Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ialah infeksi akut yang dapat terjadi di setiap tempat

di sepanjang saluran pernapasan. Secara anatomi ISPA dikelompokkan menjadi ISPA-atas misalnya batuk-pilek, faringitis, tonsillitis, dan ISPA-ba ah seperti bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. ISPA-atas jarang menimbulkan kematian insidennnya jauh lebih tinggi dibandingkan ISPA-ba ah. Pneumonia dan bronkiolitis yang merupakan bagian dari ISPA-ba ah banyak menimbulkan kematian, sehingga berperan besar dalam tingginya angka kematian bayi. Setiap tahun diperkirakan ! juta anak balita meninggal akibat ISPA (terutama akibat pneumonia dan bronkiolitis) di negara berkembang. "ronkiolitis sendiri merupakan suatu penyakit infeksi akut tersering pada usia kurang dari # tahun yang menimbulkan obstruksi inflamasi pada saluran napas kecil (bronkiolus). Penyebab tersering dari bronkiolitis adalah $irus %espiratory Syncytical (%S&), kira-kira 45-55% dari total kasus. Sedangkan virus lain seperti Parainfluenza, Rhinovirus, Adenovirus, dan Enterovirus sekitar 2 %. !akteri dan "ikoplas"a sangat #arang "en$e%a%kan %ronkiolitis pada %a$i. Sekitar & % kasus %ronkiolitis pada %a$i ter#adi ge#ala $ang %erat sehingga harus dira'at di ru"ah sakit, sedangkan sisan$a %iasan$a dapat dira'at di poliklinik. Se%agian %esar infeksi saluran napas ditularkan le'at droplet infeksi. (nfeksi pri"er oleh virus RS) %iasan$a tidak "eni"%ulkan ge#ala klinik, tetapi infeksi sekunder pada anak tahun-tahun perta"a kehidupan akan %er"anifestasi %erat. )irus RS) le%ih virulen daripada virus lain dan "enghasilkan i"unitas $ang tidak %ertahan la"a. (nfeksi ini pada orang de'asa tidak "eni"%ulkan ge#ala klinis. RS) adalah golongan para"iksovirus dengan %ungkus lipid . !ronkiolitis $ang dise%a%kan oleh virus #arang ter#adi pada "asa neonatus. *al ini karena anti%odi neutralizing dari i%u "asih tinggi pada 4-+ "inggu kehidupan, ke"udian akan "enurun. Antibodi terse%ut "e"pun$ai da$a proteksi terhadap infeksi saluran napas %a'ah, teruta"a terhadap virus. Secara klinis bronkiolitis akut sukar dibedakan dengan pneumonia bakteri sedangkan gejala obstruksi saluran napas, secara klinis sukar dibedakan ' alaupun

dengan serangan asma. "ronkiolitis pada masa bayi dapat menimbulkan dampak pada saluran napas berupa batuk, kemudian. BAB II BRONKIOLITIS A. DEFINISI "ronkiolitis adalah penyakit infeksi respiratorik akut-ba ah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. )mumnya infeksi disebabkan oleh $irus. Penyakit ini terjadi selama usia # tahun pertama dengan insidens puncaknya pada sekitar usia * bulan. Secara klinis ditandai dengan episode dan retraksi dada.',! . B. EPIDEMIOLOGI "ronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratori tersering pada bayi. Paling sering terjadi pada usia #-#! bulan, puncaknya terjadi pada usia #-+ bulan. Sembilan puluh lima persen kasus terjadi pada anak berusia di ba ah # tahun dan ,- . diantaranya terjadi pada anak berusia di ba ah ' tahun.' /renstein menyatakan bah a bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki berusia 0-* bulan yang tidak mendapat ASI dan hidup di lingkungan padat penduduk. Selain /renstein, 1ouden menyatakan bah a bronkiolitis terjadi ',#kali lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. 2ominasi pada anak laki-laki yang dira at juga disebutkan oleh Shay, yaitu ',* kali lebih banyak daripada anak perempuan, sedangkan 3jaerli menyebutkan *0 . kasus bronkiolitis adalah laki-laki.' Sebanyak '',!. anak berusia di ba ah ' tahun dan *. anak berusia '-# tahun di AS pernah mengalami bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan 45.555 kasus pera atan di %S dan menyebabkan !-55 kematian setiap tahunnya. "ronkiolitis merupakan ', . dari semua kasus pera atan di %S pada bayi. 3rekuensi bronkiolitis di 6egara-negara berkembang hampir sama dengan di AS. Insidens terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan di 6egara-negara tropis. ' hee(ing, nafas cepat hee(ing dan hiperreakti$itas sampai beberapa tahun

Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di 6egara-negara berkembang daripada di 6egara-negara maju. 7al ini mungkin disebabkan oleh rendahnya status gi(i dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di 6egara berkembang. Angka mortalitas di negara berkembang pada anak-anak yang dira at adalah '-0 ..' C. ETIOLOGI Penyebab utama dari bronkiolitis adalah infeksi repiratory syncytical $irus (%S&) yang memilki morbiditas dan mortalitas tinggi, terutama pada anak dengan risiko tinggi dan imnunokompromise. Sekitar 4- . dari kasus-kasus tersebut secara serologis terbukti disebabkan oleh in$asi %S&. /renstein menyebutkan pula beberapa penyebab lain seperti Adenovirus, $irus influen(a, $irus parainfluen(a, Rhinovirus dan mikoplasma. 8idak ada bukti yang kuat bah a bakteri menyebabkan bronkiolitis. #,! &irus %S& lebih $irulen daripada $irus lain dan menghasilkan imunitas yang tidak bertahan lama. Infeksi ini pada orang de asa tidak menimbulkan gejala klinis. %S& adalah golongan paramikso$irus dengan bungkus lipid serupa dengan $irus parainfluen(a, tetapi hanya mempunyai satu antigen permukaan berupa glikoprotein dan nukleokapsid %6A helik linear. 8idak adanya genom yang bersegmen dan hanya mempunyai satu antigen bungkus berarti bah a komposisi antigen %S& relatif stabil darI tahun ke tahun. #,! RS) adalah single stranded R,A virus $ang %erukuran sedang -. -/5 n"0, ter"asuk para"$1ovirus. 2erdapat dua glikoprotein per"ukaan $ang "erupakan %agian penting dari RS) untuk "enginfeksi sel, $aitu protein 3 -atta4h"ent protein 0 $ang "engikat sel dan protein 5 -fusion protein0 $ang "enghu%ungkan partikel virus dengan sel target dan sel tetanggan$a. 6edua protein ini "erangsang anti%odi neutralisasi protektif pada host. 2erdapat dua "a4a" strain antigen RS) $aitu A dan !. RS) strain A "en$e%a%kan ge#ala $ang pernapasan $ang le%ih %erat dan "eni"%ulkan sekuele. 7asa inku%asi RS) 2 - 5 hari. ! D. FAKTOR RISIKO 0

