Anda di halaman 1dari 21

BAB VII

JATUH

TUJUAN BELAJAR TUJUAN KOGNITIF Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka anda sudah akan dapat : 1. Mengetahui faktor risiko jatuh pada lansia 1.1. Menyebutkan faktor intrinsik dan ekstrinsik jatuh pada lansia 1.2. Menjelaskan perubahan pola berjalan pada lansia 1.3. Menyebutkan gangguan gaya berjalan yang sering terjadi pada lansia 2. Mengetahui komplikasi jatuh 3. Mengetahui pencegahan jatuh 3.1. Mengidentifikasi faktor penyebab jatuh 3.2. Menilai keseimbangan dan pola berjalan lansia 4. Mengetahui pendekatan diagnostik dan penatalaksanaan jatuh TUJUAN AFEKTIF Setelah membaca bab ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda sudah akan dapat : 1. Mencegah terjadinya jatuh pada lansia 2. Mencegah komplikasi jatuh agar tidak bertambah parah 3. Menunjukkan perhatian yang lebih dalam penatalaksanaan jatuh pada lansia

I.

PENDAHULUAN

Definisi
atuh didefinisikan sebagai a person coming to rest on the ground or another lower level or !to become no longer supported and drop suddenly atau dengan kata lain suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melibatkan suatu kejadian yang dapat menyebabkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka "#euben, 1$$%&. Sebaliknya, gangguan berjalan "gait disorders& adalah !A slowing of gait speed or a deviation in smoothness, symmetry, or synchrony of body movement ', penurunan kecepatan berjalan atau berkurangnya kehalusan gerakan, simetris dan kesatuan gerakan tubuh. adi, dapat dikatakan berjalan, berdiri dari kursi, berputar dan mencondongkan badan sangat penting untuk pergerakan tubuh seseorang. (ecepatan berjalan, )aktu bangkit dari kursi dan kemampuan untuk melakukan tandem stance "satu kaki di depan kaki lainnya& merupakan cerminan kemampuan pasien untuk melakukan fungsi hariannya, seperti belanja, jalan*jalan dan memasak, juga bisa digunakan sebagai prediktor di rumah kepera)atan dan kematian dari pasien itu sendiri.

Insidens
Menurut hasil sur+ei ang dilakukan di masyarakat ,S, -inetti "1$$2&, terdapat sekitar 3./ lansia berumur lebih dari %0 tahun jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang kali. 1ada tahun 2..3, 1.2 juta lansia berusia diatas %0 tahun dilarikan ke 345 karena jatuh dan lebih dari 421.... dari jumlah tersebut harus dira)at di rumah sakit "656 2..0&. #euben dkk "1$$%& mendapatkan insiden jatuh di masyarakat ,S pada umur lebih dari %0 tahun berkisar 173 populasi lansia setiap tahun, dengan rata*rata jatuh .,%7orang. 8nsiden di rumah*rumah pera)atan "nursing home& 3 kali lebih banyak "-inetti, 1$$2&. 9ima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan pera)atan di rumah sakit. umlah lansia yang dira)at di rumah sakit karena luka akibat jatuh berjumlah 0 kali lebih besar dibandingkan luka lainnya. 1ada tahun 2..2, 13.... lansia berusia diatas %0 tahun meninggal karena komplikasi jatuh "656 2..4&. 2.*3./ dari lansia yang jatuh di ,S mengalami luka sedang sampai berat seperti fraktur collum femoris dan trauma kepala. atuh pada lansia menyebabkan meningkatnya insidens -raumatic :rain 8njury "-:8& yang fatal. ,ntara 1$2$ ; 1$$2, insidens jatuh yang menyebabkan kematian karena -:8 pada lansia dengan umur rata ; rata 2. tahun meningkat sebanyak %./. (ane dkk "1$$4& menyimpulkan dari sur+ei masyarakat ,S bah)a 173 lansia umur lebih dari %0 tahun menderita jatuh tiap tahunnya dan sekitar 174. memerlukan pera)atan di rumah sakit. Sedangkan di rumah*rumah pera)atan berkisar 0./ penghuninya mengalami jatuh dengan akibat antara 1.*20/ *nya memerlukan pera)atan di rumah sakit. uga didapati 0./ pasien jatuh tidak bisa bangkit sendiri, sehingga meningkatkan resiko dehidrasi, peptic ulcerasi, rhabdomyolisis, pneumonia

