Anda di halaman 1dari 6

makalah fisiologi tumbuhan

I. JUDUL PRAKTIKUM: AERASI II. TUJUAN : Mengetahui pengaruh aerasi pada media tanam pasir malang dan tanah sawah terhadap kondisi tanaman Impatiens balsamina III. DASAR TEORI Aerasi merupakan salah satu factor lingkungan yang mempengaruhi penyerapan air pada tanaman. Akar pada tanaman memerlukan ruangan di tanah (aerasi) untuk dapat melakukan respirasi. Aliran udara dalam tanah tergantung pada ukuran pori-pori media tanam. Aerasi yang tidak baik menghambat metabolism dan pertumbuhan akar. Tanah yang memiliki aerasi sempurna adalah tanah dimana gas gas yang tersedia untuk organisme yang sedang tumbuh (khusus tanaman tingkat tinggi) dalam jumlah cukup dan dengan perbandingan yang wajar untuk meningkatkan proses metabolisme sampai tingkat optimum bagi organisme tersebut. Pada umumnya keadaan yang menyebabkan tanah beraerasi buruk, antara lain kandungan air sangat tinggi sehingga ruang untuk gas tinggal sedikit atau tidak sama sekali dan pertukaran gas dengan atmosfir tidak cukup cepat untuk mempertahankan konsentrasi gas tanah pada tingkat yang diperlukan. Pertukaran gas antara tanah dan atmosfir diatasnya dipermudah melalui 2 mekanisme yaitu aliran massa dan difusi. Aliran massa disebabkan perbedaan perbedaan tekanan antara atmofir dan udara dalam tanah, dan ini relatif tidak penting dalam menentukan pertukaran total yang terjadi. Sebagian besar pertukaran gas dalam tanah disebabkan karena difusi. Melalui proses ini tiap gas cenderung bergerak ke satu jurusan yang ditentukan oleh parsiel itu sendiri. Misal, jika di dalam ruang udara mengandung 25% oksigen maka tekanan parsiel oksigen kurang lebih 0.25 atmosfer jika tekanan udara 1 atmosfer. Karena difusi, terjadi gerakan besar dari suatu daerah kedaerah lain, meskipun secara tekanan tidak ada perbedaan tekanan. Jadi meskipun tekanan udara total sama dengan atmosfer, kandungan O2 dalam atmosfer akan lebih tinggi dari kandungan atmosfer yang ada dalam tanah sehingga ada pergerakan oksigen dari atmosfir masuk kedalam tanah (Dwijosepoetro, 1990: 40). Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makluk hidup. Air mempunyai peranan sangat penting karena merupakan bahan pelarut bagi kebanyakan reaksi dalm tubuh makluk hidup. Air juga digunakan sebagai medium enzimatis. Air sangat penting bagi tumbuhan 30% sampai 90% berat tumbuahan tersusun atas air. Tumbuhan menggunakan air pada proses fotosintesis. Mineral-mineral yang diserap oleh akar harus terlarut juga di dalam air. Air yang diperlukan tumbuhan sebagian besar diserap lewat akar , meski ada tumbuhan yang mampu menyerap air lewat daun atau batang. Soil aeration systems are routinely recommended by urban tree care experts when construction plans call for raising the grade around a tree. The theory behind these systems of ventilation pipes and porous fill is that they facilitate better gas exchange between the root zone and atmosphere than fill soil alone. Gas exchange is essential to tree function because roots, during the process of respiration, utilize O2 present in soil macropores and in turn,

