Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Rambut pada manusia terdapat pada hampir seluruh permukaan kulit kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, kuku dan sebagian genitalia. Pertumbuhan rambut pada manusia tidak kontinu melainkan mengikuti suatu siklus antara lain fase tumbuh (anagen), fase transisi (catagen) dan fase istirahat (telogen). Berbagai faktor mempengaruhi pertumbuhan rambut manusia antara lain faktor herediter, hormonal, metabolism, nutrisi, vaskularisasi, peradangan dan obat-obatan. Kelainan rambut baik itu yang menyebabkan kebotakan atau pertumbuhan berlebih dapat menimbulkan efek fisik dan psikologis pada penderita. Kebotakan (alopesia) dapat mengenai seluruh rambut kepala (alopesia totalis) atau mengenai seluruh rambut yang ada di tubuh (alopesia universalis). Walaupun sebenarnya penyebab alopesia masih belum jelas namun pada umumnya alopesia dapat dibagi berdasarkan pengamatan morfologi menjadi dua kelompok yaitu alopesia dengan sikatrik yang bersifat permanen dan alopesia non sikatrik yang masih memberikan harapan pertumbuhan rambut Alopesia adalah keadaan rontok atau hilangnya rambut dari kulit yang pada keadaan normal mempunyai rontokan rambut yang sering diakhiri dengan kebotakan merupakan salah satu problema estetis yang ditakuti, oleh karena itu masalah kerontokan rambut perlu mendapat perhatian dan penanggulangan sedini mungkin. Sejalan dengan pertambahan usia, pada pria dan wanita akan terjadi penurunan kepadatan rambut. Alopesia paling sering terjadi pada kulit kepala, biasanya terjadi secara bertahap dan bisa seluruh kulit kepala kehilangan rambutnya atau hanya berupa bercak-bercak di kulit kepala. Sekitar 25% pria mulai mengalami kebotakan pada usia 30 tahun dan sekitar duapertiga pria menjadi botak pada usia 60 tahun. Rata-rata kulit kepala mengandung 100.000 helai rambut dan setiap harinya, rata-rata sebanyak 100 helai rambut hilang dari kepala. Kebotakan yang diturunkan terjadi akibat kegagalan tubuh untuk membentuk rambut yang baru, bukan karena kehilangan rambut yang berlebihan Pada umumnya setiap orang ingin tampil menawan, baik pria maupun wanita. Penampilan seseorang tergantung dari banyak aspek. Salah satu hal yang menunjang penampilan adalah rambut. Bahkan ada peribahasa Rambut adalah mahkota. Pada umumnya kita semua tentu

sangat ingin memiliki rambut yang indah. Namun ada banyak hal yang dapat mengurangi penampilan, salah satunya adalah alopesia (kebotakan).

TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Rambut A. Anatomi Rambut merupakan sesuatu yang keluar dari dalam kulit berbentuk seperti benang tipis. Rambut tidak mempunyai syaraf perasa, sehingga rambut tidak terasa sakit kalau dipotong. 1. Pembagian dan Umur Rambut a. Rambut panjang, yaitu rambut yang tumbuh di atas kulit kepala. Rambut panjang ini berumur antara 2 sampai dengan 4 tahun. b. Rambut pendek, yaitu rambut pendek tumbuh pada bagian alis, lubang hidung, dan ujung kelopak mata. Rambut ini berumur antara 4-5 bulan. c. Rambut vellus/lanugo, yaitu rambut yang tumbuh pada kulit di seluruh bagian tubuh. Rambut ini lemas dan pendek. 2. Fungsi Rambut a. Melindungi kepala dari benturan dan sinar matahari. b. Sebagai mahkota. c. Membentuk bingkai dari wajah. d. Menambah keindahan dan garis warna pada wajah. e. Melindungi mata dari keringat. f. Melindungi mata dari kotoran dan debu. g. Membantu menguapkan keringat 3. Komposisi atau Susunan Rambut a. Rambut terutama tersusun dari salah satu zat protein yang disebut keratin atau horney. b. Susunan kimiawi rambut. Carbon: 50,65% Hydrogen: 6,36% Nitrogen: 17,14% Belerang (sulfur): 5% Oksigen: 20,85%

4. Bagian-Bagian Rambut a. Ujung Rambut Ujung rambut berbentuk runcing, terdapat pada rambut yang baru saja tumbuh.

b. Batang Rambut Batang rambut merupakan bagian rambut yang berada di luar kulit berupa benang halus terdiri dari keratin atau sel-sel tanduk. Batang rambut mempunyai 3 lapisan. 1) Cuticula/kulit ari/selaput rambut Merupakan lapisan luar, terdiri dari sel-sel tanduk yang pipih dan bening, tersusun bagian bawah menutupi atasnya. a) Fungsi cuticula: Melindungi bagian dalam batang rambut. Memudahkan disasak, karena cuticula yang tersusun dapat saling berpegangan. Menyerap obat kriting dan cat rambut sampai ke cortex. b) Cuticula dapat rusak karena, Over processing: kerja obat kriting yang kadaluwarsa (over time), Terlalu sering disasak. Kesalahan kosmetik rambut/shampoo. Terlalu sering dicuci dengan shampoo yang keras. 2) Cortex Disusun oleh kumpulan seperti benang halus yang terdiri dari keratin/sel tanduk. Tiap helai benang yang halus disebut fibril. Fibril terbentuk oleh molekul yang mengandung butiran pigmen melamin. Pigmen rambut terdapat pada cortex. 3) Medulla Terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak dan rongga udara. Rambut velus tidak mempunyai medula c. Akar Rambut Akar rambut merupakan bagian rambut yang berada di dalam kulit dan tertanam di dalam folikel/kantong rambut. Bagian rambut yang tertanam/berada di dalam kulit jangat. Akar rambut tertanam miring dalam lapisan dermis.

1) Bagian-bagian akar rambut berikut fungsinya adalah sebagai berikut. a) Kantung rambut (folikel): melindungi tunas rambut. b) Umbi rambut (bulb): bulatan kecil, putih, bening yang mempunyai hubungan dengan pembuluh halus syaraf dan pembuluh darah. c) Papil rambut: tempat pembuatan sel tunas dan sel pigmen melamin. Membuat makanan dan semua kebutuhan pertumbuhan rambut. d) Otot penegak rambut: dapat menarik folikel rambut mengakibatkan bulubulu halus menegak. e) Kelenjar lemak: menghasilkan minyak atau sebum. f) Kelenjar keringat.

B. Siklus Pertumbuhan Rambut 1) Pertumbuhan Rambut a. Rambut sehat, normal tumbuh inchi (1 cm) setiap bulan atau 24 jam = 0,3 mm, tergantung usia, jenis kelamin, ras dan iklim. b. Hormon tiroksin berkurang, rambut putih. c. Pengaruh iklim: Kelembaban udara: mempertajam gelombang rambut. Iklim dingin: rambut tidak panjang. Iklim panas: rambut mengembang, menyerap air dan cepat panjang 2) Pertumbuhan Rambut Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matrix/umbi atau tombol rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut. Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata diseluruh permukaan kulit. Diakhir bulan ke 6 atau awal bulan ke 7 usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh dipermukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada

yang hanya berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya. Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase: yaitu fase pertumbuhan (anagen), fase istirahat (katagen) dan fase kerontokan (telogen), baru kemudian dimulai lagi dengan fase anagen yang baru. a. Fase Anagen Dimulai proses pembentukan folikel berasal dari epidermis ke arah dalam menuju lapisan dermis, diikuti proses keratinisasi hingga terbentuk rambut, waktu 2-3, hingga 6 tahun. b. Fase katagen/masa istirahat Rambut lama berada di tempatnya, tidak bekerja dan tidak berhubungan dengan papil rambut, tidak terjadi pembentukan apapun waktu 2-3 minggu. c. Fase telogen/masa pergantian Papil rambut bekerja membentuk umbi baru dan mendorong rambut lama hingga lepas, waktu 100 hari.

1.2 Penyakit Alopesia A. Pengertian alopesia (Kebotakan) Alopesia adalah keadaan rontok atau hilangnya rambut dari kulit yang pada keadaan normal mempunyai rambut kerontokan rambut yang sering diakhiri dengan kebotakan. B. Tipe a. Alopesia universalis adalah kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada pada tubuh b. Alopesia totalis adalah kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala. c. Alopesia Areata adalah kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan berbatas tegas, umumnya terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat juga mengenai daerah berambut lainnya. C. Jenis Alopesia 1. Alopesia Areata a. Definisi Alopesia areata adalah peradangan yang bersifat kronis dan berulang, yang melibatkan folikel rambut, yang ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada skalp dan atau kulit yang berambut terminal lainnya. Lesi pada umumnya bulat atau lonjong dengan batas tegas, permukaannya licin tanpa adanya tanda-tanda atropi, skuamasi maupun sikatriks.

b. Etiologi Etiologinya belum diketahui. Seringkali dihubungkan dengan penyakit autoimun. Sering dihubungkan juga dengan infeksi fokal, kelainan endokrin, dan stress emosional. Sebagian penderita menunjukkan keadaan neurotik dan trauma psikis. 10-20% penderita alopesia areata mempunyai riwayat alopesia areata dalam keluarganya. c. Epidemiologi Di Amerika Serikat prevalensi pada populasi umum adalah 0.1-0.2%. Insidensi dan prevalensi alopesia areata tidak diketahui. Diperkirakan bahwa 1,7% dari penduduk akan mengalami episode alopesia areata selama hidupnya. Tidak ada peningkatan prevalensi alopesia areata pada kelompok etnis tertentu. Data mengenai rasio jenis kelamin untuk alopesia areata sedikit berbeda dalam beberapa literatur. Dalam satu studi, pada 736 pasien, rasio laki-laki : perempuan dilaporkan 1 : 1. Alopesia areata dapat terjadi pada semua usia mulai dari lahir sampai akhir dekade kehidupan. Kasus kongenital telah dilaporkan. Puncak insidensi tampaknya terjadi pada dewasa muda, yaitu pada usia 1529 tahun. Sebanyak 44% orang dengan alopesia areata telah mulai terlihat pada usia kurang dari 20 tahun dan kurang dari 30% orang dengan alopesia areata terlihat pada usia lebih dari 40 tahun. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pada alopesia areata masa fase telogen menjadi lebih pendek dan diganti dengan pertumbuhan rambut anagen yang distrofik. Berbagai factor dianggap mempengaruhi terjadinya kelainan ini antara lain: 1. Genetik Pentingnya faktor genetik pada alopesia areata ditandai oleh tingginya frekuensi pada individu dengan keluarga yang mempunyai riwayat alopesia areata. Dilaporkan, kasus ini berkisar dari 10% sampai 20% kasus, tetapi kasus-kasus ringan sering diabaikan atau tersembunyi dari jumlah yang sebenarnya lebih besar. Sekitar 6% dari anak dengan riwayat keluarga alopesia areata akan beresiko terkena alopesia areata selama masa hidupnya. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara alopesia areata dan MHC kelas II antigen HLA-DR4, DR11 (DR5) dan DQ3. Sebelumnya studi menggunakan serologi typing menyarankan bahwa DR4 dan DR5 dikaitkan dengan bentuk yang parah dari alopesia areata. Pada studi tersebut

ditemukan peningkatan luas antigen DQ3 pada semua pasien, hal ini menunjukkan sebagai faktor kerentanan. Pada studi lain yakni studi tentang asosiasi HLA dan hubungan alopesia areata, dilaporkan ada hubungan antara alel dari HLA-DQB1, * 0302 * 0601, * 0603 dan HLA-DR4, DR6 menggunakan Transmissions Disequilibrium Test. 2. Imunologi Banyak bukti yang mendukung hipotesis bahwa alopesia areata adalah kondisi autoimun. Proses ini diperantarai sel T, antibodi yang ditemukan pada struktur folikel rambut dimana frekuensinya meningkat pada pasien alopesia areata dibandingkan dengan subyek kontrol. Dengan menggunakan immunofluorescence, antibodi pada akar rambut pada fase anagen ditemukan sebanyak 90% dari pasien dengan alopesia areata dibandingkan dengan subyek kontrol sebanyak 37%. Respon autoantibodi adalah target beberapa struktur folikel rambut pada fase anagen. Selubung akar luar adalah struktur yang paling sering, diikuti oleh selubung akar dalam, matriks, dan batang rambut. Apakah antibody ini memainkan peran langsung dalam patogenesis tidak diketahui dengan pasti. Temuan biopsi dari lesi alopesia areata menunjukkan limfositik perifollicular di sekitar folikel rambut pada fase anagen. Infiltrat ini terdiri dari sel T-helper dan pada tingkat lebih rendah, sel Tsupresor. CD4 + dan CD8 + limfosit mungkin memainkan peran penting karena menipisnya hasil subtipe T-sel dalam pertumbuhan kembali yang lengkap atau sebagian rambut. Pada alopesia areata kelainan pada respon imunitas humoral tidak terlalu menonjol. Nilai immunoglobulin (Ig) pada umumnya normal walaupun ada yang menjumpai sedikit di bawah normal. Pemeriksaan imunoflueoresensi langsung pada lesi-lesi skalp yang dilakukan oleh Bystrin dkk (1979) menunjukkan endapan C3 dan kadang-kadang IgG dan IgM sepanjang zona membran basalis folikel rambut pada 92% kasus alopesia areata. Peneliti lain menjumpai endapan-endapan IgC, IgM dan C3 baik di zona membran basalis maupun di ruang interselular sarung akar dalam. Data-data di atas menunjang peranan faktor imun di dalam patogenesis alopesia areata. Autoantibodi terhadap organ spesifik di dalam sirkulasi, dijumpai meningkat frekuensinya pada 5 25% penderita alopesia areata. Antibodi-antibodi tersebut adalah terhadap tiroid, sel parietal gaster dan otot polos serta antinuklear. Tetapi beberapa penulis tidak dapat

membuktikan hubungan antara alopesia areata dengan autoantibodi organ spesifik. Alopesia areata kadangkadang dikaitkan dengan kondisi autoimun lain seperti gangguan alergi, penyakit tiroid, vitiligo, lupus, rheumatoid arthritis, dan kolitis ulseratif. 3. Faktor Lain Pemikiran bahwa alopesia areata disebabkan oleh infeksi, baik langsung atau sebagai akibat dari fokus infeksi, memiliki sejarah yang panjang dan masih tidak dapat disingkirkan. Laporan sporadic menghubungkan alopesia areata dengan agen infektif masih terus muncul. Skinner et al. melaporkan menemukan mRNA untuk sitomegalovirus pada lesi alopesia, tapi ini tidak dikonfirmasi dalam penelitian selanjutnya. Faktor yang paling sering terlibat dalam memicu alopesia areata adalah stres psikologis, tetapi pada penelitian masih sulit untuk menentukan hubungan antara stres dan alopesia areata. e. Klasifikasi Ikeda (1965), setelah meneliti 1989 kasus, mengemukakan klasifikasi alopesia areata sebagai berikut : 1. Tipe umum Meliputi 83% kasus terjadi diantara umur 20 40 tahun, dengan gambaran lesi berupa bercak bercak bulat selama masa perjalanan penyakit. Penderita yang tidak mempunyai riwayat stigmata atopi ataupun penyakit endokrin autonomic, lama sakitnya biasanya kurang dari 3 tahun. Sebanyak 6% dari penderita alopesia areata tipe umum akan berkembang menjadi alopesia totalis. 2. Tipe atopic Meliputi 10% kasus, yang umumnya mempunyai stigmata atopi atau penyakitnya telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tipe ini dapat menetap atau mengalami rekurensi pada musim-musim tertentu (perubahan musim). Biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan 75 % akan berkembang menjadi alopesia totalis. 3. Tipe prehipertensif Meliputi 4% kasus dengan riwayat hipertensi pada penderita maupun keluarganya. Bentuk lesi biasanya reticular. Biasanya dimulai pada usia dewasa muda dan 39% akan menjadi alopesia totalis.

4. Tipe kombinasi Meliputi 5% kasus, pada umur > 40 tahun dengan gambaran lesi-lesi bulat atau retikular. Penyakit endokrin autonomik yang terdapat pada penderita antara lain berupa diabetes mellitus dan kelainan tiroid. Sekitar 10 % akan menjadi alopesia totalis. f. Patogenesis Kelainan yang terjadi pada alopesia areata dimulai oleh adanya rangsangan yang menyebabkan folikel rambut setempat memasuki fase telogen lebih awal sehingga terjadi pemendekan siklus rambut. Proses ini meluas, sedangkan sebagian rambut menetap di dalam fase telogen. Rambut yang melanjutkan siklus akan membentuk rambut anagen baru yang lebih pendek, lebih kurus, terletak lebih superfisial pada middermis dan berkembang hanya sampai fase anagen IV. Beberapa ciri khas alopesia areata dapat dijumpai, misalnya berupa batang rambut tidak berpigmen dengan diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh lebih menonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian proksimalnya lebih tipis di banding bagian distal sehingga mudah dicabut), disebut exclamation mark hairs atau exclamation point. Hal ini merupakan patognomosis pada alopesia areata. Bentuk lain berupa rambut kurus, pendek dan berpigmen yang disebut black dots. Lesi yang telah lama tidak mengakibatkan pengurangan jumlah folikel. Folikel anagen terdapat di semua tempat walaupun terjadi perubahan rasio anagen : telogen. Folikel anagen akan mengecil dengan sarung akar yang meruncing tetapi tetap terjadi diferensiasi korteks, walaupun tanpa tanda keratinisasi. Rambut yang tumbuh lagi pada lesi biasanya di dahului oleh rambut velus yang kurang berpigmen. g. Gejala Klinik Lesi alopesia areata stadium awal, paling sering ditandai oleh bercak kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi tampak halus, licin, tanpa tandatanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Pada tepi lesi kadang-kadang tampak rambut yang mudah terputus, bila rambut ini dicabut terlihat bulbus yang atrofi. Sisa rambut tampak seperti tanda seru (exclamation-mark hairs). Exclamation-mark hairs (rambut tanda seru) adalah batang rambut yang ke arah pangkal makin halus, rambut sekitarnya tampak normal.

Pada awalnya gambaran klinis alopesia areata berupa bercak atipikal, kemudian menjadi bercak berbentuk bulat atau lonjong yang terbentuk karena rontoknya rambut. Kulit kepala tampak berwarna merah muda mengkilat, licin dan halus, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Kadang-kadang dapat disertai dengan eritem ringan dan edema. Bila lesi telah mengenai seluruh atau hampir seluruh scalp disebut alopesia totalis. Apabila alopesia totalis ditambah pula dengan alopesia dibagian badan lain yang dalam keadaan normal berambut terminal disebut alopesia universalis. Gambaran klinis spesifik lainnya adalah bentuk ophiasis yang biasanya terjadi pada anak, berupa kerontokan rambut pada daerah occipital yang dapat meluas ke anterior dan bilateral 1-2 inci diatas telinga, dan prognosisnya buruk. Gejala subjektif biasanya pasien mengeluh gatal, nyeri, rasa terbakar atau parastesi seiring timbulnya lesi. Sedangkan sisaipho adalah kebotakan rambut bagian samping dan bagian belakang kepala. Alopesia areata yang difus memberikan gambaran rambut yang tipis, sehingga sulit dibedakan dengan telogen effluvium (kerontokan rambut). Seiring pertumbuhan rambut, rambut yang tumbuh seringkali berwarna putih atau abu-abu. h. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis alopesia areata berdasarkan gambaran inspeksi klinis atas pola mosaik alopesia atau alopesia yang secara klinis berkembang progresif dan di dukung adanya trikodistrofi, anagen effluvium, atau telogen yang luas, dan perubahan pada gambaran histopatologi. Pada stadium akut ditemukan distrofi rambut anagen yang disertai rambut tanda seru (exclamation-mark hairs) pada bagian proksimal, sedangkan pada stadium kronik akan didapatkan peningkatan jumlah rambut telogen. Perubahan lain meliputi berkurangnya diameter serabut rambut, miniaturisasi, pigmentasi yang tidak teratur. Tes menarik rambut pada bagian tepi lesi yang positif menunjukkan keaktifan penyakit. Biopsi pada tempat yang terserang menunjukkan peradangan limfositik peribulbar pada sekitar folikel anagen atau katagen disertai meningkatnya eosinofil atau sel mast. Pada pemeriksaan histopatologi diperoleh gambaran spesifik pada alopesia areata berupa miniaturisasi struktur rambut, baik pada fase awal rambut anagen maupun pada rambut telogen yang distrofik. Struktur fase awal

rambut anagen biasanya dominan pada lesi baru, sedangkan struktur rambut telogen yang distrofik di jumpai pada stadium lanjut. Struktur fase awal rambut anagen tampak mengecil, bulbusnya terletak hanya sekitar 2 mm di bawah permukaan kulit. Proses keratiniasi rambut tersebut di dalam folikel berlangsung tidak sempurna. Sarung akar dalam rambut biasanya tetap ada. Struktur rambut telogen distropik tidak mengandung batang rambut atau hanya berupa rambut distropik yang kecil. Folikel rambut akan berpindah ke dermis bagian atas. Kelenjar sebasea dapat tetap normal atau mengalami atrofi. Terjadi infiltrasi limfosit pada dermis di sekeliling struktur rambut miniature.Pada kasus kronik jumlah infiltrate peradagan berkurang, dapat terjadi invasi sel radang ke matriks bulbus dan sarung akar luar fase awal rambut anagen. Infiltrat peradangan tampak tersusun longgar menyerupai gambaran sarang lebah. i. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Umum Tidak ada terapi kuratif yang tersedia untuk alopesia areata. Penatalaksanaan untuk aleposia areata ini masih kurang memuaskan. Dalam kebanyakan kasus, yang paling penting adalah penanganan pasien secara psikologis baik berupa dukungan dari dokter, keluarga, maupun kelompok lain. Pasien dengan area alopesia yang luas dapat disarankan untuk memakai wig. Alis mata juga dapat digambar dengan menggunakan make-up ataupun ditato untuk memperbaiki kosmetik. 2. Penatalaksanaan Khusus a) Glukokortikoid Topikal. Kelompok yang superpoten biasanya memberikan hasil yang efektif. Injeksi Intralesi. Lesi alopesia yang kecil dapat diobati dengan menyuntikan triamnicolone acetonide 3-7 mg/mL intralesi, yang terbukti sangat efektif untuk sementara. Glukokortikoid Sistemik. Dapat merangsang pertumbuhan tapi kondisi alopesia akan muncul kembali apabila obat dhentikan, sehingga penderita harus mengkonsumsi obat tersebut dalam jangka panjang. b) Siklosporin sistemik Dapat merangsang pertumbuhan tetapi alopesia areata akan muncul kembali apabila obat dihentikan.

Terapi yang paling umum termasuk suntikan kortikosteroid, krim kortikosteroid, minoxidil, Anthralin, imunoterapi topikal, dan fototerapi. Pilihan satu agen di atas yang lain tergantung pada usia pasien (anak-anak tidak selalu mentolerir efek samping), tingkat kondisi (lokal atau luas), dan preferensi pribadi pasien. Untuk pasien yang lebih muda dari 10 tahun, obat yang di pilih termasuk krim kortikosteroid, minoxidil, dan Anthralin. Untuk orang dewasa dengan keterlibatan kulit kepala kurang dari 50%, Pilihan pertama biasanya adalah kortikosteroid intralesi, diikuti dengan krim kortikosteroid, minoxidil, dan Anthralin. Untuk orang dewasa dengan keterlibatan kulit kepala lebih dari 50%, imunoterapi topikal dan fototerapi merupakan pilihan tambahan. j) Prognosis Pertumbuhan kembali rambut secara spontan terjadi dalam 6 bulan pada 33% kasus alopesia areata, dan dalam 1 tahun pada 50% kasus. Pada awalnya rambut yang tumbuh kembali akan berupa rambut velus yang halus, kamudian akan digantikan dengan rambut yang kuat dan berpigman. Namun, pada 33 % kasus akan mengalami episode alopesia seumur hidupnya. Prognosis buruk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia awal terkena alopesia yang < 10 tahun, luasnya alopesia, cepat atau lambatnya pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai