Anda di halaman 1dari 6

MODUL VI ANALISA KUANTITATIF AIR

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama NIM Kelompok Tanggal Praktikum Tanggal Penyerahan Dosen Asisten Modul

: : : : : : :

Ansori Muchtar 10510071 Jumat Shift 2 1 November 2013 8 November 2013 Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana Aris Tristianto Wibowo (12210022) Rendra Saputra (12210072)

LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

I.

JUDUL PERCOBAAN ANALISA KUANTITATIF AIR

II.

TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan Spesific Gravity dari air formasi 2. Menentukan jumlah kandungan ion-ion dalam air formasi 3. Dapat memperkirakan terbentuknya scale oleh air formasi DATA PERCOBAAN Data hidrometer No Percobaan ke1 1 2 2 3 3 4 Rata - rata Total Dissolved Solid API 7,8 7,9 7,8 7,833

III.

Penimbangan Mcawan kosong Mcawan + endapan ke(gram) (gram) 1 18,44 18,73 2 18,44 18,73 3 18,44 18,73 Rata - rata 18,44 18,73 Penentuan ion sulfat (Galvanimetric Method) Penimbangan ke1 2 3 Rata - rata Analisa ion No 1 2 3 4 5 Mcawan kosong (gram) 27,52 27,51 27,52 27,5167 Mcawan + endapan (gram) 27,61 27,61 Volume Titran (mL) 0,1 0,1 6,5 4 2

Jenis Ion CO32HCO3ClHardness Ca2+

IV.

PENGOLAHAN DATA Penentuan nilai SG dari air formasi API = (141,5 : air formasi) 131,5 air formasi = 141,5 : (131,5 + API), dimana API yang dipakai adalah API rata-rata sehingga air formasi = 141,5 : (131,5 + 7,833) = 1,0156

Penentuan ion sulfat (galvanimetric method) m BaSO4 = mrata-rata cawan+endapan + mrata-rata cawan kosong = 27,61 gram 27,5167 gram = 0,0933 gram 2m SO4 = (BM SO42- : BM BaSO4) x m BaSO4 = (96 : 233,3) x 0,0933 gram = 0,0384 gram 2[SO4 ] = 0,0384 gram : 0,1 L = 0,384 gram/L = 384 mg/L Total Dissolved Solid Mpadatan = mrata-rata cawan+endapan + mrata-rata cawan kosong = 18,73 gram 18,44 gram = 0,29 gram TDS = 0,29 gram : 0,01 L =29 gram/L Penentuan konsentrasi ion-ion 1. ion CO32n HCl = N HCl x Vtitran = 0,1 N x 0,1 mL = 0,01 mmol 2n CO3 = n HCl = 0,01 mmol m CO32- = BM CO32- x n CO32- = 60 gram/mol x 0,01 mmol = 0,6 mg [CO32-] = 0,6 mg : 0,01 L = 60 mg/L 2. ion HCO3n HCl = N HCl x Vtitran = 0,1 N x 0,1 mL = 0,01 mmol 2n CO3 + n HCO3- = n HCl n HCO3- = n HCl n CO32- = 0,01 mmol 0,01 mmol = 0 mmol [HCO3-] = 0 3. ion Cln AgNO3 = N x Vtitran = 0,1 x 6,5 mL = 0,65 mmol n Cl= n AgCl = 0,65 mmol m Cl = n AgCl x BM Cl- = 0,65 mmol x 35,5 gram/mol = 23,075 mg [Cl-] = 23,075 mg : 10 mL = 2,3075 gram/L 4. total hardness n complexon III = N x Vtitran = 0,02 x 4 mL = 0,08 mmol n total Hardness = n Complexon III = 0,08 mmol 5. Ca2+ n complexon III = N x Vtitran = 0,02 x 2 mL = 0,04 mmol n Ca2+ = n Complexon III = 0,04 mmol 2+ m Ca = 0,04 mmol x 40 gram/mol = 1,6 mg [Ca2+] = 1,6 mg : 0,01 L = 160 mg/L 6. Mg2+ n total Hardness = n Ca2+ + n Mg2+ n Mg2+ = n total Hardness n Ca2+ = 0,08 mmol - 0,04 mmol = 0,04 mmol m Mg2+ = 0,04 mmol x 24,3 gram/mol = 0,972 mg 2+ [Mg ] = 0,972 mg : 0,01 L = 97,2 mg/L 7. Na+ Total mol kation = total mol anion n Mg2+ + n Ca2+ + n Na+ = n Cl- + n SO42- + n CO32- + n HCO30,08 mmol + n Na+ = 0,65 mmol + 0,04 mmol + 0,01 mmol + 0 n Na+ = 0,62 mmol m Na+ = 0,62 mmol x 23 gram/mol = 14,26 mg + [Na ] = 14,26 mg : 10 mL = 1,426 g/L

V.

