Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini
dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata pelajaran pkn kls 2
semester ganjil.
Fiki firmansyah…….8
Fadil arialdi………...7
Eka julianto………...5
Eka pradana………...6
1
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ………………………………………………...
3
2. pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya
politik………………………………………………………..4
a. pengertian sosialisasi politik………………...………...4
b. metode sosialisasi politik……………………………...5
c. sarana sosialisasi politik……………………………….7
d. peranan partai politik dalam sosialisasi budaya politik .9
3. Peran serta budaya politik partisipan………………………17
a. penyebab timbulnya gerakan kea rah partisipasi politik
……………...………………………………………...18
b. jenis – jenis partisipasi politik…..……………………19
c. budaya politik partisipan……………………………..23
4. Daftar pustaka………………………………………………24
2
PENDAHULUAN
3
A. PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM
PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK
b. Definisi luas, sosialisasi politik merupakan semua usaha mempelajari politik baik
formal maupun informal, disengaja ataupun terencana pada setiap tahap siklus
kehidupan dan termasuk didalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar politik
tetapi juga secara nominal belajat bersikap non politik mengenai karakteristik-
karakteristik kepribadian yang bersangkutan.
Easton dan Denuis, sosialisasi politik yaitu suatu proses perkembangan seseorang untuk
mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.
Almond, sosialisasi politik adalah proses-proses pembentukan sikap-sikap politik dan
pola-pola tingkah laku.
Proses sosialisasi dilakukan melalui berbagai tahap sejak dari awal masa kanak-kanak
sampai pada tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa. Sosialisasi beroperasi pada 2
tingkat:
a. Tingkat Komunitas
Sosialisasi dipahami sebagai proses pewarisan kebudayaan, yaitu suatu sarana bagi
suatu generasi untuk mewariskan nilai-nilai, sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan
politik kepada generasi berikutnya.
4
b.Tingkat Individual Proses sosialisasi politik dapat dipahami sebagai proses warga
suatu Negara membentuk pandangan-pandangan politik mereka.
Dalam konsep Freud, individu dilihat sebagai objek sosilaisasi yang pasif sedangkan
Mead memandang individu sebagai aktor yang aktif, sehingga proses sosialisasi politik
merupakan proses yang beraspek ganda. Di satu pihak, ia merupakan suatu proses
tertutupnya pilihan-pilihan perilaku, artinya sejumlah kemungkinan terbuka yang sangat
luas ketika seorang anak lahir menjadi semakin sempit sepanjang proses sosialisasi. Di
lain pihak, proses sosialisasi bukan hanya merupakan proses penekanan
2. METODE SOSIALISASI POLITIK ( oleh Rush dan Althoff)
1. Imitasi
2. Instruksi
3. Motivasi
Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok
yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).
Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara
motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya.
Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri
politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung.
Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada
dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap
pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung
menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi
yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik.
1. Pengoperasian Interpersonal
2. Magang
5
Metode belajat magang ini terjadi katrna perilau dan pengalaman-pengalaman
yang diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian
dan nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks
yang lebih bersifat politik.
3. Generalisasi
Terjadi karena nilai-nilai social diperlakukan bagi bjek-objek politik yang lebih
spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik terentu.
1) Imitasi
Merupakan mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak
sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan
secara tidak sadar.
3) Pendidikan Politik
4) Pengalaman Politik
Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik
pada kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-
pengalamannya didalam proses politik.
6
3. SARANA SOSIALISASI POLITIK
1. Keluarga
2. Sekolah
7
remaja yang lain menjadi semakin penting. Pengaruh sosialisasi yang penting dari
kelompok pertemanan bersumber di dalam factor-faktor yang membuat peranan
keluarga menjadi sangat penting dalam sosialisasi politik yaitu:
a. Kelompok pertemanan adalah sumber sangat penting dari informasi dan sikap-
sikpa tentang dunia social dan politik. Kelompok pertemanan berfungsi sebagai
“communication channels”.
4. Pekerjaan
5. Media Massa
Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televise dan internet
memegang peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern
kepada bangsa-bangsa baru merdeka. Selain memberikan infoprmasi tentang
informasi-informasi politik, media massa juga menyampaika nilai-nili utama yang
dianut oleh masyarakatnya.
Tidak peduli betapa positifnya pandangan terhadap system poltik yang telah
ditanamkan oleh eluarga atau sekolah, tetapi bila seseorang diabaikan oleh
partainya, ditipu oleh polisi, kelaparan tanpa ditolong, mengalami etidakadilan,
8
atau teraniaya oleh militer, maka pandangan terhadap dunia politik sangat
mungkin berubah.
“Partai politik terdiri dan sekelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan
memakai kekuasaan memilih bertujuan mengawasi pemerintahan dan
melaksanakan kebijakan umum mereka” (a political party of a group of citizens,
more or less organized who act s political unit and who, by the use of their voting
power and to control the government and carry out their general polingles.
9
agent those who are conserned with the control of the governmental power and
who compete for popular support with another group holding divergent view).’2
Suatu batasajauh lebih sederhana dan batasan yang dikemukakan oleh Neumann,
dikemukakan oleh RH. Soltau. Dalam hal mi Soultau menyatakan:
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang
terorganisir yang anggota-anggota mempunyai orientasi nilai-nilai dan citacita
yang sama.
10
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
yang terorganisir yang anggota-anggota mempunyai orientasi nilai-nilai dan
citacita yang sama.
1. Partai Massa,
2. Partai Kader,
1. Partai Proto,
11
itu sesungguhnya partai ini adalah faksi yang dibentuk berdasarkan
pengelompokkan ideologi masyarakat;
2. Partai Kader,
4. Partai Diktatorial,
sebenarnya merupakan sub tipe dari parti massa, tetapi meliki ideologi
yang lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol yang
sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun anggota partai. Rekrutmen
anggota partai dilakukan secara lebih selektif daripada partai massa;
5. Partai Catch-all,
merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Istilah Catch-all
pertama kali di kemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk memberikan tipologi
pada kecenderungan perubahan karakteristik. Catch-all dapat diartikan sebagai
“menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan
anggotanya”. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan pemilihan dengan
cara menawarkan program-program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai
pengganti ideologi yang kaku
(Ichlasul Amal. Teori-teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi. Penerbit Tiara
Wacana, Yogyakarta, 1996)
Menurut Peter Schroder, tipologi berdasarkan struktur organisasinya terbagi
menjadi tiga macam yaitu;
1. Partai Para Pemuka Masyarakat, berupa gabungan yang tidak terlalu ketat, yang
pada umumnya tidak dipimpin secara sentral ataupun profesional, dan yang pada
kesempatan tertentu sebelum pemilihan anggota parlemen mendukung kandidat-
kandidat tertentu untuk memperoleh suatu mandat;
3. Partai Kader, partai ini muncul sebagai partai jenis baru dengan berdasar pada
12
Lenin. Mereka dapat dikenali berdasarkan organisasinya yang ketat, juga karena
mereka termasuk kader/kelompok orang terlatih yang personilnya terbatas.
Mereka berpegangan pada satu ideologi tertentu, dan terus menerus melakukan
pembaharuan melalui sebuah pembersihan yang berkseninambungan.
C. SISTEM KEPARTAIAN
Sistem kepartaian belumlah menjadi seni politik yang mapan. Artinya, tata cara
melakukan klasifikasi sistem kepartaian belum disepakati oleh para peneliti ilmu
politik. Namun, yang paling mudah dan paling banyak dilakukan peneliti adalah
menurut jumlah partai yang berkompetisi dalam sistem politik.
Sistem partai di Negara manapun dalam suatu jangka waktu tertentu memiliki
persamaan – persamaan dan perbedaan - perbedaan sistem yaitu;
13
D. SYARAT – SYARAT PENDIRIAN PARTAI POLITIK
14
E. TUJUAN PARTAI POLITIK
Adapun fungsi partai politik, menurut Sigmund Neumann (1981), ada 4 (empat)
yaitu :
1. fungsi agregasi.
Partai menggabungkan dan mengarahkan kehendak umum masyarakat
yang kacau. Sering kali masyarakat merasakan dampak negatif suatu kebijakan
pemerintah, misalnya kenaikan BBM di Indonesia 1 Oktober 2005 lalu yang
demikian tinggi. Namun ketidakpuasan mereka kadang diungkapkan dengan
berbagai ekspresi yang tidak jelas dan bersifat sporadis. Maka partai
mengagregasikan berbagai reaksi dan pendapat masyarakat itu menjadi suatu
kehendak umum yang terfokus dan terumuskan dengan baik.
2. fungsi edukasi.
Partai mendidik masyarakat agar memahami politik dan mempunyai
kesadaran politik berdasarkan ideologi partai. Tujuannya adalah mengikutsertakan
masyarakat dalam politik sedemikian sehingga partai mendapat dukungan
masyarakat. Cara yang ditempuh misalnya dengan memberi penerangan atau
agitasi menyangkut kebijakan negara serta menjelaskan arah mana yang
15
diinginkan partai agar masyarakat turut terlibat perjuangan politik partai.
3. fungsi artikulasi.
Partai merumuskan dan menyuarakan (mengartikulasikan) berbagai
kepentingan masyarakat menjadi suatu usulan kebijakan yang disampaikan
kepada pemerintah agar dijadikan suatu kebijakan umum (public policy). Fungsi
ini sangat dipengaruhi oleh jumlah kader suatu partai, karena fungsi ini
mengharuskan partai terjun ke masyarakat dalam segala tingkatan dan lapisan.
Bila fungsi ini dilakukan ditambah dengan fungsi edukasi, ia akan menjadi
komunikasi dan sosialisasi politik yang sangat efektif dari partai yang selanjutnya
akan menjadi lem perekat antara partai dan massa.
4. fungsi rekrutmen.
Ini berarti partai melakukan upaya rekrutmen, baik rekrutmen politik
dalam arti mendudukan kader partai ke dalam parlemen yang menjalankan peran
legislasi dan koreksi maupun ke dalam lembaga-lembaga pemerintahan, maupun
rekrutmen partai dalam arti menarik individu masyarakat untuk menjadi kader
baru ke dalam partai. Rekrutmen politik dilakukan dengan jalan mengikuti
pemilihan umum dalam segala tahapannya hingga proses pembentukan
kekuasaan. Karenanya, fungsi ini sering disebut juga fungsi representasi.
Sedangkan menurut Roy Macridis, fungsi-fungsi partai sebagai berikut: (a)
Representatif (perwakilan), (b) Konvensi dan Agregasi, (c) Integrasi (partisipasi,
sosialisasi, mobilisasi), (d) Persuasi, (e) Represi, (f) Rekrutmen, (g) Pemilihan
pemimpin, (h) Pertimbangan-pertimbangan, (i) Perumusan kebijakan, serta (j)
Kontrol terhadap pemerintah. (Macridis : dalam buku karya Ichlasul Amal, Teori-
teori Mutakhir Partai Politik. Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta, 1988).
16
B. PERAN SERTA BUDAYA POLITIK PARTISIPAN
Konsep partisipasi politik ini menjadi sangat penting dalam arus pemikiran
deliberative democracy atau demokrasi musawarah. Pemikiran demokrasi
musyawarah muncul antara lain terdorong oleh tingginya tingkat apatisme politik
di Barat yang terlihat dengan rendahnya tingkat pemilih (hanya berkisar 50 -
60 %). Besarnya kelompok yang tidak puas atau tidak merasa perlu terlibat dalam
proses politik perwakilan menghawatirkan banyak pemikir Barat yang lalu datang
dengan konsep deliberative democracy.
Dengan meilhat derajat partisipasi politik warga dalam proses politik rezim atau
pemerintahan bisa dilihat dalam spektrum:
17
1. PENYEBAB TIMBULNYA GERAKAN KEARAH
PARTISIPASI POLITIK
d. Konflik antar kelompok pemimpin politik, jika timbul konflik antar elite, maka
yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas menentang melawan
kaum aristokrat yang menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih
rakyat.
18
2. JENIS – JENIS PARTISIPASI POLITIK
19
orang yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik.
Kegiatan sebagai aktivis politik ini mencakup antara lain menjadi pimpinan partai
atau kelompok kepentingan.
Di Negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi politik
masyarakat yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum
berlangsung. Prilaku warga Negara yang dapat dihitung itensitasnya adalah
melalui perhitungan persentase orang yang menggunakan hak pilihnya ( voter
turnout ) disbanding dengan warga Negara yang berhak memilih seluruhnya.
Di Amerika Serikat umumnya voter turnout lebih rendah dari Negara – Negara
eropa barat. Orang Amerika tidak terlalu bergairah untuk member suara dalam
pemilihan umum. Akan tetapi mereka lebih aktif mencari pemecahan berbagai
masalah masyarakat serta lingkungan melalui kegiatan lain, dan menggabungkan
diri dengan organisasi organisasi seperti organisasi politik, bisnis, profesi dan
sebagainya.
20
ratusan mahasiswa kehilangan nyawanya dalam bentrokan dengan aparat, dan
akhirnya pemerintah memperketat kontrol kembali.
Negara berkembang adalah negara – Negara baru yang ingin cepat mengadakan
pembangunan untuk mengejar ketertinggalannya dari Negara maju. Hal ini
dilakukan karena menurut mereka berhasil atau tidaknya pembangunan itu
tergantung dari partisipasi rakyat. Peran sertanya masyarakat dapat menolong
penanganan masalah – masalah yang timbul dari perbedaan etnis, budaya, status
sosial, ekonomi, agama dan sebagainya. Pembentukan identitas nasional dan
loyalitas diharapkan dapat menunjang pertumbuhannya melalui partisipasi politik.
Di beberapa Negara berkembang partisipasi bersifat otonom, artinya lahir dari diri
mereka sendiri, masih terbatas. Oleh karena itu jika hal ini terjadi di Negara-
Negara maju sering kali dianggap sebagai tanda adanya kepuasan terhadap
pengelolaan kehidupan politik. Tetapi jika hal itu terjadi di Negara berkembang,
tidak selalu demikian halnya. Di beberapa Negara yang rakyatnya apatis,
pemerintah menghadapi menghadapi masalah bagaimana caranya meningkatkan
partisipasi itu, sebab jika tidak partisipasi akan menghadapi jalan buntu, dapat
menyebabkan dua hal yaitu menimbulkan anomi atau justru menimbulkan
revolusi.
2. Faktor Politik
Arnstein S.R (1969) peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik
untuk menentukan suatu produk akhir. Faktor politik meliputi :
a. Komunikasi Politik.
21
Kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang
terhadap lingkungan
masyarakat dan politik (Eko, 2000:14). Tingkat kesadaran politik diartikan
sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah
kenegaraan dan atau pembangunan (Budiarjo, 1985:22).
3. Faktor Fisik Individu dan Lingkungan Faktor fisik individu sebagai sumber
Gabriel Almond dan Sidney Verba (1999:25), Nilai budaya politik atau civic
culture merupakan basis yang membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik
baik etika politik maupun teknik (Soemitro 1999:27) atau peradapan masyarakat
(Verba, Sholozman, Bradi, 1995). Faktor
nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan, sikap, dan kepercayaan politik.
22
3. BUDAYA POLITIK PARTISIPAN
adalah salah satu jenis budaya politik bangsa. Budaya politik partisipan
dicirikan dengan adanya orientasi yang tinggi terhadap semua objek politik, baik
objek umum, input, output serta pribadinya sendiri selaku warga negara.
Pelaksanaan budaya politik partisipan juga dapat diterapkan oleh seorang pelajar
dilingkungan sekolahnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hak+partai+politik&btnG=Telusuri&meta=
http://hukumham.info/images/O_ddi/pdf_syarat-syarat%20pendirian%20parpol.pdf
http://www.slideshare.net/supriono/partai-politik
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/partai/uu_partai_babIII.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi_politik
http://mediakita-kita.blogspot.com/2009/01/perilaku-dan-partisipasi-politik-di.html
http://www.google.co.id/search?q=budaya+politik+partisipan&hl=id&start=10&sa=N
http://fikifirmansyah.blogspot.com/tugasku/
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kata+pengantar&btnG=Telusuri&meta=
24
25