release CO2 . Under normal conditions, most soil/atmosphere exchange of CO2 for O2 occurs when water saturates the soil macropores and flushes soil air out. As water drains from the saturated soil, new air is drawn into the macropores. Anaerobic conditions develop when exchange is inadequate, causing roots to loose their ability to absorb nutrients and water and to lack the vigor necessary for new soil exploration. Above ground, photosynthesis rates decline, stomata close, and shoot growth slows. Studies have shown that this deterioration of tree health occurs when root zone O2 content falls below 10% (2). Compacted soils, or those covered by materials such as asphalt and soil fill, present a barrier to water infiltration and consequently to gas exchange within the root zone. Yelenosky compared soil air composition under fill and paving to that of an undisturbed site. In the undisturbed forest, soil air consisted of no less than 18% O2 and no greater than 2% CO2. In contrast, the soil surrounding trees under clay fill was very poorly aerated, with O2 contents as low as 1% and CO2 contents over 20%. Anaerobic conditions also developed rapidly in soils subjected to compaction and asphalt paving, with O2 content dropping from 20% to 4% in two weeks (Yelenosky.1993). Berdasar kutipan jurnal tersebut, pertukaraan gas sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Aerasi yang tidak baik membuat kondisi tanah yang kurang akan kadar gas didalamnya. Rendahnya kadar oksigen akan menghambat respirasi aerob, sehingga energi yang didapat untuk penyerapan zat hara pada akar berkurang, akibatnya tanaman akan kekurangan nutrient. Kadar oksigen rendah dapat memacu terjadinya respirasi anaerob,yang hasil akhirnya berupa alkohol yang mampu melarutkan lipoprotein membrane plasma dan . Aerasi yang buruk akan meningkatkan kadar CO2 dan PH larutan tanah akan turun sehingga kekentalan protoplasma naik yang menyebabkan permeabilitas akar terhadap air berkurang. Hal itu menyebabkan tanaman menjadi layu. Layunya tanaman pada umumnya terlihat dengan daun yang lemas dan batang yang menunduk. Aerasi yang baik ditunjukkan dengan adanya ukuran pori-pori ruang udara yang cukup untuk jalan aliran udara sehingga terjadi pertukaran udara (untuk mensuplai dan memasukkan oksigen). Oksigen digunakan untuk respirasi akar. Untuk itu, tanaman yang ditanam pada media ini memiliki kondisi yang baik dan segar (Mudakir, 2004). Trees grown in urban settings are often subjected to environmental stresses. These stresses may result from water deficit, temperature extremes, mineral deficiency or excess, air pollution, defoliation, or poor root aeration. Trees exposed to mild levels of stress may exhibit symptoms such as early fall color and leaf drop, while those exposed to more extreme levels may exhibit symptoms of progressive canopy thinning, limb dieback, and eventual death (Houston, 1985). Menurut pernyataan di atas, tanaman akan mengalami stress yang disebabkan oleh beberapa factor salah satunya adalah aerasi yang buruk, gejalanya antara lain warna daun memucat dan banyak daun yang berguguran, dalam beberapa kondisi yang extrim dapat mengakibatkan kematian. Thus, even when stresses are transient or sublethal, trees may still be severely damaged. Poor root aeration is one form of stress that is particularly important in urban and park settings. Roots require a continual supply of oxygen, which moves from the above-ground atmosphere to the below-ground atmosphere through soil pores. Several factors which commonly occur in urban and park settings can interfere with this process. One is the movement of soil that typically occurs during construction and landscaping operations. Because oxygen enters soil largely by diffusion, the highest concentrations are near the

surface, and they decrease with increasing depth. Thus, adding backfill soil around trees can suddenly and seriously reduce oxygen levels in deeper parts of the soil profile. Likewise, soil compaction can interfere with oxygen movement into soil because of the loss of macropore space. The large pores in a well- structured soil are important avenues of gas exchange, and they are lost when soils are compacted to high bulk densities. A third factor which commonly limits root aeration is high soil moisture, resulting from excessive irrigation or poor drainage. When soil pores are filled with water, oxygen cannot enter the profile, and the small amounts dissolved in water are rapidly depleted at sites of high metabolic activity. While species differ, roots generally function best at oxygen levels above 10 percent (Kozlowski, 1985). Berdasarkan pernyataan tersebut, susunan udara tanah sangat bergantung pada banyaknya ruang udara yang terkandung dalam tanah/pori pori tanah, bersama dengan kecepatan reaksi biokimia dan pertukaran gas. Udara dan air akan mengisi pori-pori tanah. Banyaknya poripori dalam tanah kurang lebih 50 % dari volume tanah, sedangkan jumlah air dan udara dalam tanah berubah ubah.Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan poripori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air yang mudah hilang karena gaya gravitasi, sedang pori-pori halus berisi air kapiler dan udara. Tanah yang tergenang maka semua poriporinya terisi air, sedang pada tanah lembab air mengisi pori-pori mikro tanah dan udara mengisi pori-pori tanah yang tidak terisi air. IV. ALAT DAN BAHAN Dalam praktikum aerasi ini memerlukan beberapa alat yaitu gelas aqua yang digunakan sebagai pot sebanyak 2 buah, gelas ukur untuk mengukur volume air yang akan disiramkan tanaman, serta baskom untuk mencuci media tanam sebelum digunakan dalam percobaan. Bahan yang diperlukan antara lain pasir malang dan tanah sawah yang digunakan sebagai media tanam yang akan dibandingkan, air yang digunakan untuk mencuci dan menyiram media tanam, serta 2 tanaman Impatiens balsamina yang berukuran relatif sama (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dsb). V. PRINSIP KERJA Prinsip kerja pada percobaan ini adalah pengamatan perkembangan dua tanaman yang ditanam dalam dua media yang berbeda, untuk mengetahui pengaruh perbedaan tingkat aerasi pada kedua media tersebut terhadap kondisi tanaman. Pertama kita mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu 2 tanaman Impatiens balsamina, kemudian mencuci media tanam pasir malang dan tanah sawah serta mengeringkannya. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan adanya unsur hara yang terkandung dalam masing-masing media tanam, sehingga kedua media dalam kondisi yang sama l. Berikutnya, menanam tanaman Impatiens balsamina pada masing-masing media tanam. Tanaman yang digunakan disini harus relatif sama (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dsb). Kemudian tanaman tersebut disiram dengan air sebanyak 50 ml. Pengamatan percobaan ini dilakukan selama 3 hari, dengan membandingkan kondisi tanaman yang ditanam pada tanah sawah dengan tanaman yang ditanam pada media tanam pasir malang. VI. PARAMETER

Parameter yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah kondisi tanaman selama 3 hari yaitu segar, layu, atau mati. Karena perbedaan kondisi tanaman salah satunya dipengaruhi oleh aerasi media tanamnya. Tanaman yang ditanam pada media tanam dengan aerasi baik maka kondisi tanaman tersebut akan segar. Hal itu ditandai dengan daunnya yang berwarna hijau segar dan tidak lemas, batang tegak. Tanaman yang ditanam pada media tanam dengan aerasi yang kurang baik maka tanaman akan layu. Hal itu ditandai dengan daunnya yang lemas dan batangnya tertunduk. Sedangkan tanaman yang ditanam pada media tanam dengan aerasi yang tidak baik maka tanaman akan mati. Hal itu ditandai dengan daunnya yang berubah warna menjadi kuning, daun lemas, batang tertunduk dan lama kelamaan tanaman mengering dan pertumbuhannya berhenti. Aerasi yang buruk mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob,yang hasil akhirnya berupa alkohol yang mampu melarutkan lipoprotein membran plasma dan aerasi yang buruk akan meningkatkan kadar CO2 dan PH larutan tanah akan turun maka kekentalan protoplasma naik yang menyebabkan permeabilitas akar terhadap air berkurang dan menghambat penyerapan hara dan tanaman akan kekurangan nutrient. Pengaruhnya tanaman menjadi layu bahkan menyebabkan kematian (Mudakir. 2004). VII. HASIL PENGAMATAN Media Pasir malang Kondisi Tanaman Hari ke 1 Segar (daun hijau,batang tegak dan keras) Segar (daun hijau,batang tegak dan keras)

Hari ke 2 Segar (daun hijau,batang tegak dan keras) Agak layu

Hari ke 3 Segar (daun hijau,batang tegak dan keras) Layu

Tanah sawah

(daun lemas, namun (daun lemas dan batang masih tegak) menguning, batang agak lembek menund

VIII. ANALISA DATA Pertumbuhan tanaman salah satunya dipengaruhi aerasi tanah atau media tanam yang digunakan. Menurut Mudakir (2004) aerasi meerupakan rongga atau ruang dalam tanah untuk sirkulasi udara dalam tanah, karena akar tanaman memerlukan oksigen untuk respirasi. Pertukaran gas antara tanah dan atmosfir diatasnya dipermudah melalui 2 mekanisme yaitu aliran massa dan difusi. Aliran massa disebabkan perbedaan perbedaan tekanan antara atmofir dan udara dalam tanah, dan ini relatif tidak penting dalam menentukan pertukaran total yang terjadi. Sebagian besar pertukaran gas dalam tanah disebabkan karena difusi. Melalui proses ini tiap gas cenderung bergerak ke satu jurusan yang ditentukan oleh parsiel itu sendiri. (Dwijosepoetro, 1990) Klasifikasi :

Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Spermatophyta : Dikotil : Geraniales : Balsaminaceae : Impatiens : Impatiens balsamina