ANALISIS Pada percobaan ini dilakukan penentuan secara kuantitatif air formasi. Air formasi merupakan air yang terdapat dalam fluida hidrokarbon sehingga dapat pula ikut terproduksi bersama hidrokarbon. Air formasi ini dapat mengakibatkan timbulnya scale pada peralatan yang dapat merusak atau menurunkan efisiensi dari kerja peralatan tersebut. Scale ditimbulkan karena ion-ion yang terlarut dalam air formasi menjadi tidak larut lagi jika temperatur dan tekanannya tidak sama dengan kondisi direservoir. Hal ini terjadi ketika air mulai terproduksi dari sumur. Oleh karena itu perlu adanya studi khusus tentang air formasi untuk dapat ditentukan sifat fisik dan kandungannya agar dapat dilakukan treatment untuk meminimalisir dari pembentukan scale tersebut. Tes yang dilakukan adalah penentuan nilai spesific gravity dan analisa kuantitatif ion dalam air formasi. Pada penentuan nilai spesific gravity digunakan alat hidrometer. Hidrometer ini menggunakan prinsip archimedes dimana massa jenis dari air formasi yang sama dengan hidrometer menyebabkan hidrometer melayang dan nilainya di transform menjadi nilai API. Untuk uji analisa kuantitatif dari air formasi dilakukan uji sulfat. Uji ini menggunakan metode penguapan sampel sampai penimbangan residu yang konstan. Sulfat dalam air formasi diendapkan menggunakan kation barium sehingga diperoleh endapan BaSO4. Air formasi yang digunakan dalam metode ini harus disaring terlebih dahulu agar padatan lain tidak ikut dalam pembentukan BaSO4. Cawan yang digunakan pada metode ini adalah dengan cara pemanasan cawan kosong dengan suhu sekitar 600C, hal ini agar semua sulfat yang terdapat dalam cawan dari praktikum sebelumnya dapat teruapkan sehingga ketika penimbangan memang murni massa dari cawan. Endapan sulfat tidak dapat larut dalam air sehingga perlu pemanasan. Penambahan asam untuk mensuasanakan larutan pH rendah agar tidak terjadi endapan lain selain BaSO4. Dari hasil analisa diperoleh hasil analisa bahwa kandungan ion sulfat dari air formasi adalah 384 mg/L. Dalam penentuan TDS semua garam yang larut dalam air formasi di hitung massanya dengan menguapkan seluruh air sehingga garam yang terkandung menjadi tertinggal di cawan. Dari hasil analisis diperoleh kandungan seluruh garam yang terlarut pada air formasi adalah sebesar 29 gram/L. pada percobaan TDS cawan yang digunakan tidak dipanaskan pada suhu yang tinggi seperti pada metode galvanimetric. Hal ini dikarenakan garam/endapan ynag dihasilkan dapat larut dalam air sehingga cukup dicuci dengan air saja. Analisa ion lain digunakan metode titrasi. Pada penentuan ion karbonat dilakukan titrasi menggunakan asam. mol karbonat diperoleh dari mol asam hasil titrasi. Dari analisis diperoleh kandungan karbonat dari air formasi adalah 60 mg/L. Pada penentuan kandungan ion bikarbonat pada saat awal titrasi dengan asam maka yang bereaksi terlebih dahulu adalah ion karbonat, setelah semua ion karbonat bereaksi dengan asam membentuk bikarbonat maka titrasi dengan asam lebih lanjut akan mengakibatkan ion bikarbonat berubah menjadi asam karbonat. Oleh karena itu ion bikarbonat dari air formasi merupakan hasil pengurangan dari ion bikarbonat total dari hasil titrasi menggunakan indikator metil orange dikurangi dengan ion bikarbonat hasil dari reaksi ion karbonat dengan asam. Dari hasil analisa diperoleh air formasi tidak mengandung ion bikarbonat. Pada analisa ion klorida digunakan titrasi menggunakan

