Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kita ketahui bahwa bahan hasil pertanian memiliki sifat yang mudah mengalami kerusakan baik itu kerusakan secara fisik atau kimia. Kerusakan pada bahan hasil pertanian ini membuat bahan hasil pertanian tersebut tidak bisa untuk digunakan, contohnya seperti kebusukan. Kerusakan bahan hasil pertanian ini menurunkan kualitas dan harga jual bahan hasil pertanian tersebut. Maka dalam penanganan pasca panen, dilakukan penaggulangan untuk mengatasi masalaah tersebut, salah satu caranya adalah melalui proses pengeringan. Pengeringan bisa untuk meminimalisir kerusakan pada bahan hasil pertanian. Pengeringan bertujuan untuk memperpanjang lama proses penyimpanan pada bahan hasil pertanian, pengeringan ini dilakukan untuk mengawetkan bahan hasil peranian. Dalam proses pengeringan dibagi dalam dua berdasarkan peridode yaitu periode laju pengeringan tetap dan periode laju pengeringan menurun. Proses pengeringan sangat cukup diperlukan di dalam industri pertanian. Oleh karena itu, praktikum kali ini membahas pengeringan agar mahasiswa bisa mengerti proses pengeringan dalam penangangan pasca panen bahan hasil pertaian dengan tepat.

1.2. Tujuan Praktikum Mempelajari proses pengeringan dengan menggunakan oven dan mencari kurva laju pengeringan pada biji-bijian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari bahan pangan dengan menggunakan energi panas sehingga tingkat kadar air dari bahan tersebut menurun. Pengeringan merupakan proses utama dalam pengolahan bahan pangan atau merupakan bagian dari rangkaian proses. Dalam proses pengeringan terjadi penghilangan sebagian air dari bahan pangan. Dalam banyak hal biasanya proses pengeringan disertai dengan proses penguapan air yang terdapat pada bahan pangan, sehingga panas laten penguapan akan diperlukan. Dengan demikian, terdapat dua proses yang penting yang terjadi dalam pengeringan, yaitu pindah panas yang mengakibatkan penguapan air, serta pindah massa yang menyebabkan pergerakan air atau uap air melalui bahan pangan yang kemudian

mengakibatkannya terpisah dari bahan pangan. Pergerakan air dari dalam bahan pangan terjadi melalui proses difusi yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan uap air antara bagian dalam dan permukaan bahan pangan. Perpindahan energi di dalam bahan pangan berlangsung secara konduksi, sedangkan dari permukaan bahan pangan ke udara berlangsung secara konveksi. Disamping dapat mengawetkan bahan pangan, pengeringan juga memperkecil volume bahan, sehingga memudahkan dan mengefisienkan dalam penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Pengeringan juga mencegah penurunan mutu produk oleh perubahan sifat fisik dan kimia. Penghilangan air dalam proses pengeringan dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: 1. Pengeringan yang terjadi pada tekanan atmosfir, dimana panas dipindahkan dari udara kering atau dari permukaan benda, (seperti logam) yang dipanaskan yang kontak langsung dengan bahan pangan, sehingga, mengakibatkan air dari bahan pangan dipindahkan ke udara 2. Pengeringan yang terjadi pada tekanan vakum, pindah panas dilakukan pada tekanan rendah sehingga air lebih mudah menguap pada suhu yang lebih rendah. Pindah panas dalam pengeringan vakum biasanya berlangsung secara konduksi atau radiasi

3. Pengeringan beku, yaitu pengeringan dengan cara mensublimasi air dari fase padat langsung menjadi uap air dengan cara pengaturan suhu dan tekanan yang memungkinkan proses sublimasi terjadi. Penanganan bahan hasil pertanian dikatakan tepat jika penanganan tersebut mampu mengelola hubungan antara faktor-faktor yang dimiliki bahan hasil pertanian diantaranya struktur bahan biologis dan retensi air dengan lingkungan dimana bahan hasil pertanian berada. Untuk dapat memilih teknik penanganan hasil pertanian yang tepat perlu dipahami pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kualitas bahan hasil pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering

Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan

Yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan. Beberapa mekanisme aliran internal air yang dapat berlangsung: 1. Diffusi Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di bawah titik jenuh atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam sistem bersifat mutually soluble. 2. Capillary flow Cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas. Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di atas titik jenuh atmosferik. Proses pengeringan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
1. Pengeringan udara dan pengeringan yang berhubungan langsung di bawah

tekanan atmosfir. Dalam hal ini panas dipindahkan menembus bahan pangan, baik dari udara maupun permukaan yang dipanaskan. Uap air dipindahkan dengan udara.

