Sekapur Sirih Lebih dari 5 juta orang dalam usia produktif di seluruh dunia telah terdiagnosis menyandang lupus atau SLE (Systemic Lupus Erythematosus). Yaitu penyakit auto imun kronis yang menimbulkan bermacam-macam manifestasi sesuai dengan target organ atau sistem yang terkena. Itu sebabnya lupus disebut juga penyakit 1000 wajah. Pengobatan lupus sudah mulai dikembangkan akhir-kahir ini, namun sampai sekarang belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan lupus. Para ahli mulai mengembangkan obat-obat baru namun harganya menjadi sangat mahal dan sulit terjangkau bagi kebanyakan odapus (orang dengan lupus) di Indonesia. Sehingga obat-obatan yang sering dipakai saat ini masih terbatas pada kortikosteroid, immunosupresan lainnya serta obat- obatan simptomatik dan suplemen. Efek samping obat-obat tersebut kadang dapat membahayakan odapus. Berangkat dari kekayaan sumber daya alam Indonesia yang sejak dulu sudah dimanfaatkan, SDF (Syamsi Dhuha Foundation) melalui Care for Lupus SDF Awards ingin ikut berperanserta dalam usaha dunia untuk menemukan terapi suplemen dari bahan alam yang aman dan efektif bagi Odapus sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui buku kecil ini, SDF ingin memfasilitasi para peneliti dan peserta research sponsorship-Care for Lupus SDF Awards untuk lebih memahami lupus dan penatalaksanaannya. Agar lebih termotivasi dan dapat menemukan pendekatan yang tepat, aman dan efektif untuk ide penelitiannya. Sekecil apapun ikhtiar kita, semoga menjadi awal bagi langkah selanjutnya dalam memberikan harapan pengobatan yang lebih baik bagi odapus. NEVER GIVE UP! I. Apa dan Bagaimana Lupus Pendahuluan Lupus merupakan penyakit autoimun kronis dimana terdapat kelainan sistem imun yang menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan sistem tubuh. Mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing (misalnya bakteri, virus) karena autoantibodi (antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri) diproduksi tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan kompleks imun (antibodi yang terikat pada antigen) di dalam jaringan. Manifestasi dapat berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya tergantung dari target organ yang terkena. Gejala yang timbul dapat menyerupai penyakit lain seperti multiple sclerosis, arthritis reumathoid, atau bahkan demam berdarah, sehingga sering menyulitkan dalam penegakkan diagnosa. Para tenaga medis sangat berhati-hati dalam mendiagnosa lupus, pemeriksaan status sistem imun yang lengkap dan menyeluruh, termasuk mengetahui seluruh riwayat penyakit pasien mutlak diperlukan sebelum diagnosa lupus ditegakkan. Perkembangan penelitian penyebab dan pengobatan Lupus di dunia cukup menjanjikan dalam 3 dekade terakhir, terlihat bahwa pendekatan pengobatan mulai berubah, diagnosa dini mulai dapat ditegakkan, manifestasi penyakit pada sebagian besar pasien mulai dapat dikontrol sehingga jumlah dan jenis obat-obatan yang dikonsumsi dapat dikurangi. Gejala Gejala klinis yang sering muncul antara lain: Kulit Ruam, sariawan, rambut rontok Persendian Nyeri, kemerahan, bengkak 2 Ginjal Kelainan urine, gagal ginjal Membran (selaput organ) Radang selaput paru (pleurisy), selaput jantung (pericarditis), selaput dinding perut (peritonitis) Darah Anemia, Leukopenia, Trombositopenia Paru-paru Batuk, sesak nafas Sistem Saraf Kejang, psikosa Gejala non spesifik: 1. Fatigue/lelah merupakan gejala yang paling sering muncul 2. Weight Loss/penurunan berat badan 3. Weight Gain/penambahan berat badan dapat disebabkan oleh pembengkakan pada kedua tungkai atau pembersaran perut akibat organ ginjal yang terkena 4. Fever/demam indikasi saat lupus menjadi aktif 5. Swollen Glands/pembengkakan kelenjar Gejala spesifik Untuk membantu membedakan Lupus dari penyakit lainnya, dokter dari American College of Rheumatology telah menentukan 11 kriteria gejala sebagai berikut: Diagnosa Lupus ditegakkan bila terdapat paling sedikit 4 gejala dari 11 kriteria sbb: 1. Malar rash - ruam merah berbatas tegas di daerah wajah dan leher (gambar 3) 2. Discoid rash - bercak merah dikulit yang berhubungan dengan scalling dan penyumbatan folikel rambut (gambar 1) 3. Photosensitivity ruam kulit kemerahan setelah terpapar sinar matahari Gambar 1discoid rash Gambar 2 kerontokan rambut Gambar 3 ruam kulit Gambar 4 ruam kupu-kupu 4. Mucosal ulcers sariawan-sariawan kecil di daerah mukosa rongga mulut dan hidung 3 5. Serositis peradangan di lapisan serosa paru-paru, jantung, dan dinding perut 6. Arthritis peradangan sendi, merupakan manifestasi yang paling sering timbul 7. Renal disorder gangguan ginjal, biasanya terdeteksi dari pemeriksaan darah rutin dan analisis urin 8. Neurological disorder gangguan sistem saraf, gejala dapat berupa kejang atau psikosa 9. Haematological disorder gangguan sel darah, dapat bermanifestasi sebagai: anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, trombositopenia 10. Immunological disorder kelainan hasil pemeriksaan LE cells, anti- DNA dan antibody anti-Sm 11. Anti-Nuclear Antibody (ANA test) sebagai pertanda aktifnya Lupus bila ditemukan dalam darah pasien. Penyebab Telah diketahui secara luas bahwa penyebab lupus dapat dikategorikan dalam 3 faktor yaitu: genetik, hormonal dan lingkungan. Namun sampai saat ini masih menjadi perdebatan faktor mana yang manjadi penyebab utama sehingga masih menjadi fokus utama penelitian. o Genetik Tidak diragukan bahwa lupus terkait dengan faktor genetik. Orang yang mempunyai riwayat keluarga dengan lupus memiliki 3-10% risiko menderita penyakit tidak terbatas hanya Lupus, tapi juga penyakit auoimun lainnya seperti arthritis reomathoid atau Sjorgens Syndrome. Pada kembar identik, risiko lupus meningkat menjadi 25% pada saudara kembar dari pasien yang menyandang lupus. o Hormon Penyandang lupus wanita:pria adalah 9:1. Dan sebagian besar penyandang wanita adalah mereka dalam usia produktif. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor hormonal. Estrogen terbukti sebagai hormon yang mempengaruhi aktifnya lupus dalam penelitian hewan baik secara invitro maupun invivo. Sehinggan harus benar-benar dipertimbangkan pemberian terapi hormon dan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen pada Odapus. o Lingkungan Beberapa faktor lingkungan diduga berperan kuat mencetuskan lupus, diantaranya adalah: infeksi, zat kimia, racun, rokok dan sinar matahari. Infeksi Beberapa infeksi diduga menyebabkan lupus, salah satu penyebab terkuat adalah EBV (Epstein-Barr Virus), virus penyebab demam kelenjar (mononucleosis). Sebagian besar odapus 4 tercatat pernah terinfeksi virus ini dalam riwayat penyakitnya. Hal ini dapat dibuktikan bahwa system imun mulai terganggu saat berusaha menyerang EBV juga menyerang sel tubuhnya sendiri. Sehingga proses tersebut diduga kuat berhubungan