Anda di halaman 1dari 17

BILANGAN REYNOLD

I.

TUJUAN a. Menentukan nilai bilangan Reynold (NRe) aliran fluida di dalam pipa, dan menghitung faktor friksi (f) pada aliran laminar, transisi dan turbulen. b. Membuat grafik hubungan antara NRe dengan f dan memperkirakan nilai NRe kritis hasil percobaan. c. Membandingkan nilai NRe kritis hasil percobaan dengan NRe kritis teori.

II.

DASAR TEORI Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara permanen. Bila kita mencoba merubah bentuk masa suatu flluida, maka didalam fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas yang lain hingga mencapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk ini, terdapat tegangan geser (shearstress) yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi, bila fluida itu sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser itu akan hilang. Fluida yang dalam kesetimbangan itu bebas dari tegangan geser . (www.4shared.com/get/374ORJQZ/percobaan_5_osborne_reynold.html) Aliran fluida dalam pipa, berdasarkan besarnya bilangan reynolds dibedakan atas aliran laminer, turbulen, dan aliran transisi. Aliran laminer adalah aliran yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina, tukar menukar momentum secara molekuler saja. Dalam hal ini, jika nilai Re kecil, aliran akan meluncur di atas lapisan lain. Peninjauan dengan pesawat pezometer yang dipasangkan pada sebuah pipa dengan aliran zat cair yang laminer adalah beraturan untuk tinggi kenaikan yang tetap stasioner. Aliran turbulen mempunyai gerakan partikel-partikel fluida yang sangat tidak menentu atau aliran-alirannya tidak terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat, dengan saling tukar menukar momentum dalam arah melintang.

Laminer NRe < 2100 Laminer NRe > 4000 Pada pipa : - Aliran Laminer terjadi jika Re < 2100 - Aliran Turbulen terjadi jika Re > 4000 Kondisi 2100 < Re < 4000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi, Saluran tertutup bilangan Reynolds dinyatakan sebagai berikut : Pada saluran terbuka : - Aliran laminer terjadi jika Re < 500 - Aliran turbulen jika terjadi jika Re > 1000 Untuk kondisi 500 < Re < 1000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi. Dimana : Dengan R = jari-jari hidrolis (m) Guna menentukan makna kelompok tanpa dimensi, reynold melakukan eksperimennya mengenai aliran air melalui lubang kaca. Sebuah tabung kaca dipasang horisontal dengan satu ujungnya didalam tangki dan sebuah katup pada ujung lainnya. Pada ujung hulu terpasang lubang masuk corong lonceng yang licin, dengan cat waarna yang di atur demikian sehingga arus zat waktu yang halus dapat disemprotkan di titik setiap di depan corong lonceng tersebut. Sebagai kecepatan karakteristik, Reynold memakai kecepatan rata-rata V dan sebagai panjang karakteristik garis tengah tabung (D) sehingg Untuk debit yang kecil arus zat warna bergerak melalui tabung membentuk lamina-lamina (benang-benang) yang menunjukan bahwa aliran tersebut merupakan aliran laminer. Denagn meningkatnya laju aliran tersebut maka bilangan reynold akan bertambah besar karena parameter V berbanding lurus dengan laju aliran sedangkan parameter D adalah konstan. Zat warna pada kondisi tersebut akan bercampur dengan air. Aliran telah berubah menjadi aliran turbulen dengan pertukaran momentumnya yang besar yang telah sepenuhnya mengganggu gerkan teratur aliran laminer. (http://acm-blokmasis.blogspot.com/2012/04/laporan-mekanika-fluida-acara-2.html)

Jenis-jenis aliran fluida : 1. Aliran Laminar Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikelpartikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan aliran laminer. Aliran laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap. Tetap menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah menurut waktu. Aliran fluida pada pipa, diawali dengan aliran laminer kemudian pada fase berikutnya aliran berubah menjadi aliran turbulen. Fase antara laminer menjadi turbulen disebut aliran transisi. Aliran laminar mengikuti hukum Newton tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen. Bisa diambil kesimpulan mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu: fluida bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi dan lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan yang lain. 2. Aliran Turbulen Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh penampang aliran. 3. Aliran Transisi Merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran berdasarkan bisa tidaknya dicompres : Compressible flow, dimana aliran ini merupakan aliran yang mampu mampat. Incompressible flow, aliran tidak mampu mampat.