dan hipotermia. 1ada tahun 1$$<, 1.0 juta lansia berumur %0 tinggal di rumah ; rumah pera)atan, sekitar <0/ dari jumlah ini mengalami jatuh. 1. ; 2./ dari jumlah ini mengalami cedera berat dan 2 ; %/ mengalami fraktur. Sekitar 12.. insidens jatuh yang fatal dialami oleh para lansia di ,S setiap tahun "#ubenstein 1$$2&. 1ara lansia yang pernah jatuh mempunyai kecenderungan untuk mengalami jatuh berulang 2 ; 3 kali "=nglander 1$$%&. #ata ; rata insidens jatuh berkisar 2.% kali per lansia setiap tahun "#ubenstein 1$$.&. 3*0/ dari jumlah lansia yang jatuh mengalami fraktur, berdasarkan sensus 2... di ,S maka terjadi 3%..... ; 42..... kasus fraktur yang disebabkan jatuh. >raktur collum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada lansia, sebagian besar )anita. umlah lansia diatas umur %0 tahun yang dira)at di #umah Sakit meningkat dari 23..... pada tahun 1$22 menjadi 332.... pada tahun 1$$$. umlah ini diperkirakan akan menjadi 0...... pada tahun 2.4.. 5iestimasikan 0/ lansia yang jatuh akan mengalami fraktur collum femoris, 1/ akan mengalami fraktur tulang lain seperti iga, humerus, pel+is dan lain*lain, 0/ akan mengalami perlukaan jaringan lunak. 1erlukaan jaringan lunak yang serius seperti subdural hematom, hemartroses, memar dan keseleo juga sering merupakan komplikasi akibat jatuh "(ane et al, 1$$4&. atuh sendiri dilaporkan berada di posisi puncak untuk kematian yang bersifat tiba*tiba dan menempati posisi ke < resiko kematian pada lansia berusia di atas %0 tahun. 1ada tahun 1$$4, ongkos pera)atan paska jatuh mencapai ?2<,3 milyar, dan diproyeksikan mencapai ?43.2 milyar pada tahun 2.2. "=nglander 1$$%&. Sebuah penelitian tahun 1$$4 di ,S menyatakan ongkos pera)atan fraktur karena osteoporosis akan meningkat menjadi ?%1.2 milyar dalam 1. tahun. :eberapa penelitian telah membuktikan bah)a lansia )anita lebih sering jatuh dan disertai dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding lansia laki*laki. @al ini disebabkan lansia )anita cenderung menderita osteoporosis dan lebih menyukai hidup sendiri. 9ansia yang sehat juga mempunyai resiko lebih tinggi dibanding lansia yang lemah atau cacat untuk terjadinya fraktur dan perlukaan akibat jatuh. #isiko untuk terjadinya perlukaan akibat jatuh merupakan efek gabungan dari penurunan respon perlindungan diri ketika jatuh dan besar kekuatan terbantingnya "#euben, 1$$%&. (ematian akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain misalnya serangan jantung mendadak "-inetti, 1$$2&. II. FAKTOR RISIKO Seiring dengan peningkatan usia, jenis kelamin, dan jenis penyakit yang berhubungan dengan meningkatnya angka kejadian gangguan berjalan dan jatuh. 8nteraksi kompleks dari faktor pribadi (personal) dan lingkungan (environmental) menyebabkan resiko jatuh pada lansia, sebagai contoh, sebuah penelitian di ,S menunjukkan lansia dengan satu faktor resiko mempunyai kecenderungan jatuh 2</, sedangkan lansia dengan empat faktor resiko atau lebih mempunyai kecenderungan jatuh <2/.

,gar kita dapat lebih memahami faktor penyebab gangguan berjalan dan jatuh, harus dimengerti bah)a stabilitas badan ditentukan oleh : 1. Sistem Sensorik Aang berperan di dalamnya adalah +isus "tajam penglihatan&, pendengaran, fungsi +estibuler dan propioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Bertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi +estibuler akibat proses menua. Ceuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi propioseptif "-inetti, 1$$2&. 2. Sistem Saraf 1usat SS1 akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. 1enyakit SS1 seperti stroke, 1arkinson, normotensif hidrocephalus sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SS1 sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik "-inetti, 1$$2&. 3. Sistem Muskuloskeletal >aktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar*benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. 4angguan sistem muskuloskeletal menyebabkan gangguan berjalan dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis maupun penyakit tertentu. 1embagian faktor resiko jatuh dibagi menjadi empat, yaitu : biologis dan medis, tingkah laku "beha+iour&, lingkungan dan sosial ekonomi "6ochrane 2..0&. Camun pembagian lain faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu: "(ane, 1$$4& 1. Faktor Intrinsik 1.1 Gangguan istem araf !usat ( !) Stroke dan -8, yang mengakibatkan hemiparese sering menyebabkan jatuh pada lansia. 8nsufisiensi arteri +ertebral juga menyebabkan syncope dan jatuh. yncope dan jatuh pada insufisiensi arteri +ertebral terjadi ketika lansia melihat ke atas dan ke salah satu sisi atau mengambil suatu benda yang lebih tinggi. (ondisi ini cenderung terjadi pada lansia dengan ser+ikal spondilosis. =pilepsi merupakan kasus yang jarang menyebabkan jatuh pada lansia. (arena epilepsi juga merupakan salah satu faktor penyebab jatuh, maka kemungkinan jatuh akibat epilepsi harus diperhatikan. Camun sebuah penelitian di 3( menunjukkan jumlah kasus epilepsi pada lansia meningkat dibandingkan pada anak ; anak "-he 9ancet 1$$2& atuh juga merupakan hal yang umum pada lansia yang menderita penyakit 1arkinson. 1enyakit 1arkinson adalah penyakit neurologis kronis yang mengenai ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamin dari substansia nigra ke globus pallidus.

4ejala khas penyakit 1arkinson antara lain : 1. -remor se)aktu istirahat "resting tremor&. 2. #igiditas. 3. :radikinesia atau kelambanan pergerakan. 4. 8nstabilitas postural. 4ejala lain yang mungkin didapat : 1. Suara atau cara berbicara menjadi monoton, +olumenya rendah dan terputus*putus. 2. Sekresi air liur yang berlebihan "sialorrhea&. 3. 5isfungsi otonom seperti berkeringat berlebihan, inkontinensia, hipotensi ortostatik. @al ini mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara progresif neuron di ganglia simpatik. 4. -ulisan tangan menjadi kecil dan rapat. 0. -anda Meyerson positif, yaitu kedua mata berkedip*kedip bila dilakukan pengetukan di atas pangkal hidung. Cormotensif hidrocephalus menyebabkan ataDia dini dan terlihat dalam trias khusus yaitu gangguan berjalan, demensia, dan inkotinensia. 4angguan berjalan tersebut berbentuk gangguan berjalan magnetik dengan langkah yang pendek, kontrol keseimbangan berkurang dan kesulitan untuk berputar, sehingga menyebabkan jatuh pada lansia. 1.".Gangguan istem ensori# (atarak, glaukoma, degenerasi makular, gangguan +isus pasca stroke dan retinopati diabetika meningkat sesuai dengan umur. =ntropion, ektropion atau epifora yang menyebabkan gangguan penglihatan juga meningkatkan insiden jatuh. Ealaupun gangguan penglihatan meningkatkan insiden jatuh tetapi kebutaan tidak meningkatkan insiden tersebut. Ealaupun +ertigo sering ditemukan pada lansia tetapi tidak sering menyebabkan jatuh pada lansia. Bertigo sering terjadi bersamaan dengan nistagmus. :erdasarkan etiologinya +ertigo dibagi menjadi +ertigo tipe perifer dan +ertigo tipe sentral. Bertigo tipe perifer terjadi akibat gangguan pada sistem +estibuler atau auditorius seperti pada penyakit positional vertigo, labyrintitis dan $eniere%s disease. Bertigo tipe sentral dihubungkan dengan gangguan pada otak. 3ntuk mengetahui +ertigo tipe sentral diperlukan 6-*Scan kepala untuk mendiagnosa pasti. 1.& Gangguan istem $us#ulos#eletal (elemahan otot dan penurunan akti+itas fisik terutama pada bagian ba)ah tubuh meningkatkan insidens jatuh 4 ; 0 kali pada lansia. 5emikian hasil penelitian ,merican 4eriatrics Society, :ritish 4eriatrics Society annd ,merican ,cademy of Frthopaedic Surgeons. 1enyakit kronis seperti osteoarthritis juga meningkatkan insidens jatuh 2,4 kali "66@S 2..3&. (elainan pada kaki seperti kuku yang tebal, kalus, bunion dan deformitas kaki merupakan penyebab jatuh yang kurang diperhatikan.

1.'.Gangguan istem (ardiovas#ular 8nsiden gagal jantung kongestif dan infark miokard meningkat sesuai dengan umur. @ipertensi dan kardia aritmia juga sering ditemukan pada lansia. 4angguan sistem kardio+askuler akan menyebabkan syncope, syncope;lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Menurut penelitian 4ordon dkk, 12 dari 3< lansia yang menderita kardia aritmia mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk jatuh. !ostural hypotension yang harus dicurigai ketika lansia pusing bila melakukan perubahan posisi secara mendadak seperti mendadak bangun dari tempat tidur atau kursi. !ostprandial syncope yang berhubungan dengan transient hypotension, sering dijumpai lansia setelah makan atau buang air besar. 5alam hal ini meningkatkan risiko jatuh lansia di kamar mandi. 1.).Gangguan $etabolisme Aang paling sering menyebabkan jatuh akibat gangguan metabolisme adalah dehidrasi. 5ehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan. Manifestasi klinis yang tampak adalah syncope atau postural hypotension )alaupun kadang drop attac#s dan +ertigo dapat terjadi. 1.* +emensia dan +epresi 1re+alensi demensia meningkat pada populasi lansia dengan umur %0 tahun ke atas dan meningkat tajam setelah umur <0 tahun. 9ansia dengan demensia menunjukkan persepsi yang salah terhadap bahaya lingkungan, terganggunya keseimbangan tubuh dan apraDia, sehingga insiden jatuh meningkat. 5epresi atau keadaan pseudodemensia juga umum terdapat pada lansia dengan pre+alensi 1./ pada lansia di kota besar. 1eningkatan insiden jatuh pada lansia dengan depresi disebabkan kurangnya ke)aspadaan terhadap faktor lingkungan, keinginan untuk melukai diri dan gangguan kesehatan secara umum. 9ansia dengan gangguan kognitif karena demensia dan depresi mempunyai kecenderungan jatuh 1,2 kali lebih besar "-he #and&. 1.,.!ola !i#ir dan (onsentrasi #i)ayat jatuh dahulu pada lansia dapat meramalkan kemungkinan berulangnya kembali insidens jatuh. 1erasaan takut dan ketidakberdayaan akan menyebabkan lansia membatasi akti+itasnya, hal ini menurunkan kualitas hidup lansia dan menyebabkan penurunan fisik yang lebih hebat sehingga meningkatkan resiko jatuh "(leinfield 2..3&. #asa takut jatuh (fear of falling) adalah rasa takut paling besar pada lansia. :eberapa perasaan lainnya seperti, rasa malu, takut dimasukkan ke panti )erdha, ketidaksanggupan untuk berdiri setelah jatuh, kehilangan kebebasan. Sebuah penelitian di Aale 3ni+ersity ,S, menyatakan bah)a lansia yang berhenti untuk berbicara ketika sedang berjalan mempunyai resiko lebih besar untuk jatuh. @al ini berhubungan dengan terbaginya konsentrasi lansia ketika sedang berjalan "-inetti 2..2&. 1.-.Gangguan Gaya .er/alan Salah satu bentuk aplikasi fungsional dari gerak tubuh adalah pola jalan. (eseimbangan, kekuatan dan fleksibilitas diperlukan untuk mempertahankan postur tubuh yang baik. (etiga elemen itu merupakan dasar untuk me)ujudkan pola jalan yang baik setiap indi+idu.

4angguan gaya berjalan dapat disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. @al yang perlu diperhatikan dalam pergerakan normal adalah : 1. 1enyokong anti gra+itasi pada posisi tegak, kontrol keseimbangan dan pergerakan melangkah ke depan. 2. -egak : pusat gra+itasi berada di +ertebra sakral 2 anterosuperior 3. 1osisi tegak membutuhkan sedikit energi untuk menjaga keseimbangan saat berdiri. Stabilitas mekanik dipertahankan sepanjang jalur gra+itasi yang mele)ati dasar penyangga di antara kedua kaki.