dengan penyebab lupus. Zat kimia dan racun Beberapa penelitian membuktikan bahwa paparan terhadap zat kimia dan racun termasuk pekerjaan yang berhubungan silika. Merokok Akhir-akhir ini, merokok telah terbukti berhubungan dengan munculnya lupus. Merokok juga meningkatkan risiko penyakit autoimun lainnya seperti arthritis reumathoid dan multiple sclerosis. Sinar matahari Paparan terhadap ultraviolet telah terbukti dapat menyebabkan perburukan manifestasi lupus. Yaitu menyebabkan timbulnya ruam kulit dan munculnya gejala lupus pada organ lainnnya. Menghindari sinar matahari dan menggunaka tabir surya (sun block) adalah hal yang tidak mudah namun mutlak harus dilakukan oleh odapus karena sangat bermanfaat. II. Penatalaksanaan Lupus Pendahuluan Penatalaksanaan lupus tidak mudah. Penyakit ini memiliki banyak manifestasi dan setiap orang memiliki pola tersendiri yang berubah dari waktu ke waktu, yang terkadang berlangsung cepat. Secara umum, pasien dengan lupus berat, misalnya lupus ginjal atau sistem saraf pusat (SSP), dan mereka yang menderita lebih dari satu jenis penyakit autoantibodi cenderung memiliki gejala yang serius dan menetap. Pasien yang memiliki gejala ringan dapat terus mengalami gejala ringan atau berkembang menjadi lebih serius. Sehingga penting untuk memperhatikan semua gejala baru yang timbul sebagai manifestasi dari penyakit tersebut karena penatalaksanaan lupus sangat berkaitan dengan gejala klinis dan organ tubuh yang terkena. Penilaian Aktivitas Penyakit Penilaian klinis aktivitas penyakit sama pentingnya dengan hasil tes laboratorium. Kelelahan, demam atau perubahan emosi dapat menjadi indikasi aktifnya lupus, seperti juga munculnya ruam atau nyeri sendi. Pemantauan aktifitas penyakit sangat diperlukan untuk menentukan agresifitas penatalaksanaan lupus dan dosis obat yang dibutuhkan. Hal ini dapat dimonitor dari banyaknya organ tubuh pasien yang terkena dan tes laboratorium yang sesuai untuk memantau aktifitas penyakit misalnya pemeriksaan tes fungsi ginjal,atau fungsi paru, jumlah sel darah putih (leukosit), sel darah merah (hemoglobin) atau bahkan laju endap darah (LED). Berbagai indeks penilaian derajat penyakit telah dikembangkan dan digunakan oleh para spesialis, namun aktivitas penyakit yang terus berubah dan kerusakan jaringan yang terjadi menyulitkan untuk membedakan pengaruh dari peradangan aktif atau akibat kerusakan yang terbentuk. Sehingga pada prakteknya, lupus dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat, sesuai dengan berat ringannya gejala yang muncul. Lupus Ringan Manifestasi yang umum adalah nyeri sendi, ruam, sensitif terhadap cahaya matahari, sariawan di mulut, Raynauds syndrome (perubahan warna pada ujung jari akibat suhu dingin), rambut rontok, dan kelelahan. Seringkali gejala tersebut cukup dikontrol oleh analgesik dan mengurangi paparan 5 sinar matahari dengan menggunakan tabir surya. Hidroksikloroquin umumnya digunakan dalam gejala ini. Kelelahan merupakan gejala lain dari tingkatan ini yang terkadang menjadi alasan digunakannya steroid dosis rendah, walaupun hasilnya kadang tidak maksimal. Nyeri sendi atau ruam kulit dapat juga menggunakan dosis tersebut. Dosis steroid yang tinggi harus dihindari jika resiko efek samping yang timbul cenderung lebih besar dari manfaatnya. Hal ini penting untuk dipertimbangkan dalam membuat keputusan pemberian steroid karena efek samping obat lebih umum