OLEH :
BAB I PENDAHULUAN
Gigi memiliki fungsi yang sangat penting bagi mulut. Sayangnya, seiring bertambahnya usia, kondisi kesehatan gigi dan mulut mengalami penurunan fisiologis. Selain kerusakan pada rongga mulut juga terjadi penyusutan gusi yang mengakibatkan tanggalnya gigi secara permanen. Gigi memiliki fungsi yang penting, yaitu :Pertama, gigi membantu seseorang mengucapkan kata-kata pada saat berbicara. Gigi yang bolong akan mempengaruhi pelafalan kata-kata. Kedua ialah gigi sebagai pembantu proses pencernaan. Di sini, gigi berperan membantu mengunyah makanan yang akan diserap oleh tubuh. Bila terjadi kerusakan atau bolong pada gigi, maka fungsi pencernaan seseorang akan terganggu. Ketiga, gigi memiliki fungsi estetika yaitu menambah kepercayaan diri seseorang. Jika gigi rusak, rasa percara diri akan berkurang dan mempengaruhi kehidupan sosial. 1 Pada lansia proses degenerasi terjadi secara alami. Semakin lanjut usia, problem gigi dan mulut semakin bertambah. Proses perusakan rongga mulut dimulai dari pelubangan pada gigi bersamaan dengan kepadatan gusi menyusut dan kerusakan jaringan penyangga gigi dan tulang rahang, terlebih bagi penderita penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan osteoporosis. Mereka yang kehilangan gigi asli khususnya pada lansia sangat dianjurkan mengganti gigi yang hilang dengan menggunakan gigi tiruan. Hal ini disebabkan pemenuhan nutrisi pada usia lanjut meningkat dan gizi yang tercukupi akan membuat lansia tetap produktif. Selain itu, anjuran penggunaan gigi yang hilang baik pada usia produktif maupun nonproduktif ialah agar jaringan rahang dan tulang gigi yang tanggal tidak berubah. Lansia rata2 kehilangan gigi 10 sampai 20 buah, banyaknya jumlah pasien lansia yang tidak mempunyai gigi menyebabkan perawatan gigi diutamakan pada perawatan Prostodontik. 2
PERUBAHAN FISIOLOGIS RONGGA MULUT PADA LANSIA. Gigi tiruan dibuat tidak hanya sekedar mengganti gigi yang hilang saja tetapi harus mampu memenuhi syarat-syarat keberhasilan sebuah gigi tiruan serta mampu mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih tinggal Gigi tiruan yang baik dan memuaskan adalah gigi tiruan .yang dapat memperbaiki fungsi pengunyahan, memperbaiki fungsi estetik dan fonetik Pembuatan gigi tiruan pada pasien lansia harus mempertimbangkan perubahanperibahan fisiologis dalam rongga mulut yaitu: 1
Perubahan Mukosa Mulut . Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya kapiler dan suplai darah, penebalan serabut kolagen pada lamina propia.
Perubahan Ukuran Lengkung Rahang. Proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya. Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila sehingga terjadi perubahan posisi mandibula dan maksila. Resorbsi linggir alveolar. Tulang akan mengalami resorbsi dimana resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar dan merupakan masalah karena gigi tiruan lengkap kurang baik dan terjadi ketidak seimbangan oklusi. Perubahan Aliran Saliva. Dengan bertambahnya usia menyebabkan perubahan dan kemunduran kelenjar saliva. Banyak pasien lansia dengan penyakit sistemik menerima pengobatan akan mempengaruhi fungsi saliva dan mungkin mengalami serostomia. Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga fungsi pengunyahan berkurang, kecekatan gigi tiruan berkurang. (Boucher,1982)
FAKTOR-FAKTOR KHUSUS LAIN PENYAKIT SISTEMIK YANG DIDERITA LANSIA. Berikut ini merupakan penyakit-penyakit sistemik yang biasa terjadi pada lansia diantaranya.: 1. Diabetes Mellitus. - Menurunnya resistensi terhadap infeksi yang dikombinasi dengan masalah sirkulasi peredaran darah, megakibatkan jaringan gingiva pada pasien diabetes menjadi sensitif.Edema, perdarahan dan penyakit periodontal semakin
meningkat, rasa terbakar pada lidah adalah simptom yang paling sering muncul. - Kandidiasis juga dapat terjadi pada pasien ini. Pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang efektif adalah faktor yang sangat penting untuk mencegah infeksi gingiva.Dokter gigi harus mengetahui riwayat pengobataan dan beberapa
penyakit yang dapat menyertai serta dapat memilih modifikasi perawatan yang tepat ( Papas,dkk,1991) 2. Hipertensi dan Stroke. Pasien yang pernah mengalami stroke sering kali meminum obat-obat antikoagulan, antihipertensi. Keteka merencanakan suatu perawatan terhadap pasien yang menderita hipertensi atau pernah mengalami kerusakan
serebrovascular, dokter gigi jhrus mengurangi faktor- faktor yang dapat meningkatkan stress, lebih berhati hati terhadap pemberian obat
(Berkey,dkk,1996 ) 3. Penyakit Parkinson Gerakan ritmik pada mulut atau lidah, serta tetesan saliva yang tidak terkontrol sering menyertai penderita penyakit Parkinson.Keadaan ini kan menyulitkan operator untuk mencatat hubungan antara rahang atas dan bawah. secara akurat untuk keperluan pembuatan gigi tiruan (Burket,1971; Baster,dkk.,1996) 4. Artritis. Bila artritis mengenai tangan, maka sulit bagi pasien untuk membersihkan gigi tiruannya (Basker, dkk., 1996). Gigi tiruan sebagian lepasan harus didesain sedemikian rupa sehingga insersi dan pelepasannya dapat dilakukan dengan mudah. Menggunakan larutaan pembersih sangat membantu pasien untuk mencegah penumpukan plak pada gigi tiruan (Basker, dkk,1996). 5. Endokarditis 6. Kanker 7. Arterio sclerosis 8. Kelainan pernafasan
FAKTOR RESIKO PASIEN DENGAN PERAWATAN YANG BURUK PADA GIGI TIRUAN LENGKAP: - Masaalah Pengunyahan : Resorpsi linggir alveolar, atropi otot - Reaksi sakit lokal - Mulut terasa terbakar : desain gigi tiruan yang buruk, penyakit sistemika,lergi terhadap komponen gigi tiruan. - Kekecewaaaan pada keadaan gigi tiruan: kualitas gigi tiruan yang buruk - Kurangnya saliva. PERALIHAN GIGI ASLI KE GIGI TIRUAN.2,3 A. Gigi Tiruan Sebagian Transisional Gigi tiruan seperti ini mengganti regio gigi yang hilang, yang dapat digunakan untuk waktu yang singkat sebelum gigi-gigi asli yang tersisa dicabut dan diganti dengan gigi tiruan. B. Overdenture Gigitiruan ini dipasang di atas permukaan akar-akar gigi yang
dipertahankan, dan memperoleh sebagian dukungannya dari sisa-sisa akar tersebut. C. Gigi Tiruan Imediat Bentuk gigi tiruan ini dibuat sebelum pencabutan gigi asli, dan dipasang segera setelah gigi-gigi tersebut dicabut. D. Gigi Tiruan Penuh Bentuk gigi tiruan ini dibuat setelah pencabutan gigi asli, dan ditunggu hingga penyembuhan awal dan resorbsi tulang terjadi dan baru dipasang gigi tiruan. E. Gigi Tiruan penuh Implant Gigi Tiruan yg dibuat bila linggir gigi telah rendah atau gigi tiruan yg terlalu longgar, akan tetapi pembuatannya membutuhkan operasi dan biaya yg tdk sedikit.
Dengan semakin
berkembangnya kesadaran hukum dan pengetahuan pasien, komunikasi yang baik dapat membuat seorang dokter gigi dikejar atau terhindar dari para penuntut hukum.
Komunikasi yang tidak efektif dan tepat dapat menyebabkan: Salah diagnosa Penatalaksanaan yang tidak sesuai Hasil akhir perawatan yang jelek Kemungkinan dituntut secara hukum oleh pasien
Jenis-jenis komunikasi: 1. Berdasarkan media a. Lisan b. Tertulis c. Elektronik 2. Berdasarkan kemasan a. Verbal b. Non-verbal 3. Berdasarkan keresmian a. Formal b. Non-formal 5
Komunikasi juga dapat dipengaruhi oleh: Usia Intelektual Pendidikan Etnis Jenis kelamin Pasien laki-laki cenderung lebih ingin berbicara dan memerintah daripada mendengarkan, sedangkan pasien perempuan cenderung lebih ingin mendengarkan dan berbagi pengalaman. Lingkungan Pasien akan sulit untuk berkomunikasi secara efektif ketika dalam keadaan sakit dan stress, terutama dalam suasana klinik dokter.4
Penyuluhan sendiri menggunakan media tertulis dengan kemasan verbal dan dalam pembawaannya bisa formal maupun nonformal, dimana sebagai audience adalah orang tua dengan tiket pendidikan yang cukup baik, sehingga dalam penyampaian penyuluhan sendiri tidak terlalu mengalami kesulitan, faktor yang harus diperhatikan adalah faktor usia.
Dalam website http://www.aafp.org/fpm/2006/0900/p73.html, tertulis bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lanjut usia, antara lain: 1. Sediakan waktu yang cukup 2. Usahakan tidak ada gangguan yang dapat mengganggu konsentrasinya. 3. Pertahankan kontak mata 4. Berbicara jangan terlalu pelan, berbicara yang jelas dan agak lambat. 5. Gunakan presentase yang simpel, pendek dan menarik 6. Tandai hal-hal yang penting 7. Beri kesempatan untuk bertanya.
BAB IV PENUTUP
Pada tugas kali ini, saya memberikan penyuluhan kepada para pensiunan TNI/POLRI. Dalam penyuluhan ini, kami upayakan menggunakan bahasa awam sehingga dapat dimengerti oleh peserta, penulisannya tidak bertele-tele dan banyak menampilkan gambar sehingga lebih dapat dimengerti dan lebih menarik. Pertama kami jelaskan terlebih dahulu, manfaat dan guna gigi dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara untuk merawat gigi. Setelah itu dilanjutkan
dengan penjelasan akibat yang ditimbulkan dari kehilangan gigi. Agar pasien mengetahui kekurangan yang dapat terjadi karena faktor usia maka kami juga menampilkan perubahan-perubahan fisiologis di rongga mulut pada usia lanjut dan penyakit-penyakit sistemik yang dapat mengganggu dan mengurangi kecekatan dari gigi tiruan. Setelah itu baru kami tampilkan peran serta dari pasien sehingga pasien mengetahui bahwa kesuksesan dan kenyamanan penggunaan gigi palsu juga dipengaruhi oleh kemauan dari pasien itu sendiri. Barulah kami masuk ke jenis-jenis gigi tiruan penuh yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pasien. Disini juga kami menampilkan agar pasien tidak hanya tergoda dengan harga murah dari tukang gigi, karena dibalik itu terdapat resiko yang harus ditanggung oleh pasien.
Daftar Pustaka
1. 2. 3. 4. Kusnandi, S Suhariani; Permasalahan gigi pada lansia ; RSUP Hasan Sadikin, Bandung, 2008. Barnes, I.E., Walls, A.; Perawatan Gigi Terpadu untuk lansia ; EGC Publisher; Jakarta, 1995, pp182 226 Basker, R.M., Devenport,J.C., Tomlin, H.R., Perawatan Prosthodontik bagi pasien tak bergigi ; EGC Publisher; Jakarta,1994, 3th ed., pp.4 - 46 Rapp, Cliff; Effective Dentist-Patient Communication ; Preventive Action, Quarterly Risk Management Newsletter for Policyholders of FPIC, First Quarter 2009, Vol. 22, No. 1, pp 1-2 5. Herlina; KOMUNIKASI: FUNGSI DAN JENIS