"ronkiolitis sering mengenai anak usia diba ah # tahun dengan insiden tertinggi pada bayi usia * bulan. 9akin muda usia bayi menderita bronkiolitis biasanya akan makin berat penyakitnya. "ayi yang menderita bronkiolitis berat mungkin oleh karena kadar antibodi maternal (maternal neutrali(ing antibody) yang rendah. Selain usia, bayi dan anak dengan penyakit jantung ba aan, bronchopulmonary dysplasia, prematuritas, kelainan neurologis dan anita, immunocompromi(ed mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya penyakit yang lebih berat. Insiden infeksi %S& sama pada laki-Iaki dan namun bronkiolitis berat lebih sering terjadi pada laki-Iaki. Selain itu, faktor resiko terjadinya bronkiolitis adalah status sosial ekonomi yang rendah, jumlah anggota keluarga yang besar, perokok pasif, dan berada pada tempat penitipan anak atau tempat dengan lingkungan yang padat penduduk. ',! E. PATOFISIOLOGI )irus bereplikasi di dalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke saluran nafas ba ah melalui penyebaran langsung pada epitel saluran nafas dan melalui aspirasi sekresi nasofaring.Infeksi $irus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respons inflamasi akut, ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mukus, timbunan debris selular: sel-sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti dengan infiltrasi limfosit peribronkial dan edema submukosa. ;arena tahanan aliran udara berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran respiratori, maka sedikit saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar, terutama pada bayi yang memilki penampang saluran respiratori yang kecil. %esistensi pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi, akan tetapi karena radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi, maka akan menyebabkan air tapping dan hiperinflasi. Ateletaksis dapat terjadi pada saat terjadi obstruksi total dan udara yang terjebak diabsorbsi. ',!

Gambar. Pe"%engkakan %ronkioli pada %ronkiolitis Proses patologis ini akan mengganggu pertukaran gas normal di paru. Penurunan kerja $entilasi paru akan menyebabkan ketidakseimbangan $entilasi perfusi yang berikutnya akan menyebabkan terjadinya hipoksemia dan kemudian terjadi hipoksia jaringan. %etensi karbondioksida (hiperkapnea) tidak selalu terjadi. Semakin tinggi laju respiratori, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. ;erja pernapasan akan meningkat selama end e<piratory lung $olume meningkat dan compliance paru menurun. 7iperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi *5<:menit. Pemulihan sel epitel paru tampak setelah 0-! hari, tetapi silia akan diganti setelah dua minggu. =aringan mati (debris) akan dibersihkan oleh makrofag. "erbeda dengan bayi, anak besar dan orang de asa dapat mentolerir edema saluran napas lebih baik, oleh karena itu pada anak besar dan de asa jarang terjadi bronkiolitis bila terserang infeksi $irus saluran napas. ',!,F. MANIFESTASI KLINIS 9ula-mula menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan bersin. >ejala ini kadang disertai demam dan nafsu makan berkurang. ;emudian satu atau dua hari kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, hee(ing dan sesak napas. "ayi-bayi akan menjadi re el, muntah serta sulit makan dan minum. 0,! Pada pemeriksaan fisik ditemukan distres nafas dengan frekuensi nafas diatas -5- *5 kali per menit (takipnea), kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat (takikardi). Suhu badan bisa normal atau meningkat tinggi sampai !' ?@. 8erdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi -

interkostal, subkostal dan suprasternal. %etraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). 8erdapat ekspirasi yang memanjang, hee(ing yang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat crackles. Pada auskultasi dapat didapatkan rhonki basah halus nyaring pada akhir atau a al ekspirasi. Suara perkusi paru hipersonor. 7epar dan lien dapat teraba diba ah tepi kosta akibat pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi. Sering terjadi hipoksia dengan saturasi oksigen A4#. pada udara kamar. Pada beberapa pasien dengan bronkiolitis didapatkan konjungti$itis ringan, otitis media serta faringitis. ',0,! G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah tepi tidak khas, jumlah leukosit berkisar antara -555-#!555 sel:Bl. Pada keadaan leukositosis, batang dan P96 banyak ditemukan.',# Analisis >as 2arah C hiperkapnia sebagai tanda dari air tapping, asidosis metabolik atau respiratorik. Analisa gas darah (A>2) diperlukan untuk anak dengan gangguan pernafasan berat, khususnya yang membutuhkan $entilator mekanik, gejala kelelahan dan hipoksia. ',# 3oto 8horak diindikasikan pada C o o o Pasien yang diperkirakan memerlukan pera atan lebih Pasien dengan pemburukan klinis yang tidak terduga Pasien dengan penyakit jantung dan paru yang mendasari.

%ontgen thoraks AP dan lateral dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru dengan diameter anteroposterior membesar pada foto lateral disertai dengan diafragma datar, penonjolan ruang retrosternal dan penonjolan ruang interkostal. 2apat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar pada sekitar 05 . penderita dan disebabkan oleh ateletaksis akibat obstruksi atau karena radang al$eolus. ',# Identifikasi $irus dengan memeriksa sekresi nasal dengan menggunakan tekhnik imunofluoresens atau en(yme linked immunosorbent assay (D1ISA). 7istopatologiC hipertrofi dan timbunan infiltrat meluas ke peribronkial, destruksi dan deorganisasi jaringan otot dan elastis dinding mukosa. 8erminal

bronkiolus tersumbat dan dilatasi. Al$eoli o$erdistensi, atelektasis dan fibrosis. Sensifitas pemeriksaan ini adalah +5-45..0,!,H. DIAGNOSIS 2iagnosis bronkiolitis berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan adanya epidemi %S& di masyarakat. ;riteria bronkiolitis terdiri dariC (') hee(ing pertama kali, (#) umur #! bulan atau kurang, (0) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi $irus misalnya batuk, pilek, demam dan (!) menyingkirkan pneumonia atau ri ayat atopi yang dapat menyebabkan hee(ing.',#,! Perta"a sekali dapat di4atat %ah'a %a$i dengan %ronkiolitis "enderita suatu infeksi ringan $ang "engenai saluran pernapasan %agian atas disertai pengeluaran sekret-sekret en4er dari hidung dan %ersin-%ersin. 3e#ala-ge#ala ini %iasan$a akan %erlangsung sela"a %e%erapa hari dan disertai de"a" dari /.,5 8 hingga /9 8, akan tetapi %isa #uga tidak disertai de"a", %ahkan pasien %isa "engala"i hipoter"i. Pasien "engala"i penurunan nafsu "akan, ke"udian dite"ukan kesukaran pernafasan $ang akan %erke"%ang perlahan-lahan dan ditandai dengan ti"%uln$a %atuk%atuk, %ersin paroksi"al, dispneu, dan irita%ilitas. Pada kasus ringan ge#ala akan "enghilang dala" 'aktu :-/ hari. 6adang-kadang, pada penderita $ang terserang le%ih %erat, ge#ala-ge#ala dapat %erke"%ang han$a dala" %e%erapa #a" serta per#alaan pen$akitn$a akan %erlangsung %erkepan#angan. 6eluhan "untah-"untah dan diare %iasan$a tidak didapatkan pada pasien ini.: 6e%an$akan %a$i-%a$i dengan pen$akit terse%ut, "e"pun$ai ri'a$at ke%eradaan "ereka diasuh oleh orang de'asa $ang "enderita pen$akit saluran pernafasan ringan pada "inggu se%elu" a'itan terse%ut ter#adi pada "ereka. ;isa"ping itu, kita #uga harus "en$ingkirkan pneu"onia atau ri'a$at atopi $ang dapat "en$e%a%kan 'heezing.. Pe"eriksaan fisik "e"perlihatkan seorang %a$i "engala"i distres nafas dengan frekuensi nafas le%ih dari + kali per "enit ,

