Anda di halaman 1dari 16

Makalah Kepemimpinan

GAYA KEPEMIMPINAN

OLEH:

AHMAD ZAKI ASMUNI B1B1 10 097

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

KATA PENGANTAR Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Kepemimpinan terkait dengan keharusan bagi setiap mahasiswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan. Dalam pembuatan makalah ini tentu penulis sangat membutuhkan referensi dan sumber yang cukup untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah Kepemimpinan atas ilmu dan bimbingan yang diberikan selama proses belajar-mengajar berlangsung dan kepada rekan-rekan mahasiswa yang juga telah bersedia memberikan bantuan dan sumbangsi pemikiran dalam proses pembuatan makalah ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi sumber dari pembahasan yang ada didalamnya maupun teknik penulisannya, olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Kendari, Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada banyak gaya kepemimpinan seperti halnya ada banyak pemimpin. Ahli bisnis dan psikolog telah mengembangkan cara yang berguna dan singkat untuk menggambarkan gaya kepemimpinan utama yang bisa membantu pemimpin beraspirasi untuk memahami dan mengadaptasi gaya dan dampak kepemimpinan mereka sendiri. Gaya kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan individu dalam memimpin maupun membawa organisasi mencapai tujuannya. Memahami gaya kepemimpinan seperti yang akan dijelaskan pada makalah ini membantu mencapai kepemimpinan ideal yang cocok bagi individu yang memimpin dan organisasi yang dipimpin.

B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah 1. Defenisi kepemimpinan 2. Defenisi gaya kepemimpinan 3. Gaya kepemimpinan serta indikator-indikatornya.

C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah kepemimpinan mengenai penjelasan gaya-gaya kepemimpinan yang ada saat ini.

BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Kepemimpinan Kepemimpinan lebih dari sekedar seperangkat keterampilan dan keahlian. Kepemimpinan mempunyai kualitas personal halus yang agak sulit dilihat, tetapi sangat berpengaruh. Pengertian kepemimpinan menurut Malayu Hasibuan, 2006:170 adalah : cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Rost, Joseph C (Triantoro Safaria, 2004:3): Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Kepemimpinan didefinisikan juga oleh Terry, George R (Kartini Kartono, 2005: 57) yaitu : kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dari beberapa pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dan merubah perilaku untuk mencapai tujuan bersama.

B. Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat (Thoha, 2003,p.303).

Menurut Hersey dan Blanchard (2004, p.114), gaya kepemimpinan terdiri dari kombinasi perilaku tugas dan perilaku hubungan. Perilaku tugas dimaksudkan sebagai kadar upaya pemimpin mengorganisasi dan menetapkan peranan anggota kelompok (pengikut); menjelaskan aktivitas setiap anggota serta

kapan,dimana, dan bagaimana cara menyelesaikannya; dicirikan dengan upaya menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi dan cara penyelesaian pekeljaan secara rinci dan jelas. Sedangkan perilaku hubungan merupakan kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi diantara mereka sendiri dan dengan para anggota kelompok mereka (pengikut) komunikasi dan menyediakan dukungan dengan membuka Iebar saluran

sosio-emosional, psikologis, dan

pemudahan perilaku. Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah perilaku yang dilakukan dan ditunjukan oleh seorang pemimpin di dalam memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap

bawahannya dengan rasa mempercayai bawahan juga memuat bagaimana cara pemimpin bekerja sama dengan bawahannya dalam mengambil keputusan,

pembagian tugas dan wewenang, bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dan bagaimana hubungan yang tercipta diantara pemimpin dan bawahannya tersebut. C. Gaya Kepemimpinan Secara relatif ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis,demokratis,laissez-faire. Kebanyakan manajer menggunakan ketiganya pada suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat dipakai untuk membedakanseorang demokratis manajer sebagai pemimpin yang otokratls,

atau Laissez-faire. Menurut White dan Lippit yang dikutip oleh

Reksohadiprojo dan Handoko (2001, p.298), mengemukakan tiga tipe kepemimpinan,yaitu antara lain:

1. Kepemimpinan Otokratis Sifat dari pemimpin yang otokratis adalah memberikan perintah-perintah yang dipaksakan dan harus dipatuhi. Tidak pernah memberikan informasi secara detail tentang rencana-rencana yang akan datang. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri. Indikatornya: a. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemlmpin. b. Teknik-teknik dan langkah-langk<ihcyang diatur oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat yang luas. c. Pemimpin biasanya mendikte setlap anggota. d. Pemimpin cenderung menjadi "pri.badi" dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi kecuali bila menunjukkan keahliannya. 2. Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efesien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Indikatornya yaitu: a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari kelomp'ok. kelompok aktif tugas kerja bagian dan kerja bersama

b. Kgiatan-kgiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan klompok dibuat dan bila dibutuhkan ptunjuk-petunjuk teknis,pmimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih. c. Para anggota bebas bkerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok. d. Pemimpin adalah objektif atau "fack-mainded"dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerja .

3. Kepemimpinan Laissez-faire Tipe kepemimpinan laisser faire praktis tidak memimpin. Dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Pemimpin laisser faire biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. Indikatornya yaitu: a. kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi minimal dari pemimpin b. bahan-bahan yang bermacam-n;acam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dari diskusi kerja. c. Sarna sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas. d. Kadang-kadang memberi komentar sponsor terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian. Dan gaya-gaya kepemimpinan lain, yaitu:

4. Kepemimpinan Kharismatis Kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership): Kharisma diartikan

keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu. Pemimpin kharismatik menampilkan ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas. b. Mengkomunikasikan visi itu secara efektif. c. Mendemontrasikan konsistensi dan focus

d. Mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya. Gaya pemimpin ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan dapat dipercaya. Memiliki inspirasi, keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.

5. Kepemimpinan Birokrasi Pemimpin birokratis bekerja berdasarkan aturan, memastikan staf mereka mengikuti prosedur secara tepat. Ini adalah gaya yang sangat tepat dalam melibatkan resiko keamanan yang serius (seperti mengoperasikan mesin, dengan substansi beracun atau pada ketinggian) atau dimana ada sejumlah uang yang besar terlibat (seperti penanganan uang kas). Kepemimpinan birokrasi barangkali dapat didefiniskan sebagai suatu proses mempengaruhi para pegawai untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan mengarahkan organisasi agar lebih kompak dan kondusif, dengan cara menerapkan konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan pengertian ini, seorang atasan yang hanya menggunakan kewenangan

untuk menyelesaikan tugas dan tujuan tertentu belum dapat disebut pemimpin, tetapi hanya sekedar pimpinan. Pemimpin mampu untuk mempengaruhi para pegawai untuk mencapai tujuan, sementara pimpinan hanya mampu memberikan perintah. 10 (sepuluh) karakteristik kepemimpinan birokrasi dalam lingkup organisasi pemerintahan sebagai berikut: (1) Berdasarkan transaksi: Kepemimpinan birokrasi bertindak atas dasar transaksi atau pertukaran antara jabatan dan kinerja, gaji dan pekerjaan, kerja keras dan bonus,dsb. (2) Kejelasan aturan: Pedoman dan aturan pelaksanaan tugas dan pekerjaan disusun secara jelas dan ditetapkan untuk ditaati oleh setiap pegawai. (3) Orientasi pada pengawasan: Mengawasi dan memantau tugas dan pekerjaan secara ketat dalam rangka mencapai tujuan jangka pendek. (4) Anti perubahan: Menolak setiap perubahan yang berasal dari luar sistem organisasi karena khawatir akan merusak tatanan kelembagaan yang telah ditetapkan. (5) Orientasi pada jabatan dan kekuasaan: Mengembangkan budaya kekuasaan, loyalitas pada atasan, hierarki hubungan atasan-bawahan, dan komunikasi bottom-up (6) Fokus pada pekerjaan: Mengarahkan pegawai untuk fokus pada penyelesaian tugas dan pekerjaan, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri. (7) Kewenangan atasan mutlak: Tidak ada pemberdayaan pegawai karena kewenangan untuk mengambil keputusan pada pimpinan. (8) Pemasungan kreatifitas pegawai. Pegawai diatur dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan, sehingga mereka tidak dapat mengembangkan kreatifitas dan inovasi. (9) Individualitas kerja: Kerja sama antar pegawai tidak dianjurkan, sehingga muncul persaingan tak-sehat dan saling curiga-mencurigai di antara mereka.

(10)

Disharmoni organisasi: Hierarki kekuasaan, formalitas hubungan, bottom-up, dan absennya kerjasama antara pegawai

komunikasi

mengakibatkan ketidak-kondusifan organisasi.

