Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DECOMPENCATIO CORDIS 1. Konsep Medis 1) Definisi Decompensasi cordis adalah suatu keadan patologis, adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompah darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian ventrikel kiri. (Soeparman, 1998 : 975) 2) Etiologi (1) Kelainan Mekanis a. Peningkatan beban tekanan - Sentral (Stenosis aorta dan sebagainya) - Perifer (Hipertensi sistemik) b. Peningkatan beban volume (Regurgitasi katup, pirau) c. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikuspidalis) d. Tamponade perikardium e. Retriksi endokardium f. Anuerisma ventrikel g. Dis sinergi ventrikel (2) Kelainan Miokardium a. Primer - Kardiomiopati - Miokarditis - Kelainan metabolik - Toksisitas b. Kelainan dis dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan) - Kekurangan O2 - Kelainan metabolik - Inflamasi - Penyakit sistemik - Penyakit paru obstruksi menahun c. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi

- Henti jantung - Fibrilas 4) Manifestasi Klinik Kriteria Diagnosis gagal jantung Tanda dan gejala 1. Mayor a. PND (paroxysmal nocturnal dyspnoe) b. Kardiomegali c. Gallop d. Peningkatan JVP e. Refluk hepatojugular f. Ronchi (akhir inspirasi) 2. Minor a. Edema pergelangan kaki b. Batuk malam hari c. Dyspnoe on effort d. Pembesaran hati e. Efusi pleura f. Takikardi Kelas fungsional menurut NYHA (New York Heart Association) Kelas I : Tidak terbatas aktivitas fisik sehari-hari tidak menyebabkan lelah sesak nafas / palpitasi Kelas II : Sedikit pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas sehari-hari menyebabkan lelah, palpitasi. Sesak nafas / angina Kelas III : Aktivitas fisik sangat terbatas saat istirahat tanpa keluhan namun aktivitas kurang dari sehari-hari menimbulkan gejala. Kelas IV : Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun tanpa keluhan. Gejala gagal jantung tibmul bahkan saat istirahat dan bertambah berat bila melakukan aktivitas. 5) Penatalaksanaan

Yang ideal adalah koreksi terhadap penyakit yang mendasari, akan tetapi sering tindakan ini tidak dapat dilaksanakan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. -

Tujuan terapi gagal jantung : Primer : Meningkatkan kualitas hidup Meningkatkan harapan hidup Subsider : Mengurangi keluhan Meningkatkan kapasitas latihan Mengurangi aktivasi neuroendokrine Memperbaiki hemodinamik Mengurangi aritmia Pendekatan Penatalaksanaan pada Penderita Gagal Jantung Kongestif : Tentukan dan koreksi terhadap penyakit yang mendasari Mengendalikan faktor-faktor pencetus atau penyulit Tentukan derajat gagal jantung Mengurangi beban jantung (mengurangi aktivitas fisik dan berat badan) Memperbaiki kontraktilitas (fungsi) miokard Koreksi terhadap retensi garam dan air Evaluasi apakah ada kemungkinan dilakukan koreksi bedah Terapi medikal : Kurangi beban jantung Restriksi konsumsi garam Restriksi air Diuretika Vasodilator / inhibitor ACE Terapi gagal jantung terdiri atas :

1. Terapi spesifik terhadap kausa yang mendasari gagal jantung (revaskularisasi pada PJK, penggantian katup untuk penyakit katup yang berat) 2. Terapi non spesifik terhadap sindroma klinis gagal jantung

Dasar-dasar terapi Gagal Jantung Kongestif Masalah Preload meningkat Terapi Restriksi garam, diuretika, venodilator

Curah jantung rendah, tahanan Arteriolar dilator / inhibitor ACE vaskuler sistemik meningkat Frekuensi denyut jantung cepat Fibrilasi atrial Takikardia sinus Tingkatkan blok Atrio-Ventrikuler Perbaiki kemampuan ventrikel-kiri

LANDASAN ASKEP 1. Pengkajian i. Anamnesa 1. Biodata : lebih sering pada orang tua 2. Keluhan utama Sesak nafas 3. RPS Dispneo pada istirahat atau pada pengerahan tenaga 4. RPD Penyakit paru menahun, hipertensi, IMA, angina pectoris, miokarditis, kelainan metabolik dan lain-lain 5. RPK Keluarga ada yang menderita hipertensi, PPOM 6. ADL a. Pola Nutrisi

b. Anoreksia, BB menurun karena intake menurun atau BB meningkat karena odema, asites terjadi pada gagal jantung kanan c. Pola aktivitas d. Ketidakmampuan dalam beraktivitas rutin dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari e. Pola istirahat tidur f. Kesulitan tidur karena sesak dan nukturia, menggunakan 2 s/d 3 bantal g. Pola eliminasi h. Perubahan pola BAK karena pengobatan deuretik dan perubahan aliran darah ke ginjal 7. Riwayat Psiko Sosial dan Spiritual Cemas karena sesak nafas dan penyakit kronis, kekhawatiran yang berlebihan, takut meninggal ii. Pemeriksaan Fisik 1. Cardiovaskuler Tachicardi, bunyi jantung S3, gallop, aritmia atrium dan vertikel, distensi vena jugularis, mur-mur, pulse lemah 2. Paru Sesak napas, batuk non produktif 3. Neurologi Mudah tersinggung atau marah, gangguan memori, bingung 4. Gastroentistinal Distensi abdomen, mual, pembesaran hepar, nyeri di atas liver 5. Renal Penurunan urine out put 6. Integument Oedema, sianosis, clubing finger 7. Muskuloskletal Lemah dan tidak bertenaga, kekuatan otot menurun iii. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium a. Serum elektrolit

b. c. d. 2.

GDA Protombin time BUN Pemeriksaan foto thorak Pembesaran jantung 3. ECG Hipertropi atrium dan ventrikel 4. Eko Kardiogram Ditemukan perubahan fungsi atau struktur katub, penurunan kontrak ventrikel

2. Diagnosa yang Mungkin Timbul (1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard (2) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 / kebutuhan (3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi gloumerulus (4) Resiko tinggi pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus (5) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama (6) Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi program pengobatan berhubungan dengan terulangnya episode GJK yang dapat dicegah 3. Rencana Keperawatan Diagnosa I Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial Kriteria : (1) Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (2) Melaporkan penurunan episode dispnea

(3) Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL

Catat bunyi jantung

S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunn kerja pompa

Palpasi nadi perifer

Penurunan curah jantung dapat menunjukk menurunnya nadi radial, poplitea, dorsalis ped

Pantau tekanan darah

Pada GJK dini, sedang / kronis tensi da meningkatkan sampai dengan SVR

Panta haluaran urine

Ginjal berespon menurunkan curah jantu dengan menahan cairan dan natrium

Berikan sediaan O2

Meningkatkan persediaan O2 untuk kebutuh miokard dan melawan efek hipoksemia

Berikan obat sesuai indikasi Deuretik Vasodilator Captopril Mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air Meningkatkan curah jantung Untuk mengontrol kerja jantung

Diangosa 2 Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 Kriteria : Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri Intervensi INTERVENSI RASIONAL

Periksa tanda vital sebelum dan setelah Hipotensi ortostatik dapat terjadi karena e aktivitas obat

Catat respon cardiopulmonal terhadap Penurunan miokard untuk meningkatkan volu aktivitas sekuncup selama aktivitas Evaluasi aktivitas peningkatan dalam

intoleran Menunjukkan peningkatan decopensasi jantu dari kelebihan cairan

Berikan bantuan perawatan diri

aktivitas Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pas tanpa mempengaruhi stress miokard

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, ME (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ke 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. RSUD Dr. SOETOMO (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Penyakit Jantung, Surabaya. Soeparman (1999), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Pustaka, Penerbit FKUI, Jakarta. Sylvia Anderson (1994), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Alih Bahasa, Adi Dharma, Edisi II

Anda mungkin juga menyukai