-takipneu0, otot

kadang-kadang pernafasan dala"

disertai $ang

sianosis,

dan

nadi

#uga

%iasan$a "eningkat. 2erdapat nafas 4uping hidung, penggunaan pe"%antu tidak "engaki%atkan adan$a ter#adin$a paru retraksi pada daerah interkostal dan daerah su% kostal. Retraksi %iasan$a karena hiperinflasi -terperangkapn$a udara dala" paru0. 2erdapat ekspirasi $ang "e"an#ang , 'heezing $ang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat crackles.* *epar dan lien akan tera%a %e%erapa 4" di%a'ah tepi %atas %a'ah tulang iga. 6eadaan ini ter#adi aki%att pendorongan diafrag"a ke%a'ah karena tertekan oleh paru $ang hiperinflasi. Suara riak-riak halus $ang terse%ar luas #uga dapat terdengar pada %agian akhir inspirasi. 5ase ekspirasi pernafasan akan "e"an#ang dan suara-suara pernapasan #uga %isa ha"pir tidak terdengar #ika sudah %erada dala" kasus $ang %erat.+ <ntuk "enilai kega'atan penderita dapat dipakai skor Respirator$ ;istress Assess"ent (nstru"ent -R;A(0, $ang "enilai distres napas %erdasarkan 2 varia%el respirasi $aitu 'heezing dan retraksi. !ila skor le%ih dari :5 di"asukkan kategori %erat, %ila skor kurang / di"asukkan dala" kategori ringan. Pulse o1i"etr$ "erupakan alat $ang tidak invasif dan %erguna untuk "enilai dera#at keparahan penderita. Saturasi oksigen =95% "erupakan tanda ter#adin$a hipoksia dan "erupakan indikasi untuk ra'at inap.:

8es laboratorium rutin tidak spesifik. 7itung lekosit biasanya normal. Pada pasien dengan peningkatan lekosit biasanya didominasi oleh P96. >i"fopenia $ang %iasan$a %erhu%ungan dengan pen$akit-pen$akit virus, tidak dite"ukan pada pen$akit ini. !iakan-%iakan %ahan $ang %erasal dari nasofaring akan "enun#ukkan flora nor"al. )irus dapat dapat diperlihatkan di dala" sekresi nasofaring "elalui fluresensi i"unologis dala" suatu peningkatan titer-titer darah atau dala" %iakan',#,! >ambaran radiologik mungkin masih normal bila bronkiolitis ringan. )mumnya terlihat paru-paru mengembang (hyperaerated). "isa juga didapatkan bercak-bercak yang tersebar, mungkin atelektasis (patchy atelectasis ) atau pneumonia (patchy infiltrates). Pada <-foto lateral, didapatkan diameter AP yang bertambah dan diafragma tertekan ke ba ah. Pada pemeriksaan <-foto dada, dikatakan hyperaerated apabila kita mendapatkanC siluet jantung yang menyempit, jantung terangkat, diafragma lebih rendah dan mendatar, diameter anteroposterior dada bertambah, ruang retrosternal lebih lusen, iga horisontal, pembuluh darah paru tampak tersebar.',#,! )ntuk menentukan penyebab bronkiolitis, dibutuhkan pemeriksaan aspirasi atau bilasan nasofaring. Pada bahan ini dapat dilakukan kultur $irus tetapi memerlukan aktu yang lama, dan hanya memberikan hasil positif pada -5. kasus. Ada cara lain yaitu dengan melakukan pemeriksaan antigen %S& dengan

menggunakan cara imunofluoresen atau D1ISA. Sensitifitas pemeriksaan ini adalah +5-45..',# I. DIAGNOSIS BANDING Asma bronchial 8erdapat ri ayat keluarga asma, episode berulang pada bayi yang sama, mulainya mendadak tanpa infeksi yang mendahului, ekspirasi sangat memanjang, eosinofilia dan respons perbaikan segera pada pemberian satu dosis albuterol aerosol. Pneumonia Aspirasi benda asing %efluks gastroesophageal ',!,J. KOMPLIKASI ;omplikasi dari bronkiolitis sangat minimal dan tergantung dari penatalaksanaan penyakit sebelumnya. Pada beberapa kasus didapatkan adanya gangguan fungsi paru yang menetap, dimana timbulnya hee(ing berulang dan hiperaktifitas bronkial. "eberapa studi kohort menghubungkan infeksi bronkiolitis akut berat pada bayi akan berkembang menjadi asma. Suau studi kohort prospektif menemukan bah a #0 . bayi dengan ri ayat bronkhiolitis berkembang menjadi asma pada usia 0 tahun, dibandingkan dengan ' . pada kelompok kontrol.! K. PENATALAKSANAAN Infeksi $irus %S& biasanya sembuh sendiri (self limited) sehingga sebagian besar tatalaksana bronkiolitis pada bayi bersifat suportif, yaitu pemberian oksigen, minimal handling pada bayi, cairan intra$ena dan kecukupan cairan, penyesuaian suhu lingkungan agar konsumsi oksigen minimal, tunjangan respirasi bila perlu, dan nutrisi. Setelah itu barulah digunakan bronkodilator, antiinflamasi seperti kortikosteroid, anti$iral seperti riba$irin, dan pencegahan dengan $aksin %S&, %S& immunoglobuline (polyclnal) atau humani(ed %S& monoclonal antibody (pal$i(umad). "ronkiolitis ringan biasanya bisa ra at jalan dan perlu diberikan cairan peroral yang adekuat. "ayi dengan bronkiolitis sedang sampai berat harus dira at inap.

'5

Penderita resiko tinggi harus dira at inap, diantaranyaC berusia kurang dari 0 bulan, prematur, kelainan jantung, kelainan neurologi, penyakit paru kronis, defisiensi imun dan distres napas. 9anajemen dasar pengobatan bronkiolitis adalah meyakinkan pasien secara klinis stabil, oksigenasi baik dan hidrasi baik. 9anfaat utama dari ra at inap bagi pasien dengan bronkiolitis akut adalah C 2apat melakukan penga asan terhadap status klinis 2apat melakukan pemantauan saluran nafas (melalui penempatan posisi, pengisapan dan pembersihan cairan). 2apat melakukan pemantauan hidrasi cairan tubuh yang adekuat 2apat memberikan edukasi kepada orang tua. 9endeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul 9encegah penyebaran infeksi terhadap pasien lain dan pega ai

- 9elakukan pengobatan menggunakan anti$irus yang spesifik jika terdapat indikasi. Indikasi-indikasi untuk pera atan di rumah sakit C 8anda klinis gangguan pernafasan atau tanda kelelahan Apnoe ;etidakmampuan untuk makan 7ypoksemia

Pengobatan S !ort"# A. Penga asan )ntuk pasien yang dira at inap penting dilakukan penga asan sistem jantung paru dan jika ada indikasi dilakukan pemasanag pulse oxymetri. ". /ksigenasi /ksigenasi sangat penting untuk menjaga jangan sampai terjadi hipoksia, sehingga memperberat penyakitnya. 7ipoksia terjadi akibat gangguan perfusi $entilasi paru-paru. Pemberian oksigen tambahan direkomendasikan ketika saturasi oksigen menetap diba ah 4'. dan dihentikan ketika saturasi oksigen menetap diatas 4!.. /ksigenasi dengan kadar oksigen 05 E !5 . sering digunakan untuk mengoreksi hipoksia, gunakan nasal kanul (dengan kecepatan maksimun #1:m)F masker muka atau kotak kepala. =ika mungkin