Figure 1 -he Cormal 4ait 6ycle. >igure taken from NEJ , 1$$.. Mekanisme pergerakan maju antara lain : 1. :erhubungan dengan fiksasi dan ele+asi dari pel+is oleh otot abduktor paha. 2. :adan dimiringkan ke depan. 3. (aki yang berayun dan fleksi serta panggul sedikit berputar keluar, lutut fleksi dan kaki dorso fleksi. 4. -umit menyentuh lantai. 0. #otasi eksternal dan dorsofleksi tungkai yang bergeser ke pusat gra+itasi di depan. %. #otasi lengan dan bahu berguna untuk keseimbangan gerakan pel+is dan ekstremitas ba)ah. 5alam pola jalan lansia ada beberapa perubahan yang mungkin terjadi, diantaranya sebagai berikut : 1. (ecepatan berjalan tetap stabil sampai umur <. tahun, kemudian dalam tiap dekade menurun, kecepatannya menurun 10/ untuk kecepatan berjalan biasa dan 2./ untuk kecepatan berjalan maksimal. 3niknya, dari penelitian tidak didapati adanya perubahan cadence "ritme berjalan& )alaupun menurun kecepatan iramanya. 2. 1eningkatan )aktu fase berdiri dengan dua kaki "double stance phase& sehingga menurunkan momentum pada fase mengayun kaki dan berakibat langkah menjadi lebih pendek. 3. :erjalan dengan ibu jari kaki de+iasi ke arah lateral sekitar 0/. Merupakan adaptasi tubuh agar didapati keseimbangan lateral atau dicurigai adanya kelemahan pada otot panggul yang bertugas melakukan rotasi interna.

4. 1ergerakan sendi berubah seiring dengan umur, contohnya ,nkle plantar fleksor yang menurun )alaupun kemampuan maksimal dari ankle plantar dorsofleksi tidak berubah. 0. 1anjang langkah berkurang pada orang tua, mungkin otot betis pada lansia yang berkurang kekuatannya dan tidak bisa menghasilkan plantar fleksi yang optimal, bisa juga disebabkan karena berkurangnya keseimbangan dan kontrol tubuh yang jelek pada fase single stance. :isa juga karena rasa aman yang didapat ketika berjalan dengan langkah pendek. %. Sedikit adanya rigiditas pada anggota gerak, terutama anggota gerak atas lebih dari anggota gerak ba)ah. #igiditas akan hilang apabila tubuh bergerak. <. 4erakan otomatis menurun, amplitude dan kecepatan berkurang, seperti hilangnya ayunan tangan saat berjalan. 2. 1enurunan rotasi badan, terjadi karena efek sekunder kekakuan sendi. $. 1enurunan ayunan tungkai saat fase mengayun. 1.. 1enurunan sudut antara tumit dan lantai, itu mungkin disebabkan lemahnya fleksibilitas plantar fleksor. 4angguan gaya berjalan yang terjadi akibat proses menua dapat disebabkan antara lain : 1. (ekakuan jaringan penghubung. 2. :erkurangnya massa otot. 3. 1erlambatan konduksi saraf. 4. 1enurunan +isus atau lapang pandang. 0. (erusakan propioseptif 2. Faktor Ekstrinsik ".1.0a#tor 1ing#ungan >aktor*faktor dari lingkungan yang sering dihubungkan dengan jatuh pada lansia antara lain : 1. ,lat*alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di ba)ah. 2. -empat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan licin. 3. -empat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang. 4. 9antai tidak datar, licin atau menurun. 0. (arpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal7menekuk pinggirnya, dan benda*benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser. %. 9antai licin atau basah. <. 1enerangan yang tidak baik "kurang atau menyilaukan&. 2. ,lat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya. Sekitar 1. / lansia jatuh di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung atau menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau tidak rata dan penerangan ruang yang kurang. 1ada rumah ; rumah pera)atan dan rumah sakit, insidens jatuh paling sering disebabkan tempat tidur dan tempat duduk yang terlalu tinggi, lantai yang licin dan kurangnya penerangan yang baik. :anyak lansia jatuh ketika ingin bangun dari tempat

tidur. @al ini selain disebabkan faktor intrinsik, juga disebabkan karena struktur dari tempat tidur tersebut, contoh : lansia kesulitan untuk memijak tanah apabila hendak bangun dari tempat tidur. @al ini dapat menjelaskan mengapa banyak sekali insidens jatuh di sekitar tempat tidur "=nglander 1$$%&. ".".0a#tor ituasional Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktifitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga dan mengganti posisi. @anya sedikit sekali jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktifitas berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat. atuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. atuh juga sering terjadi pada lansia yang immobile "jarang bergerak& ketika tiba*tiba ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan. ".&.2bat3obatan 9ansia tidak hanya rentan terhadap penyakit tetapi rentan juga terhadap penggunaan obat*obatan, intoksikasi obat dan interaksi obat yang sering terjadi pada lansia dengan umur di atas %0 tahun. (adar obat dalam serum tidak stabil karena perubahan farmakokinetik akibat proses menua dan penyakit juga sering menyebabkan intoksikasi obat pada lansia. Fbat*obatan juga meningkatkan insiden jatuh terutama obat*obatan yang menyebabkan somnolen "obat hipnotik&, postural hypotension "diuretik, nitrat, obat antihipertensi dan antidepresan trisiklik& dan kebingungan "simetidine dan digitalis&. 9ansia juga sering melakukan kesalahan dalam penggunaan obat. @al ini terutama terjadi pada lansia dengan 3 atau lebih obat*obatan yang diberikan oleh dokter.