2. Pengeringan hampa udara

Keuntungan dalam pengeringan hampa udara didasarkan pada kenyataan bahwa penguapan air terjadi lebih cepat pada tekanan rendah daripada tekanan tinggi. Panas yang dipindahkan dalam pengeringan hampa udara pada umumnya secara konduksi, kadang-kadang secara pemancaran.
3. Pengeringan beku

Pada pengeringan beku, uap air disublimasikan keluar dari bahan pangan beku. Struktur bahan pangan dipertahankan dengan baik pada kondisi ini. Suhu dan tekanan yang sesuai harus dipersiapkan dalam alat pengering untuk menjamin terjadinya proses sublimasi. Semakin lama waktu pengeringan dalam pengering kabinet semakin kecil massa pada bahan tersebut.

2.1 Kadar Air

Kandungan air dalam bahan hasil pertanian biasanya dinyatakan dalam persentase basis basah (m) dan persentase basis kering (M). (Zain, 2005) Kandungan air basis kering dapat dinyatakan sebagai berikut :

Sedangan kandungan air basis kering dapat dinyatakan sebagai berikut :

( Dimana : m M Wm Wd = kadar air basis basah (%) = kadar air basis kering (%) = berat air dalam bahan (kg)

= berat bahan padat (bagian yang tidak mengandung air) (kg)

Dalam perhitungan-perhitungan teknik, kadar air basis kering lebih sering dipakai karena pada perhitungan kadar air basis kering adalah bahan setelah dikeringkan tidak mengandung air sehingga beratnya tetap dan penurunan

kandungan air lebih terlihat dengan jelas. Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan dengan menggunakan dua metode, yaitu (Zain, 2005) : 1. Metode praktis, metode ini mudah dilakukan tetapi hasilnya kurang teliti sehingga sering perlu dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu. Yang termasuk metode ini adalah metode kalsium karbida dan metode pengukuran dengan alat ukur kadar air (electric moiture meter) 2. Metode dasar, kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan dan pemanasan pada kondisi tertentu dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk ke dalam metode dasar adalah metode oven, metode destilasi dan metode Karl Fisher. Kadar air juga dapat diukur dengan menggunakan Moisture tester. Berikut adalah metode penggunaan moiture tester yang biasa digunakan untuk mengukur persentasi kadar air suatu bahan hasil pertanian, terutama biji-bijian : 1. Membersihkan tempat sampel dengan sikat sebelum memasukan bahan dalam tempat sampel 2. Memasukan sampel yang paling baik dengan menggunakan sendok dan pinset 3. Memutarkan griding handle ke kiri (stop line) dan memasukan wadah sampel ke dalam instrumen 4. Menekan select button kemudian moisturing button 5. Menunggu selama 20 detik dan melihat hasil pengukuran pada layar LCD. 6. Menekan select button untuk merubah sampel 7. Pengukuran dapat dilakukan sebanyak tiga kali dengan sampel yang sama dan untuk mendapatkan nilai rata-rata tekan average button (interval pengukuran 3 menit) 8. Mematikan alat dengan menekan avarage button dua kali Prosedur penentuan kadar air Metode Oven menurut United Nations Industrial Development Organization, UNIDO (1995). 1. Menyalakan oven selama beberapa jam untuk memastikan keseragaman pemanasan

2. Mengeringkan cawan alumunium dan tutupnya pada suhu 103oC selama 1 jam, setelah itu masukan ke dalam desikator sampai dingin kemudian ditimbang. 3. Memasukan 15 gram sampel (untuk kadar air rendah atau kurang dari 15%) atau 100 gram (untuk kadar air tinggi atau lebih adri 25%) ke dalam cawan, tutup dan timbang cawan serta isinya. 4. Memasukan cawan yag telah berisi sampel tersebut kedalam oven dengan suhu 103oC dan biarkan selama 17 jam. 5. Setelah waktu pengeringan selesai, segera keluarkan cawan dari oven, tutup dan simpan dalam desikator. 6. Setelah 30 45 menit (suhu sampel telah mencapai suhu ruangan), cawan dengan isinya ditimbang. 7. Hitung kadar air bahan dengan cara membagi berat yang hilang dengan berat sampel awal kemudian dikalikan dengan 100. Prosedur penentuan kadar air Metode Oven menurut Sahay dan Singh (1994) , adalah sebagai berikut: 1. Nyalakan oven selama beberapa jam untuk memastikan keseragaman pemanasan. 2. Keringkan cawan alumunium dan tutupnya pada suhu 130oC selama 1 jam, setelah itu masukan ke dalam desikator sampai dingin kemudian ditimbang. 3. Masukan ke dalam cawan (a) 2-3 gram sampel yang sudah digiling (ground sample) jika kadar air maksimal 13% atau (b) 25 30 gram sampel utuh (tidak digiling). Setelah itu tutup dan timbang cawan beserta isinya 4. Masukan cawan yang berisi sampel tersebut ke dalam oven dengan suhu 130oC selama 1 2 jam (untuk sampel a) atau 100oC selama 72-96 jam (untuk sampel b). 5. Setelah pengeringan selesai, segera keluarkan cawan dari oven, tutup dan simpan di dalam desikator untuk menurunkan suhunya sampai mencapai suhu ruangan. 6. Setelah mencapai suhu ruangan, cawan dan isinya ditimbang.

7. Kadar air sampel diukur berdasarkan penurunan berat dari berat sampel awal.

2.2 Prinsip Dasar Pengeringan Mekanisasi pengeringan bahan hasil pertanian meliputi dua proses

perpindahan yaitu perpindahan massa air dari dalam bahan secara difusi dan perpindahan energi panas yang digunakan untuk menguapkan air dari permukaan bahan. Proses pengeringan yang umum digunakan di industri terbagi dalam beberapa kategori (Zain, 2005): 1. Pengeringan Konveksi Dalam pengeringan ini aliran udara panas dan kelembaban relatifnya rendah dengan kecepatan tinggi dialirkan pada bahan yang akan dikeringkan. 2. Pengeringan Konduksi Bahan yang akan dikeringkan ditempatkan pada permukaan benda panas sehingga terjadi penguapan air ke lingkungan. 3. Pengeringan Hampa Udara Bahan yang akan dikeringkan ditempatkan pada ruang yang terdapat sumber panas pada tekanan rendah. Keuntungan dalam pengeringan hampa udara didasarkan pada proses penguapan air. Penguapan air akan terjadi lebih cepat pada tekanan udara rendah jika dibandingkan dengan tekanan udara tinggi 4. Pengeringan Beku Pada pengeringan beku, uap air disublimasi keluar dari bahan pada suhu dan tekanan yang rendah. Struktur bahan tetap dipertahankan dengan baik pada kondisi proses pengeringan beku. 2.3 Peralatan Pengeringan Di dalam industri pangan dan bahan hasil pertanian, penggunaan mesin pengering sangat dibutuhkan. Terdapat banyak skema yang digunkan untuk mengelopokan mesin pengering.

2.3.1

Pengering Baki (Tray dryer) Pengering Baki atau tray dryer mempunyai bentuk persegi dan di

dalamnya berisi rak-rak sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Bahan pangan atau bahan hasil pertanian yang biasanya sedemikian tipis disebarkan di atas baki yang terbuat dari bahan yang konduktivitas panasnya baik dengan alas yang berlubang-lubang. Lubang-lubang pada baki ini dibuat untuk memperbesar perpindahan panas (konveksi) udara panas dan uap air. (Zain, 2005) Pemanasan dapat dilakukan dengan menggunakan aliran udara yang melalui baki, secara pemancaran dari permukaan yang dipanasi atau secara konduksi dari permukaan baki yang dipanasi. Umumnya pengering baki menggunkan pemnasan dengan aliran udara. Aliran udara paralel yang terdapat pada sistem pegering baki memungkinkan proses pengeringan awal berlagsung dengan cepat. Tetapi bahan yang berada di bagian bawah akan panas lebih cepat dibandingan bahan yang berada di bagian atas sehingga pengeringannya tidak merata dan waktu pengeringan umumnya berlangsung panjang, yaitu antara 10 sampai 60 jam. (Zain, 2005)

2.3.2

Pengering Terowongan (tunnel dryer) Pengeringan terowongan atau tunnel dryer merupakan pengembangan dari

pengering baki. Pada pengering ini bahan hasil pertanian dengan tebal tetentu dihamparkan pada baki-baki yang ditumpuk dalam sebuah kabinet, lori atau truck dan bergerak melalui suatu terowongan dengan kecepatan tertentu. Jarak antara baki diatur agar panas di dalam dan sepanjang terowongan dapat melewati baki secara seragam.

