Anda di halaman 1dari 51

II.1.

TINJAUAN KEBIJAKAN

II.1.1. RTRW NASIONAL (PP RI NO 26 TAHUN 2008) Tinjauan Sistem Perkotaan Nasional adalah sebagai berikut : Pasal 11 (1) Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. (2) PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. (3) PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota, setelah

dikonsultasikan dengan Menteri. Pasal 14 (1) PKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria: a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi. (2) PKW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria: a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 1

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. (3) PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria: a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Gambar II.1. Peta Rencana Sistem Perkotaan Nasional

Pasal 15 PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) ditetapkan dengan kriteria : a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga; b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;
RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Draft Laporan Akhir 2011

II - 2

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Untuk Provinsi Kalimantan Timur, salah satu wilayah kota yang termasuk dalam PKN adalah Tarakan, sedangkan Nunukan termasuk kedalam kategori Pusat Kegiatan Wilayah (PKW I/B) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN I/A/1).

II.1.2. RTRWP KALIMANTAN TIMUR Visi dan Misi Visi pembangunan Kalimantan Timur adalah Pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), serta pemanfaatan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, sehingga Kalimantan Timur mampu menjadi salah satu pusat perdagangan di Kawasan Timur Indonesia dan berkembang menjadi pusat perdagangan internasional di wilayah Asia-Pasifik.

Misi pembangunan Kalimantan Timur sebagai berikut: a. Penguatan ekonomi rakyat yang didukung oleh peningkatan kemampuan SDM yang menguasai Iptek dan dilandasi oleh Imtaq, serta pengembangan potensi perdesaan sebagai daerah produktif. b. Intensifikasi pemanfaatan SDA secara lestari yang berorientasi pada industri pengolahan dan ekspor, pengembangan sentra perdagangan dunia, khususnya bagi wilayah Asia Pasifik dan pengembangan jasa dan budaya. c. Meningkatkan kualitas dan pengembangan Sumber Daya Manusia,

pengembangan dan peningkatan investasi, peningkatan dan pengembangan, serta rasionalisasi manajemen SDA (renewable dan non-renewable). d. Pengembangan dan peningkatan pemanfaatan keunggulan komparatif potensi pembangunan yang ada, pengembangan dan peningkatan kemampuan pelayanan infrastruktur, dan lain-lain, serta peningkatan penguasaan Iptek,
RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Draft Laporan Akhir 2011

II - 3

khususnya yang berkaitan dengan sistem produksi.

Tujuan Tujuan Pembangunan Daerah Propinsi Kalimantan Timur merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan UUD 45 dan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan yang aman, tentram, tertib, dinamis, sesuai dengan kemampuan kondisi, potensi dan aspirasi yang tumbuh dan berkembang di daerah, yang ditujukan untuk: 1. Menumbuhkembangkan sikap dan tekad kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah Kalimantan Timur dalam rangka meningkatkan SDM yang mampu menyerap perkembangan IPTEK, sebagai aset dan potensi daerah untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, merata, adil dan makmur. 2. Mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan pembangunan

antarwilayah, antar Kabupaten/Kota dan wilayah pedesaan, antarsektor ekonomi, serta mengarahkan pertumbuhan pembangunan daerah dan membuka wilayah pedalaman, perbatasan, terisolasi, dan kawasan tertinggal lainnya, yang diimbangi dengan pendayagunaan dan peningkatan efektifitas penataan ruang, serta pengendalian pemanfaatan ruang. 3. Meningkatkan pendapatan yang berasal dari Sumberdaya Alam (SDA), yang selama ini diketahui memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), namun belum dinikmati secara proporsional oleh masyarakat Kalimantan Timur. 4. Peningkatan investasi dan peran swasta yang mampu mendorong penguatan ekonomi kerakyatan, dengan penyiapan informasi-informasi dari pemerintah daerah mengenai program pembangunan, serta debirokratisasi dan deregulasi. 5. Meletakkan landasan pembangunan yang mantap untuk tahap pembangunan berikutnya dengan paradigma baru Indonesia masa depan yang berwawasan lingkungan.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 4

Sasaran Umum Titik berat sasaran pembangunan jangka menengah Kalimantan Timur masih bertumpu pada bidang ekonomi, seiring dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sedang bidang lain bersifat menunjang. Peletakan bidang ekonomi yang menjadi sasaran tersebut tidak lain dengan melihat perkembangan wilayah Kalimantan Timur yang telah dimekarkan melalui UU Nomor 47 tahun 1999 menjadi 12 wilayah Kabupaten/Kota, dimana masih banyak permasalahan yang perlu dibenahi, antara lain ketertinggalan dalam kemajuan proses pembangunan antar Kabupaten/Kota, penduduk miskin serta desa-desa tertinggal, maupun kelengkapan sarana dan prasarana serta infrastruktur.

Sasaran Khusus Sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur jangka menengah diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 4,8% pertahun dengan migas, dan 6,10% per tahun tanpa migas, dengan asumsi bila Indonesia pada masa tersebut telah aman dan stabil serta mendapatkan kembali kepercayaan dunia Internasional.

Arah Kebijakan RTRWP Kalimantan Timur Arah kebijakan pemanfaatan ruang di kawasan perbatasan Propinsi Kalimantan Timur adalah : 1. Perlu dibuka jalur-jalur transportasi yang menghubungkan kawasan perbatasan dengan daerahdaerah lainnya, baik yang menuju Indonesia maupun Malaysia, untuk lebih memudahkan pemasaran hasil-hasil bumi setempat. 2. Perlu dibuka pos-pos imigrasi di kawasan perbatasan untuk melegalkan arus barang yang masuk dan ke luar dari wilayah Indonesia. 3. Perlu dibangun pelabuhan laut yang khusus melayani arus keluar masuk barang dari Indonesia di wilayah Nunukan kepulauan. 4. Mempercepat tercapainya kemandirian masyarakat dan pemerintah

Kabupaten Nunukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. 5. Mengembangkan dan menserasikan laju pertumbuhan pembangunan antar wilayah kecamatan, wilayah pedesaan, antarsektor ekonomi serta membuka wilayah pedalaman, perbatasan, terisolasi dan kawasan tertinggal lainnya, yang
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 5

diimbangi dengan pendayagunaan dan peningkatan efektivitas pembangunan daerah. 6. Mengoptimalkan pemanfaatan pendapatan yang berasal dari sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dengan prinsip pembangunan yang

berkelanjutan. 7. Meningkatkan investasi dan peran swasta untuk mendorong penguatan ekonomi rakyat.

Strategi Pembangunan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Strategi pembangunan daerah perbatasan Kalimantan Timur diarahkan untuk : 1. Mempercepat penetapan tata batas negara dan mengurangi konflik dengan negara tetangga. 2. 3. 4. 5. Meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan. Meningkatkan pengelolaan wilayah perbatasan. Meningkatkan pelayanan sosial dibidang pendidikan dan kesehatan. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi daerah perbatasan sampai ke daerah-daerah pedesaan baik melalui jalur darat, laut maupun udara. 6. Meningkatkan upaya pembinaan politik untuk meningkatkan nasionalisme dan rasa kebangsaan. 7. Meningkatkan kerjasama sub-regional dalam rangka peningkatan keamanan dalam negeri dan peningkatan investasi.

II.1.3. RTRW KABUPATEN NUNUKAN Tujuan Kabupaten Nunukan telah memiliki draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Nunukan untuk kurun waktu 5 tahunan yang saat ini sedang dalam tahap revisi untuk diperdakan. Secara umum dokumen RTRW Kabupaten Nunukan ini bertujuan untuk : Merumuskan kebijakan pokok pemanfaatan ruang Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur;

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 6

Menghasilkan produk tata ruang Kabupaten Nunukan yang mampu menjaga konsistensi perkembangan wilayah dengan strategi pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dalam jangka panjang, yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; Mewujudkan produk pemanfaatan ruang Kabupaten Nunukan yang dapat menciptakan keserasian perkembangan antar wilayah Kecamatan serta

keterpaduan pembangunan sektoral daerah.

Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kabupaten Nunukan Struktur ruang wilayah Kabupaten Nunukan dilakukan dengan membagi wilayah Kecamatan ke dalam beberapa kota atau kawasan strategis yang bertujuan untuk menciptakan kondisi struktur ruang Kabupaten Nunukan yang efisien dalam pemanfaatan ruang dan efektif dalam membentuk struktur-struktur pelayanan umum serta terpadu dan bersinergis dalam memanfaatkan semua potensi dan sumberdaya yang tersedia. Formulasi Rencana Struktur Ruang Kabupaten Nunukan didasari oleh kajian struktur ruang Kabupaten Nunukan dalam RUTRK (1990-2010) serta arahan perkembangan dan distribusi penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2027. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebagai dasar pertimbangan penentuan struktur ruang Kabupaten Nunukan, yaitu : Pembagian wilayah Kota sebagai wilayah/kawasan-kawasan pengembangan sebaiknya memiliki batas administrasi yang jelas sehingga tidak menyulitkan dalam perencanaan masing-masing kawasan terutama pada saat pengerjaan rencana-rencana yang lebih detail (RDTRK) dan teknis (RTRK). Beberapa kawasan perkotaan di beberapa Kecamatan telah berkembang dengan fungsi-fungsi baru sehingga perlu dipertimbangkan sebagai pusat pelayanan Kabupaten Nunukan. Kota-kota sebagai kawasan perdagangan dan jasa mulai menyebar ke arah Kota Pembeliangan (Kec. Sebuku) Kota Atap (Kec. Sembakung) Kota Mansalong (Kec. Lumbis). Demikian pula dengan pola kegiatan pusat kota yang berubah dengan kehadiran sektor informal (PKL) yang perlu diperhitungkan.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 7

Kebijakan dan program yang berhubungan dengan penetapan Kabupaten Nunukan sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional. Faktor-faktor yang disebutkan di atas mempengaruhi perkembangan Kabupaten Nunukan saat ini dan dimasa yang akan datang, sehingga perlu diantisipasi dengan konsep-konsep perencanaan dan pengelolaan kawasan yang memiliki kemampuan mengadaptasi perubahan yang terjadi sebagai bagian dari pembangunan wilayah. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka Struktur Tata Ruang Kabupaten Nunukan dibuat dengan cara membagi wilayah Kabupaten Nunukan ke dalam 8 (delapan) bagian wilayah, yang disebut Pengembangan Wilayah Kota (PWK). Masingmasing PWK memiliki pusat pelayanan yang diklasifikasikan berdasarkan jenis dan skala pelayanan. Pembagian PWK untuk struktur ruang Kabupaten Nunukan pada dasarnya dilakukan dengan mengacu pada eksistensi wilayah administratif kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan yaitu; Kecamatan Krayan Selatan, Kecamatan Krayan, Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Nunukan, Kecamatan Sebatik dan Kecamatan Sebatik Barat. Dengan kata lain, masing-masing wilayah kecamatan dalam rencana struktur ruang Kabupaten Nunukan ditetapkan sebagai satu PWK.

Sasaran Rencana Tata Ruang Kabupaten Nunukan Sedangkan sasaran dari rencana tata ruang Kabupaten Nunukan adalah: Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan serta keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya; Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten Nunukan baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun oleh masyarakat; Tersusunnya rencana dan keterpaduan program pembangunan di wilayah Kabupaten Nunukan;

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 8

Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kabupaten Nunukan; Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan; Sebagai landasan operasional di dalam melaksanakan program pemanfaatan ruang, terutama yang berkaitan dengan pemberian dan rekomendasi izin pemanfaatan ruang atau pengendaliannya; Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Kabupaten Nunukan sebagai rujukan dan arahan bagi penerbitan ijin lokasi bagi pembangunan; Menjadi acuan penyusunan rencana-rencana yang lebih terperinci, seperti Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Nunukan dan Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) Nunukan.

Selain pusat-pusat pelayanan utama yang telah disinggung di atas, yang umumnya didasarkan pada kondisi eksisting masing-masing kawasan, pada masing-masing PWK ini juga direncanakan kehadiran sejumlah pusat pelayanan baru, yang diprediksikan akan bertambah secara natural jika konsep dan rencana pengembangan kota diimplementasikan secara bijaksana.

Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Nunukan Penentuan rencana sistem pusat pelayanan kota dilakukan dengan memperhatikan rencana sistem struktur tata ruang Kabupaten Nunukan yang dikaji berdasarkan perkembangan dan distribusi penduduk sampai dengan tahun 2027 serta kondisi eksisting struktur tata ruang kota saat ini. Tujuan pembagian pusat-pusat pelayanan dalam kota adalah agar terjadi pemerataan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan pada seluruh wilayah. Rencana sistem pusat pelayanan di Kabupaten Nunukan ditetapkan dengan hierarki sebagai berikut : PPP = Pusat Pelayanan Primer PPS = Pusat Pelayanan Sekunder PPT = Pusat Pelayanan Tersier

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 9

Pusat Pelayanan Primer (PPP), adalah kawasan yang menjadi pusat pelayanan untuk seluruh wilayah Kabupaten Nunukan, dan bahkan juga sejumlah wilayah di luar Kabupaten Nunukan yang secara fungsional memiliki keterkaitan spasial dengan kota ini. Pada prinsipnya, kawasan PPP akan memberikan pelayanan terhadap kawasannya sendiri serta kawasan-kawasan lain di dalam wilayah Kabupaten Nunukan yang secara hierarki berada di bawahnya yaitu kawasan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Sekunder (PPS) dan Pusat Pelayanan Tersier (PPT). Pusat Pelayanan Sekunder (PPS), adalah kawasan atau wilayah selain memberikan pelayanan terhadap kawasannya sendiri juga memberikan pelayanan kepada kawasan yang secara hierarki berada di bawahnya yaitu kawasan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Tersier (PPT). Jadi satu kawasan PPS bisa melayani beberapa kawasan PPT. Pusat Pelayanan Tersier (PPT), adalah kawasan atau wilayah yang hanya bertujuan memberikan pelayanan kepada kawasannya sendiri atau berskala pelayanan lingkungan. Beberapa pertimbangan terpilihnya kawasan-kawasan tersebut sebagai pusat pelayanan adalah, yaitu : Peluang tumbuh dan berkembang kawasan; Posisi strategis ditinjau dari beberapa aspek dan kebijakan perkembangan kota; Aksesibilitas tinggi; Jumlah penduduk dan kepadatan; Kemampuan melayani wilayah sekitar; Daya dukung lahan dan lingkungan.

II.2.

TINJAUAN PENYUSUNAN RDTR KOTA MANSALONG

II.2.1. Gambaran Umum Penyusunan RDTR Kota Mansalong Rencana Detail Tata Ruang Kota Mansalong yang sedang disusun saat ini, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan ke dalam rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan. Rencana Detail Tata Ruang Kota Mansalong adalah rencana pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota Mansalong

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 10

secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan Kabupaten Nunukan.

Rencana Detail Tata Ruang Kota Mansalong ini nantinya juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan, sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong ini adalah 5 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala 1 : 5.000 atau lebih.

II.2.2. Fungsi Penyusunan RDTR Kota Mansalong Rencana Detil Tata Ruang Kota Mansalong ini nantinya berfungsi untuk : menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program

pembangunan perkotaan; menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan Kota Mansalong dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan; menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien; menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan Kota Mansalong melalui pengendalian program-program pembangunan perkotaan. II.2.3. Manfaat Penyusunan RDTR Kota Mansalong Manfaat disusunnya Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan adalah sebagai pedoman untuk: Pemberian advice planning; Pengaturan bangunan setempat; Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan dan lingkungan; Pelaksanaan program pembangunan.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 11

II.2.4. Muatan Rencana Penyusunan RDTR Kota Mansalong Adapun muatan rencana penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Mansalong, meliputi : 1) Tujuan pengembangan kawasan fungsional Kota Mansalong; 2) Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Kota Mansalong, meliputi: a. Struktur pemanfaatan ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan; b. Pola pemanfaatan ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional (kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, perindustrian) dalam blok-blok peruntukan. 3) Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi: a. Arahan kepadatan bangunan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan; b. Arahan ketinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok peruntukan; c. Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan; d. Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan; e. Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana. 4) Pedoman Mansalong. II.2.5. Proses Penyusunan RDTR Kota Mansalong Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah penentuan kawasan perencanaan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan, perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional Kota

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 12

1) Penentuan kawasan perencanaan perkotaan; Dalam menentukan kawasan perencanaan perkotaan dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. 2) Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan; Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya; Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dsb. 3) Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan; Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor / kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup : Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan; Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan; Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan; Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan; kebutuhan ekstensifikasi; kebutuhan intensifikasi; perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.

Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.

4) Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan

pembangunan dan pemanfaatan ruang.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 13

5) Penetapan Rencana Tata Ruang Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Bupati Nunukan dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong sebagai penjabaran RTRW Kabupaten Nunukan.

Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan.

Masyarakat setempat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong ini nantinya. Masyarakat Kota Mansalong nantinya berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat di dalamnya.

Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menganut asas-asas demokratis, kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini merupakan dasar bagi pendekatan community driven planning yang menjadikan masyarakat sebagai penentu dan pemerintah sebagai fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan ruang yang iteratif, maka keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut dan selalu tanggap dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di dalam masyarakat.

Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk pengajuan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah.
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 14

Dalam mengajukan usul, memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang bagian Kota Mansalong dapat dilakukan melalui pembentukan forum kota, asosiasi profesi, media massa, LSM, lembaga formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga perwakilan rakyat).

II.2.6. Produk Keluaran RDTR Kota Mansalong Produk Keluaran yang nantinya akan dihasilkan dari proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong terdiri dari: 1) Tujuan pengembangan kawasan fungsional Kota Mansalong Tujuan pengembangan kawasan fungsional Kota Mansalong dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan penanganan kawasan tersebut. 2) Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Kota Mansalong A. Rencana Distribusi Penduduk Kota Mansalong a. Materi yang diatur Distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan. b. Kedalaman materi yang diatur Rencana distribusi penduduk kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan. c. Pengelompokan materi yang diatur Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap blok peruntukan. B. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Kota Mansalong a. Materi yang diatur Tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis pelayanan kegiatan dalam kawasan. b. Kedalaman materi yang diatur Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dirinci sampai pusat pelayanan lingkungan permukiman perkotaan. c. Pengelompokan materi yang diatur Perdagangan yang terdiri dari: - perdagangan skala regional;
RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Draft Laporan Akhir 2011

II - 15

- perdagangan skala kota; - perdagangan skala lingkungan. Pendidikan yang terdiri dari: - perguruan tinggi; - sekolah lanjutan tingkat atas; - sekolah lanjutan tingkat pertama; - sekolah dasar; - taman kanak-kanak. Pelayanan kesehatan yang terdiri dari: - rumah sakit umum kelas A; - rumah sakit umum kelas B; - rumah sakit umum kelas C; - rumah sakit umum kelas D; - pusat kesehatan masyarakat pembantu. Pelayanan rekreasi dan atau olah raga yang terdiri dari: - pelayanan skala kota; - pelayanan skala lingkungan. C. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan a. Materi yang diatur Sistem jaringan pergerakan dan prasarana penunjang (terminal, jalan, lingkungan perparkiran) bagi angkutan jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, serta angkutan udara. b. Kedalaman materi yang diatur Angkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem primer, jaringan arteri sekunder dan kolektor sekunder, sampai dengan jalan lokal sekunder; Angkutan sungai, sampai dengan jaringan sekunder; Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem pergerakan. c. Pengelompokan materi yang diatur Angkutan jalan raya, terdiri dari:

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 16

Jaringan jalan arteri sekunder, jaringan jalan kolektor sekunder, jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer (jumlah lajur, daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, persimpangan utama);

Terminal penumpang dan barang; Jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang.

Angkutan sungai, danau dan penyeberangan, terdiri dari: Terminal angkutan sungai, danau dan penyeberangan; Jalur pelayaran sungai.

Gambar II.2. Contoh Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdagangan

D. Rencana Sistem Jaringan Utilitas a. Materi yang diatur Sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga akhir tahun perencanaan. b. Kedalaman materi yang diatur Seluruh jaringan telepon (hingga jaringan kabel sekunder); Seluruh jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu distribusi);
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 17

Seluruh jaringan gas; Seluruh jaringan air bersih (hingga jaringan distribusi sekunder/per blok peruntukan); Seluruh jaringan air hujan; Seluruh jaringan air limbah; Seluruh jaringan persampahan (hingga TPS komunal). c. Pengelompokan materi yang diatur Sistem saluran telepon, yang terdiri dari: Stasiun telepon otomat; Rumah kabel dan kotak pembagi; Jaringan kabel sekunder; Jaringan telepon seluler.

Sistem televisi kabel, yang terdiri dari: Stasiun transmisi; Jaringan kabel distribusi.

Sistem jaringan listrik, yang terdiri dari: Bangunan pembangkit; Gardu induk tegangan ekstra tinggi; Gardu induk; Gardu distribusi.

Sistem jaringan gas, yang terdiri dari: Pabrik gas; Seluruh jaringan gas.

Sistem penyediaan air bersih, yang terdiri dari : Bangunan pengambil air baku; Seluruh pipa transmisi air baku instalasi produksi; Seluruh pipa transmisi air bersih; Bak penampung; Hingga pipa distribusi sekunder/distribusi hingga blok

peruntukan. Sistem pembuangan air hujan, yang terdiri dari:


RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Draft Laporan Akhir 2011

II - 18

Seluruh saluran; Waduk penampungan.

Sistem pembuangan air limbah, yang terdiri dari: Seluruh saluran; Bangunan pengolahan; Waduk penampungan.

Sistem persampahan, yang terdiri dari: Tempat pembungan akhir; Bangunan pengolahan sampah; Penampungan sementara.

3)

Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan) Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Kota Mansalong yang menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok-blok peruntukan. a. Materi yang diatur Luas dan lahan peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan. b. Kedalaman materi yang diatur Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan. c. Pengelompokan materi yang diatur Kawasan Budidaya Perkotaan, meliputi: Perumahan dan permukiman, yang dirinci menurut ketinggian bangunan, jenis penggunaan, pengelompokan berdasarkan besaran perpetakan; Perdagangan, yang dirinci menurut jenis dan bentuk

bangunannya, antara lain pasar, pertokoan, mal, dll; Industri, yang dirinci menurut jenisnya; Pendidikan, yang dirinci menurut tingkatan pelayanan mulai dari pendidikan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK;

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 19

Kesehatan, yang dirinci menurut tingkat pelayanan mulai dari RS Umum kelas A,B,C,D; puskesmas, puskesmas pembantu;

Peribadatan, yang dirinci menurut jenisnya mulai dari mesjid, gereja, kelenteng, pura, vihara;

Rekreasi, yang dirinci menurut jenisnya, antara lain taman bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dll;

Olahraga, yang dirinci menurut tingkat pelayanannya, antara lain stadion, gelanggang, dll;

Fasilitas sosial lainnya, yang dirinci menurut jenisnya, seperti panti asuhan, panti werda, dll;

Perkantoran pemerintah dan niaga, yang dirinci menurut instansinya;

Terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau barang, stasiun kereta api, pelabuhan sungai, pelabuhan danau, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, Bandar udara, dan sarana transportasi lainnya;

Kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan;

Taman pemakaman umum, taman pemakaman pahlawan;

Kawasan Lindung, meliputi: Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan

perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya; Sempadan pantai, sungai, sekitar danau dan waduk, sekitar mata air, dan kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau; Cagar alam/pelestarian alam, dan suaka margasatwa; Taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam lainnya; Kawasan cagar budaya; Kawasan rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan rawan banjir.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 20

4)

Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan Kota Mansalong A. Arahan Kepadatan Bangunan a. Materi yang diatur Perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunanbangunan dalam tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas petak peruntukan. b. Kedalaman materi yang diatur Kepadatan bangunan yang dirinci untuk setiap blok-blok peruntukan. c. Pengelompokan materi yang diatur Blok peruntukan dengan koefisien dasar Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20 % 50 %); Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5 % - 20 %); Blok peruntukan dengan koefisen dasar bangunan sangat rendah ( > 5 %).

B. Arahan Ketinggian Bangunan a. Materi yang diatur Rencana ketinggian maksimum atau maksimum dan minimum bangunan untuk setiap blok peruntukan (koefisien lantai bangunan). b. Kedalaman materi yang diatur Ketinggian bangunan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan. c. Pengelompokan materi yang diatur Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai ( KLB maksimum = 4 x KDB)

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 21

dengan tinggi puncak bangunan maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai (KLB maksimum = 8 x KBD) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m dan minimum 24 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi bangunan tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai (KLB maksimum = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 40 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 20 lantai (KLB maksimum = 20 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 80 m dari lantai dasar.

