Analisis Harmonisa
Oleh: Sudaryatno Sudirham
Pengantar
Penyediaan energi listrik pada umumnya dilakukan dengan menggunakan sumber tegangan berbentuk gelombang sinus. Arus yang mengalir diharapkan juga berbentuk gelombang sinus pula. Namun perkembangan teknologi yang terjadi di sisi beban membuat arus beban tidak lagi berbentuk gelombang sinus. Bentuk-bentuk gelombang arus ataupun tegangan yang tidak berbentuk sinus, namun tetap periodik, tersusun dari gelombang-gelombang sinus dengan berbagai frekuensi; bentuk gelombang ini tersusun dari harmonisa-harmonisa
Cakupan Bahasan Sinyal Nonsinus Pembebanan Non Linier Tinjauan Di Kawasan Fasor Dampak Harmonisa Pada Piranti Harmonisa Pada Sistem Tiga Fasa
Sinyal Nonsinus
Kita akan menggunakan istilah sinyal nonsinus untuk menyebut secara umum sinyal periodik yang tidak berbentuk sinus. Kita sudah mengenal bentuk gelombang seperti ini misalnya bentuk gelombang gigi gergaji dan sebagainya, namun dalam istilah ini kita masukkan pula pengertian sinus terdistorsi yang terjadi di sistem tenaga Apabila persamaan sinyal nonsinus diketahui, tidaklah terlalu sulit mencari spektrum amplitudo dan spektrum sudut fasa Apabila persamaan sinyal nonsinus sulit dtentukan, maka kita menentukan spektrum amplitudo sinyal dengan pendekatan numerik
Pendekatan Numerik
f (t ) = a 0 + [a n cos(2nf 0t ) + bn sin(2nf 0t )]
2 2 f (t ) = a0 + an + bn cos( n0t n ) n =1
]
bn an
tan n =
1 a0 = T0 2 an = T0
bn = 2 T0
T / 2 y(t )dt
0
T0 / 2
T0 / 2
; n>0
; n>0
T0 / 2
1 a0 = T0
2 an = T0
2 bn = T0
T / 2 y(t )dt
0
T0 / 2
luas bidang yang dibatasi oleh kurva y(t) dengan sumbu-t dalam rentang satu perioda
T0 / 2
; n>0
; n>0
luas bidang yang dibatasi oleh kurva y (t ) cos(n0 t ) dengan sumbu-t dalam rentang satu perioda luas bidang yang dibatasi oleh kurva y (t ) sin( n0t ) dengan sumbu-t dalam rentang satu perioda Dengan penafsiran bentuk integral sebagai luas bidang, setiap bentuk sinyal periodik dapat dicari koefisien Fourier-nya, yang berarti pula dapat ditentukan spektrumnya
T0 / 2
Dalam praktik, sinyal nonsinus diukur dengan menggunakan alat ukur elektronik yang dapat menunjukkan langsung spektrum amplitudo dari sinyal nonsinus yang diukur
CONTOH-1.1.