2.3.3

Pengering Drum (drum dryer) Pengering drum atau pengering rol atau pengering silinder terdiri dari

silinder atau drum berputar yang terbuat dari logam. Pada bagian dalam silinder putar tersebut dibuat berlubang. Bahan yang akan dikeringakn biasanya berbetuk larutan, bubur atau pasta disebarkan pada permukaan luars ilinder berputar bagian atas secara kontinyu. Panas dari bagian dalam silinder secara konduksi menuju permukaan. Proses pengeringa berlangsung selama perputaran silinder dan bahan

yang ada di permukaan silinder tersebut dengan pisau agar terlepas. Pisau bekerja secara kontinyu mengikuti perpuataran silinder. (Zain, 2005)

2.3.4

Pengering Pnematik Pengering pnematic atau pengering flash terdiri dari dua bagian, yaitu

burner dan kolom pengering. Bahan yang akan dikeringkan diangkat dengan cepat di dalam aliran uadara yang dipanaskan. Biasanya pada penegring ini ditambahkan beberapa bentuk pealatan klasifikasi. Di dalam alat klasifikasi, bahan kering dipisahkan dari sisa, dikeluarkan sebagai hasil dan sisa yang basah dikeringkan kembali. (Zain, 2005)

2.3.5

Pengering Berputar (rotary dryer) Pengering berputar atau rotary terdiri dari silinder yang berputar pada

sumbunya dengan bantuan gigi-gigi reduksi serta motor penggerak. Dinding bagian dalam silinder dibuat bealur skrup utuk pengadukan bahan. Pengering in biasanya digunakan utnuk pengeringan prosuk daging. Bahan yang akan dikeringkan dimasukan ke dalam silinder mendatar tempat bahan tersebut bergrak, kemudian dikeringkan baik oleh aliran udara melalui silinder maupun dengan cara konduksi panas dari dinding silinder. Pengering ini biasanya dibantu dengan bukcket elevator pada output serta belt conveyor pada daerah input. (Zain, 2005)

2.3.6

Pengering Kotak Di dalam pengering kotak in bahan yang dikeringkan dimasukan ke dalam

sabuk angkut berbentuk kotak yang terbuat dari kawat kasa dan udara dihembuskan menembus tumpukan bahan ini. Sabuk angkut ini bergerak secara teru-menerus. (Zain, 2005)

2.3.7

Pengering Peti (bin dryer) Pengering peti atau bin dryer terdiri dari konatainer berbentuk silinder atau

kubus dengan dasar berlubang. Bahan yang akan dikeringkan dmasukan kedalam kontainer yang berlubang dan udara hangat dihembuskan ke atas menembus

melalui tumpukan bahan sehingga mengeingkan bahan tersebut. Udara melalui tempat bahan pada tingkat yang relatif lambat. (Zain, 2005)

2.3.8

Pengering Sabuk Pengering ini merpakan pengering konveyor dengan sabuk dibuat

berlubang. Bahan yang akan dikeringkan ditebarkan di atas kawat kasa atau sabuk padat dan udara dilewatkan menembus atau englair di atas bahan. Pada umumnya sabuk bergerak, meskipun dalam beberapa desain sabuk tersebut hitam dan bahan diangkut dengan pengikis. (Zain, 2005)

2.3.9

Pengering Lemari Hampa Udara (Vakum) Pengering ini dugunakan untuk mengeringkan bahan-banah yang sensitiv

terhadap perubahan suhu tinggi seperti sari buah dan larutan pekat lasinnya. Pengering ini beroperasi pada keadaan hampa udara dan pindah panas secara konveksi atau pemancaran. Bahan yang akan dikeringkan ditebar tipis di atas rak yang terletak di atas permukaan yang berlubang. Uap air dari bahan diembunkan sehingga pompa hampa udara dapat dipergunakan dengan gas yang tidak dapat dihembuskan. (Zain, 2005)