Empat faktor penting dalam pengukuran aliran fluida dalam pipa adalah : Kecepatan fluida Friksi/gesekan fluida dengan pipa Viskositas/kekentalan fluida Densitas/kerapatan fluida

Gambar 1. Macam-macam jenis aliran fluida

(http://aya-snura.blogspot.com/2012/01/aliran-fluida-dalam-pipa.html) Reynolds juga mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi jenis lain, yaitu aliran transisi, dimana aliran zat warna menunjukkan suatu gejolak singkat dari pencampuran kemudian diikuti aliran yang lebih bersifat laminar. Pada aliran transisi, kecepatan kritis dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat buah besaran; diameter tabung, serat viskositas, densitas dan kecepatan linier rata-rata zat cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa keempat faktor itu dapat digabungkan menjadi suatu gugus dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada duatu nilai tertentu gugus itu, pengelompokkan variabel menurut penemuannya itu ialah: NRe = Dimana,
D.v .

D.v v

........................ (1)

D = Diameter tabung v = Kecepatan rata-rata zat cair = Viskositas zat cair = Densitas zat cair v = Viskositas kinematika zat cair (lihat tabel)

Gugus variabel tanpa dimensi itu yang didefinisikan oleh persamaan (1) dinamakan Reynolds Number. Besarnya tidak bergantung pada satuan yang digunakan, asal saja satuan-satuan itu konsisten. Pengamatan-pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa transisi dari aliran laminar menjadi aliran turbulen dapat berlangsung pada suatu kisaran Reynolds Number yang cukup luas. Aliran laminar selalu ditemukan pada Reynolds Number di bawah 2100 tetapi bisa terdapat pada Reynolds Number sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana lubanglubang tabung sangat baik kebundarannya dan zat cair di dalam tangki sangat tenang. Pada kondisi aliran biasa, aliran turbulen pada Reynolds Number di atas 4000. antara 4000 dan 2100 itulah yang disebut transisi, dimana jenis aliran itu mungkin laminar dan mungkin turbulen, bergantung pada kondisi lubang masuk tabung dan jaraknya dari lubang itu. Menurut persamaan kontinuitas :

Karena tidak ada perbedaan sepanjang piapa yang diamati, maka v = 0, selisih anatara kedua titik yang diamati juga tidak ada, maka Z = 0, W=0 karena tidak ada kerja. Oleh karena itu persamaan 2 dapat ditulis sebagai berikut :

Karena :

Disubsitusikan persamaan 3 dan 4 maka akan menghasilkan persamaan :

Data D, h, L, diperoleh dari pengukuran, sedangkan g merupakan tetapak yaitu 9,807 m/s2. Kecepatan linear v dihitung berdasarkan dari jumlah air yang ditampung tiap detik (Q = mL/s)

(Brown, 1978)

III.

LANGKAH PERCOBAAN a. Alat yang digunakan : 1) Rangkaian alat 2) Stopwatch 3) Mistar 4) Gelas ukur 100 mL 5) Pikometer 6) Viskositas Ostwald 7) Jangka sorong 8) Thermometer 9) Ballpet b. Bahan yang dipakai : 1) Aquadest 2) Air kran 3) Larutan KMnO4 c. Langkah Kerja : 1) Disiapkan alat seperti rangkain gambar 2. 2) Dituangkan larutan KMnO4 kedalam corong pemisah. 3) Dialirkan air kran hingga dalam pipa terisi penuh. 4) Dibuka corong pemisah, kemudian diamati keadaan aliran didalam pipa. 5) Dicatat beda tinggi permukaan air pada manometer. 6) Diukur debit aliran sampai volume 100 mL, dicatat waktu alirannya. 7) Langkah nomor 3-6 dilakukan dengan debit yang berbeda dan digunakan pengulangan sebanyak tiga kali untuk setiap jenis aliran. 8) Diukur viskositas, densitas, panjang pipa dan diameter pipa percobaan. 9) Dilakukan analisis data.

Gambar 2. Rangkaian alat kerja

Keterangan : 1 = Bak penampung air (bak umpan) 2 = Kran pengatur 3 = Corong pemisah 4 = Manometer 5 = Bak penampung IV. PENGOLAHAN DATA

1. Menentukan Debit (Q) Volume Waktu : 100 mL = 100 cm3 (untuk aliran laminar percobaan ke-1) : 12,03 sekon

Maka debit (Q) pada aliran laminar adalah : Q = Volume / waktu = 100 cm3/ 12,03 sekon = 8,31 cm3/s = 8,31 x 10-6 m3/s

Dengan cara yang sama maka diperoleh : No Jenis Aliran Waktu (s) 12,03 1. Aliran Laminer 12,20 12,39 5,09 2. Aliran Transisi 6,23 5,38 5,11 3. Aliran Turbulen 5,48 5,57 Percobaan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Q (m3/s) 8,31 x 10-6 8,19 x 10-6 8,07 x 10-6 19,64 x 10-6 16,05 x 10-6 18,58 x 10-6 19,56 x 10-6 18,24 x 10-6 17,95 x 10-6

4. Menentukan Kecepatan (v) Diameter pipa = 1,43 cm = 0,0143 m = =1,60 x 10-4 m2

Luas penampang pipa =

Maka v = Q / A = (8,31 x 10-6 m3/s) / (1,60 x 10-4 m2) = 0,05193 m/s (untuk aliran laminar percobaan ke-1) Denga cara yang sama maka diperoleh : No Jenis Aliran Percobaan 1 1. Aliran Laminer 2 3 1 2. Aliran Transisi 2 3 1 3. Aliran Turbulen 2 3 Debit (m3/s) 8,31 x 10-6 8,19 x 10-6 8,07 x 10-6 19,64 x 10-6 16,05 x 10
-6

v (m/s) 0,05193 0,05118 0,05043 0,1227 0,1003 0,1161 0,1222 0,1140 0,1121

18,58 x 10-6 19,56 x 10-6 18,24 x 10-6 17,95 x 10-6

5. Menentukan Bilangan Reynold (NRe) Percobaan Suhu 30 oC = viskositas kinematik (0,801 x 10-6 m2/s) Dengan cara yang sama maka diketahui data sebagai berikut : No Jenis Aliran Percobaan 1 1. Aliran Laminer 2 3 1 2. Aliran Transisi 2 3 1 3. Aliran Turbulen 2 3 90 60 30 Sudut (o) v (m/s) 0,05193 0,05118 0,05043 0,1227 0,1003 0,1161 0,1222 0,1140 0,1121 NRe 927,08 913,70 900,31 2190,52 1790,62 2072,69 2181,59 2035,20 2001,28

5. Menentukan Faktor Friksi (f) 1. Untuk aliran laminar (percobaan ke-1) g D h L v = 9,807 m/s2 = 0,0143 m = = 80 cm = 0,8 m = 0,05193 m/s

Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut : No Jenis Aliran Percobaan 1 1. Aliran Laminer 2 3 1 2. Aliran Transisi 2 3 1 3. Aliran Turbulen 2 3 v (m/s) 0,05193 0,05118 0,05043 0,1227 0,1003 0,1161 0,1222 0,1140 0,1121 0,04 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 Faktor friksi (f) 5,200386 4,015438 4,135762 0,465750 0,697012 0,520209 0,234785 0,269776 0,278998

6. Menentukan Tenaga Yang Hilang Karena Gesekan (Head Loss) g D F L v = 9,807 m/s2 = 0,0143 m = 5,200386 = 80 cm = 0,8 m = 0,05193 m/s No Jenis Aliran Percobaan 1 1. Aliran Laminer 2 3 1 2. Aliran Transisi 2 3 1 3. Aliran Turbulen 2 3 v (m/s) 0,05193 0,05118 0,05043 0,1227 0,1003 0,1161 0,1222 0,1140 0,1121 Faktor friksi (f) 5,200386 4,015438 4,135762 0,465750 0,697012 0,520209 0,234785 0,269776 0,278998 Head Loss (m) 0,04 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01

6 5 4 3 2 1 0 895.00 y = 0.0398x - 31.881 R = 0.666 f

900.00

905.00

910.00

915.00

920.00

925.00

930.00

NRe

Gambar 3. Grafik hubungan antara NRe Vs faktor friksi (f) untuk aliran laminar secara percobaan
0.800000 0.700000 0.600000 0.500000 0.400000 0.300000 0.200000 0.100000 0.000000 0.00 500.00 1000.00 NRe 1500.00 2000.00 2500.00 f y = -0.0006x + 1.7459 R = 0.996

Gambar 4. Grafik hubungan antara NRe Vs faktor friksi (f) untuk aliran transisi secara percobaan
0.285 0.28 0.275 0.27 0.265 0.26 0.255 0.25 0.245 0.24 0.235 0.23 1950.00

y = -0.0002x + 0.7656 R = 0.9996

2000.00

2050.00 NRe

2100.00

2150.00

2200.00

Gambar 5. Grafik hubungan antara NRe Vs faktor friksi (f) untuk aliran turbulen secara percobaan

Faktor friksi juga dapat dicari dari diagram moody seperti dibawah ini :

Gambar 6. Grafik hubungan antara NRe , faktor friksi (f), dan relative pipe untuk aliran laminar,transisi dan turbulen (Moody Diagram).

V.

PEMBAHASAN Percobaan Osborne Reynold ini dilakukan untuk mengetahui berbagai jenis aliran

pada fluida. Selain melalui proses perhitungan, juga dilakukan pengamatan dengan menggunakan indikator zat warna atau dengan menggunakan KMnO4 untuk mengetahui jenis aliran yang terjadi. Ketika KMnO4 diinjeksikan atau diteteskan ke dalam tangki secara kontinu pada aliran akan terlihat apakah aliran tersebut laminer, transisi atau turbulen. Pengamatan dilakukan pada saat flow control valve mulai dibuka pada derajat terkecil yang ditentukan yaitu 30, 60, dan 90. Penentuan bilangan Reynold dilakukan untuk setiap jenis aliran dengan tiga kali pengulangan. Berdasarkan teori, aliran laminar mempunyai pola alir berupa garis lurus, kecepatan alir rendah, serta memiliki nilai Reynold di bawah 2100. aliran transisis merupakan gabuangan anatara aliran laminar dan turbulen dimana pola alir tempat terbagi dua, pada bagian atas pola alir berupa garis lurus, namun pada bagian bawah pola alir mulai berubah tak beraturan dan acak. Aliran ini memiliki nilai Reynold antara 2100 sampai 4000. sedangkan aliran turbulen memiliki pola alir yang tidak stabil dan acak dimana zat warna akan menyatu dengan air sehingga secara visual zat warna tidak terlihat lagi. Airan ini memiliki nilai Reynold di atas 4000. Pada kran bukaan 1 atau dengan derajat putar kran 30o, terbentuk aliran laminar dengan nilai Reynold berturut-turut adalah 927,08 ; 913,70 ; 900,31 dari nilai Reynold tersebut dapat diketahui niali friksinya yaitu 5,200386 ; 4,015438 ; 4,135762. Dari asil percobaan menunjukan bahwa teori tentang aliran laminar yaitu memiliki nilai NRe dibawah 2100 adalah benar karena niali NRe kritis pada aliran laminer ini adalah 900,31-927,08. Sedangkan faktor friksi yang ditimbulkan pada aliran laminar sangat besar, hal ini karena permukaan dalam pipa (gelas) masih ada sisa KMnO4 yang sudah mengering berada sehingga memiliki nilai friksi yang besar. Pada kran bukaan 2 atau dengan derajat putar kran 60, terbentuk aliran transisi dengan nilai Reynold berturut-turut adalah 2190,52 ; 1790,62 ; 2072,69 dengan nilai friksi adalah 0,465750 ; 0,697012 ; 0,520209. Nilai NRe pada percobaan ini sesuai dengan teori yaitu nilai NRe untuk transisi memiliki range antara 2100 - 4000, sedangkan nilai NRe kritis pada percobaan adalah 1780,62 - 2190,52 hali ini sudah membuktikan bahwa adanya kesesuaian atara Reynold teori dengan praktik. Sedangkan, nilai friksi pada percobaan kedua ini relative kecil yaitu antara 0,465750 0,697012 hal ini dikarenakan sisa KMnO4 yang

sudah mongering pada didinding pipa bagian dalam pada percobaan ke-1 terbawa keluar sehingga pada percobaan selanjutnya faktor friksi yang ditimbulkan relative kecil. Pada kran bukaan 3 atau dengan derajat putar kran 90, terbentuk aliran turbulrn dengan nilai Reynold berturut-turut adalah 2181,59; 2035,20 ; 2001,28 dengan nilai friksi adalah 0,234785; 0,269776; 0,278998. Hal ini menunjukan bahwa nilai Reynold praktik tidak sesuai dengan teori yang seharusnya NRe > 4000 sedangkan pada praktik nilai NRe yang diberikan untuk aliran turbulen adalah 2001,28 2181,59 hal ini disebabkan karena pada densitas yang diberikan selalu berubah-ubah sehingga mempengaruhi nilai NRe. Pada praktikum ini tidak digunakan viskositas absolute atau dinamis melainkan digunakan viskositas kinematik karena denistas larutan selalu berubah sehingga dapat mempengruhi nilai NRe. Berdasarkan analisa dimensi, nilai Reynold dapat mempengaruhi friksi-friksi yang ditunjukkan saat fluida mengalir pada test section dimana terjadi gesekan antara fluida dan dinding pipa. Friksi ini dipengaruhi oleh kecepatan alir dimana cepat aliran fluida maka semakin besar friksi yang terjadi, begitu pula sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa friksi berbanding lurus dengan dengan nilai Reynold, namun berbanding terbalik dengan faktor friksinya. Friksi yang terjadi dapat menghasilkan kerja (work) berupa panas. Pada percobaan, karena pipa yang digunakan adalah pipa halus (kaca) maka lost work yang terbuang ke lingkungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan. VI. KESIMPULAN 1. Nilai untuk NRe percobaan untuk aliran laminar adalah NRe adalah 913,67 dengan faktor friksi adalah 4,4505. Sedangkan untuk aliran transisi NRe adalah 2005,27 dengan faktor friksi adalah 0,5607 dan nilai NRe untuk aliran turbulen adalah 2072,69 sedangkan untuk faktor friksinya adalah 0,2611. 2. Grafik hubungan antara NRe denagn faktor friksi adalah semakin besar NRe maka semakin tinggi faktor friksinya tetapi untuk percobaan ini faktor friksi dapat diabaikan karena pipa yang digunakan adalah kaca. 3. Nilai NRe untuk percobaan aliran laminar dan transisi sudah sesuai dengan teori sedangkan untuk aliran turbulen berbeda dengan teori.

Yogyakarta, 3 November 2013 Asisten Praktikan

Bangun Wasito, M.Eng

Chaidir Pratama

Lampiran 1. Daftar Pustaka 1. www.4shared.com/get/374ORJQZ/percobaan_5_osborne_reynold.html, diakses pada 1 Novemvber 2013, pukul 19:07 WIB. 2. (http://acm-blokmasis.blogspot.com/2012/04/laporan-mekanika-fluida-acara-2.html), diakses pada 1 Novemvber 2013, pukul 19:07 WIB. 3. (http://aya-snura.blogspot.com/2012/01/aliran-fluida-dalam-pipa.html), diakses pada 1 Novemvber 2013, pukul 19:07 WIB. 4. Brown G. G., Unit Operation, Fourteenth Printing, 1978, john wiley and sos inc, New York, Charles E Tuttle Co, Tokyo.

Lampiran 2. Tabel sifat fisik air No Temperatur (oC) Kerapatan (kg/l) Viskositas kinematik (m /s) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 0 5 10 20 30 40 50 60. 70 80 90 100 120 140 160 180 0,9998 1,0000 0,9998 0,9983 0,9957 0,9923 0,9880 0,9832 0,9777 0,9716 0,9652 0,9581 0,9431 0,9261 0,9073 0,8869 1,792 x 10-6 1,520 x 10-6 1,307 x 10-6 1,004 x 10-6 0,801 x 10-6 0,658 x 10-6 0,554 x 10
-6 2

Tekanan uap jenuh (kgf/cm2) 0,00623 0,00889 0,01251 0,02383 0,04325 0,07520 0,12578 0,20313 0,3178 0,4829 0,7149 1,0332 2,0246 3,685 6,303 10,224
2

0,475 x 10-6 0,413 x 10-6 0,365 x 10-6 0,326 x 10-6 0,295 x 10-6 0,244 x 10-6 0,211 x 10-6 0,186 x 10-6 0,168 x 10-6

Catatan: 1 atm = 101,3 Kpa = 76 cmHg

1 kgf/cm = 98,1 kPa

Sumber : sularso dan Sularso dan Haruo Tahara, pompa dan kompresor pemilihan, pemakaian dan pemeliharaan. (Universitas Sumatra Utara). (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20027/1/Appendix.pdf)

Anda mungkin juga menyukai