''

gunakan oksigen yang dilembabkan. =ika hipoksemia menetap dengan atau tanpa distress berat, meskipun sudah diberikan oksigen dengan kecepatan tinggi, maka segera lakukan permintaan untuk penangan I@) anak dengan pemasangan $entilator.',! @. Pengaturan @airan Pemberian cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi akibat keluarnya cairan le at e$aporasi, karena pernafasan yang cepat dan kesulitan minum. =ika tidak terjadi dehidrasi diberikan cairan rumatan. "erikan tambahan cairan #5 . dari kebutuhan rumatan jika didapatkan demam yang naik turun atau menetap (suhu G 0+,- 5@). @ara pemberian cairan ini bisa secara intra$ena atau pemasangan selang nasogastrik. Akan tetapi harus hati-hati pemberian cairan le at lambung karena dapat terjadi aspirasi dan menambah sesak nafas, akibat lambung yang terisi cairan dan menekan diafragma ke paru. Selain itu harus dicegah terjadinya o$erload cairan.',! Pengobatan Me$"%amento&a A. Anti$irus (%iba$irin) "ronkiolitis paling banyak disebabkan oleh $irus sehingga ada pendapat untuk mengurangi beratnya penyakit dapat diberikan anti$irus. %iba$irin adalah obat anti$irus yang bersifat $irus statik. riba$irin The American keadaan of Pediatric merekomendasikan penggunaan pada diperkirakan

penyakitnya menjadi lebih berat seperti pada penderita bronkiolitis dengan kelainan jantung, fibrosis kistik, penyakit paru-paru kronik, immunodefisiensi, dan pada bayi-bayi premature. Ada beberapa penelitian prospektif tentang penggunaan riba$irin pada penderita bronkiolitis dengan penyakit jantung dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian jika diberikan pada saat a al. Penggunaan riba$irin biasanya dengan cara nebuli(er aerosol '#-'+ jam per hari atau dosis kecil dengan # jam 0 <:hari.' ". "ronkodilator Secara umum jangan gunakan bronkodilator pada pasien anak dengan usia diba ah * bulan. "ronkodilator juga tidak dianjurkan dan sebetulnya merupakan kontraindikasi karena dapat memperberat keadaan anak. Penderita dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan meningkat.'

'#

Hohl dan @hernick menyatakan bah a penyebab obstruksi saluran respiratory adalah inflamasi dan penyempitan akibat edema mukosa dan sumbatan mukosa, serta kolapsnya saluran respiratori kecil pada bayi dengan bronkiolitis, sehingga pendekatan logis terapi adalah kombinasi I-adrenergik dan agonis J-adrenergik. ;elebihan epinefrin dibandingkan dengan bronkodilator J-adrenergik selektif adalah C ;erja konstriktor I-adrenergik yang merupakan dekongestan mukosa, membatasi absorbsinya dan mengatur aliran darah pulmoner, dengan sedikit efek pada ventilation perfusing matching. %elaksasi otot bronkus karena efek J-adrenergik ;erja J-adrenergik menekan pelepasan mediator kimia i Dfek fisiologik antihistamin yang mela an efek histamin seperti edema 9engurangi sekresi kataral.

"etaEagonis masih sering digunakan dengan alasan '- E #- . pasien bronkiolitis nantinya akan menjadi asma. Inhalasi J#-agonis diberikan satu kali sebagai trial dose. ;arena efek akan tampak dalam ' jam, maka dosis ulangan akan diberikan bila pasien menunjukkan perbaikan klinis fungsi paru yang jelas dan menetap.' @. ;ortikosteroid )ntuk pasien ra at jalan dengan akut bronkiolitis pemberian steroid sistemik mungkin dapat dipertimbangkan tetapi total pemberian tidak lebih dari - hari. 2apat diberikan deksametason 5,- mg:kg"" dilanjutkan 5,- mg:kg"":hari dibagi 0-! dosis. )ntuk pasien ra at inap steroid sistemik tidak rutin diberikan. Sedangkan untuk penanganan pasien pada intensive care unit dengan bronkiolitis berat pemberian steroid sistemik dapat dipertimbangkan. Sedangkan pemberian steroid inhalasi (budesonide K fluticasone) sangat sedikit e$idence based yang merekomendasikan.' 2. Antibiotik Pemberian antibiotik biasanya tidak diperlukan pada penderita bronkiolitis, karena sebagian besar disebabkan oleh $irus, kecuali jika ada tanda-tanda infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik justru akan meningkatkan infeksi sekunder oleh kuman yang resisten terhadap antibiotik tersebut. Antibiotik bila dicurigai adanya infeksi bakteri dapat

'0

digunakan ampisilin '55 - #55 mg:kg"":hari secara intra$ena dibagi ! dosis. "ila ada konjungti$itis dan bayi berusia ' E ! bulan kemungkinan sekunder oleh Chlamidia trachomatis diberikan kloramfenikol -5-'55 mg:kg"":hari dlam 0 kali pemberian.0 E$ %a&" Ke' arga 2ilakukan pada saat pasien akan dipulangkan. yaitu dengan memberitahukan C Informasi mengenai penyakit bronkiolitis "agaimana cara membersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap gelembung. Segera memanggil bantuan atau memba a pasien ke rumah sakit kembali jika didapatkan gangguan pernafasan @ara pencegahan penyakit dan penyebarannya dengan menghindari anak dari paparan asap rokok ataupun (at yang mengiritasi lainnya, melakukan cuci tangan, dll.! L. PENCEGAHAN Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor paparan asap rokok dan polusi udara, membatasi penularan terutama dirumah sakit misalnya dengan membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan masker, isolasi penderita, menghindarkan bayi:anak kecil dari tempat keramaian umum, pemberian ASI, menghindarkan bayi:anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA.',! 1angkah pre$entif yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian imunisasi aktif (&aksinasi) dan pasif (Immunoglobulin).',! Imm nog'ob '"n Imunisasi pasif dapat dilakukan dengan pemberian gammaglobulin yang mengandung titer antibodi protektif tinggi (respigram). %espigram adalah human polyclonal hyperimmune globilin. 2osis yang dianjurkan ,-5 mg:;g"" setiap bulan, diberikan secara intra$ena pada anak diba ah umur #! bulan. Indikasi lain adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang dari 0- minggu. ',! Pendekatan profilaksis pada populasi resiko tinggi adalah meningkatkan (augmentation) antibodi yang menetralisasi protein 3 dan > dengan cara pemberian dari luar dan imunisasi dari ibu. Pada manusia, efek imunoglobulin yang

'!

