Anda di halaman 1dari 5

IX. ANALISA DAN KESIMPULAN ANALISA Subjek Pasien NY.

DRM dengan berat badan 50 kg dan tinggi 145 kg, umur 70 th seorang janda dan pensiunan pns. 5 HSMRS pasien mengeluh sesak nafas memberat, kedua kaki bengkak, mata sembab, BAK tidak lancer, nyeri dada, keringat dingin minum Nitrogliserid HMRS keluhan memberat, pasien periksa ke poli jantung kemudian di rujuk ke UGD karena sesak nafas Objek Pasien masuk ke bangsal Anggrek I pada tanggal 7 Oktober 2013 setelah dapat rujukan dari IRD. Pemeriksaan yang dilakukan adalah tekanan darah 100/60 mmHG denyut nadi 100x/ menit, laju respirasi 28x/menit dan suhu 36,80C. (saat masuk IRD). Dari keluhan dan riwayat pasien dokter mendiagnosa pasien DRM dengan Gagal Jantung Kongestif. Pasien di diagnosis gagal jantung kongestif dengan melihat keluhan dan gejala nyeri dada, keringat dingin dan edema pada kaki, juga pemeriksaan ECG menunjukkan adanya gagal jantung kongestif.

Assesment

Klirens kreatinin pasien DRM rata-rata berdasar hasil laboraturium: 11.05 ml/min

Berdasarkan hal tersebut maka pengobatan yang diberikan pada pasien dapat dianalisis berdasar ketepatan indikasi dan dosis sebagai berikut : a. Pemberian Furosemide Pemberian furosemide pada pasien adalah untuk menangani udem yang terjadi di kaki karena adanya gagal jantung kongestif (tepat indikasi). Furosemide merupakan first line untuk mengatasi udema yang terjadi karena gagal jantung kongestif dan dapat

mengurangi mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic (tepat obat). Dosis furosemid yang diberikan 3 x 20 mg = 60 mg sudah tepat. Pada pengatasan udema dapat diberikan hingga 20-40 mg tiap 6-8 jam tapi tidak lebih dari 200 mg/hari.
26

b. Pemberian Valsartan Pemberian valsartan untuk indikasi CHF sudah tepat baik indikasi, obat maupun dosisnya. Untuk dosis pemeliharaan post MI dosis dapat diberikan hingga 160 mg tiap 12 jam peroral dan pada pasien dengan CrCl > 10 ml/mnt tidak dibutuhkan penyesuaian dosis. Pada pasien DRM dosis yang diberikan 80 mg/ 12 jam. c. Pemberian Aspirin Pemberian Aspirin sebagai terapi pemeliharaan untuk jantung iskemik dengan dosis 80 mg/hari sudah tepat indikasi, obat dan dosis. Pada pasien dengan CrCl > 10 ml/mnt tidak dibutuhkan penyesuaian dosis. d. Pemberian ISDN Pemberian ISDN atau isosorbid dinitrat sebagai vasodilator (pelebar pembuluh darah), khususnya pada kondisi angina pektoris, juga pada CHF (congestive heart failure), yakni kondisi ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh sudah tepat indikasi. Pemberian secara rutin hanya diberikan selama rawat inap karena pemberian jangka panjang dapat menyebabkan toleransi. Dosis yang diberikan adalah 50 mg tiga kali sehari sebagai terapi berkelanjutan sudah tepat dosis. e. Pemberian simvastatin Pemberian simvastatin digunakan sebagai terapi pemeliharaan hiperkolestirami. Selain itu simvastatin diberikan untuk profilaksis kejadian kardiovaskular pada pasien yang berisiko tinggi, walau pasien punya level kolesterol normal. Pada pasien DRM kadar kolesterol selama rawat inap relative baik, hanya HDL yang masih kurang dari kadar normalnya. Parameternya adalah kadar cholesterol total, HDL dan LDL. Pemberian simvastatin ini sudah tepat obat dan indikasi. Dosis yang diberikan 10mg sekali sehari juga sudah tepat dan pemberiaan pada pasien DRM pada malam hari. f. Pemberian Novorapid (Insulin) Pemakaian Insulin untuk sebagai terapi pemeliharaan diabetes mellitus karena pasien juga merupakan pasien diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu. Pemberian sudah tepat indikasi, tepat obat. Dosis yang digunakan 3x6unit, sesuai dengan terapi pemeliharaan sebelum di rawat inap. Pada tanggal 12 oktober 2013 dosisnya

ditingkatkan menjadi 3x7 unit karena kontrol gula darah pasien memburuk.

27

Penghitungan dosis insulin aspart untuk DM tipe 2 berdasar literature: 0,1-0,2 unit/kg/hari BB pasien = 50 kg Perhitungan dosis insulin aspart= 0,1-0,2 unit/kg/hari x 50 kg = 5 10 unit/ hari Dosis yang digunakan pasien/hari = 3 x 6 unit = 18 unit/hari Kesimpulan: dosis yang digunakan lebih tinggi dari dosis perhitungan dari literature, kemungkinan terjadinya hipoglikemik lebih tinggi, tapi berdasar data laboratorium control gula darah pasien naik. g. Pemberian Ceftriaxon Pasien DRM mendapatkan terapi dengan ceftriaxon yang diindikasikan untuk infeksi saluran kemih. Diagnosis suspect ISK ditegakkan tanggal 9 oktober 2013 dan belum diberi antibiotic ceftriaxon. Setelah hasil kultur urin keluar tanggal 10 Oktober 2013 pasien baru diberi ceftriaxon. Pemberian ceftriaxon ini sudah tepat indikasi dan tepat obat. Dosis yang diberikan pada pasien DRM 1g/12 jam sudah tepat dosis. Dosis pada literature untuk infeksi saluran kemih adalah 1-2 g/hari iv/im dalam single daily dose maupun dosis terbagi tiap 12 jam untuk 4-14 hari tergantung tipe dan keparahan penyakit. h. Pemberian Metilcobalamin dan Gabapentin Pemberian Metilcobalamin dan Gabapentin diindikasikan untuk keluhan pasien berupa kesemutan. Diduga pasien mengalami neuropati diabetik. Pemberian Metilcobalamin dan Gabapentin untuk indikasi neuropati diabetic sudah tepat indikasi dan obat. Dosis metilcobalamin yang digunakan pasien DRM adalah 2x500 g sudah tepat. Dan gabapentin yang digunakan pasien DRM adalah 2x100 mg, sesuai dengan literature yaitu 100-300 mg/hari untuk CrCl < 15 ml/min. i. Pemberian Hidroklortiazid Pemberian HCT untuk pasien DRM sudah tepat yaitu untuk indikasi hipertensi. Dosis yang digunakan pasien DRM adalah 1x25 mg sudah tepat. Menurut literature dosis yang digunakan untuk indikasi hipertensi adalah 12,5 50 mg/hari.

28

j. Pemberian Ranitidin Pemberian ranitidine pada pasien tanpa indikasi. Dilihat dari rekam medic pasien tidak ada keluhan atau gejala yang menunjukkan dyspepsia. Jadi pemberian ranitidine merupakan pemberian obat tanpa indikasi (DRP) k. Pemberian Azithromicin Pemberian Azithromicin untuk indikasi CAP atau Community-Acquired Pneumoni sudah tepat. Pasien didiagnosa suspect CAP sejak tanggal 11 dan azithromicin diberikan tanggal 11. Dosis yang diberikan pada pasien DRM sudah tepat yaitu 500 mg sekali sehari. Pada literature dosis untuk indikasi CAP pada dewasa adalah 500 mg iv sebagai single dose untuk 2 hari dan dilanjutkan oral single dose 500 mg untuk 7 10 hari. Perbedaannya hanya cara pemberian, yang pada pasien DRM diberikan secara oral.

Plan Monitoring yang perlu dilakukan adalah: Pemantauan tanda vital (nadi, respirasi, dan suhu tubuh pasien) Pemantauan kepatuhan pasien dalam minum obat Pemantauan gejala dan tanda klinis pasien Monitoring gula darah, kholesterol, fungsi hati, tekanan darah secara rutin. Monitoring adanya komplikasi diabetes

KESIMPULAN Kondisi pasien DRM mulai membaik sejak tanggal 12 Oktober 2013, sehingga pasien DRM di ijinkan pulang tanggal 14 Oktober 2013 oleh bagian kardiologi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit pasien Jantung Koroner, Depkes: Jakarta DiPiro, Joseph. 2008. Pharmacotherapi A Pathophysiologic Approach Seventh edition. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc

29

LAMPIRAN:

Notulen pertanyaan selama presentasi studi kasus 2 Novermber 2013: 1. Bagaimana cara penghitungan dosis novorapid Penghitungan dosis insulin aspart untuk DM tipe 2 berdasar literature: 0,1-0,2 unit/kg/hari BB pasien = 50 kg Perhitungan dosis insulin aspart= 0,1-0,2 unit/kg/hari x 50 kg = 5 10 unit/ hari Dosis yang digunakan pasien/hari = 3 x 6 unit = 18 unit/hari Kesimpulan: dosis yang digunakan lebih tinggi dari dosis perhitungan dari literature, kemungkinan terjadinya hipoglikemik lebih tinggi, tapi berdasar data laboratorium control gula darah pasien naik. 2. Obat apa saja yang perlu penyesuaian dosis mengingat pasien juga didiagnosis CKD CrCl (rata-rata) pasien DRM adalah 11.05 ml/min Obat obat yang memerlukan penyesuaian dosis (dalam kasus pasien DRM): Valsartan Simvastatin Hidroklortiazid Gabapentin Ranitidine

Karena CrCl pasien masih diatas 10 ml/menit maka tidak diperlukan penyesuaian dosis.

30

Anda mungkin juga menyukai