Anda di halaman 1dari 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah 1. Definisi Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah merupakan masa yang penuh dengan berbagai aktivitas selain itu anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, kualitas bangsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini (Berg, 2007). 2. Definisi Perkembangan Kognitif Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam jamaris, 2006). Perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya (Piaget dalam Setiono, 2009).

3.

Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak Usia Sekolah Tahap perkembangan Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan

berpikir yang mencakup kemampuan intelektual, mulai dari proses mengenal dilanjutkan dengan proses mengingat (menghafal) kemudian memahami dan memproses informasi apa yang telah diperoleh. Informasi yang diterima pada saat belajar, akan disimpan dalam ranah kognitif, sehingga akan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan kognitif seorang anak berkembang sesuai dengan tahapan usianya.
8

Perkembangan kognitif anak usia sekolah dalam fase operasional konkrit (7-11 tahun), Piaget menggunakan istilah operasional konkrit untuk

menggambarkan kemampuan berpikir pada tahap ini disebut dapat berpikir artinya kemampuan anak dapat berpkir secara sitematis, tetapi terbatas pada obyek yang merupakan aktivitas konkret (Setiono, 2009) . Tahapan operasional konkrit : a. Pengurutan Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk atau ciri lainnya.contoh, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. b. Klasifikasi Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan). c. Decentering Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

10

d.

Reversibiliy Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat di ubah,

kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4= 8, 8-4=4, jumlah sebelumnya. e. Konservasi Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. f. Penghilangan sifat Egosentrisme Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukan komik yang memperlihatkan siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkret akan mengatakan bahwa siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh ujang.

4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

11

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut (Soetjiningsih, 1995) : a. Faktor Internal 1) Ras/ etnik atau bangsa Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter ras/ bangsa Indonesia atau sebaliknya. 2) Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus. 3) Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja. 4) Jenis kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak lakilaki akan lebih cepat. 5) Genetik

12

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil. 6) Kelainan Kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Downs dan sindroma Turners. b. Faktor Eksternal Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. 1) Faktor prenatal a) Gizi Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin. b) Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot. c) Toksin/ zat kimia Beberapa obat-obatan seperti aminopterin atau Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. d) Endokrin Diabetes Mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan hiperplasia adrenal. e) Radiasi

13

Paparan radiasi dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung. f) Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH ( Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus, Herpes simpleks). Dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital g) Kelainan imunologi Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan krenikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. h) Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu. i) Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain. 2) Faktor persalinan

14

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. 3) Faktor pascapersalinan a) Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. b) Penyakit kronis atau kelainan kongenital Tuberkulosis, anemia dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. c) Lingkungan fisik dan kimia Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider), sanitasi lingkungan yang kurang baik,kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak. d) Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seseorang anak yang tidak dikehendaki oleh orangtuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

perkembangannya. e) Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

15

f) Sosioekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, hal tersebut menghambat pertumbuhan anak. g) Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. h) Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya stimulasi keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak serta keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak. Merupakan salah satu bentuk stimulasi yang dapat mengaktifkan kemampuan otak kanan dan kiri pada anak sehingga mampu memperbaiki rentang konsentrasi pada anak. i) Obat-obatan Pemakaian Kortikosteroid jangka panjang akan menghambat

pertumbuhan demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

16

B. Konsep Dasar Konsentrasi Belajar 1. Pengertian Belajar (learning) merupakan proses mendapatkan reaksi-reaksi, sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus (Chaplin, 1999). Holland (1981) menuliskan learning sebagai perubahan di dalam perilaku atau potensi yang dihasilkan dari pengalaman. Menurut para ahli psikologi seseorang akan menjadi benar-benar sangat
pintar ketika berusia 6 tahun; mereka menemukan bahwa prestasi di usia 6 tahun menggambarkan 2/3 (two-thirds) dari tingkat kecerdasan orang dewasa (Holland, 1981). Menurut DePorter, Reardon, dan Singer-Nourie (2000) belajar yang paling baik adalah saat pikiran terfokus pada masalahnya satu per satu. Kebanyakan siswa perlu belajar cara berkonsentrasi. Penelitian menunjukkan bahwa siswa dalam keadaan konsentrasi terfokus akan belajar lebih cepat dan lebih mudah.

Daud (2010) menjelaskan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi. Menurut Surya (2009), Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Konsentrasi belajar menurut Slameto (2003), yaitu pemusatan pikiran terhadap suata mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Sedang menurut Surya (Yanti, 2006), adalah pemusatan daya pikiran kepada suatu objek yang dipelajari atau sesuatu

17

yang dikerjakan dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari atau dikerjakan. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran seorang siswa terhadap suatu mata pelajaran yang dipelajari dengan menyisihkan atau mengesampingkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari atau dikerjakan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi terfokus dalam belajar merupakan faktor utama yang penting untuk diajarkan kepada siswa agar siswa mampu mencapai kesuksesan belajar. 2. Tingkatan konsentrasi belajar Moray (Eysenck, 1984) mengatakan bahwa konsentrasi identik dengan perhatian, yaitu kemampuan memilih salah satu stimulus yang ada untuk diproses lebih lanjut. Sementara Sugiyanto (Helmi, 1995) mengartikan konsentrasi sebagai kemampuan memusatkan pikiran/kemampuan mental dalam peyortiran informasi yang tidak dibutuhkan dan memusatkan perhatian hanya pada informasi yang dibutuhkan. Konsentrasi juga didefinisikan dengan memberikan perhatian penuh (full attention) terhadap suatu hal (Oxford 5 Learners Pocket Dictionary, 1995). Dengan demikian, konsentrasi melibatkan atensi (attention) di dalam prosesnya. Prinsip utama dari atensi adalah aktivitas individu diarahkan pada sebuah obyek dan memberikan porsi yang lebih (give them all) terhadap sebuah hal. Atensi memuat beberapa aktivitas, antara lain: a. Memfokuskan energy (focusing energy) : Energi individu diarahkan pada obyek yang sedang diperhatikan.

18

b.

Menemukan tujuan (finding excitement in discovery) :Atensi merupakan aktivitas penemuan sebuah jawaban atas masalah yang dihadapi.

c.

Hidup dalam kesadaran (Being much awake) : Atensi menuntut alam kesadaran manusia bekerja secara maksimal untuk menemukan tujuan yang diinginkan.

3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain:

a. Usia Faktor usia ikut berpengaruh dalam kemampuan konsentrasi individu karena kemampuan untuk berkonsentrasi ini ikut tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia individu. Pada anak-anak perhatiannya lebih mudah terpecah dan kurang mampu memusatkan pikiran dibandingkan orang dewasa. Ini disebabkan kapasitas kemampuan berkonsentrasi pada anak-anak lebih terbatas bila dibandingkan orang dewasa (Wickens dalam Veenstra, 1995). b. Fisik Di samping atensi, hal yang perlu diperhatikan dalam konsentrasi adalah sikap dan kenyamanan posisi secara fisik. Sikap fisik akan menentukan cepat atau lambatnya seseorang mengalami kelelahan dalam beraktivitas. Hal ini disebabkan di dalam konsentrasi diperlukan ketahanan untuk memusatkan pikiran dan perhatian. Bjorklund dan Harnischfeger menemukan bahwa kondisi sistem saraf memperngaruhi kemampuan individu dalam menyeleksi sejumlah dalam kegiatan

19

perhatian. Individu memiliki kemampuan saraf otak yang berbeda dalam menyeleksi sejumlah informasi yang ada sehingga turut mempengaruhi kemampuan individu dalam memusatkan perhatian. (Veenstra, 1995). c. Pengetahuan dan pengalaman Treisman dan Gelade (Anderson, 1995) menjelaskan bahwa faktor pengetahuan dan pengalaman turut berperan dalam usaha untuk memusatkan perhatian. Individu akan memusatkan perhatian pada objek yang belum bisa dikenali polanya sehingga pengetahuan dan pengalaman individu dapat memudahkannya untuk berkonsentrasi. 4. Ciri-ciri anak dengan konsentrasi belajar yang baik Ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar berkaitan dengan perilaku belajar yang meliputi perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotor. Karena belajar merupakan aktivitas yang berbeda-beda pada berbagai bahan pelajaran, maka perilaku konsentrasi belajar tidak sama pada perilaku belajar tersebut. Engkoswara dalam Tabrani (1989:10) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar sebagai berikut. a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan: (1) kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan, (2) komprehensif dalam penafsiran informasi, (3) mengaplikasikan pengetahuan yang

20

diperoleh, (4) mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh. b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai: (1) adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu, (2) respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, (3) mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang. c. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai: (1) adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru, (2) komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti. d. Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar tampak pada perhatiannya yang terfokus pada hal yang diterangkan guru atau pelajaran yang sedang dipelajari.

5.

Cara mengukur konsentrasi belajar Berikut adalah indikator atau alat mengukur konsentrasi dalam belajar

yang dikemukakan oleh Super dan Crities, yang dikutip oleh Kuntoro (1986) dalam Rachman (2010) bahwaccara untuk mengukur konsentrasi belajar adalah

21

sebagai berikut : a. Memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampai kan guru b. Dapat merespon dan memahami setiap materi pelajaran yang diberikan c. Selalu bersikap aktif dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang disampaikan guru d. Menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan guru e. Kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran Untuk mengukur tingkat konsentrasi belajar siswa, yang terpenting adalah mengetahui seberapa jauh individu tersebut menerima, menolak atau menghindari setiap pelaksanaan pembelajaran yang menjadi kecenderungannya.

C. Konsep Dasar Matematika 1. Definisi Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang tekhnologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta tekhnologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Risti, 2011) Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

22

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

2.

Tujuan Pembelajaran Matematika Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minta dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

3.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar a. Kelas III, Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

23

Bilangan 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka

1.1 Menentukan letak bilangan pada garis bilangan 1.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka 1.3 Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka 1.4 Melakukan operasi hitung campuran 1.5 Memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang

b. Kelas III, Semester 2 Standar Kompetensi Bilangan 2.Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Mengenal pecahan sederhana 2.2 Membandingkan pecahan sederhana 2.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana

4.

Gangguan belajar matematika pada anak Menurut Wood (2005), masalah dapat timbul dala wujud kesulitan

membedakan angka, simbol-simbol, serta bangun ruang (kemampuan persepsi visual yang buruk), tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematis (ingatan yang buruk), menulis angka yang tidak terbaca atau dalam ukuran kecil (kelemahan fungsi motorik), dan tidak memahami makna simbol matematis (pemahaman yang lemah terhadap istilah istilah matematis). Bentuk kelemahan lainnya meliputi lemahnya kemampuan berpikir abstrak (memecahkan soal soal dan melakukan perbandingan) serta metakognisi (mengidentifikasi serta memanfaatkan algoritma dalam memecahkan soal-soal matematika).

24

C. Konsep Dasar Brain Gym atau Senam otak 1. a. Anatomi dan Fungsi dari Otak Otak Otak merupakan bagian yang paling mengagumkan dari manusia, dimana hampir 98% berisikan jaringan saraf tubuh atau bekisar 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional (Guyton & Hall,2007). b. Serebrum Terdiri dari dua hemisfer yaitu substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan substansia alba menutupi dinding serebrum bagian dalam Sebagian besar hemisfer serebri (teten sefalon) berisi jaringan sistem saraf pusat (ssp). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensia. Lobus serebrum antara lain lobus frontal yang terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri. Lobus parietal (lobus sensori), area ini menginterprestasikan sensasi, sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu maupun mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Lobus temporal berfungsi mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran, memori jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini. Lobus aksipital terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian ini bertanggung jawab mengintepretasikan penglihatan.

c.

Dien sefalon

25

Fosa bagian tengah atau dien sefalon berisi talamus, hipotalamus dan kelenjar hipofisis. 1) Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktifitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima semua impus memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini. 2) Hipotalamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf autonom. Mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontruksi atau vasodilatasi dan

mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis, sebagai pusat lapar, mengontrol berat badan, mengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan respon emosional (malu, marah, depresi, panik dan takut). 3) Kelenjar hipofisis Hipofisis lobus anterior memproduksi hormon pertumbuhan, hormon adrenakortikatropil (Acth), prolaktin, hormon perangsang tiroid (TSH), Hormon folikel (FSH) dan luteinizing hormon (LH). Lobus posterior berisi hormon antidiuretik (ADH) yang mengatur sekresi dan retensi cairan pada ginjal.

d. Batang otak Terdiri dari otak tengah, pons dan medulla oblongata, otak tengah menghubungkan pons dan serebelum dengan hemisfer serebelum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan. Pons terletak di depan serebelum antara otak tengah dan medulla dan

26

merupakan jembatan antara bagian serebelum, dan juga antara medulla dan serebelum. e. Sistem Limbik Sistem Limbik merupakan suatu konsep fungsional dan terdiri dari girus singuli, girus hipokampus, dan hipokampus. Fungsi utama dari sistem limbik berkaitan dengan pengalaman dan ekspresi alam perasaan, perasaan dan emosi, terutama reaksi marah, takut, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.Sistem limbik turut berrperan dalam ingatan, karena lesi pada hipokampus dapat mengakibatkan hilangnya ingatan baru. f. Serebelum Terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer serebral, lipatan durameter nentorium serebelum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan getaran halus. Ditambah mengontrol getaran yang benar, keseimbangan, posisi dan mengintegrasikan input sensorik. g. Korteks Serebri Bagian fungsional kortteks serebri terdiri dari satu lapisan tipis neuron dengan tebal 2 sampai 5 mm, yang menutupi permukaan semua lipatan serebrum dan mengandung 100 biliun neuron. Menurut Guyton & Hall (2007) terdapat beberapa fungsi daerah korteks spesifik tertentu antara lain sebagai berikut : 1) Daerah Asosiasi Sensoris.

27

Fungsi umum daerah asosiasi sensoris adalah untuk mengadakan interpretasi tingkat tinggi dari pengalaman sensoris. Kerusakan daerah asosiasi sensoris kemampuan otak untuk menganalisis berbagai sifat pengalaman sensoris. 2) Fungsi Penafsiran Lobus Temporalis Superior (Daerah WERNICKE) Daerah asosiasi somatik, visual, dan auditorius disebut dengandaerah penafsiran semuanya bertemu dalam bagian posterior lobus temporalis superior dan didalam bagian anterior girus angularis, tempat lobus temporalis, parietalis, dan oksipitalis. Tempat pertemuan daerah penafsiran sensoris ini sangat berkembang dalam sisi otak dominan. Sembilan dari sepuluh orang hemisfer kiri merupakan yang dominan karena pada saat lahir sering area Wernicke otak dari hemisfer kiri lebih besar 50 persen daripada yang kanan. Bila area Wernicke dihemisfer dominan rusak, maka normalnya seseorang akan kehilangan hampir semua fungsi intelektual yang berhubungan dengan bahasa atau simbolisasi seperti kesanggupan membaca, kesanggupan melakukan kerja secara matematis serta kesanggupan untuk memikirkan problema logis, tetapi kesanggupan penafsiran menggunakan region girus angularis dan lobus temporalis hemisfer sisi berlawanan tetap dipertahankan. 3) Daerah Prefrontal Daerah prefrontal merupakan bagian lobus frontalis yang terletak anterior terhadap daerah motorik.Daerah ini dianggap sebagai tempat intelek manusia lebih tinggi.Efek kerusakan pada daerah ini akan sangat mudah dialihkan

28

pikirannya dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pikiran jangka panjang dan rumit.

2.

Definisi Brain gym atau Senam Otak Brain gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan

digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology Foundation, USA untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Gerakan - gerakan ini membuat segala macam pelajaran lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademis. Educational Kinesiology adalah suatu sistem yang memberdayakan semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-gerakan untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang (Dennison, 2008). Gerakan-gerakan brain gym atau senam otak adalah suatu sentuhan yang bisa merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal. Yaitu lebih mengaktifkan kemampuan otak kanan dan kiri, sehingga kerjasama antara belahan otak kanan dan kiri bisa terjalin. Brain gym dapat digunakan untuk membantu pelajar untuk lebih siap menerima pelajaran, memperbaiki rentang konsentrasi, meningkatkan fokus, memperbaiki kemampuan berkomunikasi, mengendalikan emosi, mengembangkan kemampuan matematika, dll. Itu sebabnya, latihan ini cocok untuk siswa terutama dalam menunjang belajarnya di sekolah. Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

29

Kata Educational berasal dari kata Latin educare, yang berarti menarik keluar. Kinesiology dikutip dari bahasa Yunani kinesis, berarti gerakan dan merupakan pelajaran gerakan tubuh manusia. Edu-K adalah suatu sistem yang memberdayakan semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-gerakan untuk menarik keluar sebuah potensi seseorang. Konsep daribrain gym adalah: 1) Belajar merupakan kegiatan alami dan menyenangkan dan terus terjadi sepanjang hidup seseorang 2) Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas baru 3) Kita semua mengalami kesulitan belajar selama kita telah belajar untuk tidak bergerak. Jadi brain gym adalah suatu usaha alternatif alami yang sehat untuk mengahadapi ketegangan dan tantangan pada diri sendiri dan orang lain (Dennison, 200:3). Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa brain gym adalah latihan gerak tubuh secara sederhana dan menyenangkan yang melibatkan beberapa titik yang berkaitan langsung dengan saraf-saraf otak, berfungsi untuk membantu pelajar untuk lebih siap menerima pelajaran, memperbaiki rentang konsentrasi, meningkatkan fokus dan daya ingat, memperbaiki kemampuan berkomunikasi, mengendalikan emosi, meningkatkan keterampilan matematika siswa,

membangun harga diri. Dilakukan untuk memudahkan dan membantu kegiatan belajar, hambatan-hambatan berpikir, mengurangi stres rasa kebersamaan dan lain sebagainya.

30

3.

Mekanisme Kerja Brain Gym Dennison (2008: 1) mengatakan bahwa otak dibagi ke dalam 3 (tiga)

fungsi yakni, dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan-belakang), serta dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan bervariasi, diantaranya: a. Dimensi Lateralitas Tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kanan atau kiri, dan juga untuk integrasi ke dua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu untuk menyeberangi garis tengah tubuh untuk bekerja di bidang tengah. Ketidakmampuan untuk menyebrangi garis tengah mengakibatkan apa yang disebut ketidakmampuan belajar (learning disabled) Seperti sulit menulis dan cenderung menulis huruf terbalik dan sulit membaca (disleksia). Beberapa gerakan untuk dimensi ini adalah 8 tidur, gajah dan sebagainya. b. Dimensi Pemfokusan Pemfokusan adalah kemampuan menyeberangi garis tengah partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah partisipasi adalah garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari samping): tergantung partisipasi batin pada suatu kegiatan apakah seorang berada di depan atau di belakang garis tersebut. Informasi diterima oleh otak bagian belakang (batang otak atau brainsterm) yang merekam semua pengalaman, lalu informasi diproses dan

31

diteruskan ke otak bagian depan untuk diekspresikan sesuai tuntutan dan keinginannya. Ketidaklengkapan perkembangan refleks menghasilkan ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam proses belajar. Murid yang mengalami fokus kurang (underfokused) disebut kurang perhatian, kurang pengertian, terlambat bicara, atau hiperaktif. Sementara,

sebagian lain adalah anak yang terlalu mengalami fokus lebih (overfokused) dan berusaha terlalu keras. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah burung hantu. c. Dimensi Pemusatan Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian dan bawah otak, bagian tengah sistem limbis (midbrain) yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak besar (cerebrum) untuk berpikir abstrak, apa yang dipelajari benar-benar harus dapat dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh ketakutan yang tak beralasan, cenderung bereaksi berjuang atau melarikan diri, atau

ketidakmampuan untuk merasakan atau menyatakan emosi. Gerakan yang memuat sistem badan menjadi rileks dan membantu menyiapkan murid untuk mengolah informasi tanpa pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau bertumpu pada dasar yang kokoh. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah tombol bumi, tombol keseimbangan, tombol angkasa, pasang telinga, titik positif dan lain-lain.

32

Setelah seseorang belajar bagaimana mengkoordinasikan gerakan mata, tangan dan tubuh mereka, maka dapat disebut kegiatan brain gym sudah mencapai tujuannya, dan integrasi menjadi pilhan otomatis. Sebagian orang akan mengakui bahwa brain gym sangat membantu dalam waktu singkat untuk mencapai perilaku tertentu. Kebanyakan murid secara sadar memilih untuk melakukan gerakangerakan tersebut secara teratur selama beberapa minggu dan bulan guna membantu memperkuat sesuatu yang baru dipelajari. Banyak murid akan kembali menggunakan gerakan brain gym yang mereka senangi bila stress atau tantangan muncul di dalam hidup mereka (Dennison, 2004:3) D. Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain gym Brain gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan di gunakan oleh para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja oleh siapa saja termasuk bayi. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Menurut Tobing (2008) gerakan-gerakan brain gym harus diulang sesering mungkin dalam waktu tertentu untuk mendapatkan hasil yang baik. Bila melakukan brain gym untuk kemampuan tertentu, sering dapat langsung memperbaiki perilaku atau prestasi. Sebagian orang akan mengakui bahwa braingym sangat membantu dalam waktu singkat untuk mencapai perilaku tertentu. Kebanyakan murid secara teratur selama beberapa minggu atau bulan guna membantu memperkuat sesuatu yang baru dipelajari. Banyak murid akan

33

kembali menggunakan gerakan-gerakan rutin brain gym yang mereka senangi bila stres atau tantangan muncul di dalam hidup mereka (Dennison, 2008:3). E. Batasan Usia dalam Brain Gym Brain gym adalah program pelatihan otak yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison dan gail E. Dennison sejak tahun 1970. Program ini awalnya dirancang untuk mengatasi gangguan belajar pada anak-anak dan orang dewasa. Dasar pemikiran brain gym adalah belajar merupakan kegiatan alami dan menyenangkan dan terus terjadi sepanjang hidup seseorang, kesulitan belajar adalah ketidakmampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas baru dan kita semua mengalami kesulitan belajar selama kita telah belajar untuk tidak bergerak. Brain gym dapat dilakukan oleh orang lanjut usia (lansia). Pada umumnya, lansia mengalami penurunan kemampuan otak dan tubuh. Penurunan inilah yang membuat lansia mudah sakit, tidak kreatif, tidak bisa bekerja lagi dan mundurnya fungsi intelektual berupa mudah lupa atau sampai pada kemunduran yang ditandai dengan kepikunan. Meski demikian penurunan ini bisa diperbaiki dengan brain gym. Karena brain gym tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga gerakan-gerakan yang bisa merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal. Yaitu lebih mengaktifkan kemampuan otak kanan dan kiri, sehingga kerjasama antara belahan otak kanan dan kiri bisa terjalin. Dengan melakukan brain gym kualitas hidup lansia pun akan semakin meningkat. Brain gym tidak saja berguna untuk lansia, tetapi juga segala umur. Bahkan, brain gym juga merangsang pertumbuhan bayi dan menenangkan anak

34

hiperaktif. Karena brain gym merupakan latihan yang serangkai dari gerakan tubuh dinamis, yang memungkinkan didapatkannya keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersama-sama (Ag masykur & Fathani, 2008:124). Menurut Oriza, dalam (Kiki, 2006) pada usia pra sekolah (3- 5 th), brain gym sudah dapat diterapkan, karena pada usia tersebut anak sudah dapat dilatih untuk melakukan gerakan-gerakan brain gym yang pada dasarnya mudah dan menyenangkan. Brain gym ini memang sangat tepat untuk diterapkan di masa sekolah. Proses pembelajran yang selama ini ada di sekolah biasanya dilakukan dengan cara mematri, memaksa, sehingga akibatnya otak menjadi kurang terintegrasi dengan baik. Melalui brain gym, pelajar dapat lebih siap untuk menerima materi pelajaran baru, meningkatkan kemampuan matematika, konsentrasi, meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta mengendalikan emosi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan brain gym dapat meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak dan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa batas umur. F. Aturan dalam Brain gym Menurut Dennison (2008) dalam melakukan gerakan brain gym tentu saja tidak seorang pun dipaksa untuk melakukan gerakan yang dirasakan kurang wajar atau kurang menyenangkan. Setiap pelajar sebaiknya melakukan gerakan sebatas kemampuannya, didorong, tapi jangan dipaksa. Menurut Ag Masykur & Fathani (2008:132) sebelum siswa mulai belajar apa pun atau orang dewasa sebelum memulai brain gym, ia harus menjalani

35

PACE, PACE adalah empat keadaan yang diperlukan, untuk dapat belajar dan berpikir dengan menggunakan seluruh otak. PACE merupakan singkatan dari Positif, Aktif, Clear (jelas) dan Energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus memulainya dengan energetis(minum air), clear (melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat rileks) dan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang lain : a. Minum Air (Drinking Water) Minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu 0,3-0,4 liter per berat 10 kg Berat badan (BB) sehari, kalau siswa sedang belajar atau seseorang sedang melakukan aktivitas pikir. Air mempunyai banyak fungsi dalam badan untuk menunjang belajar anak dan orang dewasa. Diantaranya : darah lebih banyak menerima zat asam yang diperlukan untuk belajar, melepaskan protein untuk belajar hal baru, melarutkan garam yang mengoptimalkan fungsi energi listrik tubuh untuk membawa informasi ke otak, serta mengaktifkan sistem limpa. Limpa berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi, hormon dan sebagai saluran pembuangan. b. Memijat Saklar Otak (Brain Buttons) Cara melakukan gerakan ini, adalah 1) Letakkan satu tangan di atas pusar, dengan ibu jari dan jari-jari tangan yang lain. 2) Raba kedua lekukan di antara rusuk tepat di bawah tulang selangka dan kira-kira 2-3 cm kiri-kanan dari tulang dada.

36

3) Pijat daerah ini selama 30 detik sampai 1 menit, sambil melirik mata dari kiri ke kanan dan sebaliknya Pijatan ini memiliki beberapa manfaat, yakni mengkoordinasi kedua belahan otak, mengaktifkan untuk mengirim pesan dari bagian otak kanan ke sisi kiri tubuh dan sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen, stimulasi arteri karotis untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan meningkatkan aliran energi elektromagnetik. Meningkatkan kemampuan akademik dalam hal menyeberang garis tengah visual untuk membaca dan untuk visual tubuh, koreksi terbaliknya huruf dan angka, memadukan konsonan dan tetap di baris ketika membaca. Dapat menyeimbangkan tubuh kiri- kanan, tingkat energi lebih baik, memperbaiki kerja sama kedua mata, bisa meringankan stres visual, juling atau pandangan yang terus menerus, serta membuat otot tengkuk dan bahu lebih rileks, meringankan kelancaran aliran darah (zat asam) ke otak dan meningkatkan keseimbangan badan. c. Gerakan Silang (Cross Crawl) Dalam latihan silang ini, pelajar menggerakan secara bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di tempat. Gerak silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyeberangan garis tengah bagian lateral tubuh. Lakukan latihan beberapa kali dalam sehari 2-3 menit. Mulailah dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan bagian tubuh mana yang bergerak dan tidak bergerak.

37

Gerakan silang ,mengaktifkan otak untuk menyeberangi garis tengah penglihatan/ pendengaran/kinestetik/ perabaan/ sentuhan, gerakan mata dari kiri ke kanan, dan meningkatkan kebersamaan penglihatan kadua mata (binokular) (Dennison, 2004:7). G. Macam-Macam Gerakan Brain Gym Gerakan-gerakan brain gym meliputi gerakan menyeberangi garis tengah (the midline movements), gerakan meregangkan otot (lengthening aktivities),dan gerakan meningkatkan energi dan sikap penguatan (energy exercise and depening attitudes). Gerakan-gerakan brain gym yang sederhana dan menyenangkan bisa dilakukan pada saat bekerja atau bermain (Dennison, 2008). Gerakan braingym untuk mengembangkan kemampuan kognitif matematika antara lain: a. Putaran Leher (Neck Rolls) Sambil bernafas dalam-dalam, dan kedua bahu relaks, tundukkan kepala agar dagu bersentuhan dengan dada. Pejamkan mata sambil perlahan-lahan dan dengan lembut putar-putar kepala dari satu sisi ke sisi yang lain. Kalau ada bagian yang tegang, relakskan kepala sambil membuat lingkaran-lingkaran kecil dengan hidung dan bernafas dalam-dalam. Lakukan tiga kali gerakan lengkap dari satu sisi ke sisi lain atau lebih. Gerakan ini bermanfaat untuk: mengaktifkan otak untuk penglihatan dengan dua mata secara bersamaan (binokuler), kemampuan membaca dan menulis pada bidang tengah, pemusatan (centering), pasang kuda-kuda (grounding) dan sistem saraf pusat lebih rileks. Meningkatkan kemampuan

38

akademik, dalam hal membaca dengan suara, membaca dalam hati, kemampuan belajar sendiri, bicara dan berbahasa serta memperlancar pernafasan. b. Burung Hantu ( The Owl) Gerakan ini bisa melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stres, khususnya ketika mengangkat buku berat atau ketika

mengkoordinasikan dengan mata untuk membaca atau kemampuan melihat dekat lainnya. Lebih dari itu, gerakan burung hantu melepaskan ketegangan akibat subvokalisasi selama membaca. Gerakan burung hantu juga memperpanjang otot tengkuk dan bahu, dengan mengatur kembali jangkauan gerakannya dan peredaran darah ke otak untuk meningkatkan kemampuan fokus, perhatian dan ingatan. Gerakan burung hantu berfungsi mengaktifkan otak untuk menyeberangi garis tengah pendengaran (perhatian pendengaran, persepsi dan ingatan), mendengarkan suara sendiri, ingatan jangka pendek dan panjang, bicara dalam hati dan kemampuan berfikir, konsentrasi, gerakan sekadik mata yang cukup, dan integrasi penglihatan dan pendengaran dengan gerakan keseluruhan tubuh (Dennison, 2004:31). c. Luncuran Gravitasi (the Gravity Glider) Duduk dengan nyaman di kursi, silangkan pergelangan kaki dan sedikit bengkokan lutut. Buang nafas perlahan-lahan saat membungkukan badan ke depan, dengan kepala di arahkan ke bawah. Jangkau sejauh mungkin tanpa memaksa diri. Tarik nafas sambil menegakkan badan, akhirnya kepala kembali

39

tagak. Lanjutkan gerakan ini selama tiga pernafasan lengkap atau lebih, kemudian ganti letak kaki yang disilangkan dan ulangi proses tadi. Gerakan ini bermafaat untuk: mengaktifkan otak untuk rasa keseimbangan dan koordinasi, centering dan grounding, meningkatkan perhatian penglihatan (integrasi otak belakang-depan), pernafasan lebih dalam dan energi meningkat. Meningkatkan kemampuan akademik untuk pemahaman waktu membaca, serta pemikiran abstrak mengenai pokok tertentu. Menumbuhkan keyakinan dan percaya diri, stabilitas, ekspresi diri yang pas, tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu kesatuan serta sikap tubuh relaks meski duduk lama.

H. Manfaat Braingym atau Senam Otak Beberapa aplikasi manfaat dari braingym atau senam otak (as,adi Muhammad 2011 ) yaitu : a. Mengembangkan Kecakapan Membaca Untuk mengembangkan kecakapan membaca, hendaknya di dukung dengan kemampuan menggerakkan kedua mata secara harmonis dari kiri ke kanan. Gerakan yang dapat dilakukan, seperti 8 tidur, burung hantu, dan gerakan silang atau saklar otak.

b.

Mengembangkan Kemampuan Matematika Keterampilan matematika dapat ditingkatkan dengan meningkatkan

kemampuan bekerja dalam media yang multidimensi dan multiarah. Ketrampilan matematika lebih mudah diterima murid yang memiliki pengertian ruang, massa,

40

jumlah dan perhubungan. Gerakan yang dapat dilakukan adalah burung hantu, putaran kepala, luncuran gravitasi. c. Mengembangkan Kecerdasan Menulis Keterampilan membaca dan menulis berkembang bersama dan saling mempengaruhi. Untuk mengembangkan keterampilan menulis yang perlu dikembangkan adalah kemampuan motorik halus, seperti konsentrasi, memahami dan membedakan. Gerakan yang dapat dilakukan adalah 8 tidur, menguap berenergi atau pompa betis. d. Meningkatkan Konsentrasi saat ulangan atau Ujian Untuk menghilangkan perasaan gugup, cemas dan bingung sehingga informasi yang telah dipelajari atau disimpan di otak pada pusat ingatan jangka panjang dapat dipergunakan. Gerakan yang dapat dilakukan seperti, pasang telinga dan saklar otak. e. Mengaktifkan Otak pada Tiga Dimensi Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni literalitaskomunikasi, pemfokusan-pemahaman, pemusatan-pengaturan. f. g. h. i. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa dan Daya ingat. Mengembangkan Koordinai seluruh Tubuh. Meningkatkan Ketajaman Pendengaran. Sebagai terapi Gangguan pada Anak.

41

10. Tujuan Brain Gym atau Senam Otak. Denisson (2009) mengatakan bahwa kegiatan senam otak dibuat untuk menstimulasi dimensi lateralis, meringankan dimensi pemfokusan serta

merelaksasikan dan dimensi pemusatan. Menurut Kusumoputro & Sidiarto (2006) senam otak atau gerak latih otak dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, pemusatan, perhatian, daya ingat dan fungsi eksekutif). Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa brain gym merupakan senam yang dapat memberikan banyak manfaat untuk menstimulasi otak kita. Gerakan-gerakan brain gym yang di rancang dengan sederhana dan menyenangkan dapat diterapkan kepada semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakan-gerakan untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan akademik. Beberapa gerakan brain gym dirancang khusus untuk membantu dalam mengaktifkan otak dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan akademik yang kita inginkan dalam waktu singkat.

D. Pengaruh Brain Gym atau Senam Otak Terhadap Konsentrasi Belajar Matematika Anak Usia Sekolah Membangun stimulus pada anak, selain makanan, pengasuhan dan penyediaan lingkungan yang kaya stimulus tanpa adanya stimulasi yang baik, maka perkambangan intelegensi, baik intelektual maupun emosional tidak akan berkembang maksimal. Hasil puncak stimulasi lingkungan yang optimal terjadi

42

ketika anak berumur 6 tahun, maka dari itu orang tua harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin dan memberikan stimulasi seoptimal mungkin. Brain gym merupakan serangkaian latihan yang berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan-gerakan yang ada di dalamnya memang sengaja di buat demikian untuk merangsang otak. Dalam dimensi Lateralis, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan senam otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan bagian otak depan. Sementara itu, pada dimensi pemusatan, gerakan senam otak juga merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/ emosional, yakni otak tengah(sistem limbik) dan otak besar. Berbagai kemampuan kognitif juga berada di berbagai lobus secara khusus seperti perhatian atau konsentrasi berada di lobus frontalis (di bagian dahi) terutama bagian otak sisi kanan, pusat berbahasa di lobus frontalis dan temporalis terutama bagian otak sisi kiri, pusat visuspasial (persepsi dan orientasi) di lobus parietal (di bagian atas otak) terutama bagian otak sisi kanan, pusat daya ingat di lobus temporalis (di bagian pelipis otak), untuk daya ingat visual (apa yang dilihat) di belahan otak sisi kanan.

43

E. Kerangka Konsep Penelitian


Stimulasi : Braingym

Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Motorik Kasar

Motorik Halus

Kognitif

Bahasa

Faktor yang konsentrasi belajar 1. Usia 2. Fisik 3. Pengetahuan 4. Pengalaman

mempengaruhi

Konsentrasi Belajar

Prestasi Belajar

Keterangan: : variabel di teliti : Variabel tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Brain Gym atau senam otak terhadap peningkatan konsentrasi belajar matematika anak usia sekolah kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 16 Denpasar

F. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dengan rencana penelitian (Notoatmojo,2002). Hipotesis nol (H0) adalah Hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistic dan interpretasi hasil statistic. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks dan bersifat sebab akibat. Sedangkan hipotesis alternative (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua variable atau

44

lebih (Nursalam, 2008).

Hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah ada

pengaruh Brain gym terhadap konsentrasi belajar matematika anak usia sekolah kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 12 Sanur.

Anda mungkin juga menyukai