Anda di halaman 1dari 8

KOROSI LOGAM DI DALAM BEBERAPA MEDIA CAIR

M.M.Yetty Tjandrawati1 Abstract


A study of corrosion on iron and aluminium in some liquid solutions has been done from thermodinamical and electrochemical point of view. The results show that there are different kinds of corrosion on iron and aluminium.

Keywords: Corrosion, liquid solution


1. Pendahuluan Logam seperti besi, aluminium dll sangat penting di dalam kehidupan modern sekarang ini, karena logam tersebut banyak digunakan di dalam industri ringan dan berat. Akan tetapi logam dapat bereaksi dengan bahan-bahan yang ada disekelilingnya, misalnya uap air, oksigen, asam dll sehingga logam akan mengalami kerusakan karena reaksi kimia dengan bahan bahan di atas. Reaksi antara logam besi dengan uap air akan menghasilkan karat (rust) yang merupakan suatu reaksi kimia alamiah. Hasil reaksinya dapat dituliskan secara kimia sebagai Fe 2O3.H2O atau oksida besi hidrat. Senyawa ini adalah salah satu dari senyawa besi di dalam bijih. Hasil reaksi antara besi dan oksigen yang berwarna coklat tersebut biasanya terdapat pada permukaan logam besi dan sifat fisisnya realtif keropos (porous) sehingga air dapat menembus hasil reaksi korosi tersebut. Air yang masuk melalui senyawa Fe 2O3.H2O akan mengadakan reaksi kimia dengan permukaan besi, akibatnya terjadi lagi reaksi antara air dan lapisan logam besi yang lebih dalam lagi, demikian seterusnya sampai kelapisan yang lebih dalam lagi. Oleh karena itu karat besi dapat terjadi tidak hanya pada lapisan permukaan, akan tetapi juga dapat sampai pada lapisan yang cukup dalam. Reaksi korosi adalah reaksi kimia yang cukup lambat, akan tetapi hasil reaksinya sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan umat manusia, karena logam banyak digunakan di hampir di semua sektor industri. Logam yang mengalami korosi akan rusak atau daya tahannya berkurang. Berkurangnya daya tahan logam yang digunakan di dalam industri sudah barang tentu sangat berbahaya bagi lingkungan ataupun akan menurunkan produktivitas industri. Oleh karena itu dibutuhkan cara atau metoda tertentu untuk mengurangi laju korosi di dalam suatu logam. Secara ekonomi diperkirakan sekitar 25 % dari logam-logam yang digunakan rusak akibat korosi. Suatu angka yang sangat besar sekali. Oleh karena itu sangat menarik untuk mendiskusikan tentang korosi logam besi, aluminium di dalam beberapa media seperti air, asam sulfat, nitrat dll, karena media ini sering digunakan di dalam industri. Makalah ini akan membicarakan korosi dari sudut elektrokimia dan termodinamika kimia. 2. Teori Semua logam adalah hasil dari proses bahan alam yang berbentuk oksida atau dalam bentuk garam ataupun senyawa lainnya yang diolah sedemikian rupa sampai menjadi logam. Proses membuat sesuatu logam tidak sama antara logam yang satu dengan logam lainnya. Secara umum proses untuk membuat logam dari bahan alam membutuhkan tenaga, baik berupa listrik dan panas serta bahan-bahan kimia. Oleh karena itu secara termodinamika kimia logam mempunyai energi bebas Go yang lebih tinggi daripada G o bahan alam atau bahan dasarnya. Perbedaan energi bebas Go tersebut mengakibatkan logam akan cenderung menjadi bentuk oksida logam atau garamnya karena secara alamiah energi bebas yang lebih rendah lebih stabil atau lebih alamiah daripada dalam bentuk logam. Proses perubahan logam menjadi oksida logam
1

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma

tersebut dinamakan korosi. Reaksi korosi logam adalah reaksi kimia yang spontan, artinya tidak ditambahkan secara sengaja bahan kimia atau tenaga untuk reaksi oksidasi logam tersebut. Meskipun sebenarnya bahan kimia dan tenaga yang dimasukkan cukup besar tetapi hal tersebut berasal dari alam. Secara termodinamika kimia reaksi korosi dapat dirumuskan sebagai berikut ini. Go = Go(produk) - Go(hasil) (a) o G adalah energi bebas dalam keadaan standar, pada suhu 25 oC dan tekanan 1 atm. dan energi bebas Go setiap unsur pada keadaan standar adalah nol. Oleh karena itu energi bebas dari oksida logam akan lebih kecil daripada nol. Untuk melihat reaksi korosi dari suatu logam L dengan oksigen dapat ditunjukkan dengan suatu reaksi yang spontan seperti pada reaksi (1) di bawah ini, X L + Y/2 O2 Lx Oy (1) Seperti sudah disebutkan di atas bahwa setiap unsur mempunyai Go = 0, maka logam hasil korosi Lx Oy mempunyai Go < 0, sehingga reaksi korosi logam L menghasilkan Lx Oy. Sudah barang tentu hasil korosi logam tidak hanya dalam bentuk oksida saja, bentuk senyawa hasil korosi juga cukup banyak, hasil korosi suatu logam sangat tergantung pada senyawa bahan-bahan yang dalam logam tersebut. Kalau suatu logam di sekelilingnya terdapat cukup banyak larutan asam, baik yang berasal dari reaksi antara gas SO 2 dan CO2 dengan uap air, maka hasil reaksi kedua gas tersebut dengan uap air akan menghasilkan asam. Asam ini kalau bereaksi dengan logam, maka hasil korosinya bukan sebagai oksida logam akan tetapi sebagai garam. Peristiwa reaksi antara larutan asam dengan logam juga dinamakan korosi. Oleh karena korosi itu sangat luas pengertiannya, secara umum dapat didefinisikan sebagai reaksi antara logam dengan bahan yang disekelilingnya dan mengakibatkan logam tersebut menurun daya tahannya atau jumlah logam yang hilang dari sistim ke dalam sekelilingnya. Nilai energi bebas antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya tidak sama, perbedaannya adalah sangat besar tetapi adakalanya relatif kecil. Energi bebas antara senyawa yang sama logam tetapi berbeda anionnya juga tidak sama. Untuk melihat beberapa nilai energi bebas logam yang mengalami korosi secara oksidasi dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Energi bebas beberapa oksida logam Oksida CuO NiO ZnO SnO2 MgO Fe2O3 Al2O3 Go ( kcal / mol) -31,0 -50,6 -76,1 -124,2 -136,1 -177,4 -378,2

SIGMA Vol. II, No.1, Januari 1999

dari sudut termodinamika kimia semua logam di atas cenderung menjadi logam yang mudah mengalami korosi, bahkan aluminium pun juga akan mengalami korosi meskipun hanya dengan adanya oksigen kalau dilihat dari sudut termodinamika. Secara termodinamika kimia logam-logam akan mengalami perubahan menjadi oksida logam karena dari sudut energinya lebih stabil. Akan tetapi nilai energi bebas logam di atas bukan menunjukkan laju korosi sesuatu logam meskipun nilai energi bebasnya sangat memungkinkan untuk itu. Misalnya, logam alumnium secara termodinamika kimia akan lebih mudah terkorosi daripada besi karena nilai energi bebas oksida aluminium lebih kecil daripada oksida besi. Akan tetapi di dalam kenyataannya logam besi lebih mudah mengalami korosi dibandingkan dengan logam aluminium. Masih ada faktor lain yang menentukan laju korosi sesuatu logam tertentu, misalnya kinetika reaksinya dll. Sebelum logam menjadi oksida logam ataupun bentuk yang lainnya, secara kinetika kimia logam tersebut harus mencapai suatu titik aktivasi, setelah itu baru kemudian turun ke dalam bentuk oksida yang energinya lebih rendah daripada yang semula. Untuk memudahkannya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

E N E R G I B E B A S

Kompleks

Logam

Hasil Korosi

Koordinat Reaksi Gambar 1. Perubahan logam menjadi oksida logam (hasil korosi) Dari gambar 1 di atas jelas terlihat bahwa logam mempuyai energi bebas yang lebih tinggi daripada oksida logam, akan tetapi sebelum mencapai oksida logam, logam harus melampaui terlebih dahulu bentuk kompleks yang energinya lebih tinggi daripada logam. Oleh karena itu nilai energi bebas saja tidak dapat digunakan untuk menentukan laju korosi sesuatu logam. 2. 1. Reaksi Korosi Secara Elektrokimia Semua logam di dalam Tabel 1 di atas akan mengalami reaksi oksidasi dengan oksigen di dalam keadaan normal, bahkan masih banyak lagi logam logam yang akan mengalami oksidasi kalau bersentuhan dengan oksigen. Oksida logam yang terbentuk terdapat pada lapisan luar dari logam. Reaksi kimia antara logam dengan oksigen pada reaksi (1) di atas hanya menggambarkan reaksi kimia secara keseluruhan dari suatu reaksi korosi, akan tetapi reaksi korosi adalah suatu reaksi yang terjadi kalau di dalam suatu logam terdapat dua buah elektroda yang mempunyai muatan berbeda. Perbedaan muatan tersebut karena di dalam logam tersebut terdapat dua atau lebih logam yang tidak sama sebagai unsur takmurnian atau impurities. Logam logam yang tidak sama tersebut dapat bertindak sebagai anoda ataupun sebagai katoda tegantung pada jenis logamnya.

Korosi Logam Besi dan Aluminium

Perbedaan jenis logam tersebut akan menghasilkan perbedaan potensial terhadap larutan elektrolit yang terdapat di antaranya. Jadi reaksi korosi adalah reaksi elektrokimia yang terdapat di dalam suatu batang logam tertentu. Untuk jelasnya di bawah ini dituliskan reaksinya. n+ L L + ne Reaksi ini terjadi pada anoda, anoda memproduksi kation L dan elektron, kemudian elektron tersebut akan mengalir ke katoda. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dari logam/ion yang mempunyai muatan positif, reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut. 2 H+ + 2 e H2 O2 + 2 H2O + 4 e 4(OH)2 H2 + 2 e 2(OH)- + H2 Elektron yang dihasilkan oleh anoda akan mengalir melalui logam, sedangkan elektrolitnya mengakibatkan reaksi antara elektrokimia di atas. Jadi reaksi korosi dapat terjadi kalau di dalam suatu logam terdapat katoda, anoda dan elektrolit, serta aliran eksternal. Kalau salah satu dari komponen tersebut tidak terdapat di dalam suatu logam, maka tidak akan terjadi reaksi korosi. Misalnya kalau tidak terdapat uap air atau air di dalam permukaan suatu logam besi, maka tidak akan terdapat reaksi korosi di dalam logam besi tersebut. Demikian pula halnya, kalau di dalam besi yang sangat murni sekali, meskipun di dalamnya terdapat cukup banyak air, maka tidak akan terjadi korosi di dalam logam besi tersebut. Unsur oksigen juga memegang peranan yang sangat penting di dalam proses besi menjadi oksida besi. Jumlah logam atau besi yang mengalami korosi sama dengan jumlah besi yang larut ke dalam elektrolit dan dapat diukur dengan menggunakan hukum Faraday untuk elektrolisa. Intensitas laju korosi logam pada permukaan anoda berbanding langsung dengan kerapatan arus anoda ( anodic current density). Jumlah elektron yang dihasilkan oleh anoda akan sama dengan jumlah elektron yang digunakan oleh katoda, oleh karena itu kalau proses yang terdapat di dalam anoda dan katoda berkurang, maka laju korosi yang terjadi juga akan berkurang. Untuk mengurangi laju korosi dari sistim elektrokimia di atas dapat dilakukan dengan menambahkan tahanan di dalam larutan elektrolitnya. Larutan elektrolit yang mempunyai konsentrasi lebih besar akan mempunyai daya hantar lebih besar pula akan tetapi tahanannya akan lebih kecil. Sebaliknya kalau konsentrasi larutan elektrolitnya semakin kecil, maka semakin besar pula tahanannya. Misalnya kalau larutan elektrolit digantikan dengan air murni, maka daya hantar elektronnya semakin kecil kalau dibandingkan dengan larutan asam atau air laut. Untuk melihat reaksi elektrokimia antara logam (besi) dengan asam dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini. Fe 2+ + 2e2H+ + 2e- H2 Fe 2+ + 2e-

Fe

e-

e-

Fe

Anoda

Katoda

Anoda

Gambar 2. Korosi logam Fe di dalam suatu asam Pada gambar 2 di atas terlihat dengan jelas bahwa anoda menghasilkan elektron sedangkan katoda menggunakan elektron untuk menghasilkan gas H 2. Gas hidrogen akan dilepaskan ke udara, dan besi akan larut ke dalam asam dalam bentuk kation Fe 2+. Reaksi keseluruhan dari korosi besi di dalam asam dapat dituliskan sebagai berikut ini. Fe Fe 2+ + 2e(anoda) 2H+ + 2e- H2 (katoda)

SIGMA Vol. II, No.1, Januari 1999

Fe + 2H+ Fe 2+ + H2 Suatu logam yang mengalami korosi seperti yang sudah disebutkan di atas di dalamnya terdapat reaksi reduksi dan oksidasi sekaligus. Hubungan antara reaksi reduksi dan oksidasi di atas kalau dinyatakan dengan rumus termodinamika kimia dengan elektrokimia, akan dinyatakan sebagai berikut: Go = - n F Eo dengan ketentuan n = jumlah elektron yang terlibat di dalam reaksi korosi F = Tetapan Faraday, 1 mol elektron = 96.500 Coulomb E = Potensial Standar sel. Sama halnya dengan tabel 1 di atas nilai potensial standar reduksi logam logam tidak sama satu sama lain. Metoda ini menggunakan standar hidrogen sama dengan nol. Oleh karena itu ada beberapa logam mempunyai nilai yang lebih besar atau lebih kecil daripada hidrogen. Untuk melihat perbandingan kemampuan suatu logam melepaskan elektronnya dibandingkan dengan hidrogen dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Potensial Standar Reduksi dari beberapa logam dengan standar hidrogen Reaksi Au + 3e- Au + O2 + 4H + 4e- 2H2O Ag+ + e- Ag Cu 2+ + 2e- Cu 2H+ + 2e- H2 2+ Sn + 2e Sn 2+ Ni + 2e- Ni 2+ Fe + 2e- Fe 3+ Cr + 3e- Cr 2+ Zn + 2e- Zn 3+ Al + 3e- Al 2+ Mg + 2e- Mg
3+

Eo, Volt 1,50 1,23 0,80 0,34 0,00 -0,14 -0,24 -0,47 -0,73 -0,76 -1,68 -2,36

Seperti sudah disebutkan di atas bahwa laju korosi sangat tergantung pada banyak elektron yang dihasilkan oleh anoda dan kemudian digunakan oleh katoda selama proses korosi terjadi. Akan tetapi, karena reaksi korosi adalah suatu reaksi yang sangat lambat, maka pengukuran seperti di atas tidak dapat dilakukan. Untuk mengukur laju korosi sesuatu logam dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Tafel. Rumus ini menggambarkan antara potensial lebih atau Overpotential dengan rapat arus, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut = a b log j dengan ketentuan = potensial lebih atau overpotential a = tetapan b = kemiringan dari kurva Tafel, yang dibuat dari log j lawan . J = rapat arus atau arus (I) / luas elektroda. Kalau pada kesetimbangan nilai = 0, maka nilai arus pertukaran log jo = a / b, nilai tersebut menggambarkan reaksi pada katoda dan anoda. Meskipun nilai arus pertukaran sama dengan nol, berarti bahwa arus katoda sama dengan arus anoda. Semakin kecil arus pertukaran, maka semakin besar pula potensial lebih yang harus digunakan agar terjadi arus yang mencolok. Nilia log jo dari rumus Tafel tersebut menggambarkan arus korosi yang terukur secara instrumental dan nilainya sama dengan arus korosi secara alamiah. Oleh karena itu dengan mengganti beberapa jenis larutan dan logam dapat ditentukan nilai log j o-nya, maka arus korosinya dapat ditentukan.

Korosi Logam Besi dan Aluminium

2.2. Pembahasan Seperti sudah disebutkan di atas bahwa semua logam cenderung akan mengalami korosi, karena memang secara termodinamika kimia semua logam mempunyai energi bebas yang lebih besar daripada bahan dasarnya. Titik kompleks dari perubahan logam menjadi oksida logam dapat terlampaui kalau ke dalam logam cukup banyak energi, bahan kimia yang ditambahkan oleh alam. Kalau lingkungan dari logam tersebut tidak memberikan bahan-bahan kimia dan energi, maka reaksi korosi tidak akan terjadi atau titik kompleksnya tidak tercapai. Paling tidak titik kompleks dari perubahan tersebut di atas akan dicapai dalam waktu yang cukup lama. Akan tetapi karena alam memberikan bahan kimia terus menerus dan suhu yang cukup maka reaksi korosi secara alamiah tidak dapat dihindari. Akibat dari perubahan energi bebas logam yang tinggi menuju ke energi bebas yang rendah, maka logam akan mengalami perubahan rumus kimia, baik dalam bentuk oksida maupun dalam bentuk senyawa lainnya. Perubahan tersebut berakibat pada penurunan daya tahan logam, karena hasil oksidasi atau korosi tersebut keropos, maka sudah barang tentu daya tahannya akan berkurang. Hasil reaksi korosi besi dengan oksigen dan air sebenarnya tidak hanya menghasilkan satu jenis senyawa oksida besi saja, beberapa senyawa hasil reaksi korosi adalah Fe 2O3, Fe3O4 , Fe(OH)2, Fe(OH)3 dll. Hasilnya sangat tergantung pada pH larutan, konsentrasi oksigen dan uap air yang terdapat di dalam sistim korosinya. Kalau sepotong besi terdapat di dalam suatu sistim yang oksigennya sangat kurang, maka reaksi pada katoda akan berlangsung sebagai berikut 2H+ + 2e- H2 H2O + 2e- 2(OH)- + H2, kemudian kation besi (II) hasil dari anoda di atas akan bereaksi dengan (OH) -, reaksinya sebagai Fe 2+ + 2 (OH)- Fe(OH)2 Akan tetapi kalau di dalam sistim tersebut terdapat cukup banyak gas oksigen, maka reaksinya 2H2O + O2 + 4e- 4(OH)Fe 2+ + 2(OH)- Fe(OH)2 6Fe(OH)2 + O2 2H2O + 2Fe3O4 . H2O 4Fe(OH)2 + O2 2H2O + 2Fe2O3.H2O Perbedaan hasil reaksi korosi dari besi disebabkan oleh jumlah oksigen yang dapat bereaksi dengan besi, perbedaan antara Fe 3O4 dan Fe2O3 dapat dilihat dari warnanya. Senyawa Fe3O4 berwarna hijau sedangkan senyawa Fe 2O3 berwarna hitam, dengan melihat warna hasil korosi besi dapat diperkirakan oksigen yang turut bereaksi. Salah satu senyawa yang banyak logam mengalami korosi adalah SO 2, senyawa ini dapat secara langsung bereaksi dengan besi dan dapat pula melalui hujan asam. Karena senyawa SO 2 adalah salah satu gas yang banyak dibuang ke udara oleh industri ataupun oleh gunung berapi. Gas SO2 dapat larut di dalam air kemudian berubah menjadi asam sulfat, asam sulfat kemudian akan bereaksi dengan logam atau besi. Hasil reaksinya sebagian besi akan larut dan asam sulfat dapat masuk ke dalam besi yang paling dalam melalui pori-pori atau bagian yang retak dari besi. Secara kimia, reaksi antara besi dan gas SO2 dapat dituliskan seperti di bawah ini Fe + SO2 + O2 FeSO4 4 FeSO4 + 6 H2O + O2 2 Fe2O3. H2O + 4 H2SO4 4 H2SO4 + 4Fe + 2 O2 4 FeSO4 + 4 H2O Meskipun tidak ada uap air di sekitar logam atau besi akan tetapi kalau di sekeliling besi tersebut terdapat gas SO2, maka reaksi korosi tak dapat dihindari, karena reaksi antara besi dan gas SO 2 dapat secara langsung terjadi. Gas SO2 sama sifatnya dengan gas NO2 dan NO3 dalam hal hujan asam, kedua gas ini sering disebut sebagai gas NOX. Gas NOX juga dapat larut di dalam air atau uap air kemudian bereaksi dengan uap air dan menghasilkan hujan asam, yang secara kimia disebut sebagai HNO 3. Asam nitrat ini sangat korosif , logam logam yang bersentuhan dengan asam ini, akan menghasilkan gas H2 dan kation Fe 2+ , kelarutan besi di dalam larutan cair menjadi Fe 2+ disebut juga sebagai korosi. Disamping itu masih ada senyawa kimia yang cukup korosif terhadap logam dan banyak terdapat di alam yaitu larutan NaCl yang terdapat di laut. Oleh karena ukuran ion Cl yang cukup kecil, maka ion Cl dapat masuk ke dalam pori-pori logam dan bereaksi dengan atom logam di

SIGMA Vol. II, No.1, Januari 1999

bagian sebelah dalam suatu batangan logam. Akhirnya reaksi korosi bukan hanya terdapat di bagian luar saja tetapi juga sudah sampai ke bagian dalam. Akibatnya derajat korosinya jauh lebih tinggi daripada kalau korosi hanya terjadi pada bagian luar saja. Salah satu logam yang banyak dipakai di dalam industri selain besi adalah aluminium, logam ini mempunyai sifat mekanik yang cukup kuat, tidak terlalu berat dan tahan terhadap korosi. Kalau melihat Tabel 1 dan Tabel 2 di atas, logam alumnium termasuk salah satu logam yang mempunyai energi bebas yang tinggi dan mempunyai potensial yang tinggi, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa aluminum pada akhirnya akan membentuk oksida aluminum akibat korosi. Akan tetapi aluminium masih banyak dipakai untuk pesawat terbang dan untuk keperluan industri lainnya. Sebenarnya alumnium juga bereaksi dengan oksigen membentuk oksida logam, reaksi dapat dituliskan sebagai berikut ini 4 Al + 3 O2 2 Al2O3 Setelah oksida aluminium tersebut terbentuk pada lapisan sebelah luar dari aluminium, maka Al 2O3 teresebut merupakan inhibitor untuk reaksi aluminium dengan oksigen selanjutnya sehingga reaksi katodik tidak akan terjadi. Senyawa Al 2O3 tersebut bentuknya isomorphic dengan aluminium logam, sehingga ada kesinambungan kristal antara lapisan pertama Al 2O3 dengan aluminium logam. Disamping itu senyawa Al2O3 tidak larut di dalam air, maka Al2O3 merupakan inhibitor untuk reaksi antara Al dengan air dan oksigen. Meskpiun senyawa Al2O3 yang dapat digunakan sebagai lapisan penghambat reaksi antara bahan kimia dari lingkungan ke aluminium, akan tetapi oleh ion Cl dapat masuk ke struktur Al2O3 dan mengakibatkan kekosongan atau kekroposan di dalam logam. Setelah ion Cl bereaksi dan memberikan akses untuk oksigen dan air bereaksi dengan alumnium yang masih terlindungi oleh Al2O3, sehingga ahkirnya terjadi reaksi korosi di dalam alumnium, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. 2.3. Eksperimen Dilakukan pengukuran laju korosi bebarapa logam, misalnya besi dan aluminium di dalam media air, asam sulfat, nitrat dan air garam, karena ketiga media cair sangat banyak dijumpai di dalam industri yang berhubungan langsung dengan logam-logam. 2.4. Hasil dan Pembahasan Akan dibahas masalah laju korosi besi dan aluminum di dalam berbagai konsentrasinya. Juga akan dibahas masalah penangkalan korosi atau mengurangi korosi. 3. Kesimpulan 1. Logam besi dapat terkorosi secara alamiah kalau di sekelilingnya terdapat air, oksigen dan unsur-unsur takmurnian (impurities) yang bertindak sebagai anoda dan katoda di dalam matriks besi. 2. Hasil korosi besi dapat digunakan untuk memperkirakan besi terdapat di lingkungan yang banyak mengandung oksigen atau sedikit oksigen. 3. Gas SO2 sangat korosif baik melalui udara kering atau basah, sementara gas NOX sangat korosif hanya melalui udara basah setelah berubah menjadi hujan asam. 4. Logam aluminium juga sebenarnya dapat terkorosi secara alamiah, akan tetapi karena hasil korosi A12O3 dapat berubah menjadi inbitor untuk reaksi selanjutnya. 5. Logam aluminium baik yang sudah terlapisi dengan A1 2O3 akan terkorosi kalau di dalam larutan yang mengandung ion khlorida. 6. Untuk menghindari korosi logam dapat digunakan lapisan yang mengisolasi logam dengan gas oksigen dan air melalui pengecatan, dan lapisan tipis Cr 2O3.

Korosi Logam Besi dan Aluminium

Kepustakaan

Snoeyink, V.L. and Jenkins, D. 1980. Water Chemistry. New York: John Wiley & Sons. Solorza, O. and Olivares, L. 1991. Experimental Demonstration of Corrosion Phenomena. Journal of Chemical Education, 68(2): 175177. --------. 1979. Corrosion: A Waste of Energy. Journal of Chemical Education, 56(10): 673674. Walker, R. 1982. The Corrosion and Preservation of Iron Antiques. Journal of Chemical Education, 59(11): 943947.

M.M. YETTY TJANDRAWATI


Lahir di Surabaya tanggal 2 Agustus 1953. Memperoleh gelar sarjana Kimia dari Universitas Gadjah Mada tahun 1994. Sejak tahun 1983 sampai 1994 menjadi dosen pada Instiper dan sejak tahun 1995 sampai sekarang menjadi dosen pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

SIGMA Vol. II, No.1, Januari 1999

Anda mungkin juga menyukai