2.4.Cutrisi dan ,lkohol Ealaupun belum banyak penelitian tentang hubungan langsung nutrisi dan jatuh, namun diet yang inadekuat akan menyebabkan berkurangnya massa otot, berkurangnya densitas tulang dan gangguan keseimbangan. @al ini menyebabkan kelemahan, sehingga lansia makin rentan terhadap jatuh. 5efisiensi +itamin 5 dan 6alcium akan menyebabkan peningkatan insidens fraktur yang timbul sesudah jatuh "6ochrane 2..0&. 8ntake alkohol yang berlebihan ; lebih dari 14 gelas per minggu ; akan meningkatkan insidens jatuh pada lansia. ,lkohol juga berinteraksi dengan obat ; obatan tertentu yang akan menurunkan ke)aspadaan dan gangguan keseimbangan.

III. KO PLIKASI atuh pada lansia menimbulkan komplikasi*komplikasi seperti di ba)ah ini : "(ane, 1$$4& 1. 1erlukaan "in/ury& #usaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot. 1atah tulang "fraktur& seperti fraktur pel+is, collum femoris, humerus, lengan ba)ah, tungkai ba)ah dan lain*lain. @ematom subdural. 2. 1era)atan rumah sakit (omplikasi akibat tidak dapat bergerak "imobilisasi&. 3. 5isabilitas 1enurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik. 1enurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak. 4. #isiko untuk dimasukkan dalam rumah pera)atan "nursing home&. 0. -rauma berupa rasa takut jatuh lagi (fear of falling) %. Mati. IV. PEN!EGAHAN 3saha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. 3saha untuk pencegahan jatuh antara lain : A. Iden"ifi#$si d$n Edu#$si f$#"%r &en'e($( Menemui*kenali faktor risiko baik intrinsik maupun ekstrinsik merupakan target pengelolaan atau target inter+ensi. 8dentifikasi faktor tersebut merupakan bagian dari pemeriksaan fisik yang lengkap, termasuk anamnesis sistem. >aktor risiko yang ditemukan diinformasikan kepada pasien dan keluarganya sebaik*baiknya, untuk kemudian diupayakan dimodifikasi dan inter+ensi spesifik, misalnya melarang langsung berdiri atau berjalan segera setelah makan untuk mencegah hipotensi setelah makanG pasien dengan hipotensi persisten sebaiknya tidur dengan ele+asi kepalaG tinggi kursi sedemikian rupa sehingga kaki menyentuh lantai dengan lutut membentuk sudut $.H. 1asien harus mengenakan sepatu yang pas, tidak licin dan tidak menimbulkan friksi. 1ara lansia dan keluarga mereka haruslah mempunyai pengetahuan dan penjelasan yang memadai mengenai penyebab jatuh, faktor ; faktor resiko jatuh dan cara ; cara pencegahan apa saja yang dapat mereka lakukan. 5i ,S digunakan suatu daftar untuk mengidentifikasi faktor resiko (0alls creening 4ool& apa saja yang bisa menyebabkan jatuh sehingga hal tersebut bisa dimodifikasi. 1ara staf di rumah ; rumah pera)atan dan rumah sakit haruslah terlatih untuk memberi latihan ; latihan untuk memperbaiki keseimbangan dan kekuatan para lansia. Mereka juga harus dibekali cara ; cara memindahkan lansia "transferring&.

,da beberapa macam test untuk pencegahan jatuh, seperti : 5omputeri6ed +ynamic !osturography (5+!) untuk mengukur keseimbangan dan stabilitas badan, 78G (7lectronystagmography) dan audiogram untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan yang disebabkan kerusakan telinga dalam. @al yang penting adalah opposing effect seperti dilema antara pemakaian anti depresan bagi pasien depresi, karena keduanya merupakan faktor risiko jatuh, selain itu opposing goals seperti dalam rangka mempertahankan kemandirian tanpa harus terpajan pada lingkungan yang membahayakan. B. Peni)$i$n Kesei*($ng$n d$n G$'$ Ber+$)$n Setiap lansia harus die+aluasi keseimbangan dan gaya berjalannya dengan tujuan menemui dan mengenali faktor resiko intrinsik. 1enilaian postural sway "goyangan badan& sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. :ila goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. 1enilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah pasien menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah pasien mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas ba)ah pasien cukup untuk berjalan tanpa bantuan. (esemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan. Secara singkat, panjang langkah, irama berjalan, gerakan batang tubuh, pergelangan kaki, lutut, pinggang dan panggul semuanya harus diperiksa kekuatan dan keseimbangan sisi kanan dan kirinya. -ujuan pemeriksaan pola berjalan : Mengetahui ada tidaknya gangguan keseimbangan saat berjalan. Mengetahui ada tidaknya gangguan koordinasi gerakan saat berjalan. Syarat pemeriksaan pola berjalan : 9ansia sebaiknya menggunakan celana pendek serta tidak menggunakan alas kaki sehingga tungkai dapat diobser+asi dengan jelas. Fbser+asi dilakukan dari berbagai sudut pandang yaitu depan, belakang, samping kanan dan samping kiri. Saat berjalan, lansia diusahakan bersikap )ajar, berjalan sesuai kemampuannya. 1emeriksa memperhatikan dengan seksama masing*masing peristi)a dari fase jalan lansia. 6ara yang dapat digunakan untuk menilai keseimbangan dan gaya berjalan pada lansia yaitu 4ime 9p and Go 4est antara lain : 9ansia disuruh berdiri dari duduk di kursi "tinggi kursi I 4% cm&, jalan 3 meter, jalan balik ke kursi dan duduk. 9atihan percobaan 1 kali, kemudian test sesungguhnya 3 kali dan dicari rata*ratanya J 1. detik J 2. detik 2. ; 2$ detik K 3. detik : freely mobile : mostly independent : +ariable mobility : impaired mobility