mengandung neutrali ing antibody titer tinggi atau monoklonal terhadap protein 3 akan mengurangi beratnya penyakit. "ila pada bayi premature atau bayi dengan penyakit paru kronis diberikan %S& hyperimmune globulin atau antibodi monoklonal terhadap protein 3 yang disebut dengan Pali$i(umab setiap bulan, diberikan secara intramuskular setiap hari, lama pera atan %S& akan berkurang secara bermakna. Pali$i(umab adalah humani(ed murine monoclonal anti-3 glycuprotein antibody, yang mencegah masuknya %S& kedalam sel host. Akan tetapi resiko efek samping kemungkinan meningkat pada bayi dengan penyakit jantung sianotik. AAP merekomendasikan profilaksis boleh diberikan hanya pada bayi dengan resiko tinggi yang tidak menderita penyakit jantung sianotik. ',! (a%&"na&" Sesudah penelitian dengan $aksin inaktif, dikembangkan $aksin live attenuated. &aksin %S& pertama, yang terdiri dari cold E passaged mutan, efektif untuk orang de asa, tetapi pada anak terlalu $irulen dan tidak stabil karena dapat berubah menjadi $irus biasa kembali. ;emudian dari permukaan glikoprotein murni, dikembangkan 26A dan peptik sintetik. &aksin li$e E attenuated mempunyai kelebihan, yaitu dapat diberikan intranasal dan menginduksi imunitas mukosa dan sistemik. ',! 2ianjurkan pemberian li$e attentuated %S& dan PI&0 (Parainfluen(a $irus serotipe 0) sebagai $aksin kombinasi sebanyak dua atau tiga kali dengan dosis pertama sebelum atau pada usia ' bulan diikuti dengan $aksin bi$alen PI&' dan PI&# pada usia !-* bulan. ',! H. PROGNOSIS Prognosis tergantung berat ringannya penyakit, cepatnya penanganan, dan penyakit latar belakang (penyakit jantung, defisiensi imun, prematuritas). Anak biasanya dapat mengatasi serangan tersebut sesudah !+ E ,# jam. 9ortalitas kurang dari ' .. Anak biasanya meninggal karena jatuh ke dalam apneu yang lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi atau karena dehidrasi yang disebabkan oleh takipneu dan kurang makan-minum.' Penelitian di 6or egia menunjukkan bah a bayi yang dira at dengan bronkhiolitis mempunyai kecendrungan menderita asma dan penurunan fungsi paru pada usia , tahun dibandingkan dengan kontrol. 7al ini menunjukkan adanya

'-

hipereaktifitas bronkhial yang menetap selama beberapa tahun setelah menderita bronkiolitis pada bayi muda, baik para %S& positif, maupun %S& negatif. 8idak dapat dibuktikan secara jelas bah a bronkiolitis terjadi pada anak dengan kecendrungan asma, keberhasilan pengobatan dengan kortikosteroid mungkin dapat mengurangi pre$alens asma pada anak dari kelompok pengobatan. '

'*

BAB III LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN 6ama 1engkap )mur =enis kelamin Alamat Status dalam keluarga 6ama )mur Pendidikan Pekerjaan 9asuk %S tanggal 2iagnosis masuk %S 8angggal keluar %S 2iagnosisi keluar 1ama pera atan ;eadaan saat keluar %S C "y. H C - "ulan C 1aki-laki C Pelulan, ;uripan, 1ombok "arat C Anak ;andung Ib Ibu A #* 8ahun S9P Ibu %umah 8angga C #- /ktober #5'0 C Pneumonia C #+ /ktober #5'0 C "ronkiolitis akut C 0 hari C "erobat lanjut (%a at =alan) "apak 9 #4 8ahun S9P "uruh A)a* 8empat dan 8anggal 1ahir C Pelulan, '4 9ei #5'0

ANAMNESIS (8anggal #- /ktober #5'0, 7eteroanamnesis dari Ibu pasien) Ke' *an Utama C Sesak nafas R"+a)at Pen)a%"t Se%arang Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak kemarin. Sesak napas muncul tiba-tiab semakin lama semakin memberat, sesak yang dirasakan terus menerus, nafas anak cepat dan terengah-engah. Sesak yang dikeluhkan disertai dengan bunyi LngikM tetapi tidak membuat kulit menjadi kebiruan. Sesak tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi, cuaca, dan makanan. Anak terlihat lemas sejak mengalami sesak tersebut. ;eluhan pernah tersedak sebelumnya disangkal. ',

Sebelumnya pasien mengalami batuk berdahak sejak # hari yang lalu. 2alam ' hari pasien bisa batuk sampai + kali. 2ahak yang keluar sekitar ',- sendok makan, ber arna putih kekuningan, encer, tanpa darah, dan tidak berbau. Pasien juga mengalami pilek dan bersin - bersin bersamaan dengan batuk yang diderita sejak # hari yang lalu. Pilek dengan lendir encer, berbau. 2alam satu hari pasien bersin bersin sampai 0 kali. Pasien juga dikeluhkan demam sejak kemarin. 2emam dirasakan naikturun. 6aik terutama malam hari disertai re el. 2emam turun bila anaknya banyak berkeringat. 2emam tidak disertai menggigil, kejang, bintik kemerahan pada kulit, perdarahan gusi maupun hidung. ;eluhan muntah dan anak sempat tidak sadar disangkal. 9enurut penuturan ibu pasien, anaknya tidak mencret, "A" di pampers, ' kali:hari, sedikit-sedikit, konsistensi lembek, ber arna kuning muda, tidak berbusa, berbau busuk, berlendir, maupun berdarah. "A; di pampers !-* kali:hari, pampers 0-! <:harinya setelah anaknya "A" atau "A;. Ibu mengatakan frekuensi minum ASI anaknya sedikit berkurang sejak sakit. "iasanya dalam sehari anak dapat menyusu + - '5 kali dengan lama '--#5 menit. Sejak sakit anak menjadi enggan untuk menetek, sehingga frekuensi menyusui berkurang menjadi --* kali sehari dengan ibu juga hanya keluar sedikit. 9enurut ibu pasien, berat badan anaknya setiap bulan naik kurang lebih 5,kg. Sebelum sakit ibu pasien belum sempat mengukur berat badan pasien sehingga ibu pasien tidak mengetahui berat badan pasien turun atau tidak selama sakit. aktu rata-rata '5 menit. ASI arna kuning jernih, tidak disertai darah, bau busuk, dan busa. Ibu pasien mengganti arna putih, tidak

R"+a)at Pen)a%"t Da* ' Ibu pasien mengatakan anaknya pernah mengalami sesak seperti yang dialami saat ini sebelumnya sekitar ' bulan yang lalu.

'+

Pasien sering mengalami demam, batuk, dan pilek berulang kurang lebih sekali dalam sebulan. ;eluhan tersebut biasanya terjadi selama 0 hari namun sembuh dengan sendiri.

%i ayat batuk lebih dari # minggu disangkal. %i ayat sakit asma disangkal. %i ayat sakit jantung sejak lahir disangkal. %i ayat sakit kuning disangkal. Sebelumnya pasien belum pernah dira at dirumah sakit.

R"+a)at Pen)a%"t Ke' arga 8idak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan serupa. 8idak ada keluarga pasien yang mengalami batuk lama atau dalam pengobatan selama * bulan. %i ayat alergi pada keluarga tidak ada %i ayat asma dikeluarga ada yaitu ibu pasien menderita asma sejak masih kecil %i ayat pilek berulang dikeluarga tidak ada %i ayat sakit jantung tidak ada 6enek pasien menderita kencing manis

R"+a)at Pengobatan Sebelumnya pasien tidak pernah berobat, karena pasien langsung diba a ke %umah Sakit. Pasien sering pergi berobat ke Puskesmas setiap bulan karna batuk pilek yang berulang dan sembuh setelah minum obat kurang lebih ! hari. Pada saat mengalami

'4

sesak yang ' bulan yang lalu pasien hanya berobat kedukun diberi obat tradisional dan di urut.