200
y[volt]
150
100
50
0 0 -50 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018 0,02
t[detik]
-100
-150
-200
a 0 = 19,90 a1 = 0,36; b1 = 150,05 A1 = 0,36 + 150,05 = 150,05 1 = tan 1 (150,05 / 0,36) = 1,57 a 3 = 21,18; b3 = 21,13 A3 = (21,18) 2 + 21,13 2 = 29,92 3 = tan 1 (21,13 / 21,18) = 0,78
2 2
0,398 19,90
0,004
1,501
-0,212
0,211
0,36
150,05
Elemen Linier
dan
Sinyal Non-sinus
iC = C
d{ 100 sin(t + 0,5) + 20 sin(3t 0,2) + 10 sin(5t + 1,5)} dt = 100C cos(t + 0,5) + 60C cos(3t 0,2) + 50C cos(5t + 1,5) A
[A] 5 2,5 0.005 0.01 0.015 0 0.02 detik 2,5 5
[V]
vC
1 T y (t )dt T0 0
1 T 2 y (t )dt T0 0
y (t ) = Y0 +
Ymn sin(n0 t + n )
n =1
rms
1 t 2 1 = Y0 dt + ............. + T 0 n =1 T
bernilai nol
2 rms = Y0
2 + Ynrms n =1
2 rms = Y1rms
+ Y02
2 + Ynrms n=2
2 Yhrms
Di sini sinyal nonsinus dipandang sebagai terdiri dari 2 komponen yaitu: komponen fundamental dan komponen harmonisa total
Kwadrat nilai rms harmonisa total Kwadrat nilai rms komponen fundamental
T0= 0,05 s t
v(t ) = 10 6,366 sin 0t 3,183 sin 20t 2,122 sin 30t 1,592 sin 40t
fundamental
harmonisa total
Maka: V1rms =
Nilai efektif komponen fundamental Nilai efektif komponen harmonisa total
4,5 V
Vhrms
Nilai efektif harmonisa jauh lebih tinggi dari nilai efektif fundamental
i(t ) = 0,318 + 0,5 cos(0 t 1,57) + 0,212 cos(20 t ) + 0,042 cos(40 t ) + 0,018 cos(60 t ) + 0.010 cos(80 t ) + 0.007 cos(100 t ) A
I1rms = 0,5 2
2
= 0,354 A
Pada penyearahan setengah gelombang nilai efektif komponen fundamental sama dengan nilai efektif komponen harmonisanya
Arus kapasitor i berupa arus berfrekuensi harmonisa ke-15 yang berosilasi pada frkuensi fundamental
4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 detik
i1
i15
0,5 H
I rms =
2 I1 rms
2 I3 rms
2 2 0,2 2 = + = 1,42 A 2 2
v = v R + v L = iR + L Vrms =
600 V 400 200 0 0 -200 -400 -600 0.005
v i
Pada sinyal nonsinus, bentuk kurva tegangan kapasitor berbeda dengan bentuk kurva arusnya. Pada sinyal sinus hanya berbeda sudut fasanya.
i Rb = i1 + i h
2 2 2 arus efektifnya adalah I Rbrms = I1rms + I hrms
Relasi ini tetap berlaku sekiranya resistor ini terhubung seri dengan induktansi, karena dalam bubungan seri tersebut daya nyata diserap oleh resistor, sementara induktor menyerap daya reaktif.
0,5 H
I rms = 1,42 A
(kurva daya masuk ke rangkaian, kadang positif kadang negatif) p = daya positif = masuk ke rangkaian
600 W 400
(contoh-1.6.)
(kurva daya yang diserap R, selalu positif)
vi
pR =
i2R
= vRiR
0.005
0.01
0.015
0.02
detik
Prata2 = 202 W
2 PR = I rms R = (1,42) 2 100 = 202 W
50 F
v = sin t + 0,1 sin 3t R dv = 50 10 6 (100 cos t + 30 cos 3t ) iC = C dt is = sin t + 0,1sin 3t + 0,005 cos t + 0.0015 cos 3t iR =
PR = 0,712 100 = 50 W
r =
1 1 = = 2828,4 6 LC 0,025 5 10
fr =
2828,4 = 450 Hz 2
Sisi Sumber
vs
Rs
p.i.
