X
X X
Keterangan :
KA =Kadar air (%)
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
X1 =Berat contoh mula-mula (gram)
X2 =Berat contoh setelah dikeringkan pada suhu 1032C (gram)
Kadar Zat Menguap Briket (ASTM D 5142-02)
Timbang cawan crucible dengan tutupnya, dengan diisi spesimen yang
berasal dari penghitungan kadar air dan ditempatkan dalam furnace. Panaskan
dalam furnace dengan suhu 950 20
0
C selama 7 menit, kemudian didinginkan
dalam deksikator dan selanjutnya ditimbang. Kadar zat menguap dihitung
berdasarkan persamaan:
V = % 100 x
W
C B
Keterangan:
V =Kadar zat mudah menguap (%)
B =Berat contoh setelah dikeringkan pada suhu 104-110
0
C (g)
C =Berat spesimen setelah dipanaskan pada tes zat menguap (g)
W =Berat contoh mula-mula pada kadar air (g)
Kadar Abu Briket (ASTM D 5142-02)
Timbang cawan crucible tanpa tutup dengan spesimen yang diambil 1
gram dari sampel, tempatkan dalam furnace dan dipanaskan dalam suhu 450 -
500
0
C selama 1 jam kemudian suhu 700 750
0
C selama 2 jam, kemudian
dilanjutkan pengabuan dengan suhu 900 950
0
C selama 2 jam. Pindahkan
crucible dari furnace, didinginkan dalam desikator dan timbang segera. Kadar abu
dihitung berdasarkan persamaan:
A = % 100 x
W
G F
Keterangan:
A =Kadar abu (%)
F =Berat crucible dan abu (g)
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
G =Berat kosong crucible (g)
W =Berat awal specimen (g)
Kadar Karbon Terikat Briket (ASTM D 5142-02)
Karbon terikat adalah fraksi karbon (C) dalam briket, selain fraksi air, zat
mudah menguap dan abu. Kadar karbon terikat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Fixed Carbon =100 (M +V +A) %
Keterangan:
Fixed Carbon =Kadar karbon terikat (%)
M =Kadar air (%)
V =Kadar zat mudah menguap (%)
A =Kadar Abu (%)
Nilai Kalor Briket
Penentuan nilai kalor dengan cara ditimbang 0,3 gram spesimen, lalu
ditempatkan pada cawan besi, kemudian dimasukkan ke dalam oxsigen bomb
calorimeter. Cara kerja oxsigen bomb calorimeter adalah dengan memasukkan
spesimen ke dalam cawan dan disiapkan kawat untuk penyala dengan
menggulungnya dan memasangnya pada tangkai penyala yang terpasang pada
penutup bom. Lalu cawan berisi spesimen ditempatkan pada ujung tangkai
penyala. Alat bomb ditutup dengan kuat setelah dipasang ring-O dengan memutar
penutup tersebut kemudian oksigen diisikan ke dalam bom dengan tekanan 30 bar.
Alat bom yang telah terpasang ditempatkan ke dalam kalorimeter lalu dimasukkan
air pendingin sebanyak 1250 ml. Ditutup kalorimeter dengan alat penutupnya dan
dihidupkan pengaduk air pendingin selama 5 menit lalu dicatat temperatur air
pendingin. Setelah 5 menit kemudian dihidupkan penyalaan dengan menggunakan
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
tombol yang paling kanan dan diaduk terus air pendingin selama 5 menit setelah
penyalaan berlangsung. Dibaca dan dicatat kembali temperatur air pendingin lalu
dimatikan pengaduk. Penentuan nilai kalor dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Nilai Kalor = 24 . 0 05 , 0 1 2 xCvx T T
Keterangan :
T
1
=Suhu air mula-mula (
0
C)
T
2
=Suhu setelah Pembakaran (
0
C)
0.05 =Suhu akibat kenaikan panas pada kawat
Cv =Berat jenis calorimeter =73529.6 (kJ/kg)
0,24 =Konstanta 1 J =0.24 kal
Rancangan Percobaan
Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan komposisi arang serbuk
cangkang kelapa sawit yang diberikan. Pengujian dibuat dalam 6 kombinasi bahan
baku (100 : 0, 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30, 60 : 40, 50 : 50), yaitu :
1. 100% serbuk gergaji
2. 90% serbuk gergaji, 10% arang cangkang kelapa sawit
3. 80% serbuk gergaji, 20% arang cangkang kelapa sawit
4. 70% serbuk gergaji, 30% arang cangkang kelapa sawit
5. 60% serbuk gergaji, 40% arang cangkang kelapa sawit
6. 50% serbuk gergaji, 50% arang cangkang kelapa sawit
Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan
tiga kali ulangan. Model matematikanya adalah :
Yij = +i +ij
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
Keterangan :
Yij =Angka pengamatan percobaan
=Nilai rataan
i =Efek perlakuan ke-i
ij =Efek kesalahan percobaan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j (1,2,3)
Data diolah dengan menggunakan program MiniTab 14 yang bertujuan
untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan. Pengaruh yang menunjukkan
berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%.