2.3.10 Pengering Semprot (spray dryer) Pengering semprot atau spray dryer digunakan untuk mengeringkan bahan yang berbentuk larutan kental serta berbentuk pasata, contohnya pengolahan susu menjadi tepung, telur utuh dan sebagainya. Bahan cair atau bahan padat dimasukan ke dalam injektor pneumatis dan melalui nissel bahan tersebut disemprotkan dalam bentuk tebaran halus ke daam aliran udara panas. Arah pergerakan udara panas dalam pengering dapat searah dapat pula berlawanan arah dengan arah jatuhnya bahan. Tempat pengumpul hasil pengeringan berada pada bagian paling bawah dari ruang pengering dan dikumpulkan dengan bantuan pengeruk ataupun klep berputar. Proses pengeringan terjadi sangat cepat, sehingga proses ini sangat berguna untuk berbagai bahan yang akan mengalami kerusakan bila dipanasi selama waktu tertentu. (Zain, 2005)

2.3.11 Pengering Beku (freeze dryer) Pengering beku atau freeze dryer digunakan untuk bahan-bahan yang sangat peka terhadap suhu tinggi, diantaranya sayuran, buah-buahan, sari buah, obat, daging, ikan danl ain-lain. Dalam pengering ini bahan diletakan di atas rak di dalam lemari yang memiliki kehampaan sangat tinggi. Pada umumnya, bahan dibekukan terlebih dahulu sebelum dimasukan ke dalam pengering. Panas dipindahkan ke dalam secara konduksi atau pancaran udara dipindahkan dengan pompa hampa udara dan diembunkan.

2.3.12 Pengering biji-bijian (grain dryer) Pada pengering ini bahan ditempatkan di dalam bak berpengaduk yang bagian dasarnya berlubang-lubang untuk melewatkan udara panas. Udara panas dialirkan dari bagian bawah bak yang pipa hisapnya dihubungkan dengan pipa output dari katel uap yang arah pergerakannya berlawanan arah dengan perputaran dari pengaduk(Zain, 2005)

2.3.13 Pengering Fluidasasi (Fluidized Bed Dryer) Pengering fluidisasi atau fluidized bed dryer (FBD) adalah pengering yang menggunakan prinsip menggunakan prinsip fluidisasi. Secara keseluruhan, sistem mesin. (Zain, 2005) 1. 2. Pengering fluidized bed jenis curah Pengering fluidized bed jenis curah digunakan untuk penerapan multiproduk dengan kapasitas umpan rendah (biasanya < 50 gr/jam dan masih baik untuk kapasitas < 1000 kg/jam). Udara pengering biasanya dipanaskan ke suatu suhu tetap secara langsung atau tidak langsung. Laju aliran udara pengering biasanya juga tetap. Tetapi dimungkinkan untuk memulai pengeringan pada suhu udara masuk yang lebih tinggi dan laju aliran udara yang lebih rendah sampai kadar air produk menurun. Pengaduk dan penggetar mekanis dapat digunakan jika bahan sulit untuk difluidisasi. 3. Pengering fluidized bed aliran plug

4.

Pengering fluidized bed aliran plug biasanya mempunyai rasio antara tinggi dan lebar sebesar 5 : 1 atau 3 : 1. Padatan mengalir secara kontinyu melalui saluran dari bagian masukan hingga ke bagian keluaran.

5. 6.

Pengering fluidized bed sentrifugal Untuk meningkatkan laju pindah panas dan massa pada permukaan partikel basah yang cepat mengering dapat digunakan alat sejenis sentrifugal, sehingga gaya yang disebabkan oleh udara fluidisasi diimbangi dengan gravitasi buatan yang ditimbulkan oleh putaran tumpukan pada arah sumbu tegak. Peralatan fluidized bed berputar agak rumit dan penurunan waktu pengeringan untuk kebanyakan bahan biasanya tidak memadai untuk mengimbangi peningkatan biaya dan kerumitannya.

7. 8.

Pengering fluidizd bed bergetar Pengaduk atau penggaruk yang berputar perlahan digunakan untuk memudahkan fluidisasi pada zona pengumpan, dimana bahan yang sangat basah diumpankan ke dalam pengering aliran plug kontinyu.

2.3.1

Pengering Spouted Bed Pengering ini sangat cocok utnuk pengerinagn partikel yangs angat kasar

dan padat utnuk fluidisasi tanpa bantuan. Tidak seperti tumpukan fluidisasi dimana partikel bergerak secara acak, gerakan partikel di dalam spouted bed bersirkulasi ulang secara teratur. (Zain, 2005)

2.4 Pembuatan grafik. Data mentah atau hasil transformasi diplotkan dalam suatu garis lurus kemudian akan di peroleh nilai-nilai slope, intersep dan koefisien variabel sehingga persamaan dari data dapat dibentuk. Grafik merupakan persentasi visual dari sejumlah data yang ada, dimana presentasi visual dari data tersebut diwakilkan oleh huruf, tanda dan gambar dan memberikan keterangan dan informasi yang jelas tentang data yang divisualisasikan. Grafik dapat dipakai sebagai media pengambilan kesimpulan tanpa kehilangan makna.

Persamaan regresi adalah persamaan matematik yang memungkinkan peramalan nilai suatu peubah takbebas (dependent variable) dari nilai peubah bebas (independent variable). Diagram Pencar (Scatter Diagram) adalah diagram yang menggambarkan nilai-nilai observasi peubah takbebas dan peubah bebas. Nilai peubah bebas ditulis pada sumbu X (sumbu horizontal) dan nilai peubah takbebas ditulis pada sumbu Y (sumbu vertikal). Persamaan eksponen adalah persamaan yang eksponennya memuat variabel atau persamaan dimana bilangan pokok atau eksponennya memuat variabel x. Untuk menyelesaikan persamaan eksponen perlu menggunakan sifatsifat eksponen. Logaritma adalah operasi matematika yang merupakan kebalikan dari eksponen atau pemangkatan. Slope dapat ditentukan dari dua titik dari suatu garis, misalnya koordinat ( ) dan Koordinat ( ), maka slope ( )( ). Intersep (b)

dapat ditentukan dari nilai y pada ordinat dengan sumbu y.

, dimana garis berpotongan

Kenyataannya, data percobaan tidaklah selalu membentuk tepat suatu garis lurus. Untuk membuat garis lurus,perlu suatu analisis statistik yaitu regresi linear. Jika dalam percobaan terdapan N pasangan data (koordinat), maka : [ ( ) ( ) ( ) ( ) ]

Prinsip regresi linear adalah meminimumkan jumlah kuadrat perbeadaan antara nilai y yang dihitung dengan persamaan regresi dan dari suatu data

percobaan. Tingkat ketepatan persamaan yang dibangun dari data-data yang diregresikan ditentukan oleh koefisien korelasi ( r ) yaitu suatu rasio dari variasi yang dapat dijelaskan dengan variasi yang tak dapat dijelaskan. Variasi yang dapat dijelaskan ( ( ) Variasi yang tak dapat dijelaskan ) atau yang dikenal dengan random error.

( ( (

) ) )( )

Nilai r berkisar 0 sampai 1. Jika terpasngkan dengan tepat pada garis regresi. Jika

, maka semua data diatas , maka semua data dari

variabel terikat dari variabel bebas tidak ada hubungannya. Dengan demikian persamaan yang dibangun dengan nilai r mendekati 1, maka persamaan tersebut cukup tepat untuk menyatakan persamaan linear dari data-data percobaan. (Setiasih, I.S, 2008)

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat 1. Oven 2. Cawan Al 3. Desikator 4. Moisture Tester 3.1.2. Bahan 1. Kacang kedelai 3.2. Prosedur Percobaan a. Kadar air, Kadar air bahan ditentukan dengan moisture tester b. Laju Pengeringan 1. Memasukkan cawan dalam oven pada suhu 60-70C selama 2 jam. 2. Mengeluarkan dan menempatkan pada desikator sampai stabil 3. Menyiapkan cawan sebanyak 5 buah dan menandai untuk tiap interval 4. Memasukan sampel bahan berupa jagung kedalam cawan sebanyak 5 gram untuk masing-masing cawan. 5. Memasukan bahan dan cawan kedalam oven untuk dilakukan proses pengeringan pada suhu 60-70C. 6. Mengukur kadar air bahan untuk interval waktu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 30, 45 dan 60 menit. 7. Membuat kurva laju pengeringan dari data-data tersebut. 8. Menentukan persamaan kurva laju pengeringan bahan.

BAB IV HASIL PERCOBAAN

2.1. Data Pengukuran Kadar Air dan Laju Perhitungan pada Kacang Kedelai Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan pada Kacang Kedelai Massa Kadar air (%) Waktu M rataM/t bahan 1 2 3 (menit) rata (%) (%/detik) (g) 5,02 0 10,9 11,1 10,5 10,8 5,05 5,02 4,93 4,99 5,07 5 5,01 4,89 5,01 5,04 1 2 3 4 5 10 15 30 45 60 11,4 11,5 11.5 11,2 11 11,2 11 10 10,4 10,8 11,2 11,6 11,6 11,4 11,04 10,6 11,1 10 10,5 10,5 11,4 11,6 11,3 11,2 11,2 10,9 11 10,4 10,5 10,5 11,3 11,57 11,27 11,27 10,9 10,9 11,03 10,13 10,47 10,6 0,1883 0,0964 0,0626 0,0469 0,0363 0,0182 0,0122 0,0056 0,0038 0,0029

Hubungan Laju Pengeringan Terhadap Waktu (s)


0.2 0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 60 120 180 240 300 600 900 1800 2700 3600

Laju Pengeringan

Gambar 1. Grafik Hubungan Laju Pengeringan (m/t) Terhadap Waktu

Hubungan Laju Pengeringan Terhadap Kadar Air


0.2 0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0

Laju Pengeringan

Gambar 2. Grafik Hubungan Laju Pengeringan (m/t) Terhadap Kadar Air (M Ratarata)

Hubungan Kadar Air Terhadap Waktu (s)


12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 0 60 120 180 240 300 600 900 1800 2700 3600 Kadar Air

Gambar 3. Grafik Hubungan Kadar Air (M Rata Rata) Terhadap Waktu 2.2. Perhitungan Laju Pengeringan 1. Laju Pengeringan 1 menit =
( ) ( )

= 2. Laju Pengeringan 2 menit = = 3. Laju Pengeringan 3 menit = = 4. Laju Pengeringan 4 menit = = 5. Laju Pengeringan 5 menit = = 6. Laju Pengeringan 10 menit = = 7. Laju Pengeringan 15 menit = = 8. Laju Pengeringan 30 menit = = 9. Laju Pengeringan 45 menit = = 10. Laju Pengeringan 60 menit = =
( ( ( ( ( ( ( ( (

= 0,1883
( ) )

= 0,0964
( ) )

= 0,0626
( ) )

= 0,0469
( ) )

= 0,0363
( ) )

= 0,0182
( ) )

= 0,0122
( ) )

= 0,0056
( ) )

= 0,0038
( ) )

= 0,0029

BAB V PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini, tujuannya adalah untuk mencari kadar air kacang kedelai yang setelah dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan oven. Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan interval waktu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 30, 45 dan 60 menit dengan menggunakan kacang kedelai yang berbeda. Setelah dikeringkan lalu dihitung kadar air dengan menggunakan moisture tester dengan tiga kali penghitungan dan dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan tersebut. Awalnya kacang kedelai sebelum dilakukan pengeringan memiliki ratarata kadar air sebesar 10,8%. Setelah itu dilakukan pengeringan sesuai dengan interval waktu yang berbeda-beda, selama 1 menit didapatkan kadar air sebesar 11,3%, lalu 2 menit kadar airnya adalah 11,57%, pada waktu 3 menit kadar airnya menjadi sebesar 11,27%, lalu pengeringan selama 4 menit kadar air masih tetap yaitu 11,27%, pada pengeringan yang dilakukan selama 5 menit kadar air kacang kedelai menurun menjadi 10,9%. Lalu selanjutnya adalah kadar air kacang kedelai setelah dilakukan proses pengeringan selama 10 menit masih tetap yaitu 10,9%. Selanjutnya pada pengeringan 15 menit, kadar air kacang kedelai menjadi naik yaitu 11,03%. Lalu proses pengeringan selama 30 menit, didapatkan kadar air kacang kedelai menjadi 10,13%. Selanjutnya adalah pengeringan kacang kedelai selama 45 menit, kadar airnya menjadi 10,47%. Terakhir adalah pengeringan selama 60 menit, didapatkan kadar air kacang kedelai menjadi 10,6%. Bila dilihat dari data kadar air yang didapatkan, tidak selalu menurun kadar airnya tetapi ada yang meningkat. Kadar air awal yaitu 10,8%, tetapi saat dikeringkan selama 1 menit menjadi naik yaitu 11,3%, itu dikarenakan jarak waktu antara perhitungan kadar air awal dengan kadar air yang dilakukan pengeringan selama 1 menit adalah jauh, jadi kacang kedelai kemasukan kadar air baik itu dari udara ataupun lain-lain. Sama halnya dengan dengan kadar air yang lainnya yang menjadi meningkat, itu dikarenakan kacang kedelai ada yang terlalu lama disimpan di luar, sehingga kadar air bisa naik lagi. Ataupun juga adalah

yaitu pengeringan bahan hasil pertanian yang tidak merata saat di oven, dan penempatannya yang kurang teratur bisa membuat kacang kedelai kurang optimal dalam proses pengeringannya. Faktor lainnya adalah saat perhitungan dengan menggunakan moisture tester yang kurang teliti, bisa saja kurang benar saat menggunakan moisture tester sehingga kadar air yang didapatkan kurang benar. Ketelitian dari mulai proses pengeringan hingga perhitungan kadar air itu harus sangat diperhatikan. Jika diperhatikan melalui grafik hubungan antara laju pengeringan (m/t) dengan waktu, ada hubungan yang sangat jelas. Bahwa semakin lamanya waktu selama proses pengeringan maka semakin kecil laju pengeringan pada bahan. Dengan kata lain bahwa kadar air memiliki hubungan berbanding terbalik dengan lamanya waktu pengeringan. Hal ini disebabkan karena dalam proses ini semakin lama waktu pengeringan, panas yang masuk ke dalam bahan pun semakin banyak, sehingga terjadi proses penguapan air pada bahan hasil pertanian tersebut. Proses penguapan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial antara bahan dan udara sekitarnya (oven). Lalu sama juga dengan hubungan kadar air dan laju pengeringan, jika kadar air bahan semakin kecil maka laju pengeringan juga menjadi kecil. Sama halnya dengan kadar air hubungannya dengan waktu pengeringan, jika data yang didapat memiliki grafik yang mengartikan tidak adanya hubungan kadar air dengan waktu. Tetapi dengan teori yang didapat bahwa lamanya proses pengeringan yang dilakukan maka kadar air suatu bahan tersebut akan berkurang, dikarenakan adanya penguapan pada air di dalam bahan kacang kedelai.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum ke-9 kali ini mengenai pengeringan bahan hasil pertanian, maka ditemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada percobaan pengeringan bahan hasil pertanian yaitu kacang kedelai, nilai kadar air yang terkandung didalamnya menurun, seiring dengan semakin lamanya waktu pengeringan. 2. Penurunan dan peningkatan kadar air pada suatu bahan pertanian dipengaruhi oleh Kadar air bahan hasi; pertanian sebelum proses pendinginan maupun pemanasan, tingkat pemanasan atau pendinginan dan Lama waktu pemanasan atau pendinginan 3. Semakin tinggi suhu pemanasan pada saat pengeringan suatu bahan hasil pertanian di dalam oven, maka kadar air yang terserap dari dalam bahan akan semakin besar sehingga kadar air basis keringnya semakin tinggi. 4. Laju pengeringan sangat berpengaruh dengan tingkatnya persentase kadar air suatu bahan hasil pertanian dan juga lamanya waktu pada saat proses pengeringan 6.2. Saran Saran yang diberikan untuk praktikum kali ini yaitu sebagai berikut: 1. Materi praktikum kali ini harus dimengerti agar tidak ada kesalahan pada saat melakukan praktikum. 2. Bahan hasil pertanian setelah beres proses pengeringan disarankan jangan terlalu lama di luar oven atau desikator karena sangat mempengaruhi hasil kadar air yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Jakart: . Penerbit Akademika Pressindo. Hariyadi, Purwiyatno. Prinsip Teknik Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan: IPB. Priyanto, Gatot. 1988. Teknik Pengawetan Pangan. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Rachmawan, obin. 2001. Pengeringan,,pendinginan dan pengemasan komoditas pertanian. Jakarta : SMK Pertanian. Rohman, Saepul. 19/12/08 at 1:21 pm. Teknologi Pengeringan Bahan Makanan. Diakses tanggal 25 November 2011 pukul 15.00 WIB

LAMPIRAN

Gambar 4. Desikator

Gambar 5. Kacang Kedelai

Gambar 6. Oven

Gambar 7. Moisture Tester

Anda mungkin juga menyukai