R"+a)at Ke*am"'an $an Per&a'"nan Selama kehamilan ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan (A6@) di posyandu, ibu pasien melakukan A6@ lebih dari ! kali, saat kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami demam, batuk, sesak, ataupun sakit lain, ri ayat rontgen selama hamil tidak pernah, ibu pernah )S> ' kali saat usia kehamilan 0 bulan, ri ayat minum obat atau jamu-jamuan selama hamil tidak ada. Pasien merupakan anak ketiga, lahir dengan spontan ", di Polindes, dibantu oleh bidan, cukup bulan dan langsung menangis, berat badan lahir 0.-55 gram dan panjang badan lahir !, cm. %i ayat kuning setelah lahir tidak ada.

R"+a)at N tr"&" Sampai saat ini (usia - bulan) pasien hanya mendapat ASI. Pasien sempat diberikan susu formula pada saat umur ' bulan selama ' hari tetapi pasien tidak menyukainya akhirnya distop. Ibu mengatakan frekuensi munum ASI anak berkurang sejak sakit.

R"+a)at So&"a' E%onom" $an L"ng% ngan Pasien merupakan anak ketiga. Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan ayah sekitar %p.-55.555:bulannya. Pasien tinggal serumah berlima dengan kedua saudara pasien. 2irumah pasien tidak ada yang merokok. Ibu pasien dirumah memasak dengan kompor gas.

#5

Per%embangan $an Ke!an$a"an 9otorik ;asar Sudah bisa mengangkat kepala 9otorik 7alus 8angan terkepal erat tersenyum "icara "isa mengoceh 9enoleh ke arah bunyi:suara Sosial "isa menatap pemeriksa "isa ibu menatap

"isa menggerakkan "isa tangan dan kaki "elum bisa duduk dengan kedua tangannya menyangga kedepan

dan terta a "isa menoleh ke kiri dan ke kanan "isa memegang benda dengan dua tangan

"isa berbalik dari telungkup ke telentang

"elum bisa merangkak R"+a)at Im n"&a&", 7epatitis " 2P8:7" Polio "@> @ampak (saat lahir) (saat # bulan, 0 bulan, ! bulan) (saat ' bulan, # bulan, 0 bulan, ! bulan) (saat ' bulan) "elum

Pemer"%&aan F"&"% (#* /ktober #5'0) ;esan umum C Sedang ;esadaran >@S ("ta' S"gn 6adi C '0+ <:menit, isi cukup dan kuat angkat, irama teratur #' C @ompos 9entis C D!&-9-

Pernapasan @%8 Stat & G"-" "erat "adan

C *+ <:menit, teratur tipe torakoabdominal C A 0 detik

8emperature C 0*,, o @

C - kg C *0 cm C - "ulan

Panjang "adan )mur

1ingkar ;epala C !# cm (6ormochepali berdasarkan grafik 6ellhaus) ;esimpulan status gi(i menggunakan (-skor H7/ C "":P" "":) P":) N -0 S2 (;urus) N - #,, S2 (>i(i ;urang) N -',0 S2 (6ormal)

;esimpulan status gi(i menggunakan persentase dan "" ideal menurut 6elson C Intepretasi Status >i(i C >i(i ;urang Stat & Genera' , Ke!a'a $an Le*er , '. #. 0. "entuk ubun-ubun besar terbuka datar. %ambut C hitam, lurus, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut. 9ata C Simetris, pupil isokor OPO, refleks cahaya langsung OPO, refleks cahaya tidak langsung OPO ,eksoftalmus (-), enoftalmus (-), strabismus (-), nistagmus (-), palpebra normal, konjungti$a C anemia -P-, sklera C ikterik -P-, lensa C kekeruhan -P-, fisura palpebral normal, lipatan epikantus bilateral (-). !. 8elinga 7idung -. sudah tumbuh. 878 C Struktur dan ukuran telinga normal, otorhea (-) C 6apas cuping hidung (-), rinorhea (-) 9ulut C 8rismus (-), mukosa mulut C oral trush (-), gusi C arna merah muda, >igi C >igi seri C 6ormocephalic, bulat, tidak ada tanda-tanda trauma,

8enggorokan C 3aring hiperemis (-), tonsil tidak membesar arna merah muda, radang (-), lidah C lidah

##

*.

1eher pembesaran ;>" aksiler (-).

C 9assa (-), Pembesaran ;>" superficial leher

bagian ser$ikal, mastoideal dan parotideal (-), pembesaran ;>" Suprakla$ikula (-),

T*ora. , Inspeksi C Pergerakan dinding dada simetris, %etraksi subcostal (O:O) Palpasi C >erakan simetris, fremitus $okal sama antara kiri dan kanan, thrill (-)F ictus cordis C ictus cordis teraba pada sela iga - garis midka$ikuler kiri. Perkusi C Pulmo C Sonor pada kedua lapang paru AuskultasiC Pulmo C "ronko$esikuler (O:O), ronkhi basah kasar (OPO), hee(ing (O:O), ekspirasi memanjang (O) @or Ab$omen , Inspeksi C 9assa (-), distensi (-) C S'S# tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

Auskultasi C ") (O) 6 Perkusi Palpasi teraba, ren tak teraba C 8impani C nyeri tekan (-), hepar tak teraba, lien tak

Anggota Gera%, 8ungkai Atas ;anan ;iri O O 8ungkai "a ah ;anan ;iri O O -

Akral hangat Ddema Pucat ;elainan bentuk Pembengkakan Sendi Pembesaran ;>" Aksiler A<illa Inguinal ;ekuatan otot

#0

K '"t

,Ikterus (-), pustula (-), peteki (-) , flushing (-), miliaria (-)

Urogen"ta' ,3lank mass (-), 6yeri tekan (-), genital normal (ertebrae , tidak tampak kelainan

Pemer"%&aan Pen n/ang Pemer"%&aan 'aborator" m Dara* Leng%a! (#- /ktober #5'0) H"@ %"@ 7>" 7@8 9@& 9@7 9@7@ P18 >2S C 00,!4 < '50:1 (6 N !<'50 E ''<'50:1) C !,++ < '5*:1 C '5,, g:dl C 00,!. C *,,' f1 C #',4 pg C 0#,! . C *#* < '50:1 C '04 mg:dl (6 N 0,-<'5* E -,5<'5*:1) (6 N '# E '* g:dl) (6 N 0, E !+.) (6 N +# E 4- f1) (6 N #, E 0' pg) (6N 0# E 0*.) (6 N '-5<'50 E !55<'50:1) (6 N '*5 mg:dl)

Rontgen T*ora%& AP 0 #- /ktober #5'01

#!