6. Kepemimpinan yang Berorientasi Tugas Kepemimpinan yang sangat berorientasi tugas berfokus hanya pada menyelesaikan pekerjaan, dan bisa jadi sangat otokratis. Ia akan secara aktif mendefinisikan tugas dan peran yang diperlukan, menempatkan struktur, merencanakan, mengorganisir dan memonitor. Namun demikian, seorang pemimpin berorientasi tugas tidak banyak meluangkan waktu untuk kesejahteraan tim, pendekatan ini bisa mengalami banyak kelemahan yang ada pada kepemimpinan otokratis, dengan kesulitan untuk memotivasi dan

mempertahankan staf. Dalam gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya agar bekerja sesuai dengan yang diharapkan manajer. Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini lebih mengutamakan keberhasilan dari pekerjaan yang hendak dicapai daripada perkembangan kemampuan bawahannya.

7. Kepemimpinan Berorientasi Orang atau Hubungan Gaya kepemimpinan ini adalah kebalikan dari kepemimpinan berorientasi tugas: pemimpin secara total berfokus pada mengorganisir, mendukung, dan mengembangkan orang dibawah kepemimpinannya. Sebuah gaya partisipatif, yang cenderung mengarah pada kerja tim yang baik dan kolaborasi yang kreatif.Dalam praktek, kebanyakan pemimpin menggunakan kepemimpinan berorientasi tugas maupun orang.
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja:

Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi pekerjanya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan pekerjanya dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut tugas. Dengan demikian hubungan pimpinan dan bawahan dapat menjadi akrab, saling percaya dan saling menghargai. 8. Gaya Kepemimpinan Servant (Pemimpin yangMelayani) Istilah ini dicetuskan oleh Robert Greenleaf di tahun 1970an, yang menggambarkan seorang pemimpin yang umumnya tidak dianggap secara formal sebagai pemimpin. Ketika seseorang, di setiap level organisasi, memimpin dengan memenuhi kebutuhan timnya, dinamakan sebagai pemimpin yang melayani. Dalam banyak hal, kepemimpinan pelayan adalah bentuk dari kepemimpinan demokratis, karena seluruh tim cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendukung dari model kepemimpinan pelayan mengatakan hal ini adalah cara yang penting untuk maju dalam dunia dimana nilai semakin penting, dimana pemimpin pelayan mencapai kekuatan sebagai dasar dari nilai dan idealisme mereka. Yang lain percaya bahwa dalam situasi kepemimpinan yang kompetitif, orang yang mempraktekkan kepemimpinan pelayan akan sering tertinggal dengan gaya kepemimpinan yang lain. Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) memiliki 5 aspek utama: Aspek pertama: Merendahkan diri dengan sadar Sejumlah perilaku yang secara sadar dilakukan seorang pemimpin menunjukkan konsep dirinya (menjadi seorang pelayan) dan juga sikap dan intensinya (melakukan tindakan pelayanan) dalam menempatkan orang lain lebih dahulu sebelum dirinya. Aspek kedua : Diri Yang Otentik Perilaku pemimpin yang mengindikasikan posisi dirinya yang otentik dalam hubungannya dengan orang lain, yang dikarakteristikan melalui

kerendahan hati, perlindungan, integritas, diri yang mudah diserang dan akuntabilitas. Aspek ketiga: Spiritualitas Transenden Perilaku para pemimpin yang memanifestasikan suatu keyakinan yang mendasar bahwa sesuatu atau seseorang yang mengatasi diri dan dunia materi itu eksis dan membuat kehidupan ini penuh makna Aspek keempat: Moralitas Perilaku para pemimpin yang mengangkat perilaku moral dan etis para pemimpin dan pekerja Aspek kelima: Hubungan Persekutuan Perilaku pemimpin yang memupuk keiklasan, kedalaman dan hubungan yang langgeng dengan karyawan melalui penerimaan yang tanpa syarat, peneriman, keseimbangan, kebergunaan, kolaborasi. . 9. Gaya Kepemimpinan Transaksional Gaya kepemimpinan ini dimulai dari pemikiran bahwa anggota tim setuju untuk mengikuti pemimpin mereka dengan total ketika mereka melakukan pekerjaan: transaksinya umumnya adalah perusahaan memberikan imbalan pada anggota tim atas upaya dan ketaatan mereka. Anda memiliki hak untuk menghukum anggota tim bila pekerjaan mereka tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Anggota tim hanya bisa sedikit memperbaiki kepuasan kerja dibawah kepemimpinan transaksional. Pemimpin dapat memberikan anggota tim beberapa kendali atas pendapatan/imbalan mereka dengan menggunakan insentif yang mendorong standar lebih tinggi yang mendorong standar yang lebih tinggi atau produktifitas yang lebih besar. Alternatifnya seorang pemimpin transaksional bisa

mempraktekkan manajemen berdasarkan pengecualian. Di mana ketimbang memberi imbalan atas pekerjaan yang dilakukan lebih baik, ia bisa melakukan langkah perbaikan jika standar yang diminta tidak dipenuhi. Kepemimpinan transaksional sebenarnya adalah cara mengelola gaya kepemimpinan yang sebenarnya ketika fokusnya adalah pada tugas jangka pendek. Kepemimpinan ini memiliki keterbatasan serius bagi pekerjaan yang berbasis pengetahuan atau kreatif, tetapi tetap merupakan gaya yang biasa dalam banyak perusahaan.