perak nitrat hal ini karena ion klorida dapat diendapkan sebagai perak klorida. Indikator yang digunakan adalah kalium kromat karena akhir titrasi menghasilkan endapan merah dari perak kromat yang menandakan ion klorida telah habis mengendap. Dari percobaan diperoleh bahwa kandungan ion klorida dalam air formasi adalah 2,3075 gram/L. pada penentuan total hardness kation yang di analisis adalah kalsium dan magnesium. Kation ini dikomplekskan dengan komplexon III dengan indikator EBT. Dari hasil analisis diperoleh bahwa total dari herdness adalah 0,08 mmol. Pada penentuan ion kalsium digunakan complexon III sebagai agen pengkompleks dan murexid sebagai indikator. Dari hasil analisis diperoleh kandungan ion kalsium dalam air formasi adalah 160 mg/L. Untuk ion magnesium dihitung melalui pengurangan total hardness oleh ion kalsium. Dari hasil analisis diperoleh kandungan ion magnesium dalam air formasi adalah 97,2 mg/L. untuk perhitungan ion natrium dilakukan dengan metode persamaan jumlah ion. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jumlah mol dari total kation sama dengan jumlah total mol dari anion sehingga ion natrium dapat ditentukan dengan selisih dari ion-ion yang sudah diketahui sebelumnya. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kandungan ion natrium dalam air formasi adalah 1,426 g/L. VI. KESAN DAN PESAN Pada praktikum kali ini dirasakan lebih mudah dari modul-modul sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan modul ini tentang analisis yang sesuai dengan background saya yaitu kimia. Pada praktikum kali ini merupakan best performance dari kelompok kami karena tidak ada yang di kick satu pun tidak seperti modul sebelumnya dimana kami di kick satu kelompok. Terima kasih kepada asisten aris dan rendra atas tes awal dan alatnya yang tidak terlalu sulit. KESIMPULAN 1. Nilai SG dari air formasi adalah 1,0156 2. Data kandungan ion-ion dalam air formasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis ion SO42TDS CO32HCO3ClCa2+ Mg2+ Na+ Kandungan 384 mg/L 29 gram/L 60 mg/L 0 2,3075 gram/L 160 mg/L 97,2 mg/L 1,426 g/L

VII.

VIII. DAFTAR PUSTAKA 1. William D. McCain Jr., The Properties of Petroleum fluid. Second Edition, Tulsa Oklahoma, 1990 2. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasivolumetri/prinsip-titrasi/

IX.

JAWABAN PERTANYAAN 1. Water flooding adalah suatu teknik yang digunakan untuk EOR (enhanced oil recovery). Suatu sumur yang produksi minyaknya kurang optimal dapat dioptimasi produksinya dengan cara injeksi air (water flooding). Teknik ini sering juga disebut sebagai secondary recovery. Mekanismenya adalah air yang diinjeksikan kedalam formasi melalui injection well akan mendesak minyak dalam reservoir bergerak menuju production well sehingga minyak akan lebih mengumpul disekitar production well dan lebih mudah diproduksi. Selain fungsi tersebut dapat juga digunakan untuk menjaga tekanan direservoir. Perencanan teknik ini bergantung pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya apakah metoda ini akan lebih menguntungkan apa tidak. Berikut ini adalah gambar mekanisme kerja water flood.

2. Water coning adalah suatu pergerakan air dari zonanya masuk kedalam zona minyak secara vertikal menuju lubang sumur menembus batas airminyak dan membentuk kerucut. Water coning dapat disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah sumur tersebut diproduksikan melebihi laju produksi kritisnya. Laju produksi disini adalah laju produksi maksimum tanpa ikut terproduksinya air. Pada sumur yang diproduksikan diatas laju produksi kritisnya, yang akan mengalami masalah produksi air. Dalam hal ini bisa dilakukan perhitungan Water Breakthrough, di mana perhitungan ini memperkirakan waktu mulai terproduksinya air dari bagian bawah perforasi. Solusi yang dilakukan untuk meminimalisir water coning adalah penggunaan sumur produksi air untuk menjaga kecepatan kenaikan permukaan air dan perhitungan panjang selang perforasi serta laju produksi air yang optimum, penggunaan sumur horizontal, dan penggunaan down hole water sink.

Anda mungkin juga menyukai