C. Arahan Perpetakan Bangunan a. Materi yang diatur Luas petak-petak peruntukan yang terdapat pada setiap blok peruntukan dalam kawasan. b. Kedalaman materi yang diatur Luas petak peruntukan pada setiap blok peruntukan dan pada setiap penggal jalan. c. Pengelompokan materi yang diatur Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (diatas 2500 m); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1000 2500 m); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600 1000 m); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250 600 m);

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 22

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100 250 m); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50 100 m); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (dibawah 50 m); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat).

D. Arahan Garis Sempadan a. Materi yang diatur Jarak antara as jalan dengan bangunan maupun dengan pagar halaman, dan jaringan bangunan dengan batas persil. b. Kedalaman materi yang diatur Berbagai garis sempadan yang dirinci sampai dengan blok peruntukan untuk tiap penggal jalan. c. Pengelompokan materi yang diatur Sempadan muka bangunan; Sempadan pagar; Sempadan sampingan bangunan.

Gambar II.3. Contoh Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan & Koefisien Lantai Bangunan

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 23

E. Rencana Penanganan Blok Peruntukan a. Materi yang diatur Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan serta utilitas yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus. b. Kedalaman materi yang diatur Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan dan penggal jalan. c. Pengelompokan materi yang diatur Bangunan/jaringan baru yang akan dibangun; Bangunan/jaringan yang akan ditingkatkan; Bangunan/jaringan yang akan diperbaiki; Bangunan/jaringan yang akan diperbaharui; Bangunan/jaringan yang akan dipugar; Bangunan/jaringan yang akan dilindungi.

F. Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana a. Materi yang diatur Penanganan prasarana dan sarana yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus. b. Kedalaman materi yang diatur Penanganan prasarana dan sarana yang dirinci untuk setiap blok peruntukan dan penggal jalan. c. Pengelompokan materi yang diatur jaringan prasarana dan sarana baru yang akan dibangun; jaringan prasarana dan sarana yang akan ditingkatkan; jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaiki; jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaharui; jaringan prasarana dan sarana yang akan dipugar.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 24

Gambar II.4. Contoh Rencana Penanganan Blok Peruntukan

5)

Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian

kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi. a. Materi yang diatur Ketentuan-ketentuan yang mencakup perijinan, pengawasan, dan

penertiban di kawasan perkotaan. b. Kedalaman materi yang diatur Kedalaman materi yang diatur meliputi pengaturan tentang mekanisme advis planning (rekomendasi perencanaan) perijinan, pengawasan, dan penertiban.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 25

c.

Pengelompokan materi yang diatur Mekanisme advis planning perijinan sampai dengan pemberian ijin lokasi bagi kegiatan perkotaan; Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif bagi kawasan yang didorong pengembangannya, kawasan yang dibatasi pengembangannya, serta terhadap upaya-upaya perwujudan ruang yang menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan Bagian Kawasan Perkotaan dengan Kota/Kawasan Perkotaan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; Mekanisme pemberian kompensasi berupa mekanisme penggantian yang diberikan kepada masyarakat pemegang hak atas tanah, hak pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, tambang, bahan galian, kawasan lindung yang mengalami kerugian akibat perubahan nilai ruang dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang; Mekanisme pelaporan mencakup mekanisme pemberian informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang; Mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan, pemeriksaan dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dan dilakukan oleh instansi yang berwenang; Mekanisme evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang; Mekanisme pengenaan sanksi mencakup sanksi administratif, pidana dan perdata.

II.2.7. Legalisasi Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Mansalong, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Bupati Nunukan dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan sebagai penjabaran RTRW Kabupaten Nunukan.
RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Draft Laporan Akhir 2011

II - 26

Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten.

II.3.

TINJAUAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATION) KOTA MANSALONG Penyusunan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang suatu kawasan baik

kawasan budidaya - salah satunya adalah kawasan pariwisata - maupun kawasan lindung, dilakukan berdasarkan suatu aturan yang diterjemahkan dalam bentuk zoning regulation (UU No. 26 Tahun 2007). Penetapan zoning regulation di dimaksudkan untuk membantu memastikan bahwa penggunaan lahan pada kawasan fungsional tersebut berada pada tempat yang benar dan tersedia ruang yang cukup untuk setiap jenis pengembangan atau penggunaan lahan termasuk semua kegiatan penunjangnya yang telah ditetapkan. II.3.1. Tujuan Peraturan Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kota Mansalong Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mengatur keseimbangan keserasian pemanfaatan ruang dan menentukan program tindak operasional pemanfaatan ruang atas suatu satuan ruang; 2. Melindungi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat; 3. Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan; 4. Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat (pengendalian pemanfaatan ruang : pengaturan perijinan).

II.3.2. Kedudukan Peraturan Pemanfaatan Ruang Kedudukan aturan pola pemanfaatan ruang dalam penataan ruang diuraikan dalam diagram alir pada berikut ini.
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 27

Gambar II.5. Kedudukan Zoning Regulation Dalam Pemanfaatan Ruang

II.3.3. Materi Peraturan Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kota Mansalong Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ditetapkan berdasarkan kondisi kawasan perkotaan yang direncanakan. Semakin besar dan semakin kompleks kondisi suatu kawasan fungsional, semakin beragam jenis-jenis zona yang harus diatur. Pedoman ini meliputi Aturan Pola Pemanaatan Ruang (Zoning Regulation), yang terdiri dari pengaturan zona dasar (kawasan fungsional) sebagai berikut : a. Kawasan permukiman, b. Kawasan perdagangan dan jasa, c. Kawasan industri, dan d. Kawasan ruang terbuka. Kawasan-kawasan tersebut dibagi atas beberapa zona. Jenis zona tergantung kepada kompleksitas kegiatan pembangunan kawasan yang bersangkutan. Semakin beragam jenis kegiatan pada suatu kawasan, maka kategori zona akan semakin banyak. Penetapan kawasan mengidentifikasi penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku atasnya. Tujuannya adalah untuk membantu memastikan bahwa penggunaan lahan dalam kawasan ditempatkan pada tempat yang benar dan bahwa tersedia ruang yang cukup untuk

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 28

setiap jenis pengembangan yang ditetapkan. Penetapan kawasan-kawasan dimaksudkan untuk : a. Mengatur penggunaan lahan pada setiap kawasan; b. Mengurangi dampak negatif dan penggunaan lahan tersebut; c. Mengatur kepadatan dan intensitas zona; d. Mengatur ukuran (luas dan tinggi) bangunan; dan e. Mengklasifikasikan, mengatur, dan mengarahkan hubungan antara penggunaan lahan dengan bangunan.

Tabel II.1. Zona Dasar dan Penetapannya Sumber : Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Zona Dasar Kawasan Permukiman

Tujuan Penetapannya Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi di seluruh wilayah kota; Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat; Merefleksikan poa-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang. Menyediakan lahan untuk menampung tenaga keja, pertokoan, jasa, dan Jasa rekreasi, dan pelayanan masyarakat; Menyediakan peraturan-peraturan yang jelas pada kawasan Perdagangan dan Jasa, meliputi: dimensi, intensitas, dan disain dalam merefleksikan berbagai macam pola pengembangan yang diinginkan masyarakat. Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan industri dan manufaktur dalam upaya meningkatkan keseimbangan antara penggunaan lahan secara ekonomis dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja; Memberikan kemudahan dalam fleksibilitas bagi industri baru dan redevelopment proyek-proyek industri; Menjamin pembangunan industri yang berkualitas tinggi, dan melindungi penggunaan industri serta membatasi penggunaan non industri. Zona yang ditujukan untuk mempertahankan/ melindungi lahan untuk Ruang rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya; Preservasi dan perlindungan lahan yang secara lingkungan
RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Kawasan Perdagangan

Kawasan Industri

Kawasan Terbuka

Ruang

Draft Laporan Akhir 2011

II - 29

hidup rawan / sensitif; Diberlakukan pada lahan yang penggunaan utamanya adalah taman atau wang terbuka, atau lahan perorangan yang pembangunannya harus dibatasi untuk menerapkan kebjakan wang terbuka, serta melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik. a) Norma dan Tipologi Zona Pentetapan pola pemanfaatan ruang didasarkan pada pembagian zona. Penetapan pembagian zona tersebut ditetapkan berdasarkan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsi tertentu dari masing-masing pemanfaatan lahan. Kaidah-kaidah zona yang akan dijelaskan berikut ini merupakan zona-zona yang umumnya terdapat di suatu kawasan seperti permukiman perdagangan dan jasa, industri dan RTH. Penetapan zona-zona khusus akan di tentukan lebih lanjut pada penyusunan Zoning Regulation. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagal lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Selain berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, permukiman juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas.

Oleh karenanya, Kawasan Permukiman sebagai tempat bermukim dan berlindung harus memenuhi norma-norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Selain itu kawasan permukiman harus bebas dan gangguan: suara, kotoran, udara, bau, dan sebagainya. Kawasan ini juga harus dapat menunjang berlangsungnya proses sosialisasi dan nilal budaya yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, dan juga harus aman serta mudah mencapai pusat-pusat pelayanan serta tempat kerja. Dalam kawasan permukiman diperlukan sarana-sarana lain yaitu sarana pendidikan, kesehatan, penibadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain yang tidak dapat dipisahkan dan kehidupan penduduk.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 30

Kawasan permukiman antara lain meliputi Zona Perumahan Taman, Zona Perumahan Renggang, Zona Perumahan Deret, dan Zona Perumahan Susun, dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Zona Perumahan Taman Rumah tinggal dengan pekarangan luas, dimaksudkan agar pengembangan perumahan berkepadatan rendah sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana kota dapat dipertahankan. KDB rendah (5 - 20%).

2. Zona Perumahan Renggang Perumahan unit tunggal dengan peletakan renggang ditujukan untuk pembangunan unit rumah tunggal dengan mengakomodasikan berbagai ukuran perpetakan dan jenis bangunan perumahan serta mengupayakan peningkatan kehidupannya. KDB menengah (20 - 50%). kualitas lingkungan hunian, karakter, dan suasana

3. Zona Perumahan Deret Perumahan unit tunggal tipe gandeng atau deret dalam perpetakan kecil dengan akses jalan lingkungan; Zona ini merupakan peluang transisi antara lingkungan perumahan unit tunggal dengan lingkungan perumahan susun kepadatan tinggi. KDB sangat tinggi (> 75%).

4. Zona Perumahan Susun Perumahan unit tunggal banyak dengan kepadatan yang bervariasi; Setiap zona perumahan susun dimaksudkan menetapkan kriteria pembangunan yang mengkonsolidasi tipe-tipe bangunan spesifik, dan menjawab masalah-masalah lokasi yang berkenaan dengan rencana penggunaan lahan di sekitamya.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 31

Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan dan jasa, merupakan kawasan yang diharapkan mampu

mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan. Oleh karenanya, kawasan ini harus memiliki aksesibilitas yang baik ke lokasi perumahan.

Untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, kawasan perdagangan dan jasa harus memenuhi norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, dan menarik serta menguntungkan. Oleh karenanya, peraturan pembangunan pada kawasan ini harus memenuhi syarat-syarat dimensi, intensitas, dan desain yang diharapkan akan dapat menarik sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah, jaringan jalan merupakan hal lain yang cukup mendukung kegiatan perdagangan dan jasa.

Kawasan Perdagangan dan Jasa antara lain meliputi Zona Bangunan Pemerintah, Zona Bangunan Perkantoran, Zona Bangunan Pertokoan, dan Zona Sentra, dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Zona Bangunan Pemerintah Menyediakan area untuk menampung tenaga keija secara terbatas, terutama untuk kepentingan pelayanan kepada warga kota maupun untuk kepentingan nasional dan internasional.

2. Zona Bangunan Perkantoran Perkantoran menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara terbatas, penggunaan kegiatan ritel hanya sebagai penunjang dan diijinkan pembangunan hunian; Perkantoran menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara terbatas, penggunaan kegiatan ritel hanya sebagai penunjang dan diijinkan pembangunan hunian dengan intensitas sedang sampai tinggi;

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 32

Zona ini dimaksudkan untuk diaplikasikan pada pusat-pusat kegiatan yang besar atau pada kawasan-kawasan khusus dimana kegiatan-kegiatan komersial serba ada tidak dikehendaki.

3. Zona Bangunan Pertokoan Zona Pertokoan dapat berisi pembangunan hunian yang berorientasi pada kegiatan perdagangan (ruko) dan kedekatannya ke tempat-tempat kerja (apartemen); Penggunaan industri/manufaktur terbatas dalam intensitas menengah dalam skala kecil sampai sedang.

4. Zona Komersial Sentra Sentra lokal dan tersier, yang disediakan untuk kegiatan perbelanjaan dan jasa lokal, terdiri dan toko-toko ritel dan perusahaan-perusahaan jasa pribadi dengan pilihan yang luas, yang memenuhi kebutuhan yang sering berulang. Kegiatan ini memerlukan lokasi yang nyaman berdekatan dengan semua lingkungan perumahan, relatif tidak menimbulkan pengaruh yang tidak dikehendaki bagi lingkungan-lingkungan perumahan yang berdekatan. Dengan demikian zona ini sangat tersebar di seluruh kota; Sentra-sentra perbelanjaan kota level utama dan sekunder, yang menyediakan kebutuhan tempat perbelanjaan yang sekali-sekali dikunjungi keluarga dan jasa-jasa yang dibutuhkan pengusaha bisnis yang tersebar pada area yang luas, dan yang memiliki sejumlah besar toko yang secara mendasar membangkitkan lalu-lintas.

Kawasan Industri Kawasan industri merupakan kawasan produktif yang diharapkan akan dapat

memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kawasan ini adalah aksesibilitas bagi tenaga kerja dan bahan baku, serta untuk memasarkan barang jadi. Oleh karenanya kedekatan dengan jaringan jalan dan pelabuhan merupakan hal yang penting. Selain
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 33

itu perlu diperhatikan pula dampak kegiatan industri terhadap lingkungan. Sebagai kawasan produktif, kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah, jaringan jalan merupakan hal lain yang cukup mendukung kegiatan produksi.

Kawasan Industri antara lain meliputi Zona Industri Taman, Zona Industri Ringan, Zona Industri Berat, dan Zona Industri Perpetakan Kecil, dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Zona Industri Taman Menyediakan ruang untuk pengembangan ilmu pengetahuan teknologi tinggi dan kegiatan taman bisnis; Standar pembangunan properti pada zona ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan menyerupai kampus yang ditata secara komprehensif dengan lansekap yang mendasar. Pembatasan-pembatasan pada penggunaan yang diijinkan dan tata informasi ditetapkan untuk mengurangi pengaruh komersial.

2. Zona Industri Ringan Menyediakan berbagai kegiatan manufaktur dan distribusi yang luas; Standar pembangunan properti pada zona ini dimaksudkan untuk mendorong pembangunan industri yang sesuai dengan menyediakan lingkungan yang menarik, bebas dan dampak yang tidak dikehendaki yang dihubungkan dengan penggunaan beberapa industri berat; Zona industri ringan dimaksudkan untuk mengijinkan berbagai penggunaan termasuk penggunaan bukan industri dalam beberapa tempat. Contoh : industri yang bersifat padat kaiya seperti industri sepatu di Cibaduyut, Bandung; industri tas di Tajur, Bogor; industri gula di Klaten.

3. Zona Industri Berat Menyediakan ruang untuk kegiatan-kegiatan industri dengan penggunaar. lahan secara intensif dengan mengutamakan sektor dasar manufaktur; Zona industri berat dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan lahan industri secara efisien dengan standar pembangunan minimal, menyediakan
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 34

pengamanan terhadap properti yang bersebelahan dan masyarakat pada umumnya; Zona ini juga membatasi penggunaan-penggunaan bukan industri yang telah ada agar supaya dapat menyediakan lahan yang mencukupi bagi penggunaan industri dalam skala besar.

4. Zona Industri Perpetakan Kecil Menyediakan ruang bagi kegiatan industri skala kecil di dalam area perkotaan; Zona Industri Perpetakan Kecil mengijinkan penggunaan-penggunaan industri dan bukan industri secara luas untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan skala lingkungan hunian dalam pembangunan; Peraturan pembangunan properti pada zona industri perpetakan kecil dimaksudkan untuk mengakomodasi pembangunan industri kecil dan menengah dan kegiatan komersial dengan pengurangan persyaratan luas perpetakan, lansekap, dan parkir.

Kawasan Ruang Terbuka Kawasan ruang terbuka memiliki norma sesuai dengan fungsi utamanya yaitu

mempertahankan/melindungi lingkungan hidup, yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sebagai kawasan ruang terbuka, kawasan ini dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk rekreasi.

Kawasan ruang terbuka antara lain meliputi: Zona Ruang Terbuka Hijau Lindung, Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan, dan Zona Ruang Terbuka Tata Air, dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Zona Ruang Terbuka Hijau Lindung Ditujukan untuk melindungi sumber alami dan budaya serta lahan rawan lingkungan; Penggunaan yang diijinkan pada zona ini dibatasi hanya pada penggunaan yang dapat membantu melestarikan karakter alami lahan.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 35

2. Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan Diberlakukan pada taman-taman dan fasilitas publik, dengan tujuan memperluas paru-paru kota, mengurangi kepengapan kota, dan menyediakan berbagal macam jenis rekreasi yang dibutuhkan masyarakat.

3. Zona Ruang Terbuka Tata Air Ditujukan untuk mengendalikan pembangunan di dalam daerah genangan banjir untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik serta mengurangi bahaya yang diakibatkan banjir pada area yang dildentifikasikan sebagai areal pengendalian banjir yang ditetapkan oleh pemerintah daerah; Zona ini dimaksudkan untuk melestarikan karakter alami pada daerah genangan banjir dengan maksud mengurangi pengeluaran dana publik untuk biaya proyek pengendalian banjir dan melindungi fungsi dan nilai daerah pengendalian/genangan banjir dalam hubungannya dengan pelestarian atau pengisian kembali air tanah, kualitas air, penjinakan aliran banjir, upaya perlindungan satwa-satwa liar dan habitat.

b) Kriteria Zona Pentetapan fungsi pemanfaatan lahan juga tidak terlepas dari kriteria-kriteria lahan yang ada. Kriteria-kriteria penetapan pemanfaatan lahan tersebut adalah sebagai berikut : Kawasan Permukiman Untuk menunjang fungsinya sebagai tempat bermukim dan berlindung yang sehat, aman, serasi, dan teratur, kriteria yang harus dipenuhi kawasan permukiman meliputi: Persyaratan Dasar adalah sebagai berikut : Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan. Aksesibilitas dalam kenyataannya berwujud ketersediaan jalan dan transportasi; Kompatibilitas, yaltu keserasian dan keterpaduan antar kawasan yang menjadi lingkungannya;

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 36

Fleksibliltas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana; Ekologi, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya. Kriteria Teknis, yaltu kriteria yang berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan lingkungan perumahan, serta keandalan prasarana dan sarana pendukungnya. Persyaratan kesehatan yang harus memenuhi standar kesehatan rumah dan lingkungannya, meliputi penyehatan air, udara, pengamanan limbah padat, limbah air, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian faktor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Untuk membentuk satu kawasan permukiman yang sehat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Setiap kawasan permukiman harus memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan menjalankan kegiatan sehari-hari secara layak; Kepadatan bangunan dalam satu kawasan permukiman maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi oleh utilitas umum yang memadai. Didalam kawasan permukiman tersebut terdapat bangunan rumah dan persil tanah termasuk juga unsur pengikat berupa fasilitas lingkungan; Kawasan permukiman harus bebas dan pencemaran air, pencemaran udara, kebisingan, baik yang berasal dan sumber daya buatan atau dan sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dan sebagainya); Menjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan individu dan masyarakat penghuni. Persyaratan keandaan prasarana dan sarana lingkungan yang harus memenuhi standar efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas pelayanan. Fasilitas dan utilitas lingkungan permukiman merupakan dua hal penting untuk mendukung kesehatan lingkungan permukiman. Syarat masing-masing fasilitas dan utilitas pada setiap kawasan permukiman harus dilengkapi dengan : Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI; Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan permukiman bebas dan genangan. Saluran pembuangan air hujan harus drencanakan berdasarkan frekuensi intensitas
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 37

curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup; Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari; Sistem pembuangan sampah yang aman.

c) Kriteria Ekologis Kriteria yang berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara lingkungan buatan dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya, termasuk nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Kawasan Perdagangan dan Jasa Sebagai satu kawasan yang diharapkan mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya maupun mendatangkan nilai tambah pada kawasan perkotaan, kriteria yang harus dipenuhi oleh kawasan perdagangan dan jasa meliputi : Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam; Lokasi yang strategis dan kemudahan pencapaian dan seuruh penjuru kota, dapat dHengkapi dengan sarana antara lain : tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial dan kegiatan pengunjung. Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani.

Kawasan Industri Kriteria penggunaan kawasan industri meliputi ketentuan tentang penggunaan lahan dan ketentuan mengenai sarana dan prasarana yang harus dibangun. Berdasarkan Keppres 53 tahun 1989 tentang Kawasan Industri, ketentuan penggunaan lahan untuk kawasan industri adalah : Lahan untuk industri 70% Lahan untuk jaringan jalan 10%

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 38

Lahan untuk jaringan utilitas 5% Lahan untuk fasilitas umum 5% Lahan untuk ruang terbuka hijau 10% Selain itu terdapat ketentuan mengenai prasarana yang wajib dibangun o!eh perusahaan kawasan industri, yaitu : Jaringan jalan dalam kawasan industri : o Jalan kelas satu, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 8 meter; o Jalan kelas dua, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 7 meter; o Jalan kelas tiga, lebar perkerasan minimum 4 meter. Saluran pembuangan air hujan (drainase) yang bermuara pada saluran pembuangan; Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran distribusi ke kapling industri; Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik; Jaringan telekomunikasi; Instalasi pengolahan limbah industri, termasuk saluran pengumpulannya (kecuali industri yang berada dalam kawasan industri); Penerangan jalan pada setiap lajur jalan; Unit perkantoran perusahaan kawasan industri; Unit pemadam kebakaran;

Perusahaan industri juga dapat menyediakan prasarana dan sarana penunjang lainnya seperti: Perumahan Karyawan; Kantin; Poliklinik; Sarana Ibadah; Rumah Penginapan Sementara; Pusat Kesegaran Jasmani; Halte Angkutan Umum; Areal Penampungan Sementara Limbah Padat;
RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Draft Laporan Akhir 2011

II - 39

Pagar Kawasan Industri; Pencadangan tanah untuk perkantoran, bank, pos dan pelayanan telekomunikasi, serta pos keamanan.

Kawasan Ruang Terbuka Sebagai kawasan ruang terbuka yang tidak boleh dibangun, kawasan ini memiliki karakterislik sebagal berikut : 1. Ruang Terbuka Hijau Lindung Kemiringan lereng di atas 40%; Untuk jenis tanah peka terhadap erosi, yaitu Regosol, Litosol, Orgosol, dan Renzina, kemiringan lereng di atas 15%; Wilayah pasokan/resapan air dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut; Dapat merupakan kawasan sempadan sungai/ kawasan sempadan situ/ kawasan sempadan mata air dengan ketentuan sebagai berikut : o Sempadan sungai di wilayah perkotaan berupa daerah sepanjang sungail yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi atau minimal 15 meter; o Kawasan sempadan situ adalah dataran sepanjang tepian situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik Situ antara 50 100 meter dan titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan ini mempunyal manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian situ.

2. Ruang Terbuka Hijau Binaan Mempunyai fungsi utama sebagai taman, terppat main anak-anak, dan lapangan olah raga, serta untuk memberikan kesegarn pada kota (cahaya dan udara segar), dan netralisasi polusi udara sebagI paru-paru kota; Lokasi dan kebutuhannya disesualkan dengan satuan lingkungan perumahan/kegiatan yang dilayani; Lokasinya diusahakan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi faktor pengikat.
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 40

3. Ruang Terbuka Tata Air Memiliki kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Memiliki curah-hujan > 2000 mm/th dan permeabilitas tanah > 27,7 mm/jam.

d) Pemanfaatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan fungsional digunakan sebagai Instrumen pengendali pembangunan, pedoman penyusunan rencana operasional, dan sebagai panduan teknis pengembangan lahan di kawasan tersebut. Ketentuan-ketentuan dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang : Kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan Keseimbangan, keserasian peruntukan tanah Perlindungan kesehatan, keamanan, dan ketertiban Kesejahteraan masyarakat Pencegah kesemrawutan Penyediaan pelayanan umum

Selain itu, Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dapat digunakan sebagai pencegah dampak pembangunan yang merugikan. Sedangkan bagi masyarakat dan dunia usaha dapat dijadikan rujukan rancang bangunan bangunan dan prasasarana bagi aktivitas masyarakat dan swasta.

e) Pengendalian Yang dimaksud dengan pengendalian ialah kegiatan mengatur kesesuaian antara dokumen rencana dengan pemanfaatan ruang yang terealisasikan. Kegiatan pengendalian tersebut meliputi :

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 41

Pemantauan, yaitu pemantauan terhadap pemanfaatan/ penggunaan kawasan, fungsi, kawasan, sarana dan prasarana, serta kesesuaian terhadap peraturan pembangunan yang telah ditetapkan.

Evaluasi dan Peninjauan Kembali, dilakukan dalam rangka mengkoordinir perubahan-perubahan yang terus terjadi, sehingga Aturan Pola Pemanfaatn Ruang yang telah disusun tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

Penertiban, dilakukan dalam bentuk pengenaan sanksi, pembatalan ijin pembangunan, penundaan pembangunan, dan/atau penerapan persyaratanpersyaratan teknis.

Peninjuan Kembali.

f) Tugas dan Wewenang Kewenangan penyusunan dan penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang sama dengan prosedur penyusunan rencana tata ruang suatu kawasan fungsional. Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang memerlukan keterlibatan banyak pihak dengan kepentingan yang bisa sama, tumpang tindih, atau bahkan bertentangan. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dibentuk suatu Tim Penyusun Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang terdiri dari dinas/badan/instansi yang terkait dengan pengaturan tanah serta bangunan dan infrastruktur. Tim tersebut dikoodinasikan oleh Bappeda/Dinas Tata Kota/Dinas Cipta Karya/Dinas lain serupa sebagai koordinator. Sedangkan anggota tim adalah

dinas/badan/instansi/lain maupun BUMD yang terkait langsung dengan pelaksanaan pembangunan fisik kawasan. Sedangkan untuk penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dilakukan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD. Proses pengesahan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang adalah sebagai berikut : Konsep produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dipresentasikan dihadapan DPRD untuk dibahas sebagai rancangan peratuaran daerah.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 42

Rancangan pearturan daerah ini kemudian dibahas antara DPRD dengan Pemerintah Kota dengan mencari masukan dari instansi/dinas terkait dan dari unsur masyarakat.

Perbaikan akhir dari rancangan peraturan daerah kemudian ditetapkan sebagai peraturan daerah.

Peran serta masyarakat dalam penyusunan hingga pengendalian kegiatan Aturan pola pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut : Penyusunan: berperan dalam menyediakan data/informasi dan pemberian masukan/saran dan pendapat dalam perumusan aturan pola pemanfaatan ruang. Pemanfaatan: menggunakan aturan pola pemanfaatan ruang dalam penyelenggaraan pembangunan. Pengendalian: berpartisipasi dalam pengawasan kegiatan pembangunan agar sesuai dengan aturan pola pemanfaatan ruang.

II.3.4. Review Penyusunan Sistem Tata Guna Lahan Sebagai Instrumen Zoning Regulation Penyusunan sistem guna lahan merupakan salah satu instrumen yang mutlak diperlukan dalam penyusunan zoning regulation. Penyusunan sistem guna lahan ini merupakan dasar dalam mengembangkan ketentuan-ketentuan yang akan dibuat dalam membentuk guna lahan yang hendak direncanakan. Di dalam penyusunan sistem guna lahan yang hendak direncanakan, sebelumnya diperlukan suatu tinjauan mengenai sistem guna lahan yang sudah ada baik berdasarkan peraturan yang dibuat maupun rencana-rencana yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. a. Sistem Guna Lahan Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tetang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Klasifikasi pemanfaatan lahan menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional didasarkan pada pertimbangan pada kriteria daya dukung lahan terutama berkaitan dengan daya dukung fisik lingkungan. Sistem penggunaan lahan berdasarkan peraturan pemerintah ini terdiri atas dua bagian
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 43

besar, yaitu kawasan lindung dan budidaya. Masing-masing didetailkan jenis penggunaan lahan sampai pada hirarki ke-3.
Tabel II.2. Hirarki Pemanfaatan Lahan Berdasarkan PP N0. 47 Tahun 1997 Tentang RTRWN

Hierarki 1

Klasifikasi Pemanfaatan Tanah Hierarki 2 Hierarki 3 Kawasan hutan produksi terbatas; Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi tetap; Kawasan hutan yang dapat dikonversi Kawasan Hutan Rakyat Kawasan pertanian lahan basah; Kawasan pertanian lahan kering; Kawasan Pertanian Kawasan tanaman tahunan/perkebunan; Kawasan peternakan; Kawasan perikanan; Golongan bahan galian strategis; Golongan bahan galian vital; Kawasan Pertambangan Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam kedua golongan di atas; Kawasan Peruntukan Tergantung penetapan oleh daerah Industri Kawasan Pariwisata Kawasan Permukiman Kawasan yang Kawasan hutan lindung; memberikan Kawasan bergambut; perlindungan kawasan Kawasan resapan air; bawahannya Kawasan perlindungan Sempadan pantai; setempat Sempadan sungai; Kawasan sekitar danau/waduk; Kawasan sekitar mata air; Kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota; Kawasan Suaka Alam Cagar alam; Suaka margasatwa; Kawasan Pelestarian Taman nasional; Alam Taman hutan raya; Taman wisata alam; Kawasan Cagar Budaya Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan letusan gunung berapi, Alam Gempa bumi, Tanah longsor, Gelombang pasang dan banjir.

Kawasan Lindung

Budidaya

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 44

Kawasan Lainnya

Lindung Taman buru; Cagar biosfir; Kawasan perlindungan plasma nuftah; Kawasan pengungsian satwa; Kawasan pantai berhutan bakau;

b. Sistem Guna Lahan Menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tetang Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung membagi hirarki kawasan lindung berdasarkan penetapan suatu kawasan sebagai kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; berdasarkan kemiringan lereng, curah hujan dan kepekaan tanah untuk menetapkan kawasan hutan lindung dan resapan air tanah; serta kondisi geologi, geografi, daerah banjir, data pantai dan sungi untuk menetapkan kawasan bergambut, kawasan perlindungan setempat dan kawasan rawan bencana.

Klasifikasi pemanfaatan lahan menurut Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dapat dilihat pada berikut ini.
Tabel II.3. Hirarki Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Hutan Lindung

Hierarki 1

Klasifikasi Pemanfaatan Tanah Hierarki 2 Hierarki 3 Kawasan yang Kawasan hutan lindung; memberikan Kawasan bergambut; perlindungan kawasan Kawasan resapan air; bawahannya Kawasan perlindungan Sempadan pantai; setempat Sempadan sungai; Kawasan sekitar danau/waduk; Kawasan sekitar mata air; Kawasan Suaka Alam dan Suaka alam; Cagar Budaya Suaka alam laut dan perairan lainnya Kawasan pantai berhutan bakau; Taman nasional, Taman hutan raya dan Taman wisata alam Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan letusan gunung berapi, Alam Gempa bumi, Tanah longsor
RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

Draft Laporan Akhir 2011

Kawasan Lindung

II - 45

II.3.5. Tinjauan Pedoman Penyusunan Zoning Regulation Kota Mansalong Dalam menyusun zoning regulation tersebut perlu melalui beberapa tahapan yang harus dilakukan. Berdasarkan dari buku panduan penyusunan zoning regulation yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum langkah-langkah penyusunan zoning regulation adalah sebagai berikut : a. Pendekatan dan Tahapan Penyusunan Zoning Regulation yang akan Digunakan Dalam menyusun zoning regulation pendekatan yang dapat digunakan ada 3 macam yaitu : Deduksi, penyusunan yang dilakukan dengan mepertimbangkan teori, kasus, dan preseden peraturan zonasi yang telah digunakan kota-kota di luar negeri maupun di dalam negeri. Hasil dari pendekatan ini masih perlu di sesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah. Induksi, penyusunan yang dilakukan dengan didasarkan pada kajian yag menyeluruh, rinci dan sistematik terhadap karakteristik penggunaan lahan dan persoalan pengendalian pemanfaatan ruang yang dihadapi suatu daerah. Deduksi dan Induksi, penyusunan yang mengkombinasikan hasil kajian dengan pendekatan deduksi ysng dikotreksi dan divalidasi dengan kondisi dan persoalan empirik yang ada di daerah studi. Penyusunan zonasi meliputi lima tahapan yakni : 1. Menyusun klasifikasi penggunaan lahan 2. Menyusun daftar kegiatan; berorientasi pada kegiatan yang diperbolehkan dan berorientasi pada kegiatan yang dilarang. 3. Menyusun aturan khusus 4. Menyusun standar teknis yang akan digunakan 5. Penetapan zona

b. Pengklasifikasian Penggunaan Lahan dan Penyusunan Daftar Kegiatan Klasifikasi adalah jenis dan hirarki guna lahan yang disusun berdasarkan kajian teoritis, kajian perbandingan, maupun kajian empirik untuk digunakan di daerah yang disusun peraturan zonasinya.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 46

Sedangkan daftar kegiatan adalah suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang ada, mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang ditetapkan. Penyusunan klasifikasi penggunaan lahan dan penyusunan daftar kegiatan didasarkan pada pertimbangan : Penggunaan berdasarkan literatur, kajian perbandingan, ketentuan normatif dan studi-studi yang pernah dilakukan Penggunaan lahan dan jenis kegiatan yang telah ada berdasarkan kesamaan karakter. Skala/tingkat pelayanan berdasarkan jenis kegunaan lahan Kesesuaian dengan karakter dan daya dukung lahan Sistem penggunaan lahan yang disusun untuk mengantisipasi jenis penggunaan lahan dan eksternalitas/tingkat gangguan masa depan

c. Penetapan/ Delineasi Blok Peruntukan Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota). Sedangkan nomor blok peruntukan adalah nomor yang diberikan pada setiap blok peruntukan.

d. Penyusunan Peraturan Teknis Zonasi Aturan teknis zonasi adalah aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan pemanfaatan ruang (kegiatan atau penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan, aturan lain yang dianggap penting, dan aturan khusus untuk kegiatan tertentu. Aturan-aturan teknis yang akan diatur dalam Zoning Regulation tersebut akan dijelaskan berikut ini. Aturan Kegiatan dan Penggunaan Lahan adalah aturan yang berisi kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, diperbolehkan terbatas atau dilarang pada suatu zona.

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 47

Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan berdasarkan batasan KDB, KLB, KDH atau kepadatan penduduk. Aturan Tata Massa Bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu persil/tapak yang dikuasai. Aturan Prasarana Minimum adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Aturan Lain/Tambahan yang dianggap penting mencakup tambahan lain yang lebih spesifik yang bertujuan membatasi kegiatan yang mungkin muncul pada suatu kawasan. Aturan Khusus adalah penyusunan kriteria-kriteria pemanfaatan lahan pada kawasan yang mempunyai fungsi khusus.

e. Penyusunan Standar Standar adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK, pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. Penyusunan standar ini terbagi atas standar preskriptif dan standar kinerja. Standar preskriptif adalah standar yang memberikan panduan yang sangat ketat, rinci, terukur serta seringkali dilengkapi rancangan desain dan memberikan kemudahan dalam pelaksanaan/penggunaannya, tetapi membatasi perancangan/arsitek dalam

menuangkan kreasinya (Brough 1985). Sedangkan standar kinerja adalah standar yang dirancang untuk menghasilkan solusi rancangan yang tidak mengatur langkah penyelesaian secara spesifik (Listokin 1995). Tujuan standar ini adalah untuk menjamin kenyamanan dalam penggunaannya, dengan ukuran minimum sebagai parameter pengukur kinerjanya (Craighead 1991) serta pengendali timbulnya dampak negatif dengan menetapkan ukuran maksimum sebagai parameter pengukur kinerjanya (Brough 1985).

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 48

f. Pemilihan Teknik Pengaturan Zonasi Teknik pengaturan zonasi adalah berbagai varian dari zoning konvensional yang dikembangkan untuk memberikan keluwesan penerapan aturan zonasi. Teknik pengaturan zonasi dapat dipilih dari berbagai alternatif dengan mempertimbangkan tujuan pengaturan yang ingin dicapai. Setiap teknik mempunyai karakteristik, tujuan, konsekuensi dan dampak yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati.

g. Penyusunan Peta Zonasi Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang telah didelineasikan sebelumnya. Subblok peruntukan adalah pembagian peruntukan dalam satu blok peruntukan berdasarkan perbedaan fungsi yang akan dikenakan. Pertimbangan penetapan kode zonasi di atas peta batas blok/subblok yang dibuat didasarkan pada : Kesamaan karakter blok peruntukan, berdasarkan pilihan : Mempertahankan dominasi penggunaan lahan yang ada (eksisting) Menetapkan fungsi baru sesuai dengan arahan fungsi pada RTRW Menetapkan karakter khusus kawasan yang diinginkan Menetapkan tipologi lingkungan/kawasan yang diinginkan Menetapkan jenis pemanfaatan ruang/lahan tertentu Menetapkan batas ukuran tapak/persil maksimum/minimum Menetapkan batas intensitas bangunan/bangun-bangunan

maksimum/minimum Mengembangkan jenis kegiatan tertentu Menetapkan batas kepadatan penduduk/bangunan yang diinginkan Menetapkan penggunaan dan batas intensitas sesuai dengan daya dukung prasarana (misalnya: jalan) yang tersedia Kesesuaian dengan ketentuan khusus yang sudah ada Karakteristik lingkungan (batasan fisik) dan administrasi

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 49

h. Penyusunan Aturan Pelaksanaan Materi aturan pelaksanaan terdiri dari aturan mengenai variansi yang berkaitan dengan keluwesan/kelonggaran aturan, aturan insentif dan disinsentif, serta aturan mengenai perubahan pemanfaatan ruang. Penyusunan masing-masing aturan pelaksanaan tersebut akan dijelaskan berikut ini : Aturan variansi pemanfaatan ruang adalah kelonggaran/keluwesan yang diberikan untuk tidak mengikuti aturan zonasi yang ditetapkan pada suatu persil tanpa perubahan berarti (signifikan) dari peraturan zonasi yang ditetapkan. Aturan Insentif dan disinsentif disusun adalah supaya pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang merugikan bagi pembangunan kota; yang pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warga negara, dimana masyarakat mempunyai hak dan dan martabat yang sama untuk memperoleh dan mempertahankan hidupnya; serta tetap memperhatikan partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan ruang untuk pembangunan oleh masyarakat. Aturan perubahan pemanfaatan lahan adalah aturan pemanfaatan lahan yang berbeda dari penggunaan lahan dan peraturannya yang ditetapkan dalam Peraturan Zonasi dan Peta Zonasi.

i. Penyusunan Aturan Dampak Pemanfaatan Ruang (Dampak Pembangunan) Untuk menentukan dampak pemanfaatan ruang harus dilihat dari beberapa kategori gangguan, kategori perubahan tingkat gangguan. Dampak pemanfaatan ruang atau pembangunan dapat dikategorikan menjadi 3 yakni : Dampak Ekonomi Ketentuan teknis pemanfaatan ruang (termasuk ketentuan teknis perubahan pemanfaatan ruang), harus memperhatikan kegiatan ekonomi yang dapat dilihat terhadap pendapatan masyarakat, keuangan pemerintah daerah, dan pertumbuhan ekonomi kota. Dampak Sosial Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial seperti keamanan dan ketertiban serta derajat kesehatan.
Draft Laporan Akhir 2011 RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 50

Dampak Lingkungan Pada dasarnya ketentuan pemanfaatan ruang dan perubahannya tidak diperkenankan menurunkan kualitas lngkungan atau mengurangi keselarasan dan keseimbangan lingkungan alam dengan lingkungan binaan. Dampak Lalu Lintas Dampak lalu lintas berkaitan dengan volume tarikan dan bangkitan yang ditimbulkan oleh kegiatan/pemanfaatan ruang di suatu wilayah kabupaten atau kota, serta dampak lanjutan yang ditimbulkan. Dampak tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi sistem transportasi wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.

j. Peran Serta Masyarakat Dalam Penyusunan Zoning Regulation Peran serta masyarakat dalam proses penyusunan dan pelaksanaan zoning regulation adalah sebagai berikut : Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah

kabupaten/kota. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, baik itu pelaksanaan maupun pengendaliannya. Bantuan untuk merumuskan klasifikasi penggunaan lahan yang akan atau telah dikembangkan di wilayah kabupaten/kota. Bantuan untuk merumuskan zonasi pembagian wilayah kabupaten/kota. Bantuan untuk merumuskan pengaturan tambahan yang berhubungan dengan pemanfaatan terbatas dan pemanfaatan bersyarat. Pengajuan keberatan terhadap peraturan-peraturan yang akan dirumuskan. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan atau bantuan tenaga ahli. Ketentuan lain yang sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota

Draft Laporan Akhir 2011

RDTR dan Zoning Regulasi Kota Mansalong Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan

II - 51

Anda mungkin juga menyukai