Dalam percobaan didapatkan : 1. Pada media tanam pasir malang hari pertama, kedua dan ketiga kondisi tanaman pada media tanam pasir malang, masih dalam keadaan segar. Hal ini dapat diamati dari kondisi batang yang masih tegak dan keras serta kondisi daun dengan warna hijau segar seperti pada saat awal menanam. 2. Pada media tanam tanah sawah pada hari pertama kondisi tanaman masih segar, dengan daun hijau tidak lemas,dan batang tegak. Pada hari kedua kondisinya agak layu, dilihat dari daunnya yang lemas meskipun warnanya masih hijau dan batangnya tegak. Pada hari ketiga, kondisi tanaman menjadi layu,dilihat dari batang tanaman yang lemas dan sedikit lembek. Selain itu beberapa daun mulai menguning. Dari hasil pengamatan di atas dapat dilihat tanaman tumbuh dengan baik pada media tanam pasir malang karena pasir malang memiliki pori-pori ruang udara yang cukup sehingga pertukaran gas dalam tanah lancar, maka suplai oksigen untuk respirasi tercukupi (Mudakir, 2004). Dari respirasi akan didapatkan energi yang cukup untuk penyerapan zat hara atau nutrient pada tanah oleh akar maka akan kebutuhan nutrient tanaman tercukupi dan tanaman tumbuh dengan baik (Yelenosky, 1993). Tanaman tumbuh dengan baik pada media tanam pasir malang dengan memiliki aerasi yang baik. Hal ini dapat diamati dari kondisi batang yang masih tegak dan keras serta kondisi daun dengan warna hijau segar seperti pada saat awal menanam. Namun pada media tanam tanah sawah tanaman tumbuh kurang baik dibandingkan media tanam pasir malang. Karena pada tanah sawah, tanahnya berupa tanah lumpur, rongga atau pori-pori udaranya tertupup oleh air yang mengakibatkan udara sulit masuk kedalamnya, menjadikan pertukaran gas tidak lancar (Kozlowski, 1985). Pertukaran gas yang tidak lancar menyebabkan suplai oksigen kurang sehingga terjadi respirasi anaerob, yang hasil akhirnya berupa alkohol yang mampu melarutkan lipoprotein membran plasma dan aerasi yang buruk akan meningkatkan kadar CO2 dan PH larutan tanah akan turun maka kekentalan protoplasma naik yang menyebabkan permeabilitas akar terhadap air berkurang dan menghambat penyerapan hara dan tanaman akan kekurangan nutrient. Pengaruhnya tanaman menjadi layu bahkan menyebabkan kematian (Mudakir. 2004).

Tanaman Impatiens balsamina memiliki kondisi yang lebih baik yang ditanam pasir malang dengan aerasi yang baik dibandingkan yang ditanam tanah sawah dengan aerasi yang baik. IX. KESIMPULAN 1. Pasir malang merupakan media tanam dengan aerasi yang lebih baik dibandingkan tanah sawah, yang ditunjukkan dengan adanya ukuran pori-pori ruang udara yang cukup untuk jalan aliran udara sehingga terjadi pertukaran udara (untuk mensuplai dan memasukkan oksigen). Oksigen digunakan untuk respirasi akar. Untuk itu, tanaman yang ditanam pada media ini memiliki kondisi yang baik (segar). 2. Tanah sawah merupakan media tanam dengan aerasi yang kurang baik dibandingkan pasir malang. Tanah sawah memiliki struktur tanah dengan pori-pori yang kecil dibandingkan pasir malang, sehingga kandungan udara (oksigen) dalam tanah sedikit, yang mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob dan menghasilkan alkohol. Alkohol akan melarutkan lipoprotein membrane plasma yang menyebabkan akar menjadi busuk. Kondisi aerasi yang tidak baik dapat menyebabkan kadar CO2 naik, PH larutan tanah turun, kekentalan protoplasma naik, dan permeabilitas akar terhadap air berkurang, sehingga tanaman layu. X. DAFTAR PUSTAKA

Dwidjosepoetro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia. Houston, D.R. 1985. Soil Aeration and Tree Health. Journal of Arboriculture Vol 40:127-147 dalam http ;//soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1984%20pene.pdf diakses tanggal 16 November 2010 Kozlowski, T.T. 1985. Soil aeration, flooding, and tree growth. New York: Academic Press. Mudakir, Imam. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia. Yelenosky, G. 1993. Soil Aeration and Tree Growth. Jourrnal of Arboriculture Vol 7:64-69 dalam http ;//soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1984%20pene.pdf diakses tanggal 16 November 2010

Anda mungkin juga menyukai