i Rb = i1 + i h i1 = I1m sin( 0 t + 1 ) ih = I 0 +
n=2
I nm sin(n0t + n )
V I V I p s1 = s 1 cos 1 s 1 cos(20 t + 1 ) 2 2
p sh = Vs I 0 sin 0 t + Vs
nilai rata-rata nol
n=2
p s = p s 1 + p sh
Ps1 =
Daya reaktif
vs
Vs vs is iR pR
vs pR
0 90 180 270 360
pR
450 540 630 720
t [o]
Vs
Resistor menyerap daya hanya dalam selang dimana ada tegangan dan ada arus
v s = 380 sin 0 t V
I maks = 380 = 100 A 3,8
3,8
31,8 + 50 cos( 0 t 1,57) + 21,2 cos(2 0 t ) i (t ) = + 4,2 cos(4 t ) + 1,8 cos(6 t ) A 0 0
I b1rms = I bhrms
50 2
A;
2
= 9488 W 9,5 kW
ps 1 ps0 t [det]
0.005 0.01 0.015 0.02
psh2
Kurva daya komponen harmonisa mulai harmonisa ke-2, simetris terhadap sumbu t, nilai rata-rata nol
Perambatan Harmonisa
is
v s = Vsm sin 0t
A Rs ia Ra B Rb ib = ib1+ibh
ia =
vs Rs vA (ib1 + ibh ) = Ra R s + Ra R s + Ra
Semua piranti yang terhubung ke titik A, yaitu titik bersama, terpengaruh oleh adanya beban non-linier
crest factor =
Untuk arus
THD I =
I hrms I1rms
v s = 380 sin 0 t V
I maks = 380 = 100 A 3,8
I b1rms = I bhrms 50 2
2
3,8
31,8 + 50 cos( 0 t 1,57) + 21,2 cos(2 0 t ) i (t ) = + 4,2 cos(4 t ) + 1,8 cos(6 t ) A 0 0
A;
atau 100%
Crest factor dan THD tergantung bentuk dan tidak tergantung dari nilai arus
is
+ Rs p.i.
10 [V] [A]
vs(t)/5 is(t)
0,01 0,02 [detik]
44.96
I brms =
= 69,4 A
8.71
8.71
ibm = 141,4 A
6 7 9 11 harmonisa
c. f . =
I1rms =
83,79 2
= 59,25 A
THD I =
I hrms = 0 +
in (t ) = an cos nt + bn sin nt
2 2 Fasor: I n = a n + bn n
= tan 1
bn an
In =
Re
2 an
2 + bn n
Im
a n
1 bn = tan an
bn
Re
bn
Im
a = cos t
a
Re
Im
b n
b = sin t
b n
Im
a n
Re
a n Re
gambar fasor
I2 I1
I4
20 F
Z1 = 5 2 + 159,15 2 = 159,23
Tegangan puncak V1m = Z1 I1m = 159,23 200 31,85 kV Untuk harmonisa ke-3
X C 3 = X C1 / 3 = 53,05 Z 3 = 5 2 + 53,05 2 = 53,29
Isrms
Ibrms
p.i.
Vbrms
Sisi Beban
S b = Vbrms I brms VA
*
Definisi S = VI adalah untuk sinyal sinus murni. Untuk sinyal nonsinus kita tidak menggambarkan fasor arus harmonisa total sehingga mengenai daya kompleks hanya bisa dinyatakan besarnya, tetapi segitiga daya tidak dapat digambarkan
Sisi Sumber
S s = Vsrms I srms =
Vsm 2
I srms VA
Isrms
Ibrms
p.i.
Vbrms
Sisi Beban
Sisi Sumber
Daya nyata dikirimkan melalui komponen fundamental Komponen arus harmonisa sumber tidak memberikan transfer energi netto
Isrms
Ibrms
p.i.
Vbrms
Sisi Beban
f.d. beban =
Pb Sb
Ps1 Ss Ps1 S s1
f .d.s1 =
Impedansi Beban
Zb =
Vbrms I brms
Impedansi beban adalah rasio antara tegangan efektif dan arus efektif beban
10
vR
0,5 H
vL
Rangkaian beban
I b0 = V0 / Rb = 100 / 10 = 10 A
Z beban =
f.d.beban =
ib
v s = 1000 2sint V
80
10
70.71
70 60 50 40 30 20 10 0 1 0 2 1 3 2 4 4 5 6 6 8 7 10 harmonisa
I 0 = 45; I 1rms =
45.00 30.04
70.71
= 50; I 2rms =
30.04
6.03
= 50 A
2 2 2 2 I rms = I1 rms + I shrms = 50 + 50 = 70,7 A
Teorema Tellegen:
2 Ps = Pb = I rms Rb = 70,67 2 10 = 50 kW
cos 1 =
is
Vsrms =1000 V
I1rms =
44.96
83,79 2
= 59,25 A
8.71
8.71
44,962 14,832 14,832 8,712 8,712 + + + + I hrms = 0 + 2 2 2 2 2 = 36,14 A I rms = 59,25 2 + 36,14 2 = 69,4 A
9 6
11 7
harmonisa
f .d .s1 = cos 1 =
a n
Re
1
1 = 32,4 o
f .d .s1 = cos 1 = cos(32,4 ) = 0,844 Ps = Vsrms I1rms cos 1 = 1000 59,4 0.844 = 50 kW
o
bn
Penafsiran:
is vs iRb
Vsrms =1000 V Piranti ini menerima daya nyata dari sumber, meneruskan sebagian langsung ke beban dan mengubah sebagian menjadi komponen harmonisa baru diteruskan ke beban Dalam mengubah sebagian daya nyata menjadi komponen harmonisa terjadi daya reaktif yang dikembalikan ke sumber
Rb
10
ib
v s = 1000 2sint V
10
vs
Vsrms =1000 V
v, i
vs ib t
v, i ib
vs
t
Setelah dikoreksi
saklar sinkron
Arus fundamental lagging terhadap tegangan fundamental,
cos1=1,
perbaikan faktor daya tidak terjadi dengan cara kompensasi daya reaktif Padahal faktor daya total masih lebih kecil dari satu
cos1=0.844,
perbaikan faktor daya masih mungkin dilakukan melalui kompensasi daya reaktif
f.d.sumber= 0,7
Daya reaktif yang masih ada merupakan akibat dari arus harmonisa. Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan adalah menekan arus harmonisa melalui penapisan.
f.d.sumber= 0,7
Dengan menambah kapasitor paralel C = 100 F faktor daya total akan menjadi
f.d.sumber = 0,8
Dampak Harmonisa
Dampak Pada Sistem
Adanya harmonisa menyebabkan terjadinya peningkatan susut energi yaitu energi hilang yang tak dapat dimanfaatkan, yang secara alamiah berubah menjadi panas Harmonisa juga menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur pada konduktor kabel, pada kapasitor, induktor, dan transformator, yang memaksa dilakukannya derating pada alat-alat ini dan justru derating ini membawa kerugian (finansial) yang lebih besar dibandingkan dengan dampak langsung yang berupa susut energi Pembebanan nonlinier tidaklah selalu kontinyu, melainkan fluktuatif. Oleh karena itu pada selang waktu tertentu piranti terpaksa bekerja pada batas tertinggi temperatur kerjanya bahkan mungkin terlampaui pada saat-saat tertentu. Hal ini akan mengurangi umur ekonomis piranti. Harmonisa dapat menyebabkan kenaikan tegangan yang dapat menimbulkan micro-discharges bahkan partial-discharges dalam piranti yang memperpendek umur, bahkan mal-function bisa terjadi pada piranti. Harmonisa juga menyebabkan overload pada penghantar netral; kWh-meter memberi penunjukan tidak normal; rele proteksi juga akan terganggu, bisa tidak mendeteksi besaran rms bahkan mungkin gagal trip.
Dampak Harmonisa
Dampak Pada Instalasi di Luar Sistem
Harmonisa menimbulkan noise pada instalasi telepon dan komunikasi kabel. Digital clock akan bekerja secara tidak normal.
Resistansi konduktor
Susut daya tambahan karena arus harmonisa: P7 = 40 2 0,08 = 128 W Susut daya berubah menjadi: Pkabel = 800 + 128 = 928 W Terjadi tambahan susut daya sebesar 16%
Kenaikan temperatur akibat adanya hormonisa: T = 45 o C + 7,2 o C 52 o C Temperatur kerja akibat adanya harmonisa: T = 25 o + 52 o = 77 o C
kabel 0,2
Susut naik 100% Jika susut daya di kabel tidak boleh meningkat: I = Irms = 20 A
Pk = 20 2 0,2 = 80 W
Susut tetap
2 2 2 2 2 I rms = I1 ms + I hms = I1ms (1 + THD ) = 2 I1rms
I1rms = 20/ 2
Arus fundamental turun menjadi 70% Daya tersalur ke beban harus diturunkan menjadi 70%
derating kabel
IRp
VC
power audio
radio
frekuensi listrik
XC =
1 2fC
A C= 0 r d
500 F
vC = 150 sin 100t + 30 sin 300t iC = 150 500 10 6 100 cos 100t + 30 500 10 6 500 cos 500t
200 [V] [A] 100 iC 0 0 -100 -200 0.005 0.01 0.015 0.02 t [detik] vC
Kurva tegangan dan kurva arus kapasitor berbeda bentuk pada tegangan non-sinus Peran tegangan dan peran arus pada kapasitor perlu ditinjau secara terpisah
500 F
150 2 30 2 5 2
1
V V V
= 6,37
2 50 500 10 6
I C1rms =
X C1 = 2,12 3 X X C 5 = C1 = 1,27 5
Rugi daya dalam dielektrik P = 2fV02C r tan Berbanding lurus dengan frekuensi dan kuadrat tegangan
500 F
V = E i = j = j L I f
+ V -
+ Ei -
CONTOH-4.5.
V = Ei = 75 V rms
VL1rms = 4,44 50 L 50 = 11100 L V VL3rms = 4,44 150 L 10 = 6660 L V VL5rms = 4,44 250 L 5 = 5550 L V
L= = 2f 2
75 = 0,0053 H 14084,3
jumlah lilitan
CONTOH-4.6.
1m =
3m
600
vL
1200 lilitan
1 = 563 sin( 0 t 90 o ) Wb
vL
0.01 0.02 0.03 0.04
Pc = I c V = V I f cos(90 o )
rugi histerisis rugi arus pusar
Ph = wh v f
Formulasi empiris untuk frekuensi rendah
n Ph = vf K h Bm
2 2 Pe = K e f 2 Bm v
Bm : nilai kerapatan fluksi maksimum, : ketebalan laminasi inti, dan v : adalah volume material inti
Ei If If R Tegangan jatuh pada belitan V Arus magnetisasi Arus untuk membangkitkan fluksi
Pcu =
I2 fR
Daya masuk yang diberikan oleh sumber, untuk mengatasi rugi-rugi inti, Pc untuk mengatasi rugi-rugi tembaga, Pcu
V2
Namun formula ini tak digunakan Rugi arus pusar dihitung sebagai proporsi dari rugi tembaga, dengan tetap mengingat bahwa rugi arus pusar sebanding dengan kuadrat ferkuensi. Proporsi ini berkisar antara 2% sampai 15% tergantung dari ukuran transformator
Arus ini menimbulkan juga fluksi bocor. Fluksi bocor ini menembus konduktor belitan dan menimbulkan rugi arus pusar di konduktor belitan. Rugi arus pusar ini = 5% dari rugi tembaga
Rugi tembaga
Pcu = 40 2 0,05 = 80 W
Rugi arus pusar 5% Pcu = 0.05 80 = 4 W Rugi daya total pada belitan 80 + 4 = 84 W.
I
Resistansi belitan primer 0,05 Rugi arus pusar diperhitungkan 10% dari rugi tembaga
I Trms =
k
2 I nrms n =1
2 2 = R0 I Trms I nrms n =1
PK = gR0
2 n 2 I nrms n =1
K=
n =1
2 I Trms
n
n =1
2 I nrms 2 I Trms
n 2 I n2( pu )
n =1
I n( pu ) =
I nrms I Trms
Faktor K bukan karakteristik transformator melainkan karakteristik sinyal. Walaupun demikian suatu transformator harus dirancang untuk mampu menahan pembebanan nonsinus sampai batas tertentu.
Faktor K:
K=
40 2 + 3 2 15 2 + 112 5 2 43
2
= 3,59
Pcu = 43 2 0,08 = 148 W Pl = gPcu K = 0,05 148 3,59 = 26,6 W Ptot = 148 + 26,6 = 174,6 W
Tegangan Maksimum
= j1097,6
6
13 0 2,9 10
= j84,4
V1m =
Z C1 Z1tot
e1m =
Z C13 Z13tot
e13m =
Nilai puncak V1m dan V13m terjadi pada waktu yang sama yaitu pada seperempat perioda, karena pada harmonisa ke-13 ada 13 gelombang penuh dalam satu perioda fundamental atau 6,5 perioda dalam setengah perioda fundamental. Jadi tegangan maksimum yang diterima kabel adalah jumlah tegangan maksimum fundamental dan tegangan maksimum harmonisa ke-13
[kV]
v1+v13
[detik]
v1
S1
S1
S2
Kumparan tegangan S1 dihubungkan pada tegangan sumber sementara kumparan arus S2 dialiri arus beban Masing-masing kumparan menimbulkan fluksi magnetik bolakbalik yang menginduksikan arus bolak-balik di piringan aluminium
piringan Al
Interaksi arus induksi dan fluksi magnetik menimbulkan momen putar pada piringan
M e = kf v i sin
Harmonisa di kumparan arus, akan muncul juga pada i
Frekuensi harmonisa sulit untuk direspons oleh kWh meter tipe induksi. Pertama karena kelembaman sistem yang berputar, dan kedua karena kWhmeter ditera pada frekuensi f dari komponen fundamental, misalnya 50 Hz. Dengan demikian penunjukkan alat ukur tidak mencakup kehadiran arus harmonisa.
v1b
v1c
v
0.5 0
180
270
360
[o]
-0.5 -1
v3a = sin(3t ) v3b = sin(3t 360 o ) = sin(3t ) v3c = sin(3t 720 o ) = sin(t )
V3a V3b V3c
kurva berimpit
Hal serupa terjadi pada harmonisa kelipatan tiga yang lain seperti harmonisa ke-9
v1b
v1c
v
0.5 0 0 -0.5 -1
v5a,v5c,v5b
90
180
270
360
[o]
v5a = sin(5t ) v5b = sin(5t 600 o ) = sin(3t 240 o ) v5c = sin(5t 1200 o ) = sin(t 120 o )
V5b Urutan fasa hamonisa ke-5 v5a v5c v5b (urutan negatif) V5c V5a
v1b
v1c
v
0.5 0 0 -0.5 -1
v7a,v7b,v7c
90
180
270
360
[o]
v5a = sin(7t ) v5b = sin(7t 840 o ) = sin(3t 120 o ) v5b = sin(7t 1680 o ) = sin(t 240 o )
V7c
V7a
V( f n) rms total =
= 146,16 V
Vf f V f n
<3
R: 20 L: 0,1 H
I f 5rms =
V ff 5rms Z f5
50 Hz
Tak berbeban
Arus sirkulasi di belitan jangkar yang terhubung segitiga timbul oleh adanya tegangan harmonisa kelipatan tiga, yang dalam hal ini adalah harmonisa ke-3, -9, dan -15
50 Hz
Tak berbeban
Z 3 = 0,06 2 + 0,85 2 = 0,85 Z 9 = 0,06 2 + 2,54 2 = 2,55 Z15 = 0,06 2 + 4,24 2 = 4,24
Y
50 Hz
I1rms =
I 3rms
I 5rms
V( f n)1
R: 25 L: 0,05 H
Y
50 Hz
Pb = 3 I 2 f n R
Y
50 Hz
Karena tak ada penghantar netral, arus harmonisa ke-3 tidak mengalir.
I1rms = I 5rms
Sudaryatno Sudirham