Anda di halaman 1dari 44

1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THI NK PAI R SHARE


PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KAMANG MAGEK
PROPOSAL
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk mata kuliah metodologi
Pendidikan Matematika




Oleh
RAHMAT FADHLI
NIM. 2411.016


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN
TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SYECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013 M/1434 H






2

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Matematika diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan tanpa
bantuannya tidak akan mendapat kemajuan yang berarti. Penguasaan
matematika yang baik merupakan dasar yang kuat untuk mempelajari bidang
studi yang lainnya. Besarnya peranan tersebut telah menjadikan matematika
sebagai salah satu ilmu yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan terendah
sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mengingat begitu penting peranan matematika, telah banyak usaha
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan
matematika. Usaha yang dilakukan diantaranya memfasilitasi terciptanya
kegiatan-kegiatan guru melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
mengadakan seminar, pelatihan guru, penyempurnaan kurikulum dan lain-lain.
Guru sebagai orang yang terlibat dalam proses pembelajaran,
sesungguhnya dapat mengupayakan banyak hal,diantaranya adalah
menggunakan metode pembelajaran yang tepat, menyenangkan,
membangkitkan semangat siswa dan mondorong siswa untuk belajar.
Pengetahuan yang ada pada siswa dengan berbagai srategi dan pengetahuan
berpikir secara kritis, berdiskusi dan saling membantu antara satu sama lain.
Sehingga diharapkan pemahaman siswa terhadap matematika juga akan lebih
baik.



3

Berdasarkan observasi di SMP Negeri 1 Kamang Magek, terlihat
bahwa tujuan dari pembelajaran matematika belum tercapai secara maksimal.
Ini tampak dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas VIII masih
didominasi oleh guru, dimana guru menerangkan konsep didepan kelas
kemudian diterapkan dalam contoh soal dan latihan-latihan. Siswa cenderung
pasif dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran. Keadaan ini juga terlihat
dari aktivitas negatif siswa selama proses pembelajaran, seperti mengganggu
teman saat guru menjelaskan, mengobrol, diam saja ketika ditanya guru, dan
lain sebagainya. Kurangnya ketertarikan belajar matematika ini menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu indikasinya adalah persentase nilai
Ulangan Harian kelas VIII tahun pelajaran 2013/2014 yaitu :
Tabel 1. Persentase Siswa Kelas VIII yang Memperoleh Hasil Belajar
pada Ulangan Harian Matematika I Berdasarkan KKM di
SMP Negeri 1 Kamang Magek Tahun Pelajaran 2013/2014
Semester I
Kelas
Persentase Siswa
yang Tuntas ( >75)
Persentase Siswa yang
Belum Tuntas (<75)
X.A
X.B
X.C
X.D
X.E
X.F


48
46
48
40
48
49


52
54
52
60
52
51
Sumber : Guru Matematika SMP Negeri 1 Kamang Magek

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri 1Kamang Magek masih banyak yang di bawah KKM.
Kondisi seperti ini menuntut perhatian dari berbagai pihak terutama oleh guru,


4

karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran.
Pada saat observasi di SMP Negeri 1 Kamang Magek, terlihat bahwa
siswa cenderung membentuk kelompok-kelompok tersendiri dalam
menyelesaikan tugas dan latihan yang diberikan tanpa adanya perintah dari
guru. Berdasarkan hal tersebut dianggap bahwa pembelajaran kelompok
adalah pembelajaran yang disukai siswa, dapat diterapkan untuk lebih
membangkitkan minat dan mengaktifkan siswa. Karena itu diterapkan
pembelajaran kooperatif dengan membagi siswa atas kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 4 orang dalam satu kelompok. Tetapi kenyataannya
dalam kelompok belajar banyak siswa cenderung hanya diam, karena tidak
tahu apa yang akan dikerjakan atau dilakukan, artinya siswa mendapat
kesulitan dalam berbagi tugas dalam kelompoknya.
Dengan adanya pembelajaran kelompok diharapkan siswa akan
bekerja sama mencari pemecahan masalah dan saling membantu memahami
konsep-konsep Matematika, sehingga semua siswa terlibat secara aktif.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasibuan kerja kelompok adalah
suatu strategi belajar mengajar yang memiliki kadar belajar aktif .
1

Think Pair Share adalah salah satu strategi dalam pembelajaran
kooperatif atau kelompok yang memberikan siswa waktu untuk lebih banyak
berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Strategi
pembelajaran Think Pair Share ini dapat mengembangkan potensi siswa

1
Hasibuan, Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro,(Bandung:Peraja
Karya,1998),h. 24



5

secara aktif dengan membuat kelompok terdiri dari dua orang yang akan
menciptakan pola interaksi yang optimal, mengembangkan semangat
kebersamaan, timbulnya motivasi serta menumbuhkan komunikasi yang
efektif. Biasanya guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa dan siswa
memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk, dengan Think
Pair Share siswa diberi kesempatan untuk berpikir sendiri, berdiskusi, saling
membantu dalam kelompoknya dan diberi kesempatan untuk berbagi dengan
siswa lainnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini diberi judul
"Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kamang
Magek Tahun Pelajaran 2013/2014".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
permasalahan dalam pembelajaran matematika sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar siswa.
2. Siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam proses belajar
mengajar.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam berbagi bahan dan waktu dalam
kelompoknya.
4. Banyaknya aktivitas negatif siswa.
5. Pembelajaran lebih mendominasi pada guru atau pembelajaran satu arah



6

C. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis dalam berbagai hal serta agar
penelitian ini lebih terarah dan terpusat pada hasil yang diinginkan maka
masalah yang diteliti dibatasi tentang hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif Think Pair Sharelebih baik dari pada hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran Konvensional?
2. Bagaimana aktifitas belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran
kooperatif Think Pair Share?
E. Asumsi
Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa menggambarkan
kemampuan yang sebenarnya.
2. Setiap siswa mempunyai waktu dan kesempatan yang sama dalam
mengikuti pembelajaran matematika.




7

F. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
1. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah Hasil belajar matematika siswa
dengan model pembelajaran Think Pair Share lebih baik dari hasil belajar
matematika siswa yang menggunakan pembelajaran Konvensional.
2. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana aktivitas belajar
matematika siswa selama pembelajaran Think Pair Share?

G. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan model
pembelajaran Think Pair Share lebih baik dari hasil belajar
matematika siswa yang menggunakan pembelajaran Konvensional.
2) Mengetahui bagaimana aktivitas belajar matematika siswa selama
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share









8

H. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, sebagai pedoman dalam mempersiapkan diri selaku calon
guru matematika.
2. Bagi siswa, sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan kemampuannya
dalam bidang matematika.
3. Bagi guru matematika, sebagai pertimbangan dalam melaksanakan proses
pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.
4. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan masukan guna
perkembangan program pengajaran di sekolah demi peningkatan mutu
pendidikan.
5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi agar dapat mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut.











9

BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal penting yang saling
terkait. Setiap ada aktivitas pembelajaran selalu ada yang melakukan
aktivitas belajar. Jadi belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas yang
berlangsung secara bersamaan.
Menurut: Slameto "Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya"
2
. Sedangkan, Skinner dalam Dimayati
berpandangan bahwa "Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responsnya menurun"
3
. Jadi belajar merupakan proses yang
ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat
pengetahuan, keterampilan maupun nilai sikap.




2
Slameto. Belajar dan faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.(Jakarta: Rineka Cipta 1995) h. 2

3
Dimayati dan Mujdiono.Belajar Dan Pembelajaran. (Jakarta:Rineka Cipta 1995) h.9



10

Menurut Slameto prinsip-prinsip belajar berdasarkan prasyarat
yang diperlukan untuk belajar adalah :
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif
meningkatkan minat dan membirnbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kernampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
4


Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses atau
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja. Kegiatan tersebut akan
menghasilkan perubahan yang tetap. Melalui proses belajar siswa dapat
berinteraksi dengan lingkungan, memiliki keterampilan dan kecakapan
hidup.
Pembelajaran merupakan suatu upaya penataan lingkungan yang
memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara
optimal. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya guru
untuk mendorong atau memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang
dipelajari. Dengan demikian proses pembelajaran bersifat eksternal yang
sengaja direncanakan dengan bersifat rekayasa perilaku.




4
Slameto. Belajar dan faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.(Jakarta: Rineka Cipta 1995) h. 27



11

Pengertian di atas juga berlaku dalam proses belajar dan
pembelajaran matematika. Menurut teori belajar Gagne. Suherman,
mengatakan bahwa :
Dalam pembelajaran matematika ada dua objek yang diperoleh
siswa yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak
langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan
masalah, belajar mandiri, dan tahu bagaimana semestinya belajar.
Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan
aturan.
5


Berdasarkan teori di atas, pada saat belajar matematika siswa akan
menemukan berbagai fakta, keterampilan, konsep dan aturan tertentu.
Untuk dapat berinteraksi dengan keadaan tersebut siswa harus rnempunyai
kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, belajar mandiri, dan tahu
bagaimana cara belajar yang tepat. Hal ini menuntut siswa secara aktif.
Keterlibatan siswa secara aktif dipengaruhi oleh usaha guru dalam
membelajarkan siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
sendiri. Pembelajaran yang sejalan dengan hal di atas adalah pembelajaran
kooperatif karena pada pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif
dan bekerja sama dalam belajar di kelompoknya.





5
Eman Suheman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia 2003) h.33


12

2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana
siswa dibagi dalam kelompok - kelompok kecil yang beranggotakan 4-5
orang untuk mempelajari materi pelajaran ataupun menyelesaikan suatu
permasalahan dalam pembelajaran dengan saling bekerja sama dan saling
membantu. Namun tidak semua kerjasama kelompok dikatakan
pembelajaran kooperatif.
Menurut Ibrahim pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
dan jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
6


Dari ciri-ciri ini dapat dilihat bahwa siswa diberi tugas dan
tanggung jawab yang sama besar untuk menuntaskan materi atau
menyelesaikan permasalahan mengenai pelajaran. Siswa yang
berkemampuan tinggi tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tapi
bertugas untuk membantu teman yang lainnya. Karena keberhasilan dan
penghargaan kelompok sangat tergantung kepada kesediaan anggota
kelompok untuk saling bekerja sama dan dapat mendengarkan serta
mengutarakan pendapat mereka masing - masing.


6
Muslim Ibrahim. Pembelajaran Komperatif. (Surabaya: University Pers 2000), h.6


13

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang terpusat
pada siswa, hal ini dibuktikan dari aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk
mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas, serta memberikan
penjelasan pada kelompok. Untuk itu pembelajaran kooperatif itu harus
mempunyai unsur-unsur supaya hasil pembelajaran itu dapat tercapai
secara maksimal. Menurut Ibrahim ada beberapa unsur dalam
pembelajaran kooperatif :
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka
"sehidup sepenanggungan bersama".
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,
seperti milik sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau dikenakan hadiah/ penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
7

Dari unsur-unsur di atas dapat dikatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif setiap anggota dituntut untuk bisa memberikan
pendapat, ide dan pemecahan masalah sehingga dapat tercapai tujuan
belajar.




7
Muslim Ibrahim. Pembelajaran Komperatif. (Surabaya: University Pers 2000), h.6



14

Langkah - langkah pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim
adalah
a. Fase 1
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Fase 2
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
c. Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
d. Fase 4
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
e. Fase 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Fase 6
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
8


Dalam pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran, memotivasi siswa untuk belajar, diikuti
oleh penyajian materi dan pembentukan kelompok belajar untuk
menyelesaikan tugas bersama yang kemudian diakhiri dengan presentasi
dan pemberian reward.






8
Muslim Ibrahim. Pembelajaran Komperatif. (Surabaya: University Pers 2000), h.10



15

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif terdiri atas nilai
individual dan nilai kelompok. Nilai individual diperoleh dari nilai
jawaban terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru dan dikerjakan
oleh siswa, sedangkan nilai kelompok diperoleh dari nilai jawaban
terhadap suatu permasalahan yang diperoleh anggota kelompok serta
hasil diskusi yang dipresentasikan. Penilaian ini juga berlaku untuk
pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).

3. Think Pair Share (TPS)
Pendekatan struktural merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen. Pada
pendekatan ini lebih memberikan penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
9
.Jadi
pendekatan struktual itu lebih mengarah kepada interaksi dan kerja sama
antar siswa dalam kelompok.








9
Muslim Ibrahim. Pembelajaran Komperatif. (Surabaya: University Pers 2000), h.25



16

Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tersusun
atas kelompok yang terdiri dari dua, tiga, empat sampai enam orang
dengan kemampuan dan latar belakang yang berbeda. Struktur yang
dikembangkan ini lebih menghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil dan penghargaan yang diberikan adalah secara
kooperatif. Ada dua macam pengembangan dalam pendekatan struktural
ini yaitu : untuk meningkatkan perolehan akademik diantaranya adalah
Number Head Together dan Think Pair Share, dan untuk mengajarkan
keterampilan sosial atau keterampilan kelompok
10
.
Keterampilan sosial merupakan hubungan sosial antara masing -
masing individu, sedangkan keterampilan kelompok merupakan suatu
bentuk kerja sama dalam suatu kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ibrahim yaitu :
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan
hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja
secara efektif dengan orang lain, seperti bagaimana berinteraksi
satu dengan yang lain, bagaimana mengkoordinasikan sumbangan-
sumbangan dari berbagai anggota. Keterampilan kelompok
merupakan suatu bentuk kerja sama dan saling berbagi antar
sesama. Disini banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu
dan bahan pelajaran., menjadi pengatur terhadap siswa lain,
berbicara tanpa henti, dan melakukan sendiri segala pekerjaan
kelompok adalah contoh-contoh ketidak mampuan siswa dalam
berbagi waktu dan bahan pelajaran.
11







10
Muslim Ibrahim. Pembelajaran Komperatif. (Surabaya: University Pers 2000), h.25-26

11
Muslim Ibrahim. Pembelajaran Komperatif. (Surabaya: University Pers 2000), h.47-48



17



Dari kutipan di atas terlihat peranan guru sangat diperlukan dalam
pembelajaran kooperatif. Guru memantau kegiatan kelompok agar di
dalam kelompok tersebut tidak ditemukannya siswa yang selalu bicara
tanpa memberikan kesempatan pada teman sekelompoknya untuk
memberikan ide/pendapatnya ataupun mengerjakan sendiri tugas
kelompok dan yang lain duduk dengan santai.
Untuk mengatasi hal itu dikembangkan suatu bentuk atau
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang disebut dengan Think
Pair Share atau berpikir, berpasangan dan berbagi. Dimana diminta
berpikir secara individu, setelah itu siswa yang terdiri dari 2 orang dalam
satu kelompok akan mendiskusikan penyelesaian dari masalah, kemudian
kelompok atau salah satu anggota kelompok disuruh untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok berpasangan ini
mempunyai beberapa kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Lie yaitu :
a. Meningkatkan partisipasi anggota kelompok.
b. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota
kelompok.
c. Interaksi lebih mudah.
d. Lebih mudah dan cepat membentuknya.
12


Think Pair Share atau berpikir, berpasangan dan berbagi ini
melibatkan tiga langkah oleh Spencer Kagen yaitu:
a. Tahap Pertama : Thinking (berpikir)

12
Anita Lie. Cooperatif Learning.Mempraktekan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas .
(Jakarta :Grasindo Anggol Licapi 2002),h.45


18

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau
isu tersebut secara mandiri atau individu untuk beberapa saat.


b. Tahap Kedua : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan yang lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama.
Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban antara
teman sekelompok. Biasanya guru memberi waktu 4 5 menit.
c. Tahap Ketiga : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi
dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
Pada bagian ini guru memantau kerja kelompok-kelompok kecil
untuk memastikan kegiatan berlangsung secara lancar, selanjutnya guru
melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan tes tertulis. Sesuai dengan
langkah-langkah diatas ,maka langkah-langkah penerapan Think Pair
Share dalam proses pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai
berikut
13
:
a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari dua orang
(berpasangan). Pembentukan kelompok ini berdasarkan pada
kemampuan akademik dan memperhatikan jenis kelamin. Ini hanya
dilakukan pada pertemuan pertama saja dan untuk selanjutnya siswa
duduk berdasarkan pasangannya .
b. Guru menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum
yang berlaku.
c. Guru membagikan Lembaran Kerja Siswa (LKS)

13
Muslim Ibrahim. Pembelajaran Komperatif. (Surabaya: University Pers 2000), h.26



19

Soal LKS terdiri dari soal essay. LKS dikerjakan siswa dalam waktu
40 menit, dengan jumlah soal berbeda-beda (tergantung sub pokok
bahasan yang sedang dipelajari )
d. Siswa mengerjakan soal latihan yang ada pada LKS dengan strategi
Think Pair Share.
e. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat
menyelesaikan LKS dengan benar.
f. Guru menutup pelajaran.

4. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Anton M. Mulyono, Aktivitas artinya kegiatan atau
keaktifan
14
. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas.
Menurut Paul D. Dierich dalam Sardiman, beliau membagi aktivitas dalam
kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu
15
:
a. Visual Activities
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati percobaan, mengamati
orang lain bekerja.
b. Oral Activities
Mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, memberi
saran, mengajukan pertanyaan.
c. Listening Activities
Mendengarkan penjelasan guru.
d. Writing Activities
Mengerjakan latihan, menulis catatan, menulis cerita, membuat
karangan, mengisi angket, dan mengerjakan tes.
e. Drawing Activities
Menggambar grafik, membuat pola, chart dan diagram.

14
Mulyono,......... (2001 : 26)
15
Sardiman ,........ (2003:100)


20

f. Motor Activities
Melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelenggarakan
permainan dan lain-lainnya..
g. Mental Activities
Memecahkan masalah, membuat keputusan, menganalisa.
h. Emotional Activities
Bersemangat, menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah,
berani, tenang, gugup.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan suatu rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berdasarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, aktivitas siswa yang dapat
diamati adalah:
1. Pada saat guru menyampaikan materi pelajaran
o Siswa bertanya kepada guru.
o Siswa menjawab pertanyaan guru.
o Siswa mencatat/menyalin penjelasan guru.
2. Tahap Thinking (berpikir)
o Siswa menyelesaikan soal yang diberikan secara sendiri-sendiri.
3. Tahap Pairing (berpasangan)
o Siswa berdiskusi dengan pasangannya.
o Siswa bertanya kepada pasangannya.
o Siswa menanggapi pertanyaan / pernyataan pasangannya.
4. Tahap Sharing (berbagi)
o Siswa menanggapi penjelasan kelompok lain.
o Siswa mengajukan pertanyaan kepada pasangan yang tampil.




21

5. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan adalah
pembelajaran yang umumnya digunakan disekolah selama ini. Ciri-ciri
pembelajaran konvensional antara lain siswa menerima informasi secara
pasif, siswa belajar secara individual, pembelajaran tidak memperhatikan
pengalaman siswa, hasil belajar diukur dengan tes dan lain-lain. Marpaung
dalam Muliyardi menyatakan bahwa
16
:
Proses pembelajaran matematika disekolah pada umumnya masih
dinominasi paradigma mengajar yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : a) guru aktif menyampaikan informasi dan siswa pasif
menerima, b) siswa dipaksa mempelajari apa yang diajarkan guru
dengan menerapkan berbagai jenis hukuman, bukan dengan
kesadaran pada makna belajar, c) pembelajaran berfokus
(berorientasi) pada guru bukan siswa.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang
dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran
diberikan dengan menggunakan metode ceramah dan latihan. Kegiatan
guru meliputi kegiatan appersepsi, motivasi, menerangkan materi didepan
kelas secara langsung. Dilanjutkan dengan pemberian contoh soal dan
soal-soal latihan kepada siswa serta diakhiri dengan pemberian Pekerjaan
Rumah (PR).
Menurut Nasution pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri
sebagai berikut
17
:

16
Muliyardi. Strategi Belajar Mengajar Matematika.( Padang: FMIPA UNP 2003),h.2
17
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.( Jakarta : Bumi Aksara
2000),h.209



22

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan
yang dapat diukur.
b. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara
keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual.
c. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas
tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru.
d. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan
mengajar.
e. Siswa kebanyakan bersikap pasif mendengarkan uraian guru.
f. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru mengajar.
g. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ulangan atau
ujian
h. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif.
i. Pengajar umumnya sebagai penyebar dan penyalur informasi
utama.
j. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai
bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau
ulangan itulah nilai rapor diberikan.

Pada penelitian ini, pembelajaran konvensional yang dimaksudkan
adalah pembelajaran dengan metode ceramah dimana guru menerangkan
pelajaran kemudian memberi contoh soal dan siswa disuruh untuk
mengerjakan latihan dan pada akhir pembelajaran siswa diberikan
pekerjaan rumah.
6. Pembentukan Kelompok
Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif merupakan
pengelompokan heterogen, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 2 sampai 5 orang dalam tiap kelompok dan mereka harus
bertanggung jawab terhadap kelompoknya.


23

Sebagaimana pendapat Lie yaitu
18
: "Jumlah dalam satu kelompok
bervariasi mulai dari 2 sampai 5 menurut kesukaan guru dan kepentingan
tugas".
Pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ini harus
memperhatikan keanekaragaman anggota kelompok, menurut Ibrahim
kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut
19
:
a. Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil yang anggotanya
terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang ,rendah.
b. Jika mungkin dalama pembentukan kelompok juga diperhatikan
perbedaan suku, budaya, jenis kelamin, latar belakang, sosial
ekonomi dan sebagainya.
c. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menguasai
materi akademik.
d. Sistim penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu.

Jadi pembelajaran kooperatif itu dapat mengembangkan tingkah
laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa. Hal ini
ditunjukan oleh sistem pembentukan kelompok belajar dan sistem
penghargaan yang dilakukan, selain itu pembelajaran kooperatif juga
membantu siswa dalam meningkatkan prestasi akademik mereka dengan
cara belajar dalam kelompok.
Menurut Semiawan pengelompokan siswa dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu
20
:


18
Anita Lie. ). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang
Kelas.( Jakarta: PT Grasindo Anggol a Iicapi 2004),h.46
19
Muslim Ibrahim. Pembelajaran kooperatif Surabaya. :( University Pers 2000),h.6-7
20
Semiawan . Pendekatan dalam Keterampilan Proses.( Jakarta: Gramedia 1992),h.67


24

a. Pengelompokan berdasarkan kesenangan berkawan
b. Pengelompokan berdasarkan kemampuan akademis
c. Pengelompokan berdasarkan minat

Dalam penelitian ini pembentukan kelompok didasarkan pada
kemampuan akademik dan memperhatikan jenis kelamin. Berikut ini
disajikan langkah-langkah pembentukan kelompok berdasarkan
kemampuan akademik dengan menggunakan nilai ulangan harian pada
pokok bahasan sebelumnya dan berdasarkan jenis kelamin.
Langkah I
Mengelompokkan siswa berdasarkan jenis kelamin
(Satu kelompok terdiri dari siswa dengan jenis kelamin
sama)
Langkah II
Mengurutkan siswa berdasarkan nilai akademik
Langkah III
Membentuk kelompok bardasarkan jenis kelamin sama dan
nilai akademik









25



Dalam prosesnya siswa diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama didalam kelompoknya, seperti
mendengarkan pendapat teman, memberikan penjelasan kepada teman
dengan baik dan sebagainya.
Jadi pembelajaran kooperatif itu dapat mengembangkan tingkah
laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa. Hal ini
ditunjukkan oleh sistem pembentukan kelompok belajar. Selain itu
pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam meningkatkan
potensi akademik mereka dengan cara belajar dalam kelompok.

7. Lembaran Kerja Siswa (LKS)
Lembaran kerja siswa (LKS) merupakan suatu media yang dapat
berupa satu, dua, atau lebih lembaran yang berisikan materi pelajaran dan
disajikan dalam bentuk tugas, soal-soal yang harus dikerjakan siswa, baik
SISWA PEREMPUAN SISWA LAKI-LAKI
1. Ani
2. Putri
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14. Desy
15. Citra
1. David
2. Angga
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. Hari
12. Yusuf


26

secara individu atau kelompok kecil, guna menanamkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran
21
.
LKS ini digunakan oleh guru untuk menambah keaktifan siswa
dalam belajar, membantu dalam proses pembelajaran agar bisa berjalan
dengan baik dan lancar, serta untuk menambah variasi kegiatan sehingga
siswa termotivasi dan berminat untuk belajar matematika. LKS yang
digunakan berisikan soal-soal essay yang harus dikerjakan oleh siswa di
dalam kelas.
Sehingga dengan adanya LKS siswa lebih termotivasi untuk belajar
dan proses pembelajaran lebih terfokus. LKS diberikan kepada siswa pada
setiap pertemuan maka sesuai dengan jumlah pertemuan.

8. Hasil Belajar
Pencapaian tujuan dari belajar dan pembelajaran dapat dilihat dari
hasil belajar yang diperoleh siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang
baik diperlukan proses belajar yang efektif.
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk
mengetahui keberhasilan siswa dalam memahami suatu pelajaran. Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan Arikunto yang menyatakan bahwa
22
,
"Tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui sejauh mana

21
Edi Prajitno. Media Pembelajaran Matematika.( Yogyakarta: Kerjasama FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta dengan Direktorat PLP Depdiknas 2003),h.17
22
Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.( Jakarta : Bumi Aksara 2001),h.11


27

suatu program pembelajaran berhasil diterapkan". Hasil belajar siswa
biasanya diberikan dalam bentuk nilai.
Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah basil belajar
aspek kognitif yang merupakan kemampuan siswa dalam bidang
pemahaman dan penerapan. Untuk hasil akhir dapat diketahui dengan
menggunakan salah satu indikator yaitu melalui tes. Tes yang diberikan
berupa tes essay yang diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil tes ini
kemudian dianalisis oleh guru dan diberikan penilaian.

B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh:
1. Renta Wahyuni, dengan judul "Efektivitas Penggunaan Model Kooperatif
Tipe Think Pair Share dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 5 Gunung Talang Tahun Pelajaran 2009/2010". Hasil
yang diperoleh adalah hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik daripada
pembelajaran tanpa menggunakan model kooperatif tipe Think Pair
Share. Penelitian ini juga meneliti tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa.





28

C. Kerangka Konseptual
Proses pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan
siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Guru berupaya membelajarkan
siswa dengan berbagai cara, salah satunya dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu metode yang dapat menjadikan
siswa lebih aktif selama proses pembelajaran.
Think Pair Share adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang
memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa yang lain sehingga setiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama dan tidak adanya siswa yang mendominasi
kegiatan kelompok serta siswa dapat saling membantu satu sama lain dalam
kelompoknya. Dengan Think Pair Share diharapkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran matematika dengan menyenangkan sehingga hasil
belajarnya pun dapat meningkat.











29

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen, dengan model rancangan yang digunakan adalah
randomized control group only design. Menurut Suryabrata rancangan
penelitian randomized control group only design dapat dilihat pada tabel
berikut
23
:
Tabel 2 : Rancangan Penelitian Untuk Hasil Belajar
Kelas Treatment Posttest
Eksperimen X T
Kontrol Y T

Ket
X = Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
Y = Pembelajaran Konvensional
T = Tes akhir
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini dalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kamang Magek tahun
pelajaran 2013/ 2014 yang berjumlah 85 siswa. Untuk lebih jelasnya data

23
Suryabrata. Metodologi Penelitian..( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2002),h.43


30

jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kamang Magek dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 3 : Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kamang Magek
Tahun Pelajaran 2013/ 2014
NO Kelas Jumlah
1 VII1.A

30
2 VIII.B

30
3 VIII.C

25
Sumber : Tata Usaha SMP 1 Kamang Magek
2. Sampel
Sampel adalah sebahagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sampel ini diambil haruslah representatif dan menggambarkan
keseluruhan karakteristik dari suatu populasi. Sesuai dengan masalah yang
diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan langkah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data nilai ulangan harian I Semester II matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kamang Magek
2) Melakukan uji normalitas terhadap data. Uji normalitas bertujuan
untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji
yang digunakan adalah uji Anderson-Darling dengan menggunakan
software MINITAB. Populasi berdistribusi normal jika grafik yang
dihasilkan terlihat pancaran titik-titik berada dekat garis lurus dan


31

harga P-value lebih besar dari taraf nyata () yang ditetapkan yaitu
= 0,05 dan berlaku sebaliknya
24

3) Melakukan uji homogenitas variansi, pengujian dilakukan dengan
bantuan software MINITAB dengan uji Bartlet. Tujuan dari uji
homogenitas variansi adalah untuk mengetahui apakah populasi
mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Populasi memiliki
variansi homogen jika selang kepercayaan pada masing-masing kelas
dalam populasi beririsan atau dengan membandingkan nilai P-value
lebih besar dari taraf nyata yang telah ditetapkan yaitu = 0,05 atau
sebaliknya
25

4) Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan anava satu arah. Analisis ini
dilakukan untuk melihat kesamaan rata-rata populasi. Analisis ini juga
dilakukan dengan menggunakan software MINITAB. Populasi
mempunyai rata-rata yang sama apabila P-value > yang telah
ditetapkan yaitu = 0,05 dan berlaku sebaliknya
26

5) Setelah diperoleh populasi berdistribusi normal, variansinya homogen
dan memiliki kesamaan rata-rata pada = 0,05, maka diambil dua
kelas secara acak untuk dijadikan sampel yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol.




24
Syafriandi........( 2004:4).
25
Syafriandi........ ( 2004:5).
26
Syafriandi........ ( 2004:6).


32

C. Variabel dan Data
1. Variabel
Variabel adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian penelitian. Pada
penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
a. Variabel bebas yaitu penggunaan pembelajaran kooperatif TPS dan
non TPS.
b. Variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa.
2. Jenis dan Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan atau informasi yang didapat peneliti baik
berupa fakta maupun berupa angka.
Jenis dan sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data primer pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa
yang bersumber dari siswa kelompok kelas eksperimen dan siswa
kelompok kelas kontrol.
b. Data sekunder pada penelitian ini adalah jumlah siswa yang bersumber
dari guru matematika di SMP Negeri 1 Kamang Magek
D. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan dibagi atas tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian
b. Mengurus Surat Izin Penelitian ke fakultas dan dilanjutkan ke kepala
SMP Negeri 1 Kamang Magek


33

c. Membuat kisi-kisi soal tes akhir.
d. Menyusun soal yang akan dikerjakan siswa pada setiap pembelajaran
e. Pemilihan sampel yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
f. Pada kelas eksperimen dilakukan kegiatan mengurut nama siswa
bardasarkan kemampuan akademis dan jenis kelamin yang terdiri dari
siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah, kemudian ditentukan
kelompoknya yang terdiri dari dua orang.
2. Tahap Pelaksanaan
Perlakuan yang diberikan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah :
Tabel 4 : Langkah Langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Eksperimen ( TPS) Pembelajaran Konvensional
1. Kegiatan pendahuluan (5 menit)
a. Mengabsen siswa
b. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
c. Guru memberikan appersepsi
d. Guru memotivasi siswa
2. Guru menjelaskan materi, untuk
menunjang kelancaran belajar siswa
duduk dalam kelompok yang telah
ditentukan sebelumnya.(20 menit)
3. Siswa mengerjakan soal-soal yang
ada pada LKS dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif Think Pair
Share dengan langkah-langkah
sebagai berikut (40 menit):
- Thinking (berfikir)
Masing-masing siswa mulai
berfikir mengerjakan soal latihan
yang ada dalam LKS.
- Pairing (berpasangan)
siswa saling bertukar pikiran
1. Guru membuka pelajaran dengan
memberikan motivasi dan
appersepsi kepada siswa (10
menit)
2. Guru menjelaskan materi
pelajaran secara klasikal (20
menit)
3. Guru memberikan contoh soal
latihan (10 menit)
4. Siswa mengerjakan soal latihan
dari buku wajib (10 menit)
5. Memeriksa hasil latihan dengan
menukar silangkan latihan siswa
dan memberikan kesempatan
kepada siswa yang mau
menyelesaikan soal latihan ke
depan.
6. Menutup pelajaran dengan
menyimpulkan materi yang
telah dipelajari



34

dengan pasangannya dalam
kelompok (sesuai dengan yang
telah ditetapkan sebelumnya) untuk
mendiskusikan apa yang telah
dipikirkan pada tahap pertama agar
dapat berbagi jawaban dengan
teman sekelompok.
- Sharing (berbagi)
Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya
didepan kelas.
4. Membahas soal yang dianggap sulit
(5 menit)
5. Menutup pelajaran dengan
menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dan memberikan pekerjaan
rumah.(10 menit)
3. Tahap Penyelesaian
a. Memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. Menganalisa soal-soal yang diuji cobakan dengan mencari reliabilitas,
derajat kesukaran dan daya beda.
c. Memilih soal-soal yang sesuai dengan tolak ukur yang nantinya
digunakan untuk tes akhir pada kedua kelas sampel.
d. Menganalisis tes akhir yang diberikan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpul data penelitian ini adalah tes dan lembar
observasi.
1. Tes
Tes ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki siswa. Tes yang digunakan berbentuk essai.
Untuk mendapatkan tes yang baik maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :


35

a. Penyusunan kisi-kisi tes.
b. Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi tes. Dalam penyusunan tes dibuat
berdasarkan materi yang diberikan selama penelitian dan berpedoman
pada kurikulum KTSP.
c. Validasi tes, soal divalidasi oleh seorang dosen matematika dan
seorang guru matematika.
d. Uji coba tes
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, maka terlebih
dahulu tes diuji cobakan pada kelompok yang setingkat dan relevan
dengan kelompok sampel.
e. Analisis Soal Tes
Untuk menentukan kualitas soal yang baik dilakukan beberapa hal
berikut :
1) Daya Pembeda Soal
Daya pembeda butir soal adalah angka yang menyatakan
kesanggupan suatu soal untuk membedakan siswa pandai dengan
kurang pandai. Menurut Prawironegoro untuk menentukan daya
pembeda soal tersebut dapat digunakan rumus
27
:
( ) 1
2 2

E E

=
n n
X X
M M
r t
r t
p I

Keterangan:

27
Prawironegoro. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal di Ruang-ruang Kelas.( Jakarta :
Grasindo 1985),h.11



36

I
p
= Indeks pembeda soal
M
t
= Rata-rata skor dari kelompok tinggi
M
r
= Rata-rata skor dari kelompok rendah
2
t
X E = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi
2
r
X E = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah
N = 27% x N, N = Jumlah siswa
Soal akan mempunyai daya pembeda soal yang berarti
(signifikan) jika I
Phitung
> I
Ptabel
pada df = (n
t
1) + (n
r
1 ) yang
sesuai.
2) Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran digunakan untuk melihat apakah soal tersebut
soal yang mudah, sedang atau sukar. Menurut Prawironegoro
28
untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus :
I
k
= 100%
2
t r
D d
mn
+

Keterangan:
I
k
= Indeks kesukaran soal
D
t
= Jumlah skor dari kelompok tinggi
r
d = Jumlah skor dari kelompok rendah
m = Skor setiap soal jika benar
n = 27% x N , N = Jumlah siswa

28
Prawironegoro. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal di Ruang-ruang Kelas. Jakarta :
Grasindo 1985),h.14



37

Tabel 5 : Kriteria Indeks Kesukaran Soal





3) Kriteria penerimaan soal
Dari hasil tersebut, untuk menentukan soal yang akan dipakai,
maka ditetapkan sebagaimana yang dikenukakan oleh
Prawironegoro bahwa
29
:
a. Soal yang baik atau tetap dipakai jika item terhadap Ip
signifikan dan 0< I
k
< 100%.
b. Soal diperbaiki jika:
1) 1
p
signifikan dan I
k
= 100% atau I
k
= 0%
2) I
P
tidak signifikan dan 0 < I
k
< 100%
c. Soal diganti, jika Ip tidak signifikan dan I
k
= 100% atau I
k
= 0%
4) Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat
dipercaya. Untuk menentukan indeks reliabilitas tes, digunakan
rumus Alpha yang dikemukakan oleh Arikunto
30
yaitu:
r
11 = |
.
|

\
|
1 n
n

|
|
.
|

\
| E

2
2
1
t
i
o
o




29
Prawironogoro.Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal di Ruang-ruang Kelas. (Jakarta :
Grasindo 1985),h.16
30
Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara 2001),h.109
I
k
(Indeks Kesukaran Kualifikasi
27 %
I
k
< 27 %
I
k
73 %
I
k
> 73 %
Sukar
Sedang
Mudah


38

Keterangan:
r
n
= Reliabilitas yang dicari

1
2 =
Jumlah varians skor tiap-tiap item

1
2
= Varians total
n = Banyak butir soal
Untuk menentukan soal mempunyai reliabilitas sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah ditetapkan kriteria
seperti pada tabel berikut:
Tabel 6 : Kriteria Reliabilitas Tes




2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas belajar siswa
selama menggunakan model pembelajaran Think Pair Share . Dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrument. Format yang disusun berupa item-item tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
31
Kejadian yang akan
diamati diantaranya:


31
Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara 2006),h.229
R
11
(Reliabilitas) Kualifikasi
0,80 < r
11
1,00 Sangat tinggi
0,60 < r
11
0,80 Tinggi
0,40 < r
11
0,60 Sedang
0,20 < r
11
0,40 Rendah

0,00 < r
11
0,20
Sangat rendah



39

Aktivitas Yang Diamati Persentase Siswa pada
Pertemuan
I II III IV V VI
Pada saat guru menyajikan materi
1. Mengajukan pertanyaan kepada guru
2. Memberikan tanggapan
3. Mencatat/menyalin penjelasan guru

Tahap Thinking (berpikir)
Menyelesaikan soal yang diberikan
secaraindividu

Tahap Pair (berpasangan)
1. Berdiskusi dengan pasangannya
2. Bertanya kepada pasangannya
2.Menanggapi pertanyaan pasangannya

Tahap Share (berbagi)
1. Menanggapi penjelasan kelompok
yang tampil
2. Mengajukan pertanyaan kepada
pasangan yang tampil

Jumlah Siswa yang Hadir

F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari instrumen penelitian yaitu tes hasil
belajar dan lembar observasi siswa. Teknik analisis tersebut adalah:
1. Data Hasil Tes
Untuk menarik kesimpulan dari penilaian hasil, maka dilaksanakan
pengujian hipotesis secara statistika yaitu uji-t. Untuk melakukan uji-t,
maka terlebih dahulu perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas,
variansi kedua kelompok data.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel
berdistribusi normal atau tidak.Uji yang digunakan adalah uji
Anderson-Darling dengan menggunakan software MINITAB. Untuk


40

melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, dilakukan dengan
cara interpretasi P-value yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata ()
yang telah ditetapkan dan tidak normal jika sebaliknya
32

2) Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi ini bertujuan untuk melihat apakah kedua
kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software MINITAB.
Untuk melihat apakah data mempunyai variansi yang homogen atau
tidak digunakan interpretasi P-value yaitu data homogen jika P-value
yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata = 0,05 dan tidak homogen
jika sebaliknya.
3) Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan, apakah hasil belajar
matematika, siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan maka dilakukan uji satu
pihak, dengan hipotesis statistik yaitu H
0
: =
2
dan H
1
: >
dengan merupakan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas
kontrol. Maka untuk menguji hipotesis digunakan uji-t satu arah.
Dengan kriteria pengujian tolak H
0
jika P-value < dan berlaku
sebaliknya terima H
0
jika P-value > .



32
Syafriandi............ (2004: 4)


41

2. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi yang
diamati setiap pertemuan. Melalui lembar observasi, dianalisis dengan
menggunakan persentase aktivitas. Persentase aktivitas siswa dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana
33

sebagai berikut:
% 100 =
N
F
P

Keterangan:
P = Aktivitas siswa
F = Frekuensi aktivitas
N = Jumlah siswa
Setelah diperoleh persentase aktivitas belajar siswa, kemudian
dilihat kriteria aktivitas berdasarkan Dimiyati dan Mudjiono
34
. Kriteria
tersebut yaitu:
Kriteria Tingkat Keberhasilan
(TK)
Range Persentase (%)
Sedikit sekali Tidak berhasil
0s TK s25
Sedikit Kurang berhasil

25< TK s50
Banyak Berhasil

50< TK s75
Banyak sekali Sangat berhasil

75< TKs100


33
Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
2002),h.130
34
Dimiyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta 2006),h.125



42

Analisis data dilakukan untuk melihat perkembangan aktivitas
belajar siswa pada setiap pertemuan. Dari data tersebut dapat diketahui
bagaimana perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran model
kooperatif tipe Think Pair Share.





















43

DAFTAR KEPUSTAKAAN


Arikunto, Suharsimi. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
__________.(2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara
Hasibuan,dkk. 1988. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran
Mikro. Bandung: Peraja Karya
Ibrahim, Muslim, dkk. (2000). Pembelajaran kooperatif Surabaya: University
Pers.
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo Anggol a Iicapi.
Prawironegoro, Pratiknyo. (1985). Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal
di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Prajitno, Edi dan Ali Mahmudi. 2003. Media Pembelajaran Matematika.
Yogyakarta: Kerjasama FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta dengan
Direktorat PLP Depdiknas
Muliyardi. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Padang: FMIPA UNP
Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan dalam Keterampilan Proses. Jakarta:
Gramedia
Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karvawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sardinian, A.M. (2001). Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta
: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Slameto.(1995). Belajar dan faktor-f-aktor yang mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suciati, dkk. (2003). Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka .


44

Sudjana, Nana. (1992). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Surayabrata, Sumandi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Walpole, Ronald E. (1986). Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan
Ilmuan.Bandung:ITB

Anda mungkin juga menyukai