9ansia didudukan di kursi dengan jarak 3 meter dari tembok kemudian pasien disuruh berdiri dan berjalan menuju tembok. :alik badan tanpa menyentuh tembok, jalan kembali ke kursi, balik badan dan duduk. -idak perlu dihitung )aktunya tapi cukup diobser+asi jika ada gangguan keseimbangan dan gaya berjalan. "8nterpretasi umum dari pola jalan pada lansia dapat dilihat pada lampiran&

Secara umum pelaksanaan pemeriksaan pola jalan pada lansia adalah sebagai berikut : 9ansia diminta untuk berjalan biasa, pemeriksa mengamati dengan seksama berganti dari arah samping, depan dan belakang. Selanjutnya dicatat, adakah ayunan lenganG adakah rotasi badanG apakah irama dan kecepatan gerakan berlangsung dengan baik dan sinkronG apakah saat menumpu atau mengayun, tungkai kanan dan kiri seimbangG apakah terjadi perubahan ekspresi )ajah lansia. 9ansia diminta untuk berjalan biasa, pengamatan ditujukan untuk fase menumpu "heel strike, mid stance, push off& dan fase mengayun berlangsung lengkap dan sempurna, luas gerak sendi panggul, serta sendi lutut dan pergelangan kaki tungkai kanan dan kiri, untuk masing*masing fase menumpu dan fase mengayun apakah sama. 1emeriksaan dengan komputer. 1emeriksaan pola jalan juga dapat menggunakan komputer. 5ata*data seperti pada point*point di atas serta besarnya penumpuan berat badan dapat direkam melalui komputer kemudian dianalisis. !. O)$,r$g$ Ter$"ur Flahraga teratur terutama yang meningkatkan kekuatan bagian ba)ah tubuh menurunkan resiko jatuh. 1enelitian menunjukkan bah)a yoga dan taichi sangat baik untuk mencegah jatuh pada lansia "Eolf 1$$%&. 1rogram olahraga teratur dan ber+ariasi meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas sendi, memperbaiki keseimbangan dan meningkatkan densitas tulang. Flahraga hendaknya dimulai perlahan ; lahan secara bertahap. :agi lansia yang menderita osteoporosis dan pernah mengalami fraktur harus menghindari pengangkatan beban berlebih. 1ara lansia yang melakukan olahraga teratur seperti berjalan mempunyai resiko lebih rendah terhadap demensia ":M 2..4&. D. In"er-ensi edis d$n Pr%"e#si K,usus 1ara lansia umumnya minum lebih dari satu macam obat per hari. 8nteraksi obat ; obat tersebut dapat meningkatkan resiko jatuh pada lansia. 1ara lansia harus berkonsultasi dengan praktisi medis untuk menganalisa obat apa saja yang benar ; benar mereka butuhkan serta penjelasan efek samping dari obat ; obat tersebut. ,pabila

memungkinkan maka dosis obat tersebut harus dikurangi terutama obat ; obat psikoaktif. 1reparat 6alcium dan +itamin 5 yang adekuat dapat mengurangi resiko terjadinya fraktur karena jatuh. 5osis 6alcium 10.. mg dan +itamin 5 2.. unit "2. micrograms& mengurangi insidens fraktur sebanyak 0 kali. :agi lansia yang jarang berjemur di ba)ah matahari, harus diberikan +itamin 5 tambahan 4.. unit "1. micrograms& 3ntuk mencegah terjadinya jatuh pada orang tua, dapat digunakan alat bantu jalan bagi yang membutuhkan maupun suatu alarm khusus yang bisa dibunyikan bila lansia ingin berpindah tempat sehingga dapat ditolong orang lain. 5ahulu sering digunakan physical restraints untuk membatasi gerakan lansia, namun hal ini tidak menurunkan resiko jatuh "6apeLuti 1$$%& Selain itu untuk mencegah terjadinya fraktur pel+is pada lansia yang jatuh, dapat dipakai alat hips pad, yaitu semacam bantalan proteksi. 1ara mahasis)a di Stanford 3ni+ersity, ,S, mengembangkan semacam gelang kaki yang dilengkapi microchip yang mengirim impuls mengenai posisi badan terus menerus ke otak. 6hip ini akan bekerja dengan cepat bila ada perubahan dalam keseimbangan dan gaya berjalan sehingga akan mengirim impuls ke otak dan kemudian otak memberi perintah agar badan kembali ke posisi normal "6CC, 12 uli 2..0&. V. PENDEKATAN DIAGNOSTIK Setiap penderita lansia jatuh, harus dilakukan pera)atan luka dan dilakukan pemeriksaan seperti diba)ah ini : A. Ri.$'$" Pen'$#i" /J$"u,0 ,namnesis dilakukan baik terhadap penderita maupun saksi mata jatuh atau keluarga. ,namnesis ini meliputi : Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, )aktu berdiri dari jongkok, sedang makan, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang menoleh tiba*tiba atau aktifitas lain. 4ejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar*debar, nyeri kepala tiba*tiba, +ertigo, pingsan, lemas, kebingungan, inkontinensia, sesak nafas. (ondisi komorbid yang rele+an : pernah stroke, penyakit 1arkinson, osteoporosis, kejang, penyakit jantung, rematik, depresi dan defisit sensorik. #i)ayat obat*obatan yang diminum : antihipertensi, diuretik, beta bloker, antidepresan, hipnotik, ansiolitik, analgetik dan psikotropik. (eadaan lingkungan : tempat terjadinya jatuh, rumah maupun tempat*tempat kegiatannya. B. Pe*eri#s$$n Fisi# -anda +ital : nadi, tensi, respirasi dan suhu badan. (epala dan leher : penurunan +isus, penurunan pendengaran, nistagmus dan gerakan yang mencetuskan ketidakseimbangan. antung : aritmia dan bunyi jantung.

Ceurologi : perubahan status mental, neuropati perifer, kelemahan otot, kekakuan dan tremor. Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi dan deformitas kaki.

!. Pe*eri#s$$n Fungsi%n$) 5ilakukan obser+asi terhadap : 4aya berjalan dan keseimbangan : obser+asi pasien ketika bangkit dari duduk di kursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk di ba)ah. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat bantu, memakai kursi roda. ,ktifitas kehidupan sehari*hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens. Secara singkat, langkah menuju diagnosa bisa diringkas dalam 4 langkah : 1. 5iskusikan dengan pasien, keluhan yang berhubungan dengan fungsi mobilitas pasien. 2. Fbser+asi gaya berjalan dengan atau tanpa alat bantu jalan. 3. Cilai semua komponen sistem lokomotor pasien. 4. Fbser+asi sekali lagi dengan pengetahuan yang kita dapat dari keluhan pasien VI. PENATALAKSANAAN -ujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menterapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi dan mengembalikan kepercayaan diri penderita. 1enatalaksanaan pasien jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi faktor penyebab dan menangani komplikasinya. 1enatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerjasama tim yang terdiri dari dokter "geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik dan lain*lain&, sosiomedik, arsitek dan keluarga pasien. 1ara lansia dan keluarga mereka haruslah mempunyai pengetahuan dan penjelasan yang memadai mengenai penyebab jatuh, faktor ; faktor resiko jatuh dan cara ; cara pencegahan apa saja yang dapat mereka lakukan. 1enatalaksanaan bersifat indi+idual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena perbedaan faktor*faktor yang bekerja sama mengakibatkan jatuh. :ila penyebab merupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhana dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. -etapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat, rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia tersebut. 1ada kasus lain inter+ensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan berpergian atau aktifitas fisik. 3ntuk pasien dengan kelemahan otot ekstremitas ba)ah "otot Muadriceps femoris& dan penurunan fungsional, terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya dengan cara melakukan fleksi penuh pada lutut. Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat

se)aktu pasien mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus*menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional. 1enelitian yang dilakukan dalam )aktu 1 tahun di ,merika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih dari <0 tahun, didapatkan peningkatan kekuatan otot dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah menjalani terapi rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia melakukan latihan semakin baik kekuatannya. 1asien dengan penyakit jantung, terapi ditujukan pada penyakit kardio+askuler yang mendasarinya, menghentikan obat*obat yang menyebabkan postural hypotension seperti beta*bloker, diuretik, antidepresan dan lain*lain. -etapi tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah atau tempat kegiatan lansia. (ita bisa nilai adanya penurunan keseimbangan jika kita dapati pasien gagal berdiri dengan satu kaki atau posisi tandem stance "satu kaki berada di depan kaki lainnya& selama kurang dari 0 detik. 1enilaian kekuatan otot proksimal dengan meminta pasien berdiri dari posisi duduk tanpa menggunakan lengannya. (ecepatan berjalan bisa kita nilai dengan stopwatch, normalnya 1,0*1,1m7detik. 8rama berjalan normal sekitar 120* $. langkah7menit, bergantung pada tinggi badan pasien. :agi lansia yang pernah jatuh, perasaan takut dan ketidakberdayaan akan menyebabkan lansia membatasi akti+itasnya, hal ini menurunkan kualitas hidup lansia. !ost3fall counseling sangat diperlukan untuk meningkatkan kembali kepercayaan diri sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari ; hari mereka. 1hysiotherapy terbukti sangat efektif pada lansia untuk memperbaiki mobilitas mereka. Menurut rekomendasi ,C,=S 2..0, beberapa langkah ; langkah physiotherapy yang harus dia)asi secara benar adalah : 1. Memperbaiki pergerakan sendi terutama sendi tibiotarsal 2. Memperbaiki kekuatan otot terutama tungkai ba)ah, contoh : menggunakan pemberat ringan bila berjalan, melakukan )all push*up untuk menguatkan otot lengan. 3. 9atihan kemampuan untuk berpindah sendiri, baik dari posisi berdiri ke duduk ataupun sebaliknya. 4. 9atihan keseimbangan, misalnya : berdiri pada satu kaki, menutup mata saat berdiri. 0. 9atihan berjalan %. 9atihan untuk bangun dari posisi jatuh secara perlahan ; lahan. -erapi terbaik pada pasien dengan gangguan berjalan yang sudah disingkirkan penyebab utamanya adalah latihan ber/alan. 6ukup dengan 3. menit sehari kita bisa menjaga kemampuan mobilitas pasien. 1asien harus diinstruksikan untuk meningkatkan kecepatan dan durasi berjalannya setelah 4 bulan. 1asien yang pada akhirnya memang terpaksa menggunakan alat bantu sebaiknya dilatih oleh terapis. :isa juga dengan yoga dan taichi, )alaupun belum ditemukan bukti nyata, tapi ditemukan fakta dari statistik pada lansia yang aktif bertai*chi atau yoga didapati kejadian jatuh yang sangat sedikit dibanding pada pasien biasa. 1ada prinsipnya dilakukan terapi yang memperkuat ekstremitas ba)ah dan latihan keseimbangan. -erapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.3ntuk

mencegah terjadinya jatuh pada orang tua, dapat digunakan alat bantu jalan bagi yang membutuhkan. Selain itu untuk mencegah terjadinya fraktur pel+is pada lansia yang jatuh, dapat dipakai alat hips pad, yaitu semacam bantalan proteksi. 1ada penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara indi+idual. ,pabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat*obatan maupun pembedahan. Fleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane "tongkat&, crutch "tongkat ketiak& dan wal#er. Sebelum pemilihan alat, terlebih dahulu ditentukan apakah pasien memerlukan 1 atau 2 ekstremitas atas untuk mencapai keseimbangan atau menunjang berat badan. 1asien yang hanya memerlukan 1 ekstremitas atas untuk mencapai keseimbangan dapat mengunakan cane, sedangkan pasien yang memerlukan 2 ekstremitas atas dapat memilih crutch atau wal#er sebagai alat bantu jalan. (etika memilih alat bantu jalan, anatomi tubuh dan sudut siku harus diperhatikan. :anyak pasien tidak mendapatkan bantuan profesional dalam memilih alat bantu jalan. 1emilihan alat bantu jalan yang tidak tepat dapat mengakibatkan bertambah buruknya gaya berjalan sehingga dapat meningkatkan resiko untuk jatuh.

$1$*2*$1$* $)$" ($n"u +$)$n3 $n"$r$ )$in 4


A. !$ne 5ane memperluas area untuk menunjang berat badan sehingga meningkatkan keseimbangan tubuh. 5ane tradisional yang hanya digunakan untuk keseimbangan tidak dapat menunjang berat badan. 5ane sekarang dapat digunakan untuk menunjang berat badan dan biasanya digunakan bila memerlukan salah satu ekstremitas atas untuk mencapai keseimbangan dan menunjang berat badan. 1asien menggunakan cane dengan tangan yang berla)anan dengan kaki yang defisit.

G$*($r 1 Standard Wooden Cane

G$*($r 5 Standard Aluminum Cane

$ ( r $ ( r

G * $ 6 G * $ 7

$ ($r 8 Walk cane Offset cane ulti!le le""ed cane

G *

B. !ru"1, 5rutch memperluas area dasar, dengan demikian juga meningkatkan keseimbangan. :erbeda dengan cane, crutch dapat menunjang seluruh berat badan.

G$*($r 9 A#illar$ Crutc%

G$*($r : Forearm Crutc%

!. ;$)#er :al#er memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang berat badan dan meningkatkan keseimbangan lateral. :al#er mempunyai beberapa kelemahan yaitu sulit digunakan bila mele)ati pintu dan tempat yang sempit, mengurangi ayunan lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika berjalan. Secara umum, wal#er tidak dapat digunakan di tangga.

G $ *( $r < G$*($r = G$*($r 1> Standar Walker Front&W%eeled Walker Four&W%eeled Walker e*i)i, A)$" B$n"u J$)$n '$ng Ben$r 9angkah pertama adalah menentukan apakah pasien menggunakan hanya 1 atau ke*2 ekstremitas atas untuk mempertahankan keseimbangan atau menunjang berat badan. ika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. 1emilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. ika ke*2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four3wheeled wal#er. ika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan. en1%1%##$n A)$" B$n"u J$)$n Semua alat bantu jalan harus dibuat dalam ukuran tertentu. 3ntuk memilih cane atau wal#er yang paling cocok adalah panjang alat sama dengan jarak antara trokanter major dan lantai, diukur saat pasien memakai sepatu, sepatu tersebut setiap hari dipakai pasien untuk jalan*jalan. Siku pasien dalam keadaan fleksi dengan sudut 10 ; 3. ketika memegang alat tersebut yang disentuhkan ke lantai. 6ara untuk mencocokkan forearm crutch yaitu dengan meletakkan ujung distal tongkat 2 inci lateral dan % inci anterior dari kaki, dengan siku fleksi 10*3. . Manset "cuff& dari forearm crutch terletak di 173 proksimal dari forearm, kira*kira 1 ; 1,0 inci di ba)ah siku. VII. KESI PULAN atuh merupakan salah satu masalah di bidang geriatri dan sering terjadi pada lansia. atuh bagi )arga usia lanjut bukan merupakan peristi)a biasa karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit mulai dari rasa takut akan akibat jatuh, cedera otot atau jaringan ikat, fraktur hingga pneumonia berbagai hendaya dan kematian. 1enyebab tersering adalah faktor intrinsik

"gangguan sistem saraf pusat, demensia dan depresi, sistem sensorik, sistem kardio+askuler, metabolisme dan gaya berjalan& dan didukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya "alat rumah tangga yang tua atau tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata dan lain*lain&. Menemukan dan pengendalian faktor resiko adalah suatu keharusan yang diikuti dengan tindakan pencegahan maupun inter+ensi, opposing effect dan opposing goals harus dipertimbangkan betul*betul sebelum memberikan inter+ensi atau pengobatan. 1enatalaksanaan pasien jatuh memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari dokter "geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik dan lain*lain&, sosiomedik, arsitek dan keluarga pasien. 1enatalaksanaan bersifat indi+idual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena perbedaan faktor*faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. 3ntuk menangani pasien dengan gangguan jalan dapat digunakan cane, crutch atau wal#er. 1encegahan terhadap faktor resiko mencakup stretching, latihan ketahanan tubuh "stamina& dan keseimbangan untuk jangkauan dari persendian, kekuatan otot dan kontrol motorik. -erapi psikoterapi suportif sulit untuk dinilai maknanya tapi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan peningkatan kualitas hidup pasien yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA ,ndayani, #. "1$$$&. !:uku ,jar 4eriatri', ;atuh, :alai 1enerbit >akultas (edokteran 3ni+ersitas 8ndonesia, akarta, @al : 14. ; 10.. :uku ,jar 8lmu 1enyakit 5alam ilid 88, edisi ketiga, :alai 1enerbit >akultas (edokteran 3ni+ersitas 8ndonesia, akarta 2..1 :