10. Gaya Kepemimpinan Transformasional Seseorang dengan gaya kepemimpinan ini adalah seorang pemimpin nyata yang menginspirasi timnya secara konstan dengan visi masa depan bersama. Mereka tidak serta merta memimpin di depan, karena mereka cenderung mendelegasikan kewajiban pada tim. Walaupun antusiasme mereka seringkali menular, mereka umumnya butuh dukungan dari orang-orang detil Di banyak organisasi, baik kepemimpinan transaksional maupun transformasional sama-sama dibutuhkan. Pemimpin transaksional memastikan pemimpin dan manajer bahwa pekerjaan rutin dikerjakan dengan handal, sedangkan pemimpin transformasional mencari inisiatif bernilai tambah. Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan dominant yang diajarkan dalam :program kepemimpinan Bagaimana Memimpin: Menemukan Pemimpin dalam Diri Anda. , walaupun kami juga merekomendasikan untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang lain berdasarkan tuntutan situasi. Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang dikenal sebutan 4 I, yaitu : idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individual consideration. 1. Idealized influence: pemimpin atau manajer merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi karyawannya, dipercaya, dihormati

dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan organisasi. 2. Inspirational motivation: pemimpin atau manajer dapat memotivasi seluruh karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. 3. Intellectual Stimulation: pemimpin atau manajer dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan karyawannya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik. 4. Individual consideration: pemimpin atau manajer dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi para karyawannya.. Sejauhmana pemimpin dikatakan sebagai pemimpin transformasional, Bass (1990) dan Koh, dkk. (1995) mengemukakan bahwa hal tersebut dapat diukur dalam hubungan dengan pengaruh pemimpin tersebut berhadapan karyawan. Oleh karena itu, Bass (1990) mengemukakan ada tiga cara seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan: 1. mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha; 2. mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok; dan 3. meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.

11. Gaya Kepemimpinan Paternalistis Dan Maternalistis Gaya paternalitis selalu menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa. Terlalu bersikap melindungi dan jarang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil keputusan sendiri. Sedangkan

untuk kepemimpinan tipe maternalitis memiliki ciri yang hampir mirip dengan paternalistis. Namun yang membedakan adalah sikap terlalu melindungi yang lebih menonjol, disertai dengan kasih sayang yang berlebihan.

12. Gaya Militeristis Perlu dipahami bahwa gaya kepemimpinan militeristis itu berbeda dengan kepemimpinan organisasi militer. Sifat dari pemimpin yang militeristis antara lain lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap bawahannya dan seringkali kurang bijaksana. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan. Menyenangi formalitas, menuntut adanya disiplin keras dan komunikasi yang berlangsung searah juga merupakan sifat dari pemimpin militeristis.

13. Gaya Populistis Kepemimpinan populistis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan luar negeri. 14. Gaya Administratif Gaya kepemimpinan ini mampu menyelenggarakan tugas-tugas administratif secara efektif. Sedangkan para pemimpinnya terdiri dari para teknorat dan para administrator pembangunan. yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Bahwa Kepemimpinan merupakan suatu bentuk hubungan sekelompok orang, hubungan antara yang memimpin dengan yang dipimpin, di mana hubungan tersebut mencerminkan seseorang atau sekelompok orang berperilaku karena akibat adanya kewibawaan/kekuasaan yang ada pada orang yang memimpin. Dalam hal ini orang yang memimpin lebih banyak mempengaruhi dari pada dipengaruhi.. 2. Bahwa gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi pemimpin dalam membawa organisasi mencapai tujuan-tujuannya. 3. Gaya kepemimpinan tiap pemimpin berbeda sesuai dengan karakter dan situasi yang di hadapi. B. Saran Mengingat makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari teknik penulisan maupun isi pembahasan yang ada di dalamnya, maka penulis mengharapkan masukkan yang sifatnya membangun dari para pembaca demi penyempurnaan dari makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai