Anda di halaman 1dari 18

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL Pengertian Gen Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika

dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan gen terdapat dalam lokus, di dalam kromosom. Menurut W. Johansen, gen merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup yang mengandung substansi hereditas, terdapat di dalam lokus gen. Gen terdiri dari protein dan asam nukleat (DNA dan RNA), berukuran antara 4 8 m (mikron). Sifat-Sifat Gen Gen mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. a. Mengandung informasi genetik. b. Tiap gen mempunyai tugas dan fungsi berbeda. c. Pada waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan duplikasi. d. Ditentukan oleh susunan kombinasi basa nitrogen. e. Sebagai zarah yang terdapat dalam kromosom. Fungsi Gen Fungsi gen antara lain: a. Menyampaikan informasi kepada generasi berikutnya. b. Sebagai penentu sifat yang diturunkan. c. Mengatur perkembangan dan metabolisme. Simbol-Simbol Gen a. Gen dominan, yaitu gen yang menutupi ekspresi gen lain, sehingga sifat yang dibawanya terekspresikan pada turunannya (suatu individu) dan biasanya dinyatakan dalam huruf besar, misalnya A. b. Gen resesif, yaitu gen yang terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen dominan) sehingga sifat yang dibawanya tidak terekspresikan pada keturunannya. c. Gen heterozigot , yaitu dua gen yang merupakan perpaduan dari sel sperma (A) dan sel telur (a). d. Gen homozigot, dominan, yaitu dua gen dominan yang merupakan perpaduan dari sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, misalnya genotipe AA. e. Gen homozigot resesif, yaitu dua gen resesif yang merupakan hasil perpaduan dua sel kelamin. Misalnya aa. f. Kromosom homolog, yaitu kromosom yang berasal dari induk betina berbentuk serupa dengan kromosom yang berasal dari induk jantan. g. Fenotipe, yaitu sifat-sifat keturunan pada F1, F2, dan F3 yang dapat dilihat, seperti tinggi, rendah, warna, dan bentuk. h. Genotipe, yaitu sifat-sifat keturunan yang tidak dapat dilihat, misalnya AA, Aa, dan aa. PENURUNAN SIFAT (HEREDITAS) Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsipprinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II. Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta perbandingannya. Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas ( The Law Independent Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel, baik pada persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet. Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Sedangkan persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: 1. 2. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

Hukum segregasi (hukum pertama Mendel) Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna merah), S (buntut pendek), dan s (buntut panjang) pada generasi F2 Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: 1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R). Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah). Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

2. 3.

Hukum asortasi bebas (hukum kedua Mendel) Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.

Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1. Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya. Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.

MATERI GENETIK A. KROMOSOM 1. Bagian dari kromosom Proses pengemasan DNA dan protein terjadi pada tahap profase. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut, Untai DNA dipintal dalam suatu protein histon, menjadi suatu unit yang disebut nukleosom. Nukleosom satu dengan yang lainnya bergabung membentuk benang yang lebih padat dan terpintal menjadi lipatan-lipatan yang disebut dengan solenoid. Solenoid satu dan yang lainnya bergabung dan lebih padat lagi membentik suatu benang yang disebut kromatin. Benang-benang halus kromatin memadat membentuk lengan kromatid. Lengan kromatid berpasangan membentuk kromosom.

Gambar 1. Pengemasan DNA di dalam Kromosom

2. Unit Dasar Kromosom Kromosom secara umum terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: a. Kromonema (jamak: kromonemata), bagian dari kromosom berupa pita bentuk spiral. b. Kromomer, merupakan kromonema yang mempunyai penebalan-penebalan di beberapa sebagai nukleoprotein yang mengendap. tempat, dan beberapa akli juga menganggap

Gambar 2. Bagian-bagian kromosom

c. Sentromer, bagian yang menentukan bentuk dari suatu kromosom.Berfungsi sebagai tempat berpegangnya benang plasma dari gelendong inti (spindle) pada tahap anafase pada pembelahan inti. Kromosom dari sebagian besar organisme hanya memiliki sebuah sentromer saja, disebut kromosom monosentris. Jika memiliki dua sentromer, disebut kromosom diasentris, sedangkan yang mempunyai banyak sentromer, disebut kromosom polisentris. d. Lekukan ke dua, sebagai tempat terbentuknya nukleolus (anak inti sel), disebut juga pengatur nukleolus (nucleolar organizer). e. Telomer, Bagian ujung kromosom yang berperan untuk menghalangi bersambungnya kromosom yang satu dengan yang lainnya. Satelit, tidak selalu ada pada setiap kromosom, merupakan bagian tambahan pada ujung kromosom. Kromosom yang mempunyai satelit disebut satelit kromosom

3. Bentuk Kromosom Bentuk kromosom berdasarkan letak sentromernya terdapat, a. Metasentris, sentromer terletak pada tengah-tengah kromosom (median), sehingga panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf V. b. Submetasentris, sentromer terletak submedian (ke arah salah satu ujung bagian yang tidakpanjang dan bentuknya seperti huruf J. membagi kromosom menjadi dua bagian yang sama

kromosom),

sehingga kromosom terbagi menjadi dua

c. Akrosentris, sentromer terletak terminal (di dekat ujung kromosomsehingga seperti batang. Satu lengan kromosom sangat pendek, lengan yang lainnya sangat panjang. d. Telosentris, sentromer terletak di ujung kromosom, sehingga kromosom hanya seperti batang. Manusia tidak mempunyai bentuk kromosom telosentris.

kromosom

tidak

membengkok

tetapi

lurus

mempunyai

satu buah lengan dan berbentuk lurus

4. Tipe dan Jumlah Kromosom Kromosom manusia dibedakan menjadi dua tipe, yaitu

a. Autosom, kromosom yang tidak ada hubungannya dengan penentuan jenis manusia, sebanyak 44 buah (22 pasang) merupakan autosom.

kelamin. Dari 46 kromosom di dalam inti sel tubuh

b. Gonosom, sepasang kromosom yang menentukan jenis kelamin. Gonosom dibedakan kromosom-Y. Formula kromosom manusia adalah:

menjadi

dua

macam,

yaitu

kromosom-X

dan

B. DNA 1. Struktur DNA Nukleotida terdiri dari: a. Satu molekul gula (dalam hal ini adalah "deoksiribosa") b. Satu molekul fosfat c. Satu molekul basa nitrogen. Basa nitrogen terdiri dari dua jenis yaitu: 1) Purin: Adenin (A) dan Guanin (G) 2) Pirimidin: sitosin (C) dan Timin (T) Untuk laki-laki adalah 46, XY atau dapat ditulis juga 44 + XY. Untuk wanita adalah 46, XX atau dapat ditulis juga 44 + XX.

Gambar 3. Struktur DNA

dingan A/T dan S/G selalu mendekati satu. asangan dengan basa timin dari pita pasangannya, dan basa sitosin berpasangan dengan basa guanin. Pasangan adenin dan timin dihubungkan oleh 2 atom H, sedangkan basa sitosin dan guanin dihubungkan dengan 3 atom H. OH dan 5P, sehingga dalam double helix menurut model Watson -Crick terdapat satu buah pita dengan arah 3 5, sedangkan pita pasangannya 5 3. 2. Replikasi DNA Proses komplementasi pasangan basa menghasilkan suatu molekul DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama sebagai cetakan. Kemungkinan terjadinya replikasi DNA melalui tiga model, diantarannya: a. Semikonservatif. Rantai ganda DNA lama berpisah kemudian rantai baru disintesis pada b. Konservatif. Rantai ganda DNA lama tidak berubah. Berfungsi sebagai cetakan buat masing-masing rantai DNA lama.

DNA baru. baru. Sehingga DNA lama dan baru tersebar.

c. Dispersif. Beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama digunakan sebagai cetakan DNA

Dari ketiga model tersebut model semikonservatif merupakan model yang paling tepat untuk proses replikasi DNA. Replikasi semikonservatif ini berlaku bagai organisme prokariotik maupun eukariotik.

Replikasi DNA C. RNA 1. Struktur RNA Berbeda dengan DNA, RNA merupakan rantai tunggal polinukleotida. Tiap ribonukleotida terdiri dari 3 gugus molekul, yaitu gula 5 karbon (ribosa), basa nitrogen, yang terdiri dari basa purin yang sama dengan DNA sedangkan pirimidin berbeda, yaitu sitosin dan urasil, dan gugus fosfat. Gambar 6. Struktur RNA (www-math.mit.edu)

Basa purin dan pirimidin berikatan dengan gula ribosa membentuk nukleosida atau ribonukleosida. Ribonukleosida yang berikatan dengan gugus fosfat membentuk nukleotida atau ribonukleotida. 2. Tipe RNA RNA terdiri dari tiga tipe, yaitu: a. RNA duta (RNAd) atau messenger RNA (mRNA). Terdapat di dalam inti sel (nukleus). Berfungsi untuk membawa pesan atau kode genetik (kodon) dari kromosom yang ada di inti ke sitoplasma. b. RNA pemindah (RNAp) atau transfer RNA (tRNA). Terdapat di dalam sitoplasma. RNA p berfungsi untuk mengikat asam amino yang terdapat di dalam sitoplasma, kemudian membawanya ke ribosom.

Gambar 7. Struktur RNA transfer (Cambell, 2000)

c. RNA ribosom (RNAr) atau ribosome RNA (rRNA). Terdapat di dalam ribosom. Berfungsi untuk mensintesis protein dengan menggunakan basa asam amino, yang menghasilkan polipeptida.

MEIOSIS (GAMETOGENESIS) Meiosis is a special type of cell division necessary for sexual reproduction in eukaryotes, such as animals, plants and fungi. The number of sets of chromosomes in the cell undergoing meiosis is reduced to half the original number, typically from two sets (diploid) to one set (haploid). The cells produced by meiosis are either gametes (the usual case in animals) or otherwise usually spores from which

gametes are ultimately produced (the case in land plants). In many organisms, including all animals and land plants (but not some other groups such as fungi), gametes are called sperm in males and egg cells or ova in females. Since meiosis has halved the number of sets of chromosomes, when two gametes fuse during fertilisation, the number of sets of chromosomes in the resulting zygote is restored to the original number. Meiotic division occurs in two stages, meiosis I and meiosis II, dividing the cells once at each stage. The first stage begins with a diploid cell that has two copies of each type of chromosome, one from each the mother and father, called homologous chromosomes. All homologous chromosomes pair up and may exchange genetic material with each other in a process called crossing over. Each pair then separates as two haploid cells are formed, each with one chromosome from every homologous pair. In the second stage, each chromosome splits into two, with each half, called a sister chromatid, being separated into two new cells, which are still haploid. This occurs in both of the haploid cells formed in meiosis I. Therefore from each original cell, four genetically distinct haploid cells are produced. These cells can mature into gametes.

Overview While the process of meiosis bears a number of similarities with the 'life-cycle' cell division process of mitosis, it differs in two important respects: meiosis recombination mitosis shuffles the genes between the two chromosomes in each pair (one received from each parent), producing chromosomes with new genetic combinations in every gamete generated does not shuffle the genes, producing chromosomes pairs identical to those in the parent cell.

chromosome count

meiosis mitosis

produces four genetically unique cells, each with half the number of chromosomes as in the parent produces the two genetically identical cells, each with -the same number

Meiosis begins with one diploid cell containing two copies of each chromosomeone from the organism's mother and one from its father. The cell divides twice, potentially producing up to four haploid cells containing one copy of each chromosome. ("Potentially" because in some cases, such as the formation of oocytes in mammals, only one of the possible four haploid cells survives.) In animals the haploid cell resulting from meiosis is a male or female gamete. Each of the resulting chromosomes in the gamete cells is a unique mixture of maternal and paternal DNA, resulting in offspring that are genetically distinct from either parent. This gives rise to genetic diversity in sexually reproducing populations. This genetic diversity can provide the variation of physical and behavioural attributes (phenotypes) upon which natural selection can act. It is also noteworthy that during meiosis, specific genes are more highly transcribed, and these are called the meiome, the term used in functional genomics for the meiotic transcriptome. Meiosis is a key feature for all sexually reproducing eukaryotes in which homologous chromosome pairing, synapse and recombination occur. In addition to strong meiotic stage-specific expression of mRNA (the meiome), however, there are also pervasive translational controls (e.g. selective usage of preformed mRNA), regulating the ultimate meiotic stage-specific protein expression of genes during meiosis.Thus, both the meiome and translational controls determine the broad restructuring of meiotic cells needed to carry out meiosis. Prior to the meiosis process the cell's chromosomes are duplicated by a round of DNA replication, creating from the maternal and paternal versions of each chromosome (homologs) two exact copies, sister chromatids, attached at the centromere region. In the beginning of meiosis, the maternal and paternal homologs pair with each other. Then they typically exchange parts by homologous recombination leading to crossovers of DNA between the maternal and paternal versions of the chromosome. Spindle fibers bind to the centromeres of each pair of homologs and arrange the pairs at the spindle equator. Then the fibers pull the recombined homologs to opposite poles of the cell. As the chromosomes move away from the center the cell divides into two daughter cells, each containing a haploid number of chromosomes composed of two chromatids. After the recombined maternal and paternal homologs have separated into the two daughter cells, a second round of cell division occurs. There meiosis ends as the two sister chromatids making up each homolog are separated and move into one of the four resulting gamete cells. Upon fertilization, for example when a sperm enters an egg cell, two gamete cells produced by meiosis fuse. The gamete from the mother and the gamete from the father each contribute one half of the set of chromosomes that make up the new offspring's genome. Meiosis uses many of the same mechanisms as mitosis, the type of cell division used by eukaryotes like plants and animals to split one cell into two identical daughter cells. In all plants and in many protists meiosis results in the formation of spores: haploid cells that can divide vegetatively without undergoing fertilization. Some eukaryotes, like bdelloid rotifers, do not have the ability to carry out meiosis and have acquired the ability to reproduce by

parthenogenesis. Meiosis does not occur in archaea or bacteria, which generally reproduce via asexual processes such as binary fission. However, a similar "sexual" process, known as bacterial transformation, involves transfer of DNA from one bacterium to another and recombination of these DNA molecules of different parental origin. Occurrence in eukaryotic life cycles Meiosis occurs in eukaryotic life cycles involving sexual reproduction, consisting of the constant cyclical process of meiosis and fertilization. This takes place alongside normal mitotic cell division. In multicellular organisms, there is an intermediary step between the diploid and haploid transition where the organism grows. The organism will then produce the germ cells that continue in the life cycle. The rest of the cells, called somatic cells, function within the organism and will die with it. Cycling meiosis and fertilization events produces a series of transitions back and forth between alternating haploid and diploid states. The organism phase of the life cycle can occur either during the diploid state (gametic or diploid life cycle), during the haploid state (zygotic or haploid life cycle), or both (sporic or haplodiploid life cycle, in which there are two distinct organism phases, one during the haploid state and the other during the diploid state). In this sense there are three types of life cycles that utilize sexual reproduction, differentiated by the location of the organisms phase(s). In the gametic life cycle or " diplontic life cycle", of which humans are a part, the organism is diploid, grown from a diploid cell called the zygote. The organism's diploid germ-line stem cells undergo meiosis to create haploid gametes (the spermatozoa for males and ova for females), which fertilize to form the zygote. The diploid zygote undergoes repeated cellular division by mitosis to grow into the organism. Mitosis is a related process to meiosis that creates two cells that are genetically identical to the parent cell. In the zygotic life cycle the organism is haploid instead, spawned by the proliferation and differentiation of a single haploid cell called the gamete. Two organisms of opposing gender contribute their haploid gametes to form a diploid zygote. The zygote undergoes meiosis immediately, creating four haploid cells. These cells undergo mitosis to create the organism. Many fungi and many protozoa are members of the zygotic life cycle. Finally, in the sporic life cycle, the living organism alternates between haploid and diploid states. Consequently, this cycle is also known as the alternation of generations. The diploid organism's germ-line cells undergo meiosis to produce spores. The spores proliferate by mitosis, growing into a haploid organism. The haploid organism's gamete then combines with another haploid organism's gamete, creating the zygote. The zygote undergoes repeated mitosis and differentiation to become a diploid organism again. The sporic life cycle can be considered a fusion of the gametic and zygotic life cycles. Process Because meiosis is a "one-way" process, it cannot be said to engage in a cell cycle as mitosis does. However, the preparatory steps that lead up to meiosis are identical in pattern and name to the interphase of the mitotic cell cycle. Interphase is divided into three phases : Growth 1 (G ) phase: This is a very active period, where the cell synthesizes its vast array of proteins, including the enzymes and structural 1 proteins it will need for growth. In G stage each of the chromosomes consists of a single (very long) molecule of DNA. In humans, at this point 1 cells are 46 chromosomes, 2N, identical to somatic cells. Synthesis (S) phase: The genetic material is replicated: each of its chromosomes duplicates, so that each of the 46 chromosomes becomes a complex of two identical sister chromatids. The cell is still considered diploid because it still contains the same number of centromeres. The identical sister chromatids have not yet condensed into the densely packaged chromosomes visible with the light microscope. This will take place during prophase I in meiosis. Growth 2 (G ) phase: G phase as seen before mitosis is not present in Meiosis. Actually, the first four stages of prophase I in many respects 2 2 correspond to the G phase of mitotic cell cycle. 2

Interphase is followed by meiosis I and then meiosis II. Meiosis I consists of separating the pairs of homologous chromosome, each made up of two sister chromatids, into two cells. One entire haploid content of chromosomes is contained in each of the resulting daughter cells; the first meiotic division therefore reduces the ploidy of the original cell by a factor of 2. Meiosis II consists of decoupling each chromosome's sister strands (chromatids), and segregating the individual chromatids into haploid daughter cells. The two cells resulting from meiosis I divide during meiosis II, creating 4 haploid daughter cells. Meiosis I and II are each divided into prophase, metaphase, anaphase, and telophase stages, similar in purpose to their analogous subphases in the mitotic cell cycle. Therefore, meiosis includes the stages of meiosis I (prophase I, metaphase I, anaphase I, telophase I), and meiosis II (prophase II, metaphase II, anaphase II, telophase II). Meiosis generates genetic diversity in two ways: (1) independent alignment and subsequent separation of homologous chromosome pairs during the first meiotic division allows a random and independent selection of each chromosome segregates into each gamete; and (2) physical exchange of homologous chromosomal regions by homologous recombination during prophase I results in new combinations of DNA within chromosomes. Phases Meiosis is divided into meiosis I and meiosis II which are further divided into Karyokinesis I and Cytokinesis I & Karyokinesis II and Cytokinesis II respectively. Meiosis I Meiosis I separates homologous chromosomes, producing two haploid cells ( N chromosomes, 23 in humans), and thus meiosis I is referred to as a reductional division. A regular diploid human cell contains 46 chromosomes and is considered 2N because it contains 23 pairs of homologous chromosomes. However, after meiosis I, although the cell contains 46 chromatids, it is only considered as being N, with 23 chromosomes. This is because

later, in Anaphase I, the sister chromatids will remain together as the spindle fibers pull the pair toward the pole of the new cell. In meiosis II, an equational division similar to mitosis will occur whereby the sister chromatids are finally split, creating a total of 4 haploid cells ( 23 chromosomes, N) - two from each daughter cell from the first division. Prophase I It is the longest phase of meiosis. During prophase I, DNA is exchanged between homologous chromosomes in a process called homologous recombination. This often results in chromosomal crossover. The new combinations of DNA created during crossover are a significant source of genetic variation, and may result in beneficial new combinations of alleles. The paired and replicated chromosomes are called bivalents or tetrads, which have two chromosomes and four chromatids, with one chromosome coming from each parent. The process of pairing the homologous chromosomes is called synapsis. At this stage, nonsister chromatids may cross-over at points called chiasmata (plural; singular chiasma). Leptotene The first stage of prophase I is the leptotene stage, also known as leptonema, from Greek words meaning "thin threads". In this stage of prophase I, individual chromosomeseach consisting of two sister chromatidschange from the diffuse state they exist in during the cell's period of growth and gene expression, and condense into visible strands within the nucleus. However the two sister chromatids are still so tightly bound that they are indistinguishable from one another. During leptotene, lateral elements of the synaptonemal complex assemble. Leptotene is of very short duration and progressive condensation and coiling of chromosome fibers takes place. Zygotene The zygotene stage, also known as zygonema, from Greek words meaning "paired threads", occurs as the chromosomes approximately line up with each other into homologous chromosome pairs. This is called the bouquet stage because of the way the telomeres cluster at one end of the nucleus. At this stage, the synapsis (pairing/coming together) of homologous chromosomes takes place, facilitated by assembly of central element of the synaptonemal complex. Pairing is brought about in a zipper-like fashion and may start at the centromere (procentric), at the chromosome ends (proterminal), or at any other portion (intermediate). Individuals of a pair are equal in length and in position of the centromere. Thus pairing is highly specific and exact. The paired chromosomes are called bivalent or tetrad chromosomes. Pachytene The pachytene stage, also known as pachynema, from Greek words meaning "thick threads", is the stage when chromosomal crossover (crossing over) occurs. Nonsister chromatids of homologous chromosomes may exchange segments over regions of homology. Sex chromosomes, however, are not wholly identical, and only exchange information over a small region of homology. At the sites where exchange happens, chiasmata form. The exchange of information between the non-sister chromatids results in a recombination of information; each chromosome has the complete set of information it had before, and there are no gaps formed as a result of the process. Because the chromosomes cannot be distinguished in the synaptonemal complex, the actual act of crossing over is not perceivable through the microscope, and chiasmata are not visible until the next stage. Diplotene During the diplotene stage, also known as diplonema, from Greek words meaning "two threads", the synaptonemal complex degrades and homologous chromosomes separate from one another a little. The chromosomes themselves uncoil a bit, allowing some transcription of DNA. However, the homologous chromosomes of each bivalent remain tightly bound at chiasmata, the regions where crossing-over occurred. The chiasmata remain on the chromosomes until they are severed in anaphase I. In human fetal oogenesis all developing oocytes develop to this stage and stop before birth. This suspended state is referred to as the dictyotene stage and remains so until puberty. Diakinesis Chromosomes condense further during the diakinesis stage, from Greek words meaning "moving through". This is the first point in meiosis where the four parts of the tetrads are actually visible. Sites of crossing over entangle together, effectively overlapping, making chiasmata clearly visible. Other than this observation, the rest of the stage closely resembles prometaphase of mitosis; the nucleoli disappear, the nuclear membrane disintegrates into vesicles, and the meiotic spindle begins to form. Synchronous processes During these stages, two centrosomes, containing a pair of centrioles in animal cells, migrate to the two poles of the cell. These centrosomes, which were duplicated during S-phase, function as microtubule organizing centers nucleating microtubules, which are essentially cellular ropes and poles. The microtubules invade the nuclear region after the nuclear envelope disintegrates, attaching to the chromosomes at the kinetochore. The kinetochore functions as a motor, pulling the chromosome along the attached microtubule toward the originating centriole, like a train on a track. There are four kinetochores on each tetrad, but the pair of kinetochores on each sister chromatid fuses and functions as a unit during meiosis I. Microtubules that attach to the kinetochores are known as kinetochore microtubules. Other microtubules will interact with microtubules from the opposite centriole: these are called nonkinetochore microtubules or polar microtubules. A third type of microtubules, the aster microtubules, radiates from the centrosome into the cytoplasm or contacts components of the membrane skeleton. Metaphase I Homologous pairs move together along the metaphase plate: As kinetochore microtubules from both centrioles attach to their respective kinetochores, the homologous chromosomes align along an equatorial plane that bisects the spindle, due to continuous counterbalancing forces exerted on the bivalents by the microtubules emanating from the two kinetochores of homologous chromosomes. The physical basis of the independent assortment of chromosomes is the random orientation of each bivalent along the metaphase plate, with respect to the orientation of the other bivalents along the same equatorial line.

Anaphase I Kinetochore (bipolar spindles) microtubules shorten, severing the recombination nodules and pulling homologous chromosomes apart. Since each chromosome has only one functional unit of a pair of kinetochores, whole chromosomes are pulled toward opposing poles, forming two haploid sets. Each chromosome still contains a pair of sister chromatids. During this time disjunction occurs, which is one of the processes leading to genetic diversity as each chromosome can end up in either of the daughter cells. Nonkinetochore microtubules lengthen, pushing the centrioles farther apart. The cell elongates in preparation for division down the center. Telophase I The first meiotic division effectively ends when the chromosomes arrive at the poles. Each daughter cell now has half the number of chromosomes but each chromosome consists of a pair of chromatids. The microtubules that make up the spindle network disappear, and a new nuclear membrane surrounds each haploid set. The chromosomes uncoil back into chromatin. Cytokinesis, the pinching of the cell membrane in animal cells or the formation of the cell wall in plant cells, occurs, completing the creation of two daughter cells. Sister chromatids remain attached during telophase I. Cells may enter a period of rest known as interkinesis or interphase II. No DNA replication occurs during this stage.

Meiosis II Meiosis II is the second part of the meiotic process, also known as equational division. Mechanically, the process is similar to mitosis, though its genetic results are fundamentally different. The end result is production of four haploid cells ( 23 chromosomes, N in humans) from the two haploid cells (23 chromosomes, N * each of the chromosomes consisting of two sister chromatids) produced in meiosis I. The four main steps of Meiosis II are: Prophase II, Metaphase II, Anaphase II, and Telophase II. In prophase II we see the disappearance of the nucleoli and the nuclear envelope again as well as the shortening and thickening of the chromatids. Centrioles move to the polar regions and arrange spindle fibers for the second meiotic division. In metaphase II, the centromeres contain two kinetochores that attach to spindle fibers from the centrosomes (centrioles) at each pole. The new equatorial metaphase plate is rotated by 90 degrees when compared to meiosis I, perpendicular to the previous plate. This is followed by anaphase II, where the centromeres are cleaved, allowing microtubules attached to the kinetochores to pull the sister chromatids apart. The sister chromatids by convention are now called sister chromosomes as they move toward opposing poles. The process ends with telophase II, which is similar to telophase I, and is marked by uncoiling and lengthening of the chromosomes and the disappearance of the spindle. Nuclear envelopes reform and cleavage or cell wall formation eventually produces a total of four daughter cells, each with a haploid set of chromosomes. Meiosis is now complete and ends up with four new daughter cells.

Nondisjunction The normal separation of chromosomes in meiosis I or sister chromatids in meiosis II is termed disjunction. When the separation is not normal, it is called nondisjunction. This results in the production of gametes which have either too many or too few of a particular chromosome, and is a common mechanism for trisomy or monosomy. Nondisjunction can occur in the meiosis I or meiosis II, phases of cellular reproduction, or during mitosis. This is a cause of several medical conditions in humans, including but not limited to: Down Syndrome - trisomy of chromosome 21 Patau Syndrome - trisomy of chromosome 13 Edward Syndrome - trisomy of chromosome 18 Klinefelter Syndrome - extra X chromosomes in males - i.e. XXY, XXXY, XXXXY, etc. Turner Syndrome - lacking of one X chromosome in females - i.e. X0 Triple X syndrome - an extra X chromosome in females XYY Syndrome - an extra Y chromosome in males.

Meiosis in mammals In females, meiosis occurs in cells known as oogonia (singular: oogonium). Each oogonium that initiates meiosis divides twice, unequally in each case. The first division results in a small "first polar body" and a much larger daughter cell. The daughter cell then divides again to form a small "second polar body" and a larger ovum. Since the first polar body normally disintegrates rather than dividing again, meiosis in female mammals results in three products, the oocyte and two polar bodies. However, before these divisions occur, these cells stop at the diplotene stage of meiosis I and lie dormant within a protective shell of somatic cells called the follicle. Follicles begin growth at a steady pace in a process known as folliculogenesis, and a small number enter the menstrual cycle. Menstruated oocytes continue meiosis I and arrest at meiosis II until fertilization. The process of meiosis in females occurs during oogenesis, and differs from the typical meiosis in that it features a long period of meiotic arrest known as the dictyate stage and lacks the assistance of centrosomes. In males, meiosis occurs during spermatogenesis in the seminiferous tubules of the testicles. Meiosis during spermatogenesis is specific to a type of cell called spermatocytes that will later mature to become spermatozoa. In female mammals, meiosis begins immediately after primordial germ cells migrate to the ovary in the embryo, but in the males, meiosis begins later, at the time of puberty. It is retinoic acid, derived from the primitive kidney (mesonephros) that stimulates meiosis in ovarian oogonia. Tissues of the male testis suppress meiosis by degrading retinoic acid, a stimulator of meiosis. This is overcome at puberty when cells within seminiferous tubules called Sertoli cells start making their own retinoic acid. Sensitivity to retinoic acid is also adjusted by proteins called nanos and DAZL. Meiosis in plants and animals Meiosis occurs in all animals and plants. The end result, the production of gametes with half the number of chromosomes as the parent cell, is the same, but the detailed process is different. In animals, meiosis produces gametes directly. In land plants and some algae, there is an alternation of generations such that meiosis in the diploid sporophyte generation produces haploid spores. These spores multiply by mitosis, developing into the haploid gametophyte generation, which then gives rise to gametes directly (i.e. without further meiosis). In both animals and plants, the final stage is for the gametes to fuse, restoring the original number of chromosomes. Meiosis vs. mitosis In order to understand meiosis, a comparison to mitosis is helpful. The table below shows the differences between meiosis and mitosis. Meiosis Normally four cells, each with half the number of chromosomes as the parent Sexual reproduction, production of gametes (sex cells) Animals, fungi, plants, protists Mitosis Two cells, having the same number of chromosomes as the parent Cellular reproduction, growth, repair, asexual reproduction All eukaryotic organisms

End result

Function

Where does it happen?

Steps

Prophase I, Metaphase I, Anaphase I, Telophase I, Prophase II, Metaphase II, Anaphase II, Telophase II No Yes, in Prophase I Yes Occurs in Telophase I and Telophase II Does not occur in Anaphase I, but occurs in Anaphase II

Prophase, Metaphase, Anaphase, Telophase

Genetically same as parent?

Usually Sometimes No Occurs in Telophase Occurs in Anaphase

Crossing over happens?

Pairing of homologous chromosomes?

Cytokinesis

Centromeres split

SIKLUS SEL, REPLIKASI DNA DAN SINTESIS PROTEIN

Siklus sel adalah kegiatan sel yang terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya. Siklus sel mencakup dua fase, yaitu: Fase Persiapan (interfase) dan Fase Pembelahan (Mitosis). Pada Interfase, biasanya mencakup sekitar 90% siklus sel. Pada saat interfaselah sel bertumbuh dan membuat salinan kromosom-kromosom sebagai persiapan untuk pembelahan sel. A. Fase Persiapan (Interfase) Interfase dapat dibagi menjadi subfase : fase G1, fase S (sintesis), fase G2. Selama ketiga subfase, sel bertumbuh dengan cara menghasilkan protein dan organel sitoplasma seperti mitokondria dan retikulum endoplasma. Akan tetapi, kromosom diduplikasi hanya pada fase S. Dengan demikian sel bertumbuh (G1), terus tumbuh sambil menyalin kromosom-kromosomnya (S), bertumbuh lagi sambil menyelesaikan persiapan untuk pembelahan sel (G2) dan membelah atau fase Mitosis. Sel-sel anakan kemudian bisa mengulangi siklus tersebut. Priode G1 (Gab : rentang) adalah priode sel sedang aktif mensintesis RNA (traskripsi) dan protein (translasi). Ini berguna untuk membentuk protoplasma baru yang membina sel anak kelak. Selain bahan genetis, seluruh bahan sitoplasma dan organel dibuat rangkap dua. Dengan proses transkripsi dan translasi serta sintesis bahan protoplasma baru, menyebabkan inti dan protoplasma bertambah volumenya dari keadaan normal. Priode S (Sintesis), ialah masa aktif mensintesis DNA (replikasi). Pilinan benang DNA yang sepasang akan longggar dan terbuka karena kehadiran enzim replikasi. Enzim ini dapat melepaskan DNA benamannya dalam histon dan non histon sehingga ia akan terangsang bereplikasi. Tiap belahan DNA lama akan membentuk DNA baru, sehingga DNA anak ada dua pasang, terdiri dari sebelah DNA lama dan sebelah lagi DNA baru. Replikasi prinsipnya sama dengan traskripsi, hanya saja yang dibentuk adalah DNA juga, bukan RNA. Basanya setangkup selalu Adenin dari DNA lama membentuk Timin dari DNA baru, Sitokinin dari DNA lama membentuk Guanin dari DNA bar

Semua aktivitas sel dikendalikan oleh aktivitas nukleus. Cara pengendalian ini berkaitan dengan aktivitas nukleus memproduksi protein, dimana protein ini merupakan penyusun utama dari semua organel sel maupun penggandaan kromosom. Contoh protein yang dapat dihasilkan seperti protein struktural yang digunakan sebagai penyusun membran sel dan protein fungsional (misalnya enzim) yang digunakan sebagai biokatalisator untuk berbagai proses sintesis dalam sel. Protein merupakan polipeptida (gabungan dari beberapa asam amino). Maka untuk membentuk suatu protein diperlukan bahan dasar berupa asam amino. Polipeptida dikatakan protein jika paling tidak memiliki berat molekul kira-kira 10.000. Di dalam ribosom, asam amino-asam amino dirangkai menjadi polipeptida dengan bantuan enzim tertentu. Polipeptida dapat terdiri atas 51 asam amino (seperti pada insulin) sampai lebih dari 1000 asam amino (seperti pada fibroin, protein sutera). Macam molekul polipeptida tergantung pada asam amino penyusunnya dan panjang pendeknya rantai polipeptida. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa ada 20 macam asam amino penting yang dapat dirangkai membentuk jutaan macam kemungkinan polipeptida. Sintesis protein melibatkan DNA sebagai pembuat rantai polipeptida. Meskipun begitu, DNA tidak dapat secara langsung menyusun rantai polipeptida karena harus melalui RNA. Seperti yang telah kita ketahui bahwa DNA merupakan bahan informasi genetik yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Informasi yang dikode di dalam gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesis protein. Informasi ditransfer secara akurat dari DNA melalui RNA untuk menghasilkan polipeptida dari urutan asam amino yang spesifik. Protein yang dibentuk melalui sintesis protein akan mengalami banyak modifikasi, ada yang menjadi protein struktur, proteksi, dan enzim (biokatalisator). Kita tahu bahwa semua proses atau reaksi dalam tubuh kita hampir tidak terjadi tanpa adanya enzim. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya enzim dalam tubuh kita, dan proses dasar atau awal pembuatan enzim yang berasal dari proses sintesis protein. Sintesis protein terjadi di ribosom, yang mana bisa berada melekat pada retikulum endoplasma kasar ataupun berada bebas pada sitoplasma. Setelahselesai disintesis, protein pertama kali mengalami modifikasi pada organel badan golgi. Proses pemindahan protein dari RE ke badan golgi melalui suatu struktur gelembung atau sering dinamakan sebagai vesikula. Vesikula yang membawa protein dari RE merupakan hasil pelepasan membran pada RE dan bisa melalukan fusi atau penggabungan membran dengan badan golgi. Oleh karena itu, struktur membran pada RE dan badan golgi memiliki persamaan. Selain itu, secara garis besar, badan golgi dan RE memiliki persamaan model, yaitu membran yang berlipat-lipat. Sebelum sintesis protein dilakukan, perlulah diadakan persiapan yang menyeluruh, salah satunya pemasangan asam amino pada salah satu ujung tRNA. 1 asam amino harus diikatkan pasada salah satu ujung tRNA dengan antikodon yang benar, namun protein ini sesuai dengan kodon bukan antikodon. Enzim yang melakukan proses ini adalah enzim tRNA aminoasil sintetase. Enzim ini mengikatkan asam amino pada bagian sisi asam amino kemudian tRNA dengan antikodon spesifik untuk asam aminonya. tRNA dan asam amino berikatan pada enzim sebelum akhirnya dilepaskan. Ribosom Ribosom adalah organel kecil dan padat dalam sel yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Ribosom berdiameter sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan 35% protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP). Organel ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk rantai polipeptida (yaitu protein) menggunakan asam amino yang dibawa oleh tRNA pada proses translasi. Di dalam sel, ribosom tersuspensi di dalam sitosol atau terikat pada retikulum endoplasma kasar, atau pada membran inti sel. Ribosom merupakan partikel yang kampak/padat, terdiri dari ribonukleoprotein, melekat atau tidak pada permukaan external dari membran RE, yang memungkinkan sintesa protein. a.Sifatnya Bentuknya universal, pada potongan longitudinal berbentuk elips. Pada teknik pewarnaan negatif, tampak adanya satu alur transversal, tegak lurus pada sumbu, terbagi dalam dua sub unit yang memiliki dimensi berbeda. Dengan ultrasentrifugasi yang menurun pada kedua sub unit ribosom tersebut dapat dipisahkan sehingga dapat penyusunnya dapat dideterminasis. Sub unit-sub unit berasosiasi secara tegak iurus pada bagian sumbu dalam aiur yang memisahkannya. Setiap sub unit dicirikan oleh koefisiensi sedimentasi yang dinyatakan dalam unit Svedberg (S). Sehingga koefisien sedimentasi dari prokariot adalah 70S untuk keseluruhan ribosom (50S untuk sub unit yang besar dan 30S untuk yang kecil). Untuk eukariot adalah 80S untuk keseluruhan ribosom (60S untuk sub unit besar dan 40S untuk yang kecil). Dimensi ribosom serta bentuk menjadi bervariasi. Pada prokariot, panjang ribosom adalah 29 nm dengan besar 21 nm. Dan eukariot, ukurannya 32 nm dengan besar 22 nm. Pada prokariot sub unitnya kecil, memanjang, bentuk melengkung dengan 2 ekstremitas, memiliki 3 digitasi, menyerupai kursi. Pada eukariot, bentuk sub unit besar menyerupai ribosom E. coli.

SINTESIS PROTEIN Replikasi Replikasi : proses perbanyakan bahan genetik (genom : DNA dan RNA) Proses yg mengawali pertumbuhan sel

Replikasi akan diikuti oleh pembentukan sel-sel anakan yg membawa duplikat bhn genetik hasil replikasi. Komposisi bahan genetik sel anakan sangat identik dengan komposisi genetik sel induk. Fungsi replikasi ini merupakan fungsi genotipik. Kesalahan dlm replikasi bhn genetik dpt mengakibatkan perubahan pd sifat sel-sel anakan Perbedaan struktural molekul bahan genetik (DNA) menyebabkan perbedaan mekanisme replikasi pada prokariot dan eukariot Replikasi pd prokariot dimulai dari satu situs awal replikasi (ORI) dan berlangsung ke dua arah menuju daerah terminasi Replikasi pd eukariot dimulai dari banyak ORI, bergerak ke dua arah

Gambar Replikasi DNA Ada 3 hipotesis mengenai replikasi DNA yaitu semikonservatif, konservatif dan dispersif 1. Hipotesis semikonservatif : setiap molekul untai ganda DNA anakan terdiri atas satu untai-tunggal DNA induk dan satu untai tunggal DNA hasil sintesis baru. 2. Konservatif : DNA untai ganda induk tetap bergabung sedangkan kedua untaian DNA anakan terdiri atas molekul hasil sintesis baru. 3. Dispersif : molekul DNA induk mengalami fragmentasi sehingga DNA anakan terdiri atas campuran molekul lama (induk) dan molekul hasil sintesis baru

Diantara ketiga cara replikasi DNA yang diusulkan tersebut, hanya cara semikonservatif yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui percobaan yang dikenal dengan nama sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan atau equilibrium density-gradient centrifugation. Model replikasi semikonservatif memberikan gambaran bahwa untaian DNA induk berperan sbg cetakan (template) bagi pembentukan untaian DNA baru . Dengan demikian, salah satu bagian yg sangat penting dlm proses replikasi DNA adalah denaturasi awal untaian DNA yg mrpk proses enzimatis. Denaturasi awal terjadi pd bagian DNA yg disebut ORI. Untaian DNA membuka membentuk struktur yg disebut garpu replikasi (replication fork). Garpu replikasi akan bergerak sehingga molekul DNA induk membuka secara bertahap . Masing-masing untaian DNA yang sudah terpisah, berfungsi sebagai cetakan untuk penempelan nukleotida-nukleotida yg akan menyusun molekul DNA baru. Sekuens basa nitrogen DNA baru sesuai dengan sekuens basa cetakan DNA komplementernya. Replikasi DNA berlangsung dlm tahapan : 1) denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk; 2). pengawalan (inisiasi) sintesis DNA ; 3). Pemanjangan untaian DNA; 4). Ligasi fragmen DNA; 5) pengakhiran (terminasi) sintesis DNA. Sintesis untaian DNA yg baru akan dimulai segera setelah ke dua untaian DNA induk terpisah membentuk garpu replikasi. Pemisahan dilakukan oleh enzim DNA helikase. Kedua untaian DNA induk menjadi cetakan dlm orientasi 5-P ke arah 3-OH Jadi, ada dua untaian DNA cetakan yg orientasinya berlawanan Garpu replikasi akan membuka secara bertahap Sintesis untaian DNA baru yang searah dg pembukaan garpu replikasi akan dpt dilakukan dilakukan tanpa terputus (kontinyu) : untaian DNA awal (leading strand) Sebaliknya, tahap demi tahap (diskontinyu) : untaian DNA lambat (lagging strand) Mekanisme replikasi DNA berlangsung secara semidiskontinyu karena ada perbedaan mekanisme dlm proses sintesis kedua untaian DNA Fragmen-fragmen DNA hasil replikasi diskontinyu (fragmen Okazaki) akan disambung (ligasi) dengan enzim DNA ligase

Polimerisasi DNA hanya dpt dimulai jika tersedia molekul primer : molekul yg digunakan untuk mengawali proses polimerisasi untai DNA Primer : molekul DNA, RNA atau protein spesifik

Pada transkripsi : tidak diperlukan primer. Dlm replikasi DNA in vivo, primer berupa molekul RNA berukuran 10-12 nukleotida In vitro, misal pada Polymerase Chain Reaction (PCR) : diperlukan DNA sebagai molekul primer Fungsi primer : menyediakan ujung 3-OH yg akan digunakan untuk menempelkan molekul DNA pertama dlm proses polimerisasi Sintesis RNA primer dilakukan oleh kompleks protein yg disebut primosom (primase+bbrp protein lain) Diperlukan lebih dari 1 primer untuk proses sintesis pada untaian DNA lambat (lagging strand) Pd. prokariot, polimerisasi dikatalisis DNA polimerase III Dissosiasi enzim ini dari DNA cetakan terjadi saat bertemu dengan ujung 5-P RNA primer yg menempel pd bagian lain

RNA primer pd fragmen Okazaki, didegradasi oleh aktivitas eksonuklease yg ada pd enzim DNA polimerase I.

Bagian RNA yg terdegradasi, diisi oleh molekul DNA, meskipun antar fragmen masih ada celah (takik = nick) Celah terbentuk karena belum ada ikatan fosfodiester antara ujung 3-OH pd nukleotida terakhir yg disintesis oleh DNA polimerase I dengan ujung 5-P fragmen DNA yg ada didekatnya Takik ini akan disambung oleh DNA ligase dengan menggunakan NAD atau ATP sebagai sumber energi Pada untai DNA awal (leading strand) : hanya diperlukan satu molekul primer pd titik awal replikasi Untaian DNA baru disintesis dengan aktivitas DNA polimerase III secara kontinyu. Replikasi dapat berlangsung ke dua arah yg berlawanan : replikasi dua arah (bidirectional replication) Replikasi 2 arah terjadi pada prokariot maupun eukariot Replikasi pada plasmid colE1 : satu arah Proses pemisahan untaian DNA dilakukan oleh enzim DNA helikase Selain helikase, enzim lain yg berperan dlm pemisahan untaian DNA adalah enzim DNA girase. DNA girase adalah salah satu enzim topoisomerase : suatu enzim yg dpt mengubah topologi molekul DNA yakni dengan memutus ikatan hidrogen Protein SSb menjaga agar bagian DNA yg sudah terpisah tidak berikatan lagi sehingga dpt digunakan sebagai cetakan Protein ini mempunyai sifat kooperatif, artinya pengikatan satu molekul protein pd untai tunggal DNA akan meningkatkan kekuatan ikat (affinity) molekul yg lain beberapa ribu kali. Transkripsi

Transkripsi : proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada urutan DNA menjadi molekul RNA. Merupakan proses yan mengawali ekspresi sifat-sifat genetik yang nantinya muncul sebagai fenotip. RNA: selalu single stranded . Pada proses transkripsi hanya 1 untai DNA yang disalin DNA RNA.

Sintesis RNA : 5 3. Gambar Transkripsi DNA

Inisiasi Transkripsi Pembentukan kompleks promoter tertutup. Pembentukan kompleks promoter terbuka. Penggabungan beberapa nukleotida awal (sekitar 10 nukeotida). Perubahan konformasi RNA polimerase karena subunit/faktor dilepaskan dari kompleks holoenzim. Mekanisme transkripsi pada eukariot pada dasarnya menyerupai mekanisme pada prokariot Proses transkripsi diawali (diinisiasi) oleh proses penempelan faktor-faktor transkripsi dan kompleks enzim RNA polimerase pd daerah promoter Berbeda dg prokariot, RNA polimerase eukariot tidak menempel secara langsung pada DNA di daerah promoter, melainkan melalui perantaraan protein-protein lain, yg disebut faktor transkripsi (transcription factor = TF) . TF dibedakan 2, yaitu : 1) TF umum dan 2) TF yg khusus untuk suatu gen n TF umum dlm mengarahkan RNA polimerase II ke promoter adalah TFIIA, TFIIB, TFIID, TFIIE, TFIIF, TFIIH, TFIIJ

Produk Transkripsi mRNA (messenger RNA) : salinan kode genetik pada DNA yang pada proses translasi akan diterjemahkan menjadi urutan asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein tertentu. tRNA (transfer RNA) : berperanan membawa asam amino spesifik yang akan digabung pada proses translasi (sintesis protein). rRNA (ribosomal RNA) : digunakan untuk menyusun ribosom sebagai tempat sintesis protein . Faktor transkripsi Diperlukan untuk sintesis semua mRNA Mengenali urutan promoter basal spesifik Menentukan situs inisiasi transkripsi Menginstruksikan RNA polimerase II ke tempat tersebut Bersama-sama dengan RNA polimerase dan promoter basal membentuk Kompleks inisiasi Transkripsi Pada prokariot, proses transkripsi dan translasi berlangsung hampir secara serentak, artinya sebelum transkripsi selesai dilakukan, translasi sudah dpt dimulai Pada eukariot, transkripsi berlangsung di dlm nukleus , sedangkan translasi berlangsung di dlm sitoplasma (ribosom) Dengan demikian, ada jeda waktu antara transkripsi dengan translasi, yg disebut sebagai fase pasca-transkripsi Pd fase ini, terjadi proses : 1). Pemotongan dan penyambungan RNA (RNA-splicing); 2). Poliadenilasi (penambahan gugus poli-A pada ujung 3mRNA); 3). Penambahan tudung (cap) pada ujung 5 mRNA dan 4). Penyuntingan mRNA Translasi Translasi adalah proses penerjemahan kode genetik oleh tRNA ke dalam urutan asam amino. Translasi menjadi tiga tahap (sama seperti pada transkripsi) yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi. Semua tahapan ini memerlukan faktor-faktor protein yang membantu mRNA, tRNA, dan ribosom selama proses translasi. Inisiasi dan elongasi rantai polipeptida juga membutuhkan sejumlah energi. Energi ini disediakan oleh GTP (guanosin triphosphat), suatu molekul yang mirip dengan ATP.

Gambar Langkah-langkahTranslasi (Sumber : http://biology.unm.edu/ccouncil/Biology_124/Summaries/T&T.html) Inisiasi Tahap inisiasi terjadi karena adanya tiga komponen yaitu mRNA, sebuah tRNA yang memuat asam amino pertama dari polipeptida, dan dua sub unit ribosom. mRNA yang keluar dari nukleus menuju sitoplasma didatangi oleh ribosom, kemudian mRNA masuk ke dalam celah ri bosom. Ketika mRNA masuk ke ribosom, ribosom membaca kodon yang masuk. Pembacaan dilakukan untuk setiap 3 urutan basa hingga selesai seluruhnya. Sebaga i catatan ribosom yang datang untuk mebaca kodon biasanya tidak hanya satu, melainkan beberapa ribosom yang dikenal sebagai polisom membentuk rangkaian mirip tusuk satu, di mana tusuknya adalah mRNA dan daging adalah ribosomnya. Dengan demikian, proses pembacaan kodon dapat berlangsung seca ra berurutan. Ketika kodon I terbaca ribosom (misal kodonnya AUG), tRNA yang membawa antikodon UAC dan asam amino metionin datang. tRNA masuk ke celah ribosom. Ribosom di sini berfungsi untuk memudahkan perlekatan yang spesifik antara antikodon tRNA dengan kodon mRNA selama sintesis protein. Sub unit ribosom dibangun oleh protein-protein dan molekul-molekul RNA ribosomal.

Elongasi Pada tahap elongasi dari translasi, asam amino-asam amino ditambahkan satu per satu pada asam amino pertama (metionin). Ribosom terus bergeser agar mRNA lebih masuk, guna membaca kodon II. Misalnya kodon II UCA, yang segera diterjemahkan oleh tRNA berarti kodon AGU sambil membawa asam amino serine. Di dalam ribosom, metionin yang pertama kali masuk dirangkaikan dengan serine membentuk dipeptida. Ribosom terus bergeser, membaca kodon III. Misalkan kodon III GAG, segera diterjemahkan oleh antikodon CUC sambil membawa asam amino glisin. tRNA tersebut masuk ke ribosom. Asam amino glisin dirangkaikan dengan dipeptida yang telah terbentuk sehingga membentuk tripeptida. Demikian seterusnya proses pembacaan kode genetika itu berlangsung di dalam ribobom, yang diterjemahkan ke dalam bentuk asam amino guna dirangkai menjadi polipeptida. Kodon mRNA pada ribosom membentuk ikatan hidrogen dengan antikodon molekul tRNA yang baru masuk yang membawa asam amino yang tepat. Molekul mRNA yang telah melepaskan asam amino akan kembali ke sitoplasma untuk mengulangi kembali pengangkutan asam amino. Molekul rRNA dari sub unit ribosom besar berfungsi sebagai enzim, yaitu mengkatalisis pembentukan ikatan peptida yang menggabungkan polipeptida yang memanjang ke asam amino yang baru tiba. Terminasi Tahap akhir translasi adalah terminasi. Elongasi berlanjut hingga kodon stop mencapai ribosom. Triplet basa kodon stop adalah UAA, UAG, dan UGA. Kodon stop tidak mengkode suatu asam amino melainkan bertindak sinyal untuk menghentikan translasi. Polipeptida yang dibentuk kemudian diproses menjadi protein. Secara sederhana: Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal (10) untuk mencegahnya membentuk heliks ganda kembali. Primase (6) membentuk oligonukleotida RNA yang disebut primer (5) dan molekul DNA polimerase (3 & 8) melekat pada seuntai tunggal DNA dan bergerak sepanjang untai tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian tunggal DNA baru yang disebut leading strand (2) dan lagging strand (1). DNA polimerase yang membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-segmen polinukleotida diskontinu (disebut fragmen Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4) kemudian menyambungkan potongan-potongan lagging strand tersebut. Salah satu tahapan penting dalam proses pertumbuhan jasad hidup adalah proses perbanyakan bahan genetik. Proses perbanyakan bahan genetik dikenal sebagai proses replikasi. Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang digandakan. Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA. Replikasi DNA adalah proses penggandaan molekul DNA untai ganda. Pada sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan replikasi DNA. Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR). Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi sebagai suatu satuan tunggal dinamakan replikon. Replikasi molekol DNA dimulai dari tempat khusus yang disebut titik mula replikasi (origins of replication), bentangan pendek DNA yang memiliki sekuens nukletida spesifik. Kromosom E. coli, seperti banyak kromosom bakteri lain melingkar dan memiliki satu titik mula. Berkebalikan dengan kromosom bakteri, kromosom eukariot mungkin memiliki beberapa ratus atau beberapa ribu titik mula replikasi. (Campbell, 2008) Proses inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA, yang masing-masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi. Biasanya, inisiasi replikasi DNA, baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi dua arah (bidireksional). Dalam hal ini dua garpu replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus).

Genotype : genotype adalah susunan genetik atau perangkat alel yang menentukan sifat pada suatu organisme. Phenotype : sifat fisik dan fisiologis dari suatu organisme yang ditentukan oleh susunan genetiknya. Contoh dari genotipe dan fenotipe adalah sebagaimana Hubungan antara genotipe dan fenotipe

Homozygous : memiliki sepasang alel identik untuk gen tertentu Heterozygous : memiliki sepasang alel yang berbeda untuk gen tertentu Locus : lokasi spesifik di sepanjang kromosom tempat gen tertentu berada Alel : salah satu dari versi alternatif sebuah gen yang menghasilkan efek fenotipik tersendiri. Haplotype : adalah kombinasi alel pada suatu kromosom yang diwariskan bersama. MUTASI GENETIKA Mutasi adalah perubahan materi genetik (gen atau kromosom) suatu sel yang diwariskan kepada keturunannya. Mutasi dapat disebabkan oleh kesalahan replikasi materi genetika selama pembelahan sel oleh radiasi, bahan kimia (mutagen), atau virus, atau dapat terjadi selama proses meiosis. Terdapat dua jenis mutasi, yaitu: 1. Mutasi gen (Point mutation) Mutasi gen ialah perubahan kimiawi pada satu atau beberapa pasangan basa dalam satu gen tunggal yang menyebabkan perubahan sifat individu tanpa perubahan jumlah dan susunan kromosomnya. Mutasi gen dapat terjadi melalui berbagai cara, diantaranya : Penggantian /substitusi pasangan basa; terjadi karena penggantian satu nukleotida dengan pasangannya di dalam untaian DNA komplementer dengan pasangan nukleotida lain. Contoh;anemia bulan sabit. Insersi dan delesi; Insersi merupakan penyisipan atau penambahan satu atau lebih nukleotida ke dalam rantai polinukleotida.. Delesi adalah pengurangan satu atau lebih pasangan nukleotida pada suatu gen saat replikasi DNA. 2. Mutasi Kromosom Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada kromosom yang disertai dengan Perubahan struktur dan jumlah kromosom. Mutasi kromosom dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu : a). Perubahan struktur kromosom (aberasi kromosom). Mutasi ini menyebabkan kerusakan (aberasi) pada bentuk kromosom, diantaranya: o Translokasi: adalah pemindahan sebagian dari segmen kromosom ke kromosom lainnya yang bukan kromosom homolognya o Duplikasi : terjadi karena adanya segmen kromosom yang mengakibatkan jumlah segmen kromosom lebih banyak dari kromosom aslinya. . o Delesi : adalah mutasi yang terjadi karena sebagian segmen kromosom lenyap sehingga kromosom kekurangan segmen. o Inversi: adalah mutasi yang terjadi karena selama meiosis kromosom terpilin dan terjadinya kiasma, sehingga terjadi perubahan letak /kedudukan gen- gen. b). Perubahan Jumlah Kromosom Mutasi yang terjadi ditandai dengan perubahan jumlah kromosom individual atau dalam jumlah perangkat kromosom. Euploid ;terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan perangkat kromosom diploid, triploid, tetraploid, poliploid dll. Aneuploid : terjadi karena adanya perubahan salah satu kromosom dari genom individu , monosomik, Nullisomik Trisomik dan Tetrasomik

(genom). Contoh: haploid, Contoh;

3. Mutasi Alami dan Mutasi Buatan. Mutasi alam atau mutasi spontan biasanya terjadi karena kesalahan pemasangan basa pada waktu proses replikasi, perbaikan, atau rekombinasi DNA sehingga mengarah pada terjadinya substitusi, insersi atau delesi pasangan basa. Selain itu mutasi secara alami dapat terjadi karena radiasi radioaktif alam, sinar kosmis dan sinar ultraviolet. Mutasi buatan, yaitu mutasi yang ditimbulkan akibat campur tangan manusia (telah direncancanakan). Dengan memperlakukan sel menggunakan zat-zat kimia, sinar -X, sinar gamma, sinar alfa, dan beberapa jenis radiasi hasil sampingan tenaga nuklir Implikasi Mutasi Alami dan Buatan 1. Sindrom Down, terjadi ketidaknormalan pada kromosom autosom, sindrom ini terjadi karena adanya tiga kromosom pada kromosom no.21 (trisomi). Ciri-ciri sindrom ini : Kariotipe 47 XX atau 47XY. IQ rendah ( 40) Mata sipit, gigi keci-kecil dan jarang, liur selalu menetes, daya tahan terhadap penyakit menurun Mongolism, bertelapak tebal seperti telapak kera. Sindrom Klinefelter, terjadi ketidaknormalan pada kromosom seks dan biasanya diderita oleh laki-laki. Ciri-cirinya : mempunyai kelebihan kromosom seks X, sehingga kariotipenya 47 XXY. Lelaki dengan testis kecil, gagal menghasilkan sperma. Rambut dada tidak tumbuh Suara dan dada seperti wanita, memiliki tangan dan kaki yang panjang. Sindrom Turner, terjadi ketidaknormalan pada kromosom seks yaitu adanya pengurangan satu kromosom seks dan biasanya diderita oleh wanita. Ciri-cirinya :

2.

3.

Hanya mempunyai satu kromosom seks, dengan kariotipenya 45X0. Perempuan mandul, bentuk kaki X, dada dan ovarium tidak berkembang. Tidak mengalami haid. Ukuran tubuh kecil, IQ rendah.

Selain merugikan beberapa mutasi dapat berguna bagi manusia, diantaranya : a. Mutasi pada mikroorganisme dapat meningkatkan hasil antibiotika, misalnya mutan penicillium penghasil antibiotik penisilin. b. Meningkatkan hasil panen produksi pangan dengan membuat hasil panen poliploid dengan mutasi induksi. c. Mutasi melalui radiasi menggunakan radioisotop dapat digunakan untuk Memeriksa proses biologi, misalnya transfer elektron pada fotosintesis.

Anda mungkin juga menyukai