terjadi pada orang dengan lupus dibandingkan populasi lainnya. Pola hidup sehat (makanan sehat dan olah raga ringan yang teratur) juga sangat dianjurkan. Lupus Sedang Tingkatan ini meliputi pleuritis (radang selaput paru), perikarditis (radang selaput jantung), ruam berat dan manifestasi darah seperti trombositopenia atau leukopenia. Dalam kasus ini, terapi steroid biasanya sudah dibutuhkan, namun dengan penggunaan dosis yang cukup untuk mengendalikan penyakit dan kemudian menguranginya menjadi dosis pemeliharaan serendah mungkin. Agak sulit untuk menstandarisasi dosis, namun pada umumnya Pleuritis dapat dikontrol dengan 20mg prednisolon per hari, kelainan darah membutuhkan dosis 40mg atau lebih. Hidroksikloroquin sudah memadai sebagai tambahan steroid, tapi kadang obat imunosuppressan juga dibutuhkan seperti: Azathioprine, dan Methotrexate. Siklosporin juga dapat digunakan khususnya dalam pengobatan trombositopenia, tetapi karena kecendrungan menyebabkan hipertensi dan merusak fungsi ginjal harus digunakan secara hati-hati. Obat- obat immunosupresan ini membutuhkan waktu 1-3 bulan sampai efeknya muncul,sehingga dalam periode tersebut steroid masih dibutuhkan dalam dosis yang cukup untuk mengontrol penyakit. Jika pasien sudah dapat distabilkan dengan obat imunosupresan, dosis steroid harus segera diturunkan ke dosis terendah untuk pengendalian penyakit. Lupus Berat Ginjal, SSP, dan manifestasi kulit berat atau kelainan darah berat termasuk ke dalam tingkatan ini. Steroid sangat dibutuhkan dalam tahap ini dengan tambahan obat immunosupresan. Prednisolon atau metilprednisolon intravena mungkin dibutuhkan untuk mengendalikan penyakit ini. Azathioprin, methotrexate, atau mychophenolate dapat digunakan sebagai imunosupresif dan dapat mengurangi dosis steroid yang diperlukan. Pengobatan dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu: induksi awal dimana penyakit aktif dikendalikan, dan fase pemeliharaan agar penyakit tetap terkontrol. Pengobatan tambahan yang digunakan untuk lupus berat meliputi immunoglobulin intravena, plasma exchange, dan antibodi monoclonal (agen biologi). mengalami penurunaan penggunaannya dibandingkan waktu yang lalu tapi banyak yang masih percaya bahwa pengobatan tersebut sangat membantu pada lupus akut, penyakit berat, dan sebagian lupus yang mengenai otak. Antibodi monoklonal, terutama rituximab sangat menjanjikan dan cenderung memainkan bagian penting dalam pengelolaan penyakit sedang dan berat. Obat-obat lupus secara umum 1. NSAID (Non Steroid Anti-Inflamasi Drugs) NSAIDs adalah obat anti inflamasi non steroid) merupakan pengobatan yang efektif untuk mengendalikan gejala pada tingkatan ringan, tapi harus digunakan secara hati-hati karena sering menimbulkan efek samping peningkatan tekanan darah dan merusak fungsi ginjal. Bahkan beberapa jenis NSAID dapat meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke. Obat tersebut dapat juga mengganggu ovulasi dan jika digunakan dalam
kehamilan (setelah 20 minggu), dapat mengganggu fungsi ginjal janin.
2. Kortikosteroid Penggunaan dosis steroid yang tepat merupakan kunci utama dalam pengendalian lupus. Dosis yang diberikan dapat terlalu rendah untuk pengendalian penyakit, namun kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian dosis terlalu tinggi dalam waktu terlalu lama. Osteoporosis yang disebabkan oleh steroid adalah masalah yang umumnya terjadi pada Odapus. Sehingga dibutuhkan penatalaksanaan osteoprotektif seperti pemriksaan serial kepadatan tulang dan obat-obat osteoprotektif yang efektif seperti kalsium dan bifosfonat. Terapi hormon tidak lagi digunakan untuk pencegahan atau pengobatan osteoporosis karena meningkatkan risiko kanker payudara dan penyakit jantung. Bifosfonat tidak baik digunakan selama kehamilan dan dianjurkan bahwa kehamilan harus ditunda selama enam bulan setelah penghentian bifosfonat. Peningkatan risiko terserang infeksi merupakan perhatian utama dalam terapi steroid, terutama pada mereka yang juga mengkonsumsi obat imunosupresan. Steroid juga dapat memperburuk hipertensi, memprovokasi diabetes dan memiliki efek buruk pada profil lipid yang mungkin berkontribusi pada meningkatnya kematian akibat penyakit jantung. Steroid dosis tinggi meningkatkan risiko pendarahan gastrointestinal dan terjadi pada pada dosis yang lebih rendah jika digunakan bersama NSAID. Osteonekrosis (nekrosis avaskular) juga cukup umum pada lupus dan tampaknya terkait terutama dengan penggunaan steroid oral dosis tinggi atau metilprednisolon intravena. Meskipun memiliki banyak efek samping, obat kortikisteroid tetap merupakan obat yang berperan penting dalam pengendalian aktifitas penyakit. Karena itu, obat ini tetap digunakan dalam terapi lupus. Pengaturan dosis yang tepat merupakan kunci pengobatan yang baik. 3. Antimalaria Hydroxychloroquine (Plaquenil) lebih sering digunakan dibanding kloroquin karena risiko efek samping pada mata diyakini lebih rendah. Toksisitas pada mata berhubungan baik dengan dosis harian dan kumulatif, Selama dosis tidak melebihi, resiko tersebut sangat kecil. Pasien dianjurkan untuk memeriksa ketajaman visual setiap 6 bulan untuk identifikasi dini kelainan mata selama pengobatan. Dewasa ini pemberian terapi hydroxychloroquine diajurkan untuk semua kasus lupus dan diberikan untuk jangka panjang. Obat ini memiliki manfaat untuk mengurangi kadar kolesterol, efek anti-platelet sederhana dan dapat mengurangi risiko cedera jaringan yang menetap serta cukup aman pada kehamilan. 4. Immunosupresan Azathioprine Azathioprine (Imuran) adalah antimetabolit imunosupresan: mengurangi biosintesis purin yang diperlukan untuk perkembangbiakan sel termasuk sel sistem kekebalan tubuh. Mual adalah efek samping yang umum terjadi, sedangkan leukopenia dan trombositopenia terjadi hanya pada sekitar 4% kasus. Pemantauan efek obat bisa menjadi masalah jika odapus sudah memiliki gejala klinis tersebut. Azathioprine dianggap aman digunakan selama kehamilan. Mycophenolate mofetil Mycophenolate mofetil (MMF) berfungsi menghambat sintesis purin, proliferasi limfosit dan respon sel T antibodi. Dibandingkan siklofosfamid, MMF tidak menyebabkan kegagalan fungsi ovarium (indung telur) dan lebih sedikit menyebabkan infeksi serius, leukopenia atau alopecia (kebotakan). Obat ini juga diduga lebih efektif dan lebih 7 baik ditoleransi daripada azathioprine namun kontra indikasi dalam kehamilan, sehingga hanya boleh digunakan pada wanita usia subur bila disertai penggunaan kontrasepsi yang dapat diandalkan. Karena panjangnya waktu paruh, pengobatan harus dihentikan sedikitnya enam minggu sebelum konsepsi yang direncanakan. Methotrexate Methotrexate merupakan asam folat antagonis yang diklasifikasikan sebagai agen sitotoksik antimetabolit, tetapi memiliki banyak efek pada sel- sel sistem kekebalan tubuh termasuk modulasi produksi sitokin. Digunakan seminggu sekali dan jika diperlukan diberikan pula asam folat sekali seminggu (tidak pada hari yang sama dengan methotrexate) secara rutin untuk mengurangi risiko efek samping. Mual dan sariawan cukup sering terjadi, leukopenia, trombositopenia dan tes fungsi hati yang abnormal kadang-kadang dapat terjadi. Obat ini tidak boleh digunakan selama kehamilan dan harus dihentikan penggunaannya tiga bulan sebelum konsepsi. Cyclosporin Cyclosporin menghambat aksi kalsineurin sehingga menyebabkan penurunan fungsi efektor limfosit T. Hipertensi dan peningkatan kreatinin serum merupakan efek samping yang paling sering terjadi sehingga pemantauan tekanan darah dan kreatinin sangat penting. Obat ini dianggap aman untuk digunakan selama kehamilan dalam dosis efektif terendah dengan memonitor secara seksama tekanan darah dan fungsi ginjal. Cyclophosphamide Obat ini telah digunakan secara luas untuk pengobatan lupus yang mengenai organ internal dalam empat dekade terakhir. Telah terbukti meningkatkan efek pengobatan terhadap pasien lupus ginjal dibandingkan hanya diberikan steroid saja. Obat ini juga banyak digunakan untuk pengobatan lupus susunan saraf pusat berat dan penyakit paru berat. Dapat diberikan dalam dosis oral harian atau sebagai infus intravena. sesuai dengan keparahan penyakit. Efek samping utama yang harus diperhatikan adalah peningkatan risiko infeksi, kegagalan fungsi ovarium, toksisitas kandung kemih, dan peningkatan risiko keganasan. Obat ini teratogenik dan mengganggu fungsi organ reproduksi baik pada pria maupun wanita. Sehingga penggunaan obat harus dihentikan tiga bulan sebelum konsepsi. Rituximab Rituximab bekerja pada sel B yang diduga merupakan sel esensial dalam perkembangan lupus. Sekarang ini Rituximab sering diberikan kombinasi dengan methotrexate. Setelah infus rituximab ditemukan penurunan tingkat autoantibodi. Rituximab telah menyebabkan kemajuan dramatis pada beberapa odapus. Saat ini Rituximab termasuk salah satu obat yang menjanjikan untuk Lupus. Obat-obat yang dapat digunakan sesuai manifestasi penyakit: 1. Ruam kulit o Sun block/tabir surya o Topikal kortikosteroids 2. Nyeri danbengkak pada sendi o Analgesik sederhana seperti: Parasetamol, NSAID o Topikal analgesik o Amitriptiline: golongan antidepresan yang diresepkan bersama analgesik pada pasien sekunder fibromyalgia untuk mengatasi stress akibat rasa nyeri yang berkepanjangan 3. Mata kering o Tetes air mata buatan untuk mengatasi kekeringan bola mata 4. Sariawan dan kekeringan rongga mulut o Salivary substitute : air liur buatan dalam bentuk cair atau 8 semprot berbahan dasar methylcellulose atau gastric mucin o Obat kumur steroid 5. Trombositopeni o Danazol (Danocrine) atau vincristine (Oncovin) adalah terapi jangka panjang bagi penderita trombositopenia berat 6. Osteoporosis o Vitamin D o kalsium 7. Risiko penyakit jantung koroner o Asam folat o Obat penurun kadar lemak darah Sumber diambil dan diterjemahkan dari : 1. Lupus- Diagnosis and Treatment, Lupus UK, www.medical.lupusuk.org.uk 2. SLE - Rituximab in lupus, Robert EisenberghIIp, hIIp://www.ncLi.n|m.nih.gcv/pmc/crIic|e:/FMC1505 3. IrecImenI cf Sy:Iemic Lupu: EryIhemcIc:u:: /n UpccIe, MlCHELLE FEIFl, M.D., M.F.H., www.ccfp.crg/cfp/8000cp/peIri.hIm| 4. Lupus, Teratment and Drugs, Mayo clinic staff, http://www.mayoclinic.com/health/lupus/DS00115/DSECTION=tre atments-and-drugs