De&%r"!&" Ha&"' Rontgen T*ora%& Proyeksi AP, kondisi foto cukup, inspirasi cukup !oft tissue C edema (-:-), udara subcutis (-:-), massa (-:-) 8ulang C fraktur costa dan cla$icula (-:-), pelebaran sela iga (-:-), iga kanan lebih datar dibanding yang kiri. Pleura C Sudut costophrenicus lancip, efusi (-:-) Parenkim paru C @orakan bronko$askular meningkat (-:-), Infiltrat (O:O), hiperinflasi (O:-) =antung C Aortic knob tidak menonjol, segmen pulmonal tidak menonjol, pinggang jantung ada, ape< menghadap keba ah, @8% C A -5 . ;esan C "ronkiolitis Re& me Pasien laki-laki - bulan datang dengan keluhan sesak nafas sejak ' hari yang lalu. Sesak napas muncul tiba-tiba semakin lama semakin memberat, dirasakan terus menerus, nafas anak cepat dan terengah-engah. Sesak yang dikeluhakan disertai dengan bunyi ngik. Sebelumnya pasien mengalami batuk berdahak sejak # hari yang lalu. 2alam ' hari pasien bisa batuk sampai + kali. 2ahak ber arna putihkekuningan, encer, tanpa darah, dan tidak berbau. Pasien juga mengalami pilek bersamaan dengan batuk. "erlendir encer, arna putih, tidak berbau. 2emam sejak # hari yang lalu naik-turun. 6aik terutama malam hari disertai re el. 2emam turun bila pasien berkeringat namun beberapa jam kemudian demam tinggi kembali. Ibu mengatakan frekuensi minum ASI anaknya sedikit berkurang sejak sakit. Pasien sering mengalami demam, batuk, dan pilek berulang kurang lebih sekali dalam sebulan. 2ari pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum C lemah, kesadaran C compos mentis, nadi C '0+ <:menit, pernapasan C *+ <:menit, temperatur C 0*,, o @, status gi(i kurang, inspeksi thora< C retraksi subcostal, auskultasi thora< C bronko$esikuler (O:O), ronkhi basah halus (OPO), hee(ing (O:O), ekspirasi memanjang (O). D"agno&"& Ker/a "ronkiolitis akut Anemia ringan hipokromik mikrositik e.c susp defisiensi 3D >i(i kurang #-

D"agno&"& Ban$"ng Asma Pneumonia Anemia penyakit kronis

Ren2ana Tera!" A+a' P'an"ng Tera!" - /ksigen # lpm - 2- Q 6S '* tpm (mikro) - Ampisilin injeksi ! < '#- mg - @hlorampenicol injeksi 0 < '55 mg - 6ebulisasi $entolin setiap + jam - 2e<ametason injeksi 0 < ' mg - Parasetamol drop 0 < 5,- mg (kalau perlu) - ;onsul gi(i P'an"ng D"agno&"& Saturasi oksigen, A>2, 3oto thora< lateral, D1ISA

Progno&"& , 2ubia ad bonam

FOLLO3 UP 8anggal #*:'5:#5'0 Subject Sesak (O), demam (-), batuk (O), pilek (-). /bject 7% C ''+ <:m 8emp C 0*,- ?@ "" C - kg %etraksi Assesment "ronkioliti kurang Anemia sub hipokromik susp O Planning - /# ' lpm (mikro) - Ampisilin '#- mg - @hlorampenicol 0 < '55 mg ! <

%% C 0+<:menit akut O >i(i - 2- Q 6S '* tpm

costa (O:O), rh mikrositik (O:O), Hh (O: e.c

#*

O),

ekspirasi defisiensi 3D.

- 6ebulisasi $entolin setiap + jam - 2e<ametason injeksi 0 < ' mg - Parasetamol drop 0 < 5,- mg (kalau perlu) 8erapi lanjut

memanjang (O)

#,:'5:#5'0

Sesak (O), demam 6adi C '## <:m (-), batuk (-), pilek %% C !#<:menit (-). 8emp C 0*,0? "" C - kg %etraksi (O:O),Hh O), sub (O: costa (O:O), rh ekspirasi

Idem

#+:'5:#5'0

memanjang (O) Sesak (O), demam 6adi C '#5 <:m (-), batuk (-), pilek %% C !5<:menit (-). 8emp C 0*,-?c "" C - kg %etraksi sub costa (O:O), rh (O:O),Hh (O:O) berkurang

Idem

"P1

#,

BAB I( PEMBAHASAN "ronkhiolitis adalah penyakit I%A E ba ah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. yang sering di derita bayi dan anak kecil yang berumur kurang dari # tahun. "ronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratory tersering pada bayi. Paling sering terjadi pada usia # E #! bulan, puncaknya pada usia # E + bulan. Sebanyak '',! . anak berusia diba ah ' tahun dan * . anak berusia ' E # tahun di AS pernah mengalami bronkhiolitis. Penyakit ini menyebabkan 45.555 kasus pera atan di rumah sakit dan menyebabkan !-55 kematian setiap tahunnya. 3aktor resiko terjadinya bronkiolitis adalah jenis kelamin laki-laki, status sosial ekonomi rendah, jumlah anggota keluarga yang besar,

#+

perokok pasif, berada pada tempat penitipan anak atau ke tempat-tempat umum yang ramai, rendahnya antibodi maternal terhadap %S&, dan bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu. Pada pasien ini ddidapatkan beberapa faktor resiko seperti yang disebutkan diatas yaitu anak berusia - bulan, jenis kelamin laki-laki, status sosial ekonomi rendah dimana ayah pasien bekerja sebagai iras asta dengan penghasilan %p. -55.555, jumlah anggota keluarga yang besar dimana dalam satu rumah tinggal berlima dan pasien juga merupakan perokok pasif karena ayah pasien merupakan perokok aktif. 2ari hasil anamnesis juga didapatkan bah a onset dari demam, batuk, pilek dengan sesak nafas yang terjadi singkat yaitu satu hari. 7al ini yang membedakan bronkiolitis dengan pneumonia dimana bila pneumonia onset demam, batuk, pilek dengan kejadian sesaknya lama bisa sampai berminggu-minggu. "ronkiolitis secara klinis ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi dinding dada dan hee(ing. Pada pasien ini didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik berupa takipneu dengan respirasi rate *+ kali permenit. Selain itu dari hasil pemeriksaan fisik thora< didapatkan retraksi dinding dada (subcostal) dan dari auskultasi dinding dada didapatkan adanya suara nafas tambahan berupa hee(ing dan ronki pada kedua lapang paru dan yang khas lainnya pada bronkiolitis berupa ekspirasi yang memanjang. 2ari hasil pemeriksaan penunjang dengan roengent thora< AP yang memperlihatkan adanya iga sebelah kanan lebih datar dari yang sebelah kiri, adanya hiperinflasi serta didapatkan infiltrat minimal pada paru kanan yang memperkuat diagnose kearah bronkiolitis. 2ari hasil pemeriksaan status gi(i pasien ini didapatkan "":P" -0 S2 yang menunjukkan bah a pasien ini kurus, kemudian dari "":) didapatkan -#,, S2 yang menunjukkan pasien ini gi(i kurang dan dari P":) didapatkan -',0 S2 yang menunjukan bah a pasien ini tingginya normal. 2ari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bah a status gi(i pasien yaitu gi(i kurang. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan 7" C '5,,F 9@& C *,,' f1F 9@7 C #',4 pg. 7asil ini menunjukkan pasien juga mengalami anemia ringan hipokromik mikrositik. Penyebab anemia tipe ini yang paling banyak pada usia bayi adalah defisiensi besi karena asupan yang kurang. )ntuk itu diperlukan asupan (at besi tambahan untuk pasien ini. Suplementasi (at besi dapat diberikan saat kondisi pasien sudah membaik saat ra at jalan. 2iagnosis banding untuk penyebab anemia ringan hipokromik mikrositik pada pasien adalah anemia akibat penyakit kronik. Penyakit kronik juga dapat menyebabkan anemia

#4

tipe ini. Selain itu pada pasien juga didapatkan keluhan demam, batuk, dan pilek yang berulang setiap bulannya. )ntuk itu diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menepiskan ada atau tidaknya penyakit kronis yang diderita pasien. Pada bayi cukup bulan cadangan (at besi dari ibu bertahan hingga usia ! bulan. Setelah itu, untuk mendapatkan jumlah besi yang cukup, bayi harus mengabsorpsi #55 mg besi selama ' tahun pertama agar dapat mempertahankan kadar 7b yang normal yaitu '' gr:dl. "ayi kurang bulan harus mampu mengabsorpsi #-! kali dari jumlah biasa. 7al tersebut karena cadangan (at besi dari ibu lebih sedikit daripada bayi cukup bulan. Pre$alens anemia defisiensi besi paling tinggi terjadi pada usia * bulan - 0 tahun karena pada masa ini cadangan besi sangat berkurang. Pada bayi kurang bulan anemia defisiensi (at besi bahkan dapat terjadi pada usia #-0 bulan. /leh karena itu pada pasien ini mungkin tidak terjadi anemia. Se%agian %esar tatalaksana %ronkiolitis pada %a$i %ersifat suportif $aitu pe"%erian oksigen, 4airan intravena dan ke4ukupan 4airan, pen$esuaian suhu lingkungan agar konsu"si oksigen "ini"al, tun#angan respirasi %ila perlu, dan nutrisi. Setelah itu %arulah digunakan %ronkodilator, anti infla"asi seperti kortikosteroid, antiviral seperti ri%avirin, dan pen4egahan dengan vaksin RS), RS) i""unoglo%ulin -pol$4lonal0 atau *u"anis RS) "ono4lonal anti%od$ -palivizu"a%0. 2erapi oksigen harus di%erikan kepada se"ua penderita ke4uali untuk kasus-kasus $ang sangat ringan. Saturasi oksigen "engga"%arkan ke#enuhan afinitas hae"oglo%in terhadap oksigen di dala" darah. ?ksigen dapat di%erikan "elalui nasal prongs (# liter:menit) " masker (minimum ! liter:menit) atau head box. 8erapi oksigen dihentikan bila pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oximetry (Sa/#) pada suhu ruangan sta%il diatas 94%. Pe"%erian oksigen pada saat "asuk sangat %erpengaruh pada skor %eratn$a pen$akit dan la"a pera'atan di ru"ah sakit. Pe"%erian 4airan dan kalori $ang 4ukup -%ila perlu dapat dengan infuse dan diet sonde@nasogastrik0. Au"lah 4airan disesuaikan dengan %erat %adan, kenaikan suhu dan status hidrasi. Pasien ini di%erikan 4airan sesuai %erat %adan $aitu 5 kg dikalikan : 5 44 dikurangi dengan intake dari AS( sekitar R: "aka $ang di%erikan 44. #adi total 4airan

05

$ang di%erikan sekitar 4

44 dala" sehari dengan infuse set "ikro #adi

pasien dapat sekitar :+ tetes per "enit. Pe"%erian anti%iotik se4ara rutin tidak "enun#ukkan pengaruh terhadap per#alanan %ronkiolitis. Akan tetapi keterla"%atan dala" "engetahui virus RS) atau virus lain se%agai pen$e%a% %ronkiolitis dan "en$adari %ah'a infeksi virus "erupakan predisposisi ter#adin$a infeksi sekunder dapat "en#adi alasan di%erikan anti%iotika spektru" luas. Selain itu perti"%angan di%erikan anti%iotik pasien ini #uga dilihat dari hasil la%oratoriu"n$a di"ana
/

ter#adi

leukositosis -2

dengan #u"lah "g@kg!!@hari

leukosit se%an$ak //,49 1 :

@u>. Anti%iotik $ang digunakan pada

pasien %ronkiolitis $aitu a"pisilin dengan dosis : : 5

se4ara intravena di%agi 4 dosis diko"%inasi dengan klora"feniikol 5 "g@kg!!@hari di%agi / dosis. Aadi a"oksisilin $ang di%erikan sekitar "g@hari di%agi 4 #adi di%erikan :25 "g per kali pe"%erian

sedangkan klora"fenikol $ang di%erikan sekitar :25 "g per kali pe"%erian.
/bat anti $irus %iba$irin ($ira(ol), suatu nukleotida sintetis, telah digunakan di luar negeri sebagai terapi spesifik. Pemberiannya secara inhalasi terus-menerus '# E #5 jam:hari selama 0 E - hari, cukup efektif mengurangi gejala bronkiolitis jika diberikan sedini mungkin (pada a al perjalanan infeksi). 6amun dalam suatu penelitian melaporkan bah a pemberian riba$irin tidak begitu menurunkan lama ra at inap di rumah sakit dan angka mortalitas. Pengaruh jangka lama masih belum diketahui. ;arenanya, penggunaannya hanya terindikasi pada bayi yang amat sakit atau pada bayi berisiko tinggi, seperti bayi dengan penyakit jantung kongenital sianotik, displasia bronkopulmoner berat, atau immunodefisiensi berat. Penderita ini tidak diberikan.

:-2 Penggunaan %ronkodilator untuk terapi %ronkiolitis telah la"a diperde%atkan sela"a ha"pir 4 tahun.2erapi far"akologis $ang paling sering di%erikan untuk pengo%atan %ronkiolitis adalah %ronkodilator dan kortikosteroid. ;apat di%erikan ne%ulasi B agonis -sal%uta"ol ,:"g@kg!!@dosis, 4-+ 1@hari0 dien4erkan dengan salin nor"al untuk "e"per%aiki ke%ersihan "ukosilier. 6ortikosteroid "etilprrednisolon, $ang digunakan dan adalah prednison, ;i%erikan hidrokortison, deksa"etason.

0'

deksa"etason dengan dosis

,5-:"g@kg!!@ hari #adi tang di%erikan :

"g per kali pe"%erian di%erikan / kali sehari. 8ara pe"%erian adalah se4ara oral, intra"uskular, dan intravena. 2idak ada efek "erugikan $ang dilaporkan.&

DAFTAR PUSTAKA

0#

'. %ahajoe 6astiti 6, "ambang Supriyatno, 2arma an "udi Setyanto. #uku A$ar Respirologi Anak. Ddisi Pertama. =akarta C "adan Penerbit I2AI. #55+. #. Pusponegoro 7ardiono 2, dkk. !tandar Pelayanan %edis &esehatan Anak. Ddisi Pertama. =akarta C "adan Penerbit I2AI.#55-. 0. 9ereinstein >erald ", 2a$id H ;aplan, Adam A %osenberg. #uku Pegangan Pediatri. Ddisi ',. =akarta C Penerbit Hidya 9edika. #55#.
!. /renstein 29. "ronkiolitis. 2alam C "ehrman, ;liegman, Ar$in editor. 6elson, Ilmu ;esehatan Anak edisi '-. =akarta. D>@. #555.

-. >arna 7 7erry. Pedoman 'iagnosis (lmu &esehatan Anak. "andung C Penerbit 3; )npad. #55-. *. %udolph A9, 7offman =ID, %udolph @2. Rudolph)s Pediatrics. Ddisi ke-#5. @alifornia C Prentice 7all International Inc. '44*.

00

Anda mungkin juga menyukai