Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR

DISUSUN OLEH: INDAH RUFIATI 06/197508/PN/10885 BUDIDAYA PERIKANAN

LABORATORIUM AKUAKULTUR JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2008 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan tangkap akhir-akhir telah mengalami banyak kendala dan masalah. Masalah atau isu yang paling krusial adalah terjadinya overfishing dan masalah persaingan dengan nelayan-nelayan asing yang kian leluasa memasuki perairan Indonesia. Hal ini membuat perikanan tangkap semakin berkurang dalam hal produksinya dan disinyalir akan menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam sektor ini.

Akuakultur adalah kegiatan usaha dan teknologi memproduksi biota akuatik (ikan dalam arti yang luas) secara terkontrol. Akuakultur memberikan gambaran tentang pengelolaan ikan dalam budidaya dengan baik yang mencakup bagaimana kita mengenal jenis pakan dan intensitas pakan bagi organisme air, hama penyakit yang menyerang bagi ikan, tingkah laku dan sebagainya. Usaha budidaya ikan membutuhkan teknik dan manajemen tertentu. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik kita perlu memperhatikan tahapan-tahapan dalam budidaya ikan yang dimulai dari tahap persiapan, tahap pemeliharaan, dan tahap pemanenan. Selain itu dalam pemeliharaannya kita perlu memperhatikan tentang manajemen pakan, kualitas air, dan monitoring terhadap hama dan penyakit ikan. Hal-hal lain yang bersifat non teknis juga perlu diperhatikan seperti keuntungan, biaya, dan investasi dalam melakukan budidaya ikan. Praktikum manajemen akuakultur tawar dilakukan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana dalam menerapkan teori-teori yang telah diberikan oleh dosen. Kemudian mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengetahui dan dapat memecahkan masalah-masalah yang ada dalam proses budidaya tersebut, seperti adanya kematian yang berlebih, air yang merembes, kurangnya pakan alami dan lain-lain. Sehingga dengan adanya masalah tersebut mahasiswa tahu bagaimana cara menanganinya secara cepat dan tepat agar budidaya ikan tersebut dapat berjalan kembali. B. TUJUAN 1. Persiapan Kolam a. Memperbaiki kolam agar dapat menampung air dan menekan perembesan air.

b. Meningkatkan kondisi kolam untuk mendorong pertumbuhan makanan alami ikan dan mencegah timbulnya hama dan penyakit ikan. 2. Pengairan Kolam a. Mempertahankan level air kolam. b. Menjaga kualitas air agar memenuhi syarat untuk pertumbuhan dan kehidupan ikan. 3. Benih Ikan dan Penebaran a. Mempersiapkan, memilih, dan menebar ikan ke dalam kolam. b. Mengetahui kondisi air bila sudah aman bagi ikan. 4. Pemupukan Menyediakan pakan ikan alami di kolam. 5. Pemberian Pakan Memberikan pakan yang langsung dimakan ikan. 6. Pengendalian Hama, Penyakit Ikan, dan Gulma Air a. Menjaga ikan pemeliharaan tetap utuh dan sehat. b. Menjaga lingkungan air bersih. 7. Pemenenan Ikan a. Memanen ikan secara efisien dan produksi tinggi. b. Mendapatkan hasil panenen yang berkualitas . 8. Pengangkutan Ikan Mengangkut ikan hasil panen ke sasaran masyarakat.

C. WAKTU 1. Persiapan Kolam dan Penebaran Ikan Tanggal : 17 Oktober 2008

Pukul : 13.30 selesai WIB 2. Sampling dan Sharing Setiap dua minggu sekali dilakukan sampling dan sharing. Setiap hari jumat pukul 13.30 selesai. 3. Panen Tanggal : 20 Desember 2008 Pukul : 05.00 01.30 WIB

D. TEMPAT 1. Kolam penelitian dan percobaan Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 3. Laboratorium Ekologi Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

II. METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Persiapan Kolam

a. Kolam tanah ukuran 4 4 m, 2 petak b. Bak fiber ukuran 60 60 60 cm, 2 buah c. Kapur pertanian d. Pupuk kandang : kotoran ayam kering e. Cangkul dan arit f. Ember Plastik g. Timbangan 2. Penebaran Benih a. Kolam dan bak fiber yang sudah disiapkan b. Timbangan c. Benih ikan Karper dan Nila d. Seser e. Ember f. Penggaris 3. Sampling a. Ember b. Jaring dan seser c. Timbangan d. Penggaris 4. Kontrol Kualitas Air a. Botol oksigen b. Pipet, kempot c. Kertas lakmus/pH meter d. Gelas ukur e. Erlenmeyer f. Plankton net g. 1/80 NaThio h. Indikator MO i. Indikator pp j. Indikator amilum k. H2SO4 pekat l. Reagen O2

m. NaOH n. MnSO4 o. Termometer B. CARA KERJA 1. Persiapan Kolam dan Bak a. Keringkan kolam dan bak dan tutup pintu air masuk dengan benar jangan sampai ada aliran. Bila ada rembesan air lewatkan melalui caren. b. Lakukan perbaikan, dimulai dengan pemotongan rumput dan akarnya dengan arit pada sisi miring pemetang. Kumpulkan dan keringkan rumput di atas pematang kolam. c. Gali lubang yang ada pada pemetang bila kebocoran air atau ada hama bersembunyi, kemudian di tutup dengan tanah yang padat. d. Basahi tanah pematang yang akan diperbaiki dan tutup dengan tanah dari dasar kolam. Yakin betul bahwa tanah yang digunakan adalah tanah liat ( cukup lumpur ) dan padat. e. Sisa tanah endapan pemeliharaan yang lalu sebaiknya dihabiskan untuk memperkuat pematang. f. Lakukan pengolahan tanah dasar kolam dengan mencangkul dan membalik tanah. g. Timbang kapur pertanian dengan ember plastik dan tebarkan dengan dosis 0,1 0,15 kg/m2. Kemudian kotoran ayam kering dengan dosis 0,5 kg/m2. h. Kolam kemudian dikeringkan selama 5 hari, sehingga pematang kuat dan pupuk menjadi kering.

2. Penebaran Benih a. Ukur panjang dan lebar kolam, kemudian hitung luas dan

volumenya dengan kedalaman air yang akan dipertahankan selama pemeliharaan ( rata rata 70 cm ). b. Hitung kepadatan benih yang akan di tebarkan dengan rumus : SD = AQ : H W2 - W1 c. Siapkan dan aklimatisasikan benih ikan selama 5 7 hari di dalam kolam yang cukup mengalir airnya. d. Pilih benih yang betul betul sehat dan ukuran yang seragam. Pemilihan ukuran menggunakan strimin kawat yang di bentuk kantong persegi ukursn 0,5 0,5 m dan tinggi 60 cm. kantong ditempatkan di air sedalam 50 cm kemudian ikan dimasukkan kedalam kantong. Benih ikan yang kecil akan lolos sedangkan ikan yang lebih besar akan tertinggal. e. Timbang dan hitung jumlah biomass benih yang akan ditebarkan. f. Ambil sampel benih sebanyak lebih dari 30 ekor kemudisn ukur panjang dan berat ikan tiap ekornya. g. Lakukan penebaran dengan perbandingan antara jumlah benih ikan Karper dengan jumlah benih ikan Nila yaitu 75 % : 25 %. h. Apabila kualitas air meragukan, perlu dilakukan cek dengan cara sebagai berikut : - Ambil 100 ekor benih yang akan ditebarkan ke kantong strimin yang berada dalam kolam. - Biarkan benih dalam kolam selama 24 jam. - Apabila 100 % benih hidup dan dalam keadaan sehat, maka kondisi air sudah aman ( baik ). 3. Sampling a. Mengambil ikan sebagai sampel dengan menggunakan seser atau jaring. b. Letakkan pada ember yang telah berisi air.

c. Mengukur panjang dan berat masing masing ikan sampel. d. Menghitung berat pakan yang akan digunakan, yaitu dengan rumus : Jumlah ikan yang ada di kolam dibagi jumlah ikan sampel dikalikan dengan jumlah total biomas ikan sampel = Z Kemudian Z dikalikan 3 %. 4. Kontrol Kualitas Air A. Oksigen Terlarut ( DO ) a. Ambil air sampel dengan menggunakan botol oksigen tanpa adanya oksigen yang masuk dalam botol tersebut. b. Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml reagen O2 dalam air sampel dalam botol oksigen kemudian di gojog dan tunggu hingga mengendap. c. Menambahkan 1 ml H2SO4 pekat lalu gojog. d. Ambil 50 ml dengan gelas ukur dan masukkan dalam Erlenmeyer. e. Menambahkan 3 tetes indikator amilum hingga warna biru kelam. f. Menitrasi dengan 1/80 NaThio sampai bening. g. Catat berapa ml 1/80 NaThio yang digunakan tuntuk itrasi (A) h. Hitung nilai DO dengan rumus : A ml 2 = X ppm B. Karbondioksida Bebas ( CO2 ) a. Ambil sampel air dengan botol oksigen dengan tanpa adanya oksigen yang masuk dalam botol. b. Ambil 50 ml air sampel dalam botol oksigen tersebut. c. Tambahkan 3 tetes indikator pp. apabila berwarna kuning maka kandungan CO2 bebasnya adalah 0. d. Apabila tidak berwarna merah muda maka di titrasi dengan menggunakan 1/40 NaOH hingga tepat berwarna pink. e. Catat banyaknya 1/40 NaOH yang digunakan untuk titrasi ( B ) dan hitung nilai CO2 bebasnya dengan rumus : B ml 20

= X ppm. C. Alkalinitas a. Ambil sampel air menggunakan botol oksigen dengan tanpa adanya gelembung air yang masuk kedalam botol tersebut. b. Ambil 50 ml air sampel dari botol oksigen menggunakan gelas ukur dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. c. Tambahkan 3 tetes indicator PP, apabila berwarna pink titrasi menggunakan 1/50 H2SO4 sampai bening. d. Catat banyaknya titrasi yang digunakan. e. Tambahkan indicator MO sampai kuning. f. Titrasi dengan 1/50 H2SO4 sampai tepat berwarna pink. g. Catat banyaknya titrasi yang digunakan. h. Hitung kadar alkalinitasnya. D. Suhu Air a. Masukkan thermometer ke dalam perairan kolam dan bak. b. Diamkan selama 2 menit. c. Catat besarnya suhu yang tertera pada termometer tersebut. E. Plankton a. Ambil 1 ember sampel air kolam kemudian masukkan pada plankton net. b. Masukkan sisa air dalam plankton net dalam plastik dan amati dengan menggunakan mikroskop serta hitung jumlah planktonnya. c. Pengambilan sampel air plankton dalam kolam masing masing untuk 4 titik sudut bagian kolam. 5. Panen a. Kurangi air kolam secara bertahap. b. Singkirkan lumpur yang berada dalam saluran atau caren dalam kolam. c. Setelah air surut dan tinggal dalam saluran atau caren, air masuk di alirkan. Besarnya aliran masuk seimbang dengan

pengeluaran sehingga air dalam caren tetap dan mengalir. d. Memulai penangkapan ikan dengan hati hati agar ikan tetap berada dalam caren. Penangkapan dimulai dari dekat pintu pembuangan sampai habis, kemudian menuju kearah dekat pintu masuk. Ikan langsung dipindah dalam kolam penampungan yang sudah disiapkan atau ikan di letakkan dalam ember dan dilakukan sampling setelah itu masukkan ikan dalam bak atau kolam yang sudah disiapkan. 6. Pengangkutan Pada praktikum kali ini pengangkyutan hanya dilakukan simulasi saja yaitu dengan cara : a. Ikan sebanyak 3 4 ekor dimasukkan dalam kantong plastik dan di beri oksigen, ikat kencang. b. Letakkan kantong kantong tersebut dalam jaring yang telah digantungkan pada kayu. c. Goyang goyangkan jaring tersebut selama 6 jam. d. Catat kondisi ikan setelah dilakukan hal tersebut.

III. HASIL PENGAMATAN (terlampir) IV. PEMBAHASAN A. Pembahasan Umum Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar dilakukan dengan menggunakan dua macam perlakuan yaitu dengan pemeliharaan di bak dan di kolam. Metode budidaya yang digunakan pada bak dan pada kolam adalah sama yaitu polikultur tetapi kepadatannya berbeda. Sistem polikultur menurut Afrianto dan Liviawaty (2003), yaitu pada satu kolam dipelihara berbagai jenis ian yang membutuhkan jenis makanan yang berbeda sehingga setiap jenis ikan tidak akan bersaing dalam mencari makanan. Untuk meningkatkan produktifitas kolam banyak petani ikan menerapkan sistem polikultur ini. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2003) sistem polikultur memiliki keuntungan antara lain : 1. Makanan alamiah yang tersedia di kolam dapat dimanfaatkan oleh ikan secara efektif, sehingga tidak ada lagi

makanan alamiah yang terbuang sia-sia. 2. Penggunaan lahan menjadi efisien, karena dalam luas yang sama dapat dipelihara ikan dengan kepadatan yang lebih tinggi. 3. Secara keseluruhan, produksi kolam akan meningkat karena jumlah ikan yang dipelihara dalam satu kolam lebih banyak. 4. Produksi tiap spesies ikan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil pemeliharaan dengan sistem monokultur. Diduga telah terjadi peningkatan produksi makanan alamiah sebagai akibat dari proses pemupukan oleh kotoran ikan. 5. Tingkat kepadatan setiap spesies ikan pada sistem polikultur umumnya sama atau sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat kepadatan spesies tersebut pada sistem monokultur. Ini dimungkinkan karena setiap ikan mempunyai jenis atau daerah makan yang berbeda. Persiapan Tempat Budidaya Persiapan kolam yang dilakukan pada praktikum Manajemen Akuakultur Tawar meliputi pengeringan kolam, pengadukan tanah (pengangkatan lapisan tanah), pengapuran, dan pemupukan. Afrianto dan Liviawaty (2003) menyebutkan bahwa pengeringan kolam sebaiknya dilakukan selama 3-7 hari sampai dasar kolam menjadi retak-retak. Pengadukan tanah atau pengangkatan lapisan tanah atas setebal 15 cm dengan tujuan untuk mengangkat lapisan tanah yang berwarna hitam. Dikhawatirkan apabila tidak diangkat akan menjadi penyebab timbulnya gas H2S karena merupakan sisa pakan selain itu untuk mengambil hama atau predator yang berupa keong atau kepiting. Pembuatan kamalir atau caren juga dilakukan dalam persiapan kolam. Caren yang dibuat memiliki luas satu meter

dan kedalaman 15 cm. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2003), pembuatan kamalir ini untuk mempermudah penangkapan ikan pada saat panen. Kamalir ini akan menjadi tempat berkumpulnya ikan. Selain itu, kamalir ini berfungsi sebagai tempat berlindung ikan terhadap serangan hama, bahaya kekeringan, atau sengatan sinar matahari. Pengapuran menurut Triyatmo (2006), bertujuan untuk mematikan hama penyakit yang ada di kolam dan meningkatkan alkalinitas tanah atau air sehingga pH nya menjadi stabil. Pengapuran yang dilakukan yaitu dengan dosis 10 kg untuk masing-masing kolam. Tahap selanjutnya dalam persiapan kolam adalah dengan melakukan pemupukan Pupuk yang diberikan dalam Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar adalah pupuk kandang dengan dosis 10 kg untuk tiap kolam. Fungsi dari pemupukan menurut Effendi (2004) adalah untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan fitoplankton untuk berfotosintesis. Setelah dari pemupukan dapat kita lihat hasilnya yaitu adanya perubahan warna kolam menjadi kehijauan yang artinya terdapat peningkatan populasi fitoplankton. Hal tersebut dapat dilihat dari pengamatan terhadap plankton didapatkan hasil untuk kolam 3 pada minggu pertama sebanyak 522 individu/liter dan kolam 4 sebanyak 122 individu/liter. Keberadaan fitoplankton dapat berfungsi sebagai pakan alami ikan. Pengisian akhir dilakukan setelah semua persiapan selesai. Pengisian air banyak mengalami masalah terutama di minggu pertama. Adanya air yang meresap melewati pori-pori tanah membuat debit air harus ditambah dan dikontrol setiap harinya. Kondisi tanah yang bercampur pasir menyebabkan tanah bersifat porous. Menurut Puspowardoyo (2000) beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kolam adalah ukuran dinding (pematang) kolam sebagai penahan desakan air ke arah

samping harus dibangun menurut pertimbangan luas dan kedalaman (tinggi) kolam. Dinding (pematang) kolam ikan yang cukup luas dan dalam harus dibuat tebal dan kuat. Sebaliknya, pada kolam yang sempit dan kecil, dindingdindingnya dapat dibuat agak tipis. Pengairan Pengairan kolam terdiri dari dua tahap, yaitu pertama pengisian awal dan kedua mengisi untuk menjaga level air atau debit yang diinginkan. Masukan air dapat bersumber dari sungai atau saluran pengairan lain. Debit air harus sesuai dengan jenis dan macam tempat lahan yang digunakan. Kedalaman air juga harus diperhatikan. Air yang digunakan untuk membudidayakan ikan harus memenuhi syarat teknis, biologis dan higienis. Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan sumber air untuk budidaya ikan di kolam adalah (Rukmana, 1997) : a. Air harus bebas dari berbagai pencemaran, baik pencemaran alam, industri, pertanian maupun pencemaran rumah tangga. Air harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan biologi. b. Pasokan air yang tersedia harus memadai sepanjang tahun. Penebaran Benih Benih ikan yang akan dibesarkan di kolam pembesaran harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih ikan yang ukurannya seragam, sehat dan pertumbuhannya baik. Benih ikan yang sehat dipisahkan dari benih ikan yang tidak sehat ke dalam wadah yang berlainan. Tanda-tanda benih ikan yang tidak sehat adalah gerakan lamban dan tubuhnya tidak segar, sedangkan tanda-tanda benih ikan yang sehat adalah tubuhnya segar, tidak cacat dan berenang dengan lincah (gesit). Benih-

benih ikan dipisah-pisahkan berdasarkan ukuran tubuhnya menjadi kelompok-kelompok yang berukuran sama. Pemeliharaan benih yang memiliki ukuran sama bertujuan agar pada saat panen diperoleh ukuran ikan yang seragam. Disamping itu, keseragaman benih ikan dapat memudahkan pemeliharaannya, terutama dalam pemberian pakan (Cahyono 2000). Penebaran ikan ke kolam baru dapat dilakukan setelah efek racun yang ditimbulkan oleh pemberian pupuk telah dinetralisasi dan jumlah makanan yang tersedia di kolam telah memadai. Tingkat kepadatan setiap spesies ikan yang dipelihara dengan sistem polikultur adalah sama atau sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat kepadatan masing-masing spesies ikan yang dipelihara secara monokultur (Afrianto dan Liviawaty,2003). Pemupukan Budidaya ikan di kolam juga dilakukan penumbuhan pakan alami yaitu dengan cara kolam tersebut diberi pupuk. Pakan alami ditumbuhkan karena berkaitan erat dengan pemenuhan nutrisi selain dari pelet yang diberikan. Ketika pelet yang ada di kolam telah habis maka ikan tersebut akan memanfaatkan pakan alami yang ada di kolam. Jenis plankton atau pakan alami yang ditemukan di kolam antara lain: Chlorella, Scenedesmus, Branchionus, Synedra, dan lain-lain. Kemudian ikan nila juga termasuk ke dalam ikan yang omnivora yang artinya pemakan segala. Sehingga dengan adanya pakan alami akan membantu ikan tersebut untuk berkembang menjadi lebih baik. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pemupukan adalah menentukan dosis yang akan digunakan. Jika dosis pupuk yang digunakan terlalu tinggi, produksi phytoplankton dan tumbuhan air akan berlebihan. Produksi

phytoplankton dan tumbuhan air yang berlebihan ini akan mengakibatkan berkurangnya persediaan oksigen bagi ikan dan penutupan permukaan air oleh phytoplankton sehingga terjadi peneduhan di dasar kolam karena sinar matahari terhalang. Dengan demikian, organisme di dasar kolam akan mati dan menimbulkan proses pembusukan. Proses pembusukan ini membutuhkan oksigen sehingga dapat mengurangi persediaan oksigen dalam kolam (Afrianto dan Liviawaty, 2003). Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan sehingga tumbuh-tumbuhan air maupun biota-biota air yang menjadi makanan alami ikan dapat tumbuh dengan baik, misalnya jenis-jenis ganggang, plankton, protozoa, benthos dan lain-lainnya. Pemupukan kolam dapat menggunakan pupuk kandang (organik), kompos jerami dan pupuk buatan (anorganik), misalnya urea dan SP. Pemupukan kolam dilakukan setelah desinfektan kolam. Sebelum pemupukan, tanah dasar kolam diolah hingga terbentuk lumpur setebal 10 15 cm. Pembentukan lumpur jangan terlalu tebal karena dapat menghambat pertumbuhan jasad renik yang merupakan makanan ikan. Pemupukan kolam dengan pupuk kandang dilakukan dengan cara ditebarkan merata pada dasar kolam. Dosis untuk pupuk kandang adalah 2 3 ton per hektar, tergantung pada kesuburan tanah. Setelah pupuk ditaburkan, kolam diisi air secukupnya hingga becek, kemudian dibiarkan selama 2- 3 hari (Cahyono 2000). Pemberian Pakan Menurut Djarijah (2006), pengukuran kualitas pakan dilakukan dengan membandingkan jumlah pakan yang diberikan dengan (pertambahan) berat ikan yang dihasilkannya dan dinyatakan sebagai Food Convercy Ratio (FCR). Rumus FCR adalah:

FCR = F (Jumlah total pakan yang diberikan selama pemeliharaan) (Wt + D) Wo (Wo = berat total ikan awal pemeliharaan) Frekuensi pemberian pakan yang diberikan adalah dua kali sehari yaitu dengan waktu pemberian pagi dan sore. Pemberian pakan dihentikan sehari sebelum ikan akan disampling. Hal tersebut dikarenakan ikan akan mengalami stress pada saat sampling dilakukan. Pemberian pakan ikan nila menurut Suyanto (2004), sebaiknya antara 2-3 % berat ikan per hari. Pemberian pakan dihitung berdasarkan berat ikan yang disampling, sedangkan angka 3% adalah koefisiennya. Sehingga setiap minggunya pakan ikan yang diberikan akan terus bertambah karena menyesuaikan dari pertambahan dari berat tubuh ikan tersebut. Pakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan yang kurang baik (jumlah dan mutunya) akan menimbulkan penyakit nutrisi pada ikan. Tanda-tanda pada ikan yang kekurangan nutrisi adalah pertumbuhannya lambat, ikan tampak lemah dan tidak bergerak gesit. Pemberian pakan yang kurang baik dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga ikan menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Pemberian pakan yang berlebihan juga dapat menyebabkan pencemaran (polusi) air kolam. Sisa-sisa makanan yang tidak terkonsumsi menyebabkan polusi air kolam sehingga mengganggu kesehatan ikan karena kadar amoniak menjadi tinggi. Kualitas pakan yang baik ditentukan oleh tingkat kerusakan pakan dan kandungan proteinnya. Zat protein merupakan sumber energi yang paling utama bagi ikan. Pemberian pakan pada ikan harus dilakukan seefisien mungkin, yaitu jumlah, kualitas dan sumber bahan pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan, sebab sekitar 60 65% dari biaya produksi merupakan biaya

untuk pakan. Oleh karena itu, pemberian pakan harus seefisien mungkin agar keuntungan usaha tani lebih besar. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran besar ikan agar pakan yang diberikan tersebut dapat dikonsumsi oleh ikan secara utuh (habis). Untuk ikan nila, jumlah pakan yang diberikan per hari berupa pellet dengan kandungan protein 24 26% adalah 1% dari berat populasi ikan seluruhnya (Cahyono 2000). Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma Ikan Menurut Zonneveld dkk (1991), penyebab penyakit ikan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Non infeksi Penyebab penyakit non infeksi pada ikan antara lain stres, intoksikasi, defisiensi. 2. Infeksi Penyebab penyakit infeksi pada ikan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, metazoa. Tindakan untuk mengatasi berbagai serangan penyakit ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu (Kordi, 2004) : 1. Pengaliran air Pengaliran air adalah salah satu cara untuk mengatasi serangan penyakit ikan di kolam yang disebabkan oleh senyawa beracun atau kualitas air kolam yang kurang memenuhi syarat. Pengaliran air dimaksudkan untuk mengencerkan senyawa beracun atau menciptakan lingkungan kolam yang lebih baik. 2. Pencucian wadah budidaya Untuk mengatasi kematian ikan secara massal karena keracunan sebaiknya dilakukan penutupan saluran pemasukan air dan memindahkan ikan-ikan peliharaan ke wadah lain yang tidak tercemar oleh racun atau limbah. Tindakan selanjutnya

adalah mengeringkan kolam selama beberapa hari agar daya racun dari senyawa tersebut menjadi lemah. 3. Perendaman Untuk mengobati ikan yang terserang penyakit di bagian luar tubuhnya sebaiknya dilakukan tindakan perendaman dengan senyawa kimia tertentu. 4. Pengobatan melalui makanan Prinsip pengobatan melalui makanan adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui pemberian pakan dan membunuh organisme penyebab penyakit dengan obat yang sengaja dicampurkan ke dalam pakan. 5. Penyuntikan Pengobatan melalui penyuntikan dilakukan untuk mengobati ikan yang terserang penyakit infeksi. Cara ini hanya efektif dilakukan jika ikan yang terserang jumlahnya relatif sedikit. Teknik pengobatan tersebut hanya dianjurkan untuk induk ikan dan penggunaannya untuk ikan-ikan konsumsi sebaiknya dihindari karena dikhawatirkan akan berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsi. 6. Pembilasan Pembilasan biasanya diterapkan pada telur ikan yang terserang penyakit jamur dengan obat konsentrasi relatif tinggi. 7. Penyemprotan Penyemprotan biasanya diterapkan untuk memberantas penyakit di kolam. Cara ini dilakukan setelah panen atau kegagalan panen akibat serangan penyakit. Penyemprotan juga dilakukan untuk memberantas hama. Pemanenan dan Pengangkutan Ikan Tahap terakhir dari proses budidaya adalah pemanenan. Proses pemanenan dilakukan setelah proses budidaya yang

berlangsung hampir tiga bulan lamanya. Pemanenan yang dilakukan adalah dengan pemanenan total dimana ikan yang ada dipanen semuanya tanpa tersisa satupun. Pemanenan dilakukan secara bertahap yaitu dengan dimulainya pembukaan saluran pengeluaran baik pada kolam dan bak pada pukul 05.00. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2003), panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari sewaktu temperatur udara belum tinggi. Panen yang dilakukan setelah hari terang, akan mengakibatkan ikan menjadi stress dan tidak tahan hidup dalam pengangkutan. Saluran air keluar pada kolam dibuka dan ditutup dengan jaring agar ikan tidak lolos. Setelah kolam mulai surut ikan diangkat dan dipindahkan ke dalam ember atau baskom untuk dilakukan perhitungan biomassanya. Setelah dipanen ikan kemudian dimasukkan ke dalam bak fiber dan diberi aerasi. Suyanto (2004), mengatakan bahwa wadah penampung sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh dengan suhu dijaga 20C dan diberi aerasi hal tersebut dilakukan agar ikan dapar bertahan hidup dan tidak stress. Setelah proses pemanenan selesai yang dilakukan adalah pengangkutan. Proses pengangkutan pada praktikum Manajemen Akuakultur Tawar hanya dilakukan dengan simulasi yaitu dengan mengaitkan plastik yang berisi ikan di tiang gantungan dan dilakukan selama enam jam. Pengangkutan pada ikan nila sebanyak 20 ekor dalam satu kantong, sedangkan pada ikan karper10 ekor dalam satu kantong. Perbandingan antara oksigen dan air adalah tiga berbanding satu. Menurut Murtidjo (2006), tiap jenis ikan memerlukan oksigen dalam jumlah yang berbeda, terutama dipengaruhi oleh aktivitas (gerak) ikan. Ikan yang berukuran kecil lebih aktif bergerak, sehingga memerlukan oksigen lebih banyak, dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar yang kurang aktif bergerak. Dari hasil pengangkutan didapatkan

ikan nila yang mati. Hal tersebut dapat terjadi karena ikan nila tersebut stess dan juga kekurangan oksigen, sehingga akhirnya mati. Pemanenan ikan dilakukan dengan memperhatikan umur ikan, bobot ikan saat tebar, bobot ikan saat panen dan waktu pemanenan. Ikan nila sudah dapat dipanen pada umur 3 4 bulan. Pada umur tersebut, bobotnya sudah mencapai 100 g/ekor. Panen ikan nila juga dapat dilakukan pada umur 6, 8 bulan atau lebih, tergantung permintaan pasar. Cara panen ikan mempengaruhi mutu ikan yang dipanen. Untuk mendapatkan mutu ikan yang baik (ikan tidak cacat), panen ikan harus dilakukan dengan hati-hati, cermat dan cepat. Kerusakan ikan sering disebabkan oleh faktor penanganan panen dan teknik pengangkutan yang kurang baik. Selain menurunkan mutu ikan, pemanenan yang kurang baik juga menyebabkan ikan mengalami stres sehingga menimbulkan kematian. Pemanenan ikan dapat dilakukan secara total (keseluruhan) atau sebagian (selektif). Panen ikan secara total dilakukan dengan mengeringkan kolam, sedangkan panen ikan secara selektif dilakukan dengan menggunakan jaring dan ikan yang memiliki ukuran tertentu saja yang ditangkap (Cahyono 2000). Menurut Zonneveld dkk (1991), pada setiap pengangkutan, ikan harus pada kondisi dimana konsumsi oksigennya sekecil mungkin yaitu : 1. kondisi tidak makan (puasa) 2. suhu rendah (jika perlu didinginkan dengan es) 3. kondisi anestesia (mati-rasa) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah (Cahyono, 2000) : 1. Wadah untuk mengemas ikan Wadah untuk mengemas ikan hidup harus terbuat dari bahan-

bahan yang ringan, kuat, tidak meneruskan panas dan tidak mencemari air di dalamnya. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk wadah ikan dalam pengangkutan adalah plastik, fiberglas, styrofoam, jerigen plastik atau keranjang bambu. 2. Sistem pengangkutan Pengangkutan ikan dapat dilakukan dengan dua macam yaitu pengangkutan tertutup dan pengangkutan terbuka. Dalam pengangkutan tertutup, ikan diangkut dalam wadah tertutup dan diberi oksigen murni dengan perbandingan 1 : 1. Selain itu, di dalam wadah juga ditambah bahan kimia Na2HPO412H2O dengan dosis 1 1,5 g/liter air. Bahan kimia tersebut untuk menstabilkan pH air selama pengangkutan. Pengangkutan ikan secara tertutup biasanya menggunakan wadah dari kantong plastik, sedangkan dalam pengangkutan terbuka, ikan diangkut dalam wadah atau bak terbuka tanpa diberi oksigen murni. Namun, untuk pengangkutan jarak jauh, wadah diberi bahan kimia pembius agar ikan tidak mengalami stres selama pengangkutan. 3. Kepadatan ikan dalam wadah Kepadatan ikan dalam wadah tergantung pada ukuran ikan, sistem pengangkutan dan lamanya pengangkutan. Kepadatan ikan di dalam wadah mempengaruhi kerusakan ikan dan kematian ikan selama pengangkutan.

Analisis Usaha Analisis usaha pada suatu budidaya bermanfaat untuk mengukur sejauh mana potensi ekonomi budidaya nila dan karpersecara polikultur dalam bak maupun kolam. Apakah budidaya polikultur yang kita lakukan sudah dikelola dengan baik atau belum. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa B/C

rasio dari analisis usaha budidaya polikultur ikan nila dan karpermenunjukkan nilai 0,7 atau kurang dari 1. Menurut Wirosaputro (2007), Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) adalah rasio antara total nilai pendapatan dengan biaya. B. Pembahasan Khusus Panjang dan Berat Berdasarkan hasil sampling pada dua kolam, rerata panjang dan berat ikan nila dan karper terus mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan ikan tersebut baik. Hasil sampling pada saat panen menunjukkan bahwa rerata panjang dan berat ikan nila kolam 2 lebih tinggi dibandingkan dengan rerata panjang dan berat ikan nila kolam 1. Sedangkan rerata panjang dan berat ikan karper kolam 1 lebih tinggi dibandingkan dengan rerata panjang dan berat ikan karper kolam 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan akan selalu diikuti dengan pertambahan berat ikan, karena panjang dan berat nilainya berbanding lurus. Perbedaan panjang dan berat ikan yang dipelihara dapat disebabkan oleh pengaruh pakan yang diberikan. Apabila pakan yang diberikan hanya sedikit, sedangkan jumlah ikan yang dipelihara dalam tempat tersebut banyak atau sangat banyak, maka kompetisi untuk mendapatkan pakan menjadi semakin tinggi. Selain itu, ukuran tubuh ikan sangat berpengaruh terhadap jumlah pakan yang didapatkan. Benih ikan nila yang ditebar lebih besar dibandingkan dengan ikan karper. Oleh karena itu rerata berat ikan nila setelah panen lebih tinggi dibandingkan dengan ikan karper, karena ikan nila yang ada lebih dapat berkompetisi untuk mendapatkan pakan karena ukuran tubuh nya yang cenderung lebih besar. Hasil sampling pada dua bak menunjukkan bahwa rerata

panjang dan berat ikan nila bak 1 lebih tinggi dibandingkan dengan rerata panjang dan berat ikan nila bak 2. Sedangkan rerata panjang dan berat ikan karper bak 1 lebih rendah dibandingkan dengan rerata panjang dan berat ikan karper bak 2. Hal tersebut sama seperti pada pertumbuhan ikan nila dan ikan karper yang dipelihara di kolam. Perbedaan antara kolam dan bak adalah apabila pakan yang diberikan pada kolam kurang memenuhi jumlah pakan yang ada untuk ikan yang dipelihara, masih ada pakan alami yang tumbuh di dalam kolam, sedangkan ikan yang dipelihara di dalam bak, tidak mendapatkan pakan alami. Konsumsi Pakan Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsumsi pakan ikan nila dan ikan karper pada kolam 1 mulai dari minggu ke 0 sampai minggu ke 6 adalah antara 152,5 339,74 gram. Sedangkan konsumsi pakan ikan nila dan ikan karper pada kolam 2 mulai dari minggu ke 0 sampai minggu ke 6 adalah antara 88,45 241,56 gram. Hal tersebut menunjukkan konsumsi pakan ikan nila dan ikan karper pada kolam 1 lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi pakan ikan kolam 2. Hasil pengamatan konsumsi pakan pada bak menunjukkan bahwa total konsumsi pakan pada bak 1 mulai dari minggu ke 0 sampai minggu ke 6 adalah antara 4,665 11,055 gram. Sedangkan total konsumsi pakan pada bak 2 mulai dari minggu ke 0 sampai minggu ke 6 adalah antara 7,98 10,71 gram. Data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi pakan pada bak 1 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi pakan ikan bak 2. Tinggi rendahnya konsumsi pakan ikan pada kolam dan bak dapat dipengaruhi oleh suhu air. Apabila suhu air tidak sesuai dengan fisiologi ikan yang dibudidayakan, maka ikan

cenderung tidak ingin mengkonsumsi pakan yang diberikan. Kualitas Air Suhu Air Suhu air optimum ikan nila menurut Murhananto (2002) adalah antara 20 30 0C. Sedangkan suhu optimum untuk ikan karper adalah 22 28 0C. Akan tetapi, ikan karper termasuk ikan yang sangat toleran terhadap fluktuasi suhu air antara 14 32 0C (Bachtiar, 2002). Suhu air yang sesuai dapat membuat ikan dapat tumbuh secara optimal. Kenaikan suhu 10 0C dapat menyebabkan meningkatnya metabolisme ikan yang ada sebanyak 2 3 kali lipat. Hasil pengamatan menujukkan bahwa suhu air kolam 1 pada minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 adalah antara 31 32 0C. Suhu air kolam 2 pada minggu ke 0 sampai minggu ke 8 juga menunjukkan hal yang sama, kisaran suhunya yaitu antara 31 32 0C. Sedangkan suhu air bak 1 pada minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 adalah antara 26 29 0C. Bak 2 juga menunjukkan nilai suhu yang sama seperti suhu air bak 1 pada minggu ke 0 sampai minggu ke 8, yaitu antara 26 29 0C. Tingginya suhu air kolam disebabkan oleh sinar matahari yang dapat langsung mengenai air di kolam, sedangkan suhu air bak cenderung rendah karena sinar matahari tidak langsung mengenai air bak karena di atas bak budidaya yang digunakan terdapat atap dan terdapat pohon jambu dan pohon mangga sehingga intensitas cahaya yang masuk ke dalam air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan intensitas cahaya pada kolam. Derajat Keasaman (pH) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pH kolam 1 pada minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 adalah antara 7 8,5 ppm. Sedangkan pH kolam 2 berkisar antara 7 8,8 ppm.

Nilai pH kedua kolam tersebut relatif sama atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Selain pH pada kolam, pH pada bak 1 dan 2 juga diamati. Derajat keasaman bak 1 pad minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 berkisar antara 7 8,2 ppm. Sedangkan pada bak 2 kisaran pH nya antara 7 7,7 ppm. Tingginya nilai pH mempengaruhi kandungan karbondioksida dalam air. Semakin tinggi nilai pH maka semakin rendah kandungan karbondioksida bebas dalam air. Kandungan karbondioksida bebas dalam air akan menunjukkan nilai 0 ppm jika pH lebih dari 8,3. Menurut Effendi (2003) nilai pH berhubungan dengan nilai alkalinitas yang ada. Stabilnya nilai pH menunjukkan pada awal dan pertengahan nilai alkalinitas perairan masih cukup tinggi sehingga mempunyai daya sangga yang besar Oksigen Terlarut (DO) Berdasarkan pengamatan kandungan oksigen terlarut kolam 1 didiperoleh hasil kisaran nilai DO mulai dari minggu ke 0 sampai minggu ke 8 adalah 5,61 21 ppm. Sedangkan pada kolam 2 kisaran DO nya adalah 5 25,16 ppm. Nilai DO tertinggi 2 kolam tersebut terjadi pada minggu ke 2. Sedangkan pada pengamatan DO pada bak 1 menunjukkan hasil bahwa kisaran DO pada bak tersebut mulai dari minggu ke 0 sampai minggu ke 8 adalah antara 3,8 22,4 ppm. Sedangkan nilai DO pada bak 2 berkisar antara 5,7 20,84 ppm. Seperti halnya nilai DO pada kolam, nilai DO tertinggi pada bak terjadi pada minggu ke 2. Kandungan oksigen terlarut optimum untuk ikan nila adalah 3 ppm, sedangkan kandungan oksigen terlarut untuk ikan karper adalah antara 5 7 ppm (Murhananto, 2002). Fluktuasi kandungan oksigen terlarut (DO) pada kolam dan bak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu suhu, tekanan gas di atmosfer, dekomposisi bahan organik, fotosintesis, respirasi

organisme air, limbah yang masuk kedalam air, serta pergerakan massa air (Effendi, 2003). Kandungan oksigen terlarut juga dipengaruhi oleh debit air yang masuk ke dalam kolam. Air baru yang masuk ke dalam kolam biasanya mempunyai kandungan oksigen terlarut yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam kolam. Karbondioksida Bebas (CO2 bebas) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai karbondioksida bebas pada kolam 1 mulai dari minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 adalah antara 2 14,84 ppm. Sedangkan nilai karbondioksida bebas pada kolam 2 adalah antara 0 7 ppm. Selain karbondioksida bebas pada kolam, nilai karbondioksida bebas pada bak juga dihitung. Nilai karbondioksida bebas pada bak 1 mulai dari minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 berkisar antara 2 26,7 ppm. Sedangkan pada bak 2 kisaran karbondioksida bebasnya antara 2,9 14,2 ppm. Penambahan kadar karbondioksida bebas dapat disebabkan oleh adanya difusi langsung dari udara, air hujan, air yang melewati tanah organic dan respirasi tumbuhan, hewan, serta bakteri aerob dan anaerob. Sedangkan pengurangannya dapat disebabkan karena proses fotosintesis, evaporasi, dan agitasi air (Effendi, 2003). Kandungan karbondioksida bebas optimum untuk ikan nila adalah 15 ppm (Murhananto, 2002). Jadi, kandungan karbondioksida bebas pada kedua bak dan kolam msih dalam kisaran karbondioksida bebas yang baik untuk ikan yang dibudidayakan. Sebagian besar organisme akuatik dapat bertahan hidup dalam kondisi kadar karbondioksida tinggi asalakan kandungan oksigennya masih cukup (Boyd, 1979). Alkalinitas Nilai alkalinitas berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada

kolam 1 pada minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 berkisar antara 5 35. Sedangkan pada kolam 2 nilai alkalinitasnya berkisar antara 1,4 50,9. Nilai alkalinitas pada bak 1 mulai dari minggu ke 0 sampai dengan minggu ke 8 adalah 5,5 2,1. Sedangkan nilai alkalinitas pada bak 2 berkisar antara 6,2 20. Tingginya nilai alkalinitas pada perairan berpengaruh pada nilai pH. Peningkatan nilai alkalinitas dapat disebabkan oleh suplai mineral yang ikut terbawa oleh air yang ditambahkan selama masa pemeliharaan. Sedangkan penurunan nilai alkalinitas dalam air disebabkan oleh menurunnya kadar mineral dalam air. Penurunan mineral tersebut terjadi karena penyerapan mineral yang lebih besar oleh ikan dibandingkan dengan suplai mineral yang berasal dari air yang ditambahkan ke dalam tempat pemeliharaan. Survival Rate (SR) Berdasarkan hasil pemeliharaan ikan nila dan ikan karper mulai minggu ke 0 sampai minggu ke 8 , diperoleh hasil bahwa nilai SR ikan nila kolam 1 adalah sebesar 84% dan nilai SR ikan karper adalah sebesar 82%. Sedangkan nilai SR ikan nila kolam 2 adalah sebesar 74% dan nilai SR ikan karper sebesar 68%. Nilai SR ikan nila bak 1 adalah sebesar 100%, sedangkan nilai SR ikan nila bak 2 adalah sebesar 100% dan nilai SR ikan karper sebesar 86%. Kematian yang terjadi di kolam ini dapat disebabkan oleh ikan yang kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. kematian juga dapat disebabkan oleh serangan penyakit. Untuk mengantisipasi masalah adaptasi tersebut, maka ikan diaklimatisasikan terlebih dahulu sebelum ditebar dalam kolam. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam ember yang telah berisi

benih ikan yang akan dipelihara dengan tujuan ikan tidak terkejut dengan air yang baru. Namun kondisi ikan dalam beradaptasi tidak sama, sehingga walaupun sudah diaklimatisasikan, tetap ada ikan yang mengalami kematian setelah ditebar. Food Convertion Ratio (FCR) Food Convertion Ratio atau FCR adalah banyaknya jumlah pakan yang dikonversikan menjadi daging. FCR dihitung setelah pemanenan dan penghitungan beratnya secara keseluruhan. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa FCR kolam 1 adalah sebesar 6,21, FCR kolam 2 sebesar 3,48, FCR bak 1 sebesar 3,46, dan FCR bak 2 sebesar 3,96. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ikan bak 1 mampu memanfaatkan pakan secara lebih efektif untuk menjadi daging dibandingkan dengan ikan kolam 1, kolam 2, dan bak 2 karena nilai FCR nya paling rendah dibandingkan dengan tempat pemeliharaan yang lain.

Analisis Hal hal yang Terjadi Selama Budidaya Kematian Ikan Kematian ikan yang terjadi pada kolam maupun bak yang dipelihara secara polyculture dapat disebabkan oleh pergantian air yang kurang. Hal tersebut menyebabkan kandungan oksigen didalam air kurang stabil. Untuk menstabilkan kandungan oksigen di dalam air dapat diatasi dengan penambahan air yang cukup, diatur supaya debitnya tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Debit air yang terlalu tinggi dapat menghanyutkan unsur hara dan plankton dalam kolam. Sedangkan debit air yang terlalu kecilakan

mengakibatkan sirkulasi air menjadi rendah dan kandungan oksigen berkurang. Kematian ikan juga dapat disebabkan oleh stress karena perlakuan pada saat penebaran yang kurang tepat. Warna Air Perubahan warna air pada kolam dapat terjadi karena peningkatan jumlah plankton pada kolam sehingga warna air kolam yang semula coklat menjadi hijau. Banjir Terjadi banjir pada saat pemeliharaan ikan nila dan ikan karper di kolam. Hal tersebut menyebabkan ada beberapa ikan yang masuk ke kolam lain. Hal ini dapat mebuat kompetisi ikan pada kolam yang termasuki ikan dari kolam lain untuk mendapatkan pakan semakin tinggi. Kejadian tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat karena spesies ikannya bertambah sedangkan jumlah pakan kurang mencukupi. Analisis Data Hasil Pengangkutan Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai di dalam usaha budidaya ikan. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak yang cukup dekat tidak membutuhkan perlakuan-perlakuan khusus, akan tetapi pengangkutan dalam jarak yang jauh dan dalam waktu yang lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kesegaran dan kelangsungan hidup ikan (Afrianto dan Liviawaty 1995). Berdasarkan simulasi pengangkutan yang dilakukan selama 6 jam, ikan-ikan tersebut tidak ada yang mengalami kematian walaupun tanpa diberi oksigen, hanya diberi udara yang

dimasukkan ke dalam kantong plastik. Analisis Usaha Berdasarkan analisis usaha yang dilakukan, usaha budidaya yang dilakukan tidak layak dijalankan, karena nilai B / C ratio < 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk usaha tersebut. Berdasarkan perhitungan, usaha tersebut mengalami kerugian sebesar Rp. 27.050,00. Menurut Wirosaputro (2007), permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan mengurangi kepadatan tebar spesies yang memiliki ekonomi tinggi dengan tujuan untuk mengurangi kepadatan tebar spesies yang memiliki ekonomi tinggi dengan tujuan untuk mengutamakan spesies yang nilai ekonomisnya relatif lebih rendah karena alasan keadaan biologi misalnya mengendalikan jenis yang tidak diinginkan dan perkembangbiakan diluar batas. Keuntungan budidaya dapat dimaksimalkan dengan biaya pokok sumberdaya yang berkualitas misalnya mengganti spesies A dengan spesies B sepanjang tingkat marginal produksi penggantian adalah lebih kecil dari rasio kebalikan harganya (harga B/harga A).

Anda mungkin juga menyukai