang tidak ada yang salah, tetapi secara mental adanya gangguan motivasi pada pengguna. Pecandu kemudian dapat mengalami apa yang dikenal sebagai Sindrom Motivasi, di mana mereka kehilangan motivasi

tentang semua aspek dalam kehidupan mereka, seperti sekolah, kerja, keluarga dan berkurangnya tanggung jawab. 3. Gangguan Perilaku Sosial Secara sosial, dampak yaitu kurangnya motivasi dapat

menyebabkan beberapa masalah yang cukup serius. Bagi yang sudah bekerja, gangguan motivasi akan dapat menyebabkan penurunan performa dalam kinerja, masalah disiplin atau mungkin dapat berakhir dengan terminasi. Bagi yang bersekolah/pelajar, kurangnya motivasi dapat menyebabkan masalah dalam proses belajar dan performa secara umum. Persahabatan juga dapat terancam, karena kurangnya motivasi untuk bersahabat dengan orang lain selain orang-orang yang menghisap ganja. Dampak sosial lainnya, sebagai seorang pengguna ganja akan menyebabkan orang lain cenderung memiliki konotasi negatif yang terkait dengan pengguna sehingga akan menyebabkan kehilangan kepercayaan.

H. Pencegahan Penyalahgunaan Ganja/ Kanabis ataupun Zat adiktif lainnya Semua orang harus berupaya untuk terhindar dari penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika memerlukan peran bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.1,2,12,15 a. Peran Anggota Keluarga Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai ada anggota keluarga yang terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Kalangan remaja ternyata merupakan kelompok terbesar yang menyalahgunakan zat-zat tersebut. Oleh karena itu, setiap orang tua memiliki tanggung jawab membimbing anakanaknya agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang akan menjadi perisai ampuh untuk membentengi anak dari menyalahgunakan obat-obat terlarang dan pengaruh buruk yang mungkin datang dari lingkungan di luar rumah. b. Peran Anggota Masyarakat

10

Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan pengetahuan setiap anggota masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan pengedar narkoba di lingkungan tempat tinggal. c. Peran Sekolah Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada para siswa tentang bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika bagi diri pribadi, keluarga, dan orang lain. Selain itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa untuk melaporkan pada pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar zat adiktif dan psikotropika di lingkungan sekolah. Sekolah perlu memberikan sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai atau pengedar narkoba. d. Peran Pemerintah Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap penyalahguna, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba perlu diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang lain dari kesalahan yang sama.

11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Ganja atau kanabis berasal dari tanaman cannabis sativa. Nama lainnya adalah charas, grass, dope, pot, weed, mull, cimeng, bhang, dan hashish. Kanabis atau yang sering dikenal ganja merupakan tanaman semusim, berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecil-kecil dalam dompolan di ujung ranting dan hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan ganja disebut cannabis sativa. Tanaman ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu ganja betina dan ganja jantan. Efek psikoaktif ganja karena mengandung tetrahidrokanabinol atau THC. THC termasuk depresan SSP yang mempunyai efek halusinogenik. ada 3 bentuk kanabis yang disalahgunakan, yaitu marijuana yaitu daun atau bunga yang dikeringkan, harshish (resin THC) dan minyak harsish. Senyawasenyawa yang terdapat didalam ganja yang berkhasiat medis diantaranya seperti cannabidiol (CBD), cannabinol (CBN), cannabichromene (CBC), cannabigerol (CBG) dan tetrahydrocannabivarin (THCV). Adapun efek dari penggunaan ganja diantaranya: 1. 2. 3. Efek ganja pada dosis rendah. Efek ganja pada dosis besar Efek jangka panjang Dampak sosial dari ketergantungan terhadap ganja diantaranya adalah Gangguan Belajar, Gangguan Motivasi, Gangguan Perilaku Sosial. B. SARAN Ganja / kanabis merupakan senyawa yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi secara berlebih, namun dalam pada tanaman kanabis juga dapat

12

digunakan dalam dunia pengobatan dan sebagai bahan penelitian, namun dilihat dari kegunaan dan penggolongannya. cara mengatasi agar terhindar dari bahaya penyalahgunaan ganja/ kanabis dan zat adiktif lainnya adalah : 1. Tidak mudah terpengaruh pada orang yang baru dikenal. 2. Orang tua diharapkan dapat mendidik anak-anaknya tentang bahaya NAPZA. 3. Pihak sekolah dan pemerintah diharapkan lebih Sigap dalam memberantas penyalahgunaan NAPZA. 4. Menghindari Pergaulan Bebas. 5. Memotivasi diri untuk tidak jatuh dalam kehidupan dan pergaulan yang salah. 6. Lebih terbuka terhadap keluarga atau sahabat ketika dilanda masalah.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Utomo Pranjoto M. Psikotropika yang berbahaya bagi kesehatan. Yogyakarta: FMIPAUNY, 2007. h 3-7. 2. Safaria Triantoro. Jurnal Perbedaan tingkat kebermaknaan hidup antara kelompok penggun NAPZA dengan kelompok Non-pengguna NAPZA. 2009. 3. Anonymous. Gangguan yang berhubungan dengan kanabis. 2011. Diunduh dari: http://id.scribd.com/doc/77723646/referat-

kanabis#download. Diakses 25 januari 2013 4. Anonymous. Penyalahgunaan NAPZA. Diunduh dari:

http://id.scribd.com/doc/59830054/referat-ujian-napza#download. Diakses 25 januari 2013 5. Visions Journal. BCS Mental Health and addictions Journal of Cannabis. 2009. 6. Yayasan permata hati kita. Jurnal kesehatan jiwa kecanduan dan gangguan mental terkait bahaya kombinasi pengobatan dan zat terlarang. Diunduh dari: http://www.amifrance.org/IMG/pdf_HM9_Mental_Health.pdf 7. Mc.Laren A.Jennifer, silins edmund, hutchinson Delyse, Mattick P. Richard, Hall wayne. Assesing evidence for causal link between cannabis and psychosis; A review cohort studies. Australia: International Journal Of Drug Policy. 2009. 8. Veen Natalie D, Selten Paul-Jean, Feller Wilma G, Hoek Hans W, Khan Rene. Article of Cannabis Use and Age at Onset Of Schizophrenia. American: American journal Psychiatry. 2004. h 501-506. 9. Agosti Vito, Levin R. Frances. The american journal of drug and alcohol abuse about predictors of treatment contact among individuals with cannabis dependence. New York USA: New york state psychiatric institute. 2004. vol.30; h 121-127.

14

10. Barnes Thomas, watt Hilary, Hutton Sam, Joyce Eillen. The british Journal of psychiatry about comorbid substance use and age onset of schizophrenia. 2006. 188: h 237-242. 11. Fergusson David, Horwood L. John, ridder Elizabeth M. Journal about Tests of causal linkages between cannabis use and psychotic symptoms. New zealend: christchurch health and development study of medicine. 2004. 100: h 354-366. 12. Arendt M, Rosenberg R, Foldager L, Perto G, Munk-Jrgensen P. Journal About Cannabis-induced psychosis and subsequent schizophreniaspectrum disorders: follow-up study of 535 incident cases. Diunduh dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16319402. Diakses 25 januari 2013. 13. Zammit Stanley, Allebeck Peter, Andreasson Sven, Lundberg Ingvar, Lewis Glyn. Paper of self reported cannabis use as risk fctor for shizophrenia in swedish conscripts of 1969: historical cohort study. Diunduh dari:
http://www.bmj.com/content/325/7374/1199?ijkey=45922edde080c4c8671a6 12866b98ab4d1a288a8&keytype2=tf_ipsecsha. Diakses 25 januari 2013.

14. Henguet Cecile, Murray Robbin, Linszen Don, Os Van Jim. Journals of The environment and schizopherenia:the role of cannabis use. London: oxford journal. 2005. Vol 31 (3); h 608-612. 15. Arsenault Louise, Cannon Mary, Wilton Jhon, Murray Robin. Journal psychiatry about Causal asscoation between cannabis and psychosis: examination of the evidence. 2004. Diunduh dari:

http://bjp.rcpsych.org/content/184/2/110.full. Diakses 25 januari 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai