Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
URAIAN PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sejalan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah telah memberikan arah baru bagi pengelolaan keuangan daerah, yaitu desentralisasi pengelolaan keuangan daerah, di mana Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) merupakan pengguna anggaran/ pengguna barang. Untuk menyelaraskan pengelolaan barang daerah tersebut, terbit Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Tehnis Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai pengganti Keputusan Mendagri Nomor 152 Tahun 2004. Dalam Permendagri Nomor 17 tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud barang daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau perolehan lainnya yang sah. Dalam fungsinya sebagai Pengguna Barang, maka Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menjadi pengelola dan penanggung jawab atas seluruh aset daerah yang ada di lingkungannya. Tanggung jawab tersebut merupakan pekerjaan yang cukup rumit mengingat pengelolaan barang daerah di mulai dari perencanaan pengadaan barang sampai dengan
penghapusannya. Sistem Informasi Manajemen adalah bagian dari pengendalian internal suatu kegiatan yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sesuai dengan definisi tersebut tidak salah apabila SIM dapat menjadi jembatan dalam memberikan kinerja pengguna SIM tersebut dalam
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan produktifitas kerja. Daerah dalam hal ini pemerintah daerah, merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah atas pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di daerahdaerah, baik yang sifatnya administratif maupun substantif, baik layanan yang sifatnya internal maupun publik. Dalam prosesnya layanan publik membutuhkan infrastruktur, komitmen dan kebijakan terhadap
pelaksananya digarda depan, agar dapat menjalankan amanahnya kepada masyarakat secara profesional dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya yang luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Salah satu pemanfaatn teknologi informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kewenangan Pemerintahan Daerah dalam pengelolaan asset daerah adalah penerapan Sistem Manajemen Informasi Aset (SIM Aset). SIM Aset merupakan sistem informasi manajemen pendataan aset (inventaris dan ruang) secara terintegrasi seluruh instansi dalam rangka melaksanakan tertib administrasi pengelolaan dan pendataan barang. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien menggunakan teknologi yang tepat guna dan mendukung kegiatan pemerintahan di Kabupaten Mandailing Natal dalam pengelolaan asset daerah, Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal merencanakan program kegiatan pembuatan SIM Aset Kabupaten Madina.
2.
Maksud dan Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan kegiatan pembuatan SIM Aset Tujuan Kabupaten Madina : 1. Membangun SIM Aset yang dapat membantu penanganan pekerjaan
Pengelolalaan Aset/ Barang Daerah di Pemerintah Daerah.
3.
Sasaran
Berdasarkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka sasaran yang akan diperoleh adalah : Tersedianya SIM Aset yang dapat membantu penanganan pekerjaan pengelolaan asset. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah daerah dalam mengelola asset daerah.
4.
Lokasi Kegiatan
5.
Sumber Pendanaan
6.
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Medan yang beralamat di Jl. Kapten Maulana Lubis No. 2 Medan dengan nama Kegiatan SIM Aset Kabupaten Mandailing Natal. Pengguna Anggaran dalam kegiatan ini adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan.
10. Referensi
Hukum
Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan Rumah Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 158) 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4503 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4578) 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
RUANG LINGKUP 11. Lingkup Kegiatan Studi existing aplikasi, infrastruktur fisik di Lingkungan Pemerintah Kota Medan : Kegiatan studi existing aplikasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal Kegiatan studi infrastruktur fisik yang ada di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal Kegiatan studi dilakukan dengan melakukan analisis dan studi terhadap SKPD yang telah memiliki infrastruktur fisik dan aplikasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal Kegiatan studi analisis kebutuhan aplikasi terhadap SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal Selanjutnya berdasarkan hasil analisis dan pengamatan dilakukan penyusunan laporan dan hasil survey kebutuhan aplikasi yang diperlukan untuk menunjang kinerja aparatur Negara di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal
12. Keluaran
Output dari kegiatan ini adalah 1. Tersedianya SIM Asset Madina 2. Laporan Kegiatan SIM Asset Madina 3. Laporan kebutuhan infrastruktur aplikasi bagi Pemerintah
Kabupaten Mandailing Natal. 13. Metode Dalam perancangan aplikasi ini menggunakan empat metode dalam
Pelaksanaan
pelaksanaanya. Empat metode tersebut adalah sebagai berikut : a. Metode Study Literatur. Pada metode ini akan melakukan analisis masalah yang bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan aplikasi. Selain itu dilakukan pula pengambilan dan
pengumpulan data melalui media Internet. b. Metode Observasi. Pada metode ini akan dilakukan pengamatan dan pengumpulan data. Selain ini dilakukan juga proses wawancara terhadap narasumber. Tahap pengambilan dan pengumpulan data ini dilaksanakan di Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal. c. Metode Study Pustaka. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dengan membaca beberapa buku. Hal tersebut digunakan sebagai bahan referensi dalam penyusunan perancangan program aplikasi ini. d. Metode Pengembangan.
Planning (Perencanaan) Tahap pembuatan SIM Aset Madina ini dimulai dengan tahap perencanaan. Pada tahap ini bermaksud untuk menentukan tujuan dari perencanaan yang akan dibuat. Pada tahap ini juga dilakukan analisa dan pengumpulan data yang diperlukan oleh aplikasi, kemudian menempatkan ke dalam aplikasi yang akan dikembangkan. Design (Desain) Dari informasi dan data yang dikumpulkan pada tahap perencaan maka dapat dilakukan pendesainan terhadap tampilan depan halaman aplikasi. Desain diperlukan dalam masalah keindahan aplikasi, dapat berupa kombinasi warna, tata letak, dan jenis huruf. Keputusan tentang bagaimana aplikasi harus berinteraksi
dengan pengguna dan bagaimana informasi dikategorikan sehingga pengguna dapat mengakses informasi yang
dikehendaki, ditentukan dalam tahap ini. Scripting (Pemrograman) Tahap ini merealisasikan ide-ide dari tahap-tahap sebelumnya ke dalam aplikasi yang dibuat. Dari gambaran yang diperoleh dari tahap desain, selanjutnya melakukan scripting dari hasil desain tersebut ke dalam bahasa aplikasi, sehingga dapat diluncurkan. Testing (Uji Coba) Pengujian dilakukan untuk meyakinkan jika semua halaman aplikasi telah terhubung dengan benar dan semua link eksternal aplikasi terjaga. Pada tahap ini menguji fungsionalitas validasi penginputan data oleh pengguna. Maintenance (Pemeliharaan) Pemeliharaan digunakan untuk menjaga aplikasi tetap berjalan dengan baik, hal ini perlu dilakukan secara konstan untuk meninjau dan memperbaiki aplikasi. Pada tahap ini juga meliputi pengubahan struktur aplikasi yang ada atau menambah fitur-fitur baru sesuai dengan perkembangan teknologi untuk menambah kemudahan pengguna. dan
1. Pengguna jasa akan menyediakan para stafnya untuk dilibatkan dalam membantu pekerjaan ini. 2. Data dan fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa. 3. Beberapa data hasil studi ataupun data lain yang pernah dilakukan oleh instansi pengguna jasa akan diberikan.
4. Akomodasi dan ruangan kantor berserta peralatan penunjang administrasi perkantoran wajib disediakan oleh penyedia jasa
sedangkan dana operasional atas fungsionalisasi fasilitas tersebut dapat menggunakan dana pelaksanaan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku.
1. Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. 2. Beberapa peralatan minimal yang diprioritaskan dimiliki oleh penyedia jasa antara lain komputer/laptop, printer, selain tenaga ahli yang sesuai. 3. Penyedia jasa wajib menyediakan berbagai referensi baik referensi kajian ilmiah maupun peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan pelaksanaan kegiatan. 4. Penyedia jasa harus mampu menghadirkan ketua tim atau salah satu tenaga ahli yang dikuasakan sebagaimana nama yang tercantum dalam dokumen penawaran sebagai penyaji saat pembahasan laporan kemajuan.
Penyedia Jasa berwenang untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dari pengguna Jasa dalam rangka membantu terlaksananya kegiatan ini.
Untuk dapat menyelesaikan kegiatan SIM Aset Madina diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya Perjanjian Kontrak Kerja.
18. Personil
Team leader
bertanggung jawab penuh atas berlangsungnya pekerjaan dari awal hingga tahap akhir kegiatan. Memiliki latar belakang pendidikan minimal S-2/S-1 Teknik Informatika/Teknik Elektro dengan
No 1 2 3 4 5 6 7
Aktifitas Penyusunan Rencana Dan Jadwal Studi Studi Literatur dan Observasi Analisa Modul Pembangunan Software Evaluasi dan Perbaikan Desain Aplikasi Laporan
Bulan I 1 2 3 4
LAPORAN 20. Laporan Kegiatan Laporan Kegiatan memuat semua kegiatan yang telah dilakukan. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya dalam waktu 4 (empat) minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
LAIN-LAIN 21. Produksi dalam Negeri Semua kegiatan jasa pembuatan Aplikasi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia yaitu di Kabupaten Mandailing Natal
Jika kerjasama dengan penyedia jasa pembuatan Aplikasi lain diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi : 1. Ada surat kerja sama. 2. Tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan tetap ada di perusahaan
Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut: 1. Diketahui pihak Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal 2. Menjaga kerahasiaan data kecuali mendapat ijin dari Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal.
Jika diperlukan, Penyedia Jasa pembuatan Aplikasi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/satuan kerja Pengguna Jasa berikut : Pihak penyedia jasa bersedia mempresentasikan hasil pekerjaan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan sehingga hasil pekerjaan dapat di mengerti dan dipahami oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan.
10