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Kadar air briket berpengaruh terhadap nilai kalor. Semakin kecil kecil nilai
kadar air maka semakin bagus nilai kalornya. Briket arang mempunyai sifat
higroskopis yang tinggi. Sehingga penghitungan kadar air bertujuan untuk
mengetahui sifat higroskopis briket arang hasil penelitian. Nilai rata-rata kadar air
pada setiap perlakuan masih di bawah nilai standar SNI yaitu 8% (Gambar 7). Hal
ini berarti bahwa nilai kadar air memenuhi standar SNI.
4,23
3,04 3
2,71
4,03
3,01
0
1
2
3
4
5
100%:0% 90%:10% 80%:20% 70%:30% 60%:40% 50%:50%
Komposisi Bahan Baku
K
a
d
a
r
A
i
r
(
%
)
Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Kadar Air
Nilai kadar air terendah sebesar 2,71% terdapat pada perlakuan komposisi
serbuk gergaji : arang cangkang kelapa sawit (70% : 30%). Nilai kadar air terbesar
berkisar 4,23% terdapat pada perlakuan komposisi serbuk gergaji : arang
cangkang kelapa sawit (100% : 0%). Rata-rata kadar air yang dihasilkan adalah
3,34%. Kadar air yang tinggi pada perlakuan (100% : 0%) disebabkan karena
jumlah pori-pori masih cukup banyak dan mampu menyerap air, hal ini sesuai
dengan pernyataan Triono (2006) tingginya kadar air pada serbuk gergajian kayu
disebabkan karena pada serbuk gergajian kayu memiliki jumlah pori-pori yang
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
lebih banyak, selain itu serbuk gergajian kayu masih mengandung komponen-
komponen kimia seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Secara statistik,
pencampuran serbuk gergajian kayu dengan arang cangkang kelapa sawit tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air yang dihasilkan.
Kerapatan
Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat dan volume briket
arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan arang
penyusun briket arang tersebut. Nilai rata-rata kerapatan pada masing-masing
komposisi perlakuan ditunjukkan pada Gambar 8.
0,32
0,44
0,45
0,46
0,49
0,504
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
100%:0% 90%:10% 80%:20% 70%:30% 60%:40% 50%:50%
Komposisi Bahan Baku
K
e
r
a
p
a
t
n
(
g
r
/
c
m
3
)
* Notasi Uji Duncan
A*
B* B* B* C* C*
Gambar 8. Grafik Nilai Rata-rata Kerapatan (gr/cm
3
)
Nilai kerapatan terendah sebesar 0.32 gr/cm
3
terdapat pada perlakuan
komposisi serbuk gergaji : arang cangkang kelapa sawit (100% : 0%), sedangkan
nilai kerapatan tertinggi 0,504gr/cm
3
terdapat pada perlakuan komposisi serbuk
gergaji : arang cangkang kelapa sawit (50% : 50%). Perlakuan 100% serbuk
gergajian dengan ukuran serbuk 50 mesh tidak mempunyai ikatan antar serat yang
kompak dan kuat karena serbuk yang besar mempunyai luasan permukaan yang
sempit. Hal ini yang menyebabkan nilai kerapatan briket rendah. Penambahan
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
arang cangkang kelapa sawit dengan ukuran partikel lebih kecil (70 mesh) berarti
memperluas bidang permukaan ikatan antar serbuk. Hal ini menyebabkan ikatan
antar serbuk menjadi lebih kompak dan kuat, sehingga dapat meningkatkan
kerapatan briket arang. Hal ini sesuai dengan Masturin (2002) yang menyatakan
bahwa ukuran arang serbuk gergajian kayu yang cenderung lebih halus dan
seragam dibandingkan dengan arang limbah sabetan kayu mengakibatkan ikatan
antar partikel arangnya lebih maksimal. Kecenderungan terdapatnya ruang-ruang
kosong antar partikel sangat kecil. Partikel arang limbah gergajian kayu yang
ukurannya lebih kasar dan tidak seragam memungkinkan turunnya nilai kerapatan
briket arang, karena ikatan antar partikelnya tidak maksimal.
Secara statistik, penambahan cangkang sawit 10% - 40% tidak
mempengaruhi nilai kerapatan, sedangkan penambahan cangkang sawit 50%
menunjukkan pengaruh yang nyata (Gambar 8).
Keteguhan Tekan
Keteguhan tekan briket merupakan kemampuan briket untuk memberikan
daya tahan atau kekompakan briket terhadap pecah atau hancurnya briket jika
diberikan beban pada benda tersebut. Semakin tinggi nilai keteguhan tekan briket
arang berarti daya tahan briket terhadap pecah semakin baik (Triono, 2006).
Penentuan keteguhan tekan ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan briket
untuk pengemasan dan memudahkan pengangkutan briket arang. Nilai rata-rata
keteguhan tekan untuk masing-masing perlakuan ditunjukkan pada Gambar 9.
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
1,157
2,532
2,79
3,027
3,375
3,683
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
100%:0% 90%:10% 80%:20% 70%:30% 60%:40% 50%:50%
Komposisi Bahan Baku
K
e
t
e
g
u
h
a
n
T
e
k
a
n
(
k
g
f
/
c
m
2
)
* Notasi Uji Duncan
A
B* B* B* B* B*
Gambar 9. Grafik Nilai Rata-rata Keteguhan Tekan
Nilai keteguhan tekan terendah sebesar 1,157 kgf/cm
2
pada perlakuan
komposisi serbuk gergaji : arang cangkang kelapa sawit (100% : 0%), sedangkan
nilai tertinggi sebesar 3,683 kgf/cm
2
pada perlakuan komposisi serbuk gergaji :
arang cangkang kelapa sawit (50% : 50%). Pada gambar tampak dijelaskan bahwa
penambahan arang cangkang kelapa sawit mempengaruhi kualitas briket yang
dihasilkan. Hal ini dapat dihubungkan dengan peningkatan nilai kerapatan briket,
dimana semakin bertambah arang cangkang kelapa sawit maka kerapatan juga
bertambah. Semakin bertambah arang cangkang kelapa sawit maka kekompakan
briket juga bertambah sehingga keteguhan tekan juga bertambah. Menurut
Nurhayati (1983) dalam Triono (2006) semakin seragam serbuk arang gergajian
kayu akan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan keteguhan tekan yang
semakin tinggi. Secara statistik penambahan arang cangkang kelapa sawit
berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan tekan (Gambar 9).
Kadar Zat Menguap
Kadar zat menguap adalah zat (volatile matter) yang dapat menguap
sebagai hasil dekomposisi senyawa-senyawa yang masih terdapat di dalam arang
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
selain air. Kandungan kadar zat menguap yang tinggi di dalam briket arang akan
menyebabkan asap yang lebih banyak pada saat briket dinyalakan. Kandungan
asap yang tinggi disebabkan oleh adanya reaksi antar karbon monoksida (CO)
dengan turunan alkohol (Hendra dan Pari, 2000 dalam Triono, 2006). Menurut
Hendra (2007) tinggi rendahnya kadar zat menguap briket arang yang dihasilkan
dipengaruhi oleh jenis bahan baku, sehingga perbedaan jenis bahan baku
berpengaruh nyata terhadap kadar zat menguap briket arang. Nilai rata-rata kadar
zat menguap pada setiap perlakuan dapat dilihat pada gambar 10.
40,87
39,937
37,487
36,407
34,27 34,19
30
32
34
36
38
40
42
100%:0% 90%:10% 80%:20% 70%:30% 60%:40% 50%:50%
Komposisi Bahan Baku
K
a
d
a
r
Z
a
t
M
e
n
g
u
a
p
(
%
)
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Kadar Zat Menguap
Nilai kadar zat menguap terendah sebesar 34.19% terdapat pada perlakuan
komposisi serbuk gergaji : arang cangkang kelapa sawit (50% : 50%), sedangkan
nilai tertinggi sebesar 40,87% terdapat pada perlakuan komposisi serbuk gergaji :
arang cangkang kelapa sawit 100% : 0%). Nilai kadar zat menguap yang tinggi
pada perlakuan 100% serbuk gergajian disebabkan serbuk gergajian yang
dijadikan bahan baku sebelum dijadikan briket tidak mengalami proses
pengarangan seperti arang cangkang kelapa sawit, sehingga tidak terjadi proses
karbonisasi sehingga kandungan zat yang terdapat pada serbuk gergajian tidak
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
banyak yang terbuang. Sedangkan cangkang kelapa sawit mengalami proses
pengarangan sehingga terjadi proses karbonisasi sehingga kandungan zat yang
terdapat di dalam cangkang sawit banyak yang terbuang. Semakin tinggi
penambahan arang cangkang kelapa sawit maka kadar zat menguap briket yang
dihasilkan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Triono (2006) yang
menyatakan bahwa tinggi rendahnya kadar zat menguap pada briket arang diduga
disebabkan oleh kesempurnaan proses karbonisasi dan juga dipengaruhi oleh
waktu dan suhu pada proses pengarangan. Semakin besar suhu dan waktu
pengarangan maka semakin banyak zat menguap yang terbuang, sehingga pada
saat pengujian kadar zat menguap akan diperoleh kadar zat menguap yang rendah.
Secara statistik penambahan arang cangkang kelapa sawit berpengaruh
tidak nyata, namun penambahan arang cangkang kelapa sawit mampu
menurunkan nilai kadar zat menguap (Gambar 10).
Kadar Abu
Abu merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran dalam hal ini
adalah sisa pembakaran briket arang. Salah satu unsur penyusun abu adalah silika.
Pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang dihasilkan.
Kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang sehingga
kualitas briket arang tersebut menurun (Masturin, 2002). Nilai rata-rata kadar abu
pada setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 11.
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
0,62
2,36
3,03
3,37
3,48
4,42
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
100%:0% 90%:10% 80%:20% 70%:30% 60%:40% 50%:50%
Komposisi Bahan Baku
K
a
d
a
r
A
b
u
(
%
)
* Notasi Uji Duncan
A*
B* B* B* B* B*
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-rata Kadar Abu
Nilai kadar abu terendah sebesar 0,62% terdapat pada perlakuan komposisi
serbuk gergaji : arang cangkang kelapa sawit (100% : 0%), sedangkan nilai
tertinggi sebesar 4,42% terdapat pada perlakuan komposisi serbuk gergaji : arang
cangkang kelapa sawit (50% : 50%). Penambahan arang cangkang kelapa sawit
ternyata meningkatkan kadar abu, hal ini disebabkan karena kandungan silika
pada arang cangkang kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan
silika pada serbuk gergajian. Hal ini dapat terlihat dari grafik yang menunjukkan
adanya penambahan nilai kadar abu sesuai dengan penambahan komposisi arang
cangkang sawit. Hasil nilai rata-rata kadar abu briket ini sesuai dengan hasil
penelitian Hendra dan Darmawan (2000) yang menunjukkan dengan penambahan
arang tempurung kelapa pada briket serbuk gergajian maka kadar abu yang
dihasilkan juga semakin bertambah. Dari sini maka dapat dikatakan bahwa
cangkang kelapa sawit seperti halnya tempurung kelapa memiliki kandungan
silika yang lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk gergajian. Secara statistik
penambahan arang cangkang kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap nilai kadar
abu (Gambar 11).
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
Nilai Kalor
Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket arang. Semakin tinggi nilai
kalor bakar briket arang, semakin baik pula kualitas briket arang yang dihasilkan.
Menurut Nurhayati (1974) dalam Masturin (2002) nilai kalor dipengaruhi oleh
kadar air dan kadar abu briket arang. Semakin tinggi kadar air dan kadar abu
briket arang, maka akan menurunkan nilai kalor bakar briket arang yang
dihasilkan. Nilai rata-rata nilai kalor dari setiap perlakuan ditunjukkan pada
Gambar 12.
3647,0683
4352,9523
5411,7783 5411,7787
5941,1917
6117,6627
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
100%:0% 90%:10% 80%:20% 70%:30% 60%:40% 50%:50%
Komposisi Bahan Baku
N
i
l
a
i
K
a
l
o
r
(
k
a
l
/
g
r
)
* Nilai Uji Duncan
A* AB* AB*
AB* AB*
B*
Gambar 12. Grafik Nilai Rata-rata Nilai Kalor
Nilai kalor terendah sebesar 3647,0683 kal/gr terdapat pada perlakuan
komposisi serbuk gergaji : arang cangkang kelapa sawit (100% : 0%), sedangkan
nilai tertinggi sebesar 6117,6627 kal/gr terdapat pada perlakuan komposisi serbuk
gergaji : arang cangkang kelapa sawit (50% : 50%). Peningkatan nilai kalor pada
briket yang dihasilkan menunjukkan bahwa arang cangkang sawit memang
memiliki nilai kalor yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Goenadi et al (2005) yang
menyatakan bahwa nilai kalor dari briket arang cangkang kelapa sawit sebesar
6600 kal/gr. Ditinjau dari segi kalor, briket arang cangkang kelapa sawit tersebut
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk briket arang kayu yaitu
minimal 5000 kalori/gram. Maka semakin bertambah arang cangkang kelapa
sawit yang diberikan maka semakin bertambah pula nilai kalor briket sesuai
pertambahan komposisinya.
Secara statistik penambahan arang cangkang kelapa sawit berpengaruh
nyata terhadap peningkatan nilai kalor briket yang dihasilkan karena penambahan
arang cangkang kelapa sawit mampu meningkatkan nilai kalor briket yang
dihasilkan (Gambar 12).
Kadar Karbon Terikat
Karbon terikat (fixed carbon) yaitu fraksi karbon (C) yang terikat di dalam
arang selain fraksi air, zat menguap, dan abu. Keberadaan karbon terikat di dalam
brkiet arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat menguap. Kadarnya
akan bernilai tinggi apabila kadar abu dan kadar zat menguap briket arang tersebut
rendah. Karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket arang. Nilai
kalor briket akan tinggi apabila nilai karbon terikatnya tinggi. Semakin tinggi
kadar karbon terikat pada arang kayu maka menandakan arang tersebut adalah
arang yang baik (Abidin, 1973 dalam Masturin, 2002). Nilai rata-rata kadar
karbon terikat pada setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 13.
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
54,283
54,667
56,48
57,85
58,213
58,383
52
53
54
55
56
57
58
59
100%:0% 90%:10% 80%:20% 70%:30% 60%:40% 50%:50%
Komposisi Bahan Baku
K
a
d
a
r
K
a
r
b
o
n
T
e
r
i
k
a
t
(
%
)
Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Kadar Karbon Terikat
Nilai terendah sebesar 54,283% terdapat pada perlakuan komposisi serbuk
gergaji : arang cangkang kelapa sawit (100% : 0%), sedangkan nilai tertinggi
sebesar 58,383% terdapat perlakuan komposisi serbuk gergaji : arang cangkang
kelapa sawit (50% : 50%). Penambahan arang cangkang kelapa sawit ternyata
mampu meningkatkan kadar karbon terikat briket. Walaupun nilai kadar abunya
semakin meningkat dengan pertambahan arang cangkang sawit namun nilai kada
abu yang dihasilkan cukup rendah (0,62% 4,42%) sedangkan kadar zat menguap
yang menurun mampu menaikkan nilai kadar karbon terikat briket. Selain itu,
nilai kadar air yang rendah mempengaruhi kadar karbon terikat sehingga
mengalami peningkatan juga. Hal ini sesuai Abidin (1973) dalam Masturin (2002)
keberadaan kadar karbon terikat di dalam briket arang dipengaruhi oleh nilai
kadar abu dan kadar zat menguap. Secara statistik penambahan arang cangkang
kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap kadar karbon terikat dari briket
yang dihasilkan (Gambar 13).
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
Karakteristik Briket Arang Serbuk Gergaji dengan Penambahan Arang
cangkang Sawit dibandingkan dengan Briket Arang Buatan Jepang, Inggris,
Amerika dan SNI
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, penambahan arang cangkang
kelapa sawit ternyata cukup mampu meningkatkan kualitas briket arang yang
dihasilkan terutama pada nilai kalor. Perbandingan nilai rata-rata karakteristik dari
briket arang tersebut dengan Briket Arang Buatan J epang, Inggris, Amerika dan
SNI ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Perbandingan nilai briket arang serbuk gergaji dengan penambahan arang
cangkang kelapa sawit dibandingkan dengan briket arang buatan Jepang, Inggris,
Amerika, dan SNI
Sifat Arang Briket Jepang Inggris Amerika SNI
no.1/
6235/
2000
Briket Arang Serbuk
Gergaji dengan Arang
Cangkang Kelapa Sawit
Kadar air (moisture
content) %
Kadar zat menguap
(volatile matter content)
%
Kadar abu (ash content)
%
Kadar karbon terikat
(fixed carbon content) %
Kerapatan (density)
g/cm
3
Keteguhan tekan g/cm
3
Nilai kalor (calorific
value) cal/g
6-8
15-30
3-6
60-80
1,0-1,2
60-65
6000-
7000
3,6
16,4
5,9
75,3
0,46
12,7
7289
6,2
19-28
8,3
60
1
62
6230
8
15
8
77
-
-
5000
2,71 4,23
34,190 40,870
0,62 4,42
54,283 58,383
0,32 0,504
1,157 3,683
3647,0683 6117,6627
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) dalam Triono (2006)
J ika dibandingkan dengan briket arang buatan Jepang, Inggris, Amerika
dan SNI maka beberapa sifat fisik dan kimia briket arang ini masih termasuk
dalam standar tersebut. Beberapa sifat seperti kadar abu walaupun mengalami
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
peningkatan namun nilainya cukup rendah sehingga masih termasuk dalam
standar briket arang buatan Jepang, Inggris, Amerika dan SNI. Nilai kadar karbon
terikat yang dihasilkan juga cukup rendah dan masih di bawah semua standar
briket arang tersebut, hal ini disebabkan nilai kadar zat menguap yang lebih tinggi
dibandingkan briket arang buatan J epang, Inggris, Amerika dan SNI. Demikian
pula pada nilai kerapatan dan keteguhan tekan yang sangat rendah dibandingkan
standar briket arang tersebut, namun nilai kerapatan briket arang ini masih sama
dengan briket arang Inggris. Tetapi nilai kalor pada briket arang ini termasuk
cukup tinggi bahkan pada perlakuan komposisi 50% : 50%, nilai kalor briket
arang ini lebih tinggi dibandingkan briket arang SNI.
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan cangkang kelapa sawit mampu meningkatkan kualitas briket
arang serbuk gergajian yang dihasilkan. Penambahan cangkang kelapa sawit dapat
meningkatkan nilai kerapatan, keteguhan tekan, nilai kalor, dan kadar karbon
terikat, serta mampu menurunkan nilai kadar zat menguap. Namun penambahan
arang cangkang kelapa sawit juga meningkatkan nilai kadar abu.
Saran
Hasil menunjukkan bahwa briket arang limbah serbuk gergajian dengan
penambahan arang cangkang kelapa sawit ini dapat dijadikan pengganti bahan
bakar alternatif karena hasil nilai kalor yang diperoleh sudah sesuai standar yang
diharapkan. Penambahan komposisi arang cangkang kelapa sawit yang lebih
banyak atau dengan penggunaan bahan baku lain yang memiliki kualitas yang
lebih baik dapat dijadikan penelitian lanjutan. Penelitian mengenai uji emisi dan
variasi penambahan waktu tekan juga dapat dijadikan penelitian lanjutan dimana
dari hasil penelitian lanjutan tersebut nantinya akan dapat melengkapi informasi
tentang kualitas briket arang ini secara lebih lanjut.
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Materianls. 2002. ASTM Standar Coal and
Coke D 5. Philadelphia.
Amin, S. 2000. Penelitian Berbagai Jenis Kayu Limbah Pengolahan Untuk
Pemilihan Bahan Baku Briket Arang. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia
2000, Vol. 2, No. 1 hal. 41-46. /HUMAS-BPPT/ANY.
www.klipingut.wordpress.com. [20 Maret 2008]
Capah, A. G. 2007. Pengaruh Kosentrasi Perekat dan Ukuran Serbuk Terhadap
Kualitas Briket Arang Dari Limbah Pembalakan Kayu Mangium (Acacia
mangium Willd.) [Skripsi]. Medan. Departemen Kehutanan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, 2006. Data Statistik Perkembangan
Produksi Kayu Gergajian Per Provinsi Lima Tahun Terakhir (Sawntimber
Productions by Provinces for the Last Five Years). www.dephut.go.id.[28
Mei 2008]
Effendi, K. 2005. Pengaruh Perendaman dan Kadar Air Perekat terhadap Sifat
Fisis Mekanis Papan Partikel dari Ampas Tebu. [Skripsi]. Medan.
Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Erwandi. 2005. Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM, Ramah
Lingkungan, dan Terbarukan. www.energi.lipi.go.id. [14 Mei 2008].
Goenadi, D. H, Wayan, R. S, dan Isroi. 2005. Pemanfaatan Produk Samping
Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan. www.
Isroi.WordPress.com [20 Maret 2008].
Goenadi, D. H. 2006. Berburu Energi di Kebun Sawit. www.litbang.deptan.go.id
[20 Maret 2008].
Hendra, D dan S. Darmawan. 2000. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk
Gergajian dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Bul. Penelitian Hasil
Hutan 18 : 1 9.
Hendra, D. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran kayu, Bambu, Sabut
Kelapa, dan Tempurung Kelapa sebagai Sumber Energi Alternatif. Bul.
Penelitian Hasil Hutan 25 : 242 255.
Masturin, A. 2002. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang
Limbah Gergajian Kayu [skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Diah Sundari Wijayanti : Karakteristik Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Dengan Penambahan Arang Cangkang
Kelapa Sawit, 2009.
USU Repository 2009
Pari, G. 2002. Industri Pengolahan Kayu Teknologi Alternatif Pemanfaatan
Limbah [makalah filsafah sains]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Rizza S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta.
Kanisius.
Sekianti, R. 2008. Analisis Teknik dan Finansial pada Produk Bahan Bakar Briket
dari Cangkang Kelapa Sawit..www.indoskripsi.com. [14 Mei 2008].
Sulistyanto, A. 2006. Karakteristik Pembakaran Biobrilet Campuran Batubara dan
Sabut Kelapa. J Media Mesin 7:77-84
Tano, E. 1997. Pedoman Membuat Perekat Sintesis. Jakarta: Rineka Cipta
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian
Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) dan Sengon (Paraserianthes
falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos
nucifera L.) [skripsi]. Bogor. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood : Structure, Properties,
Utilization, New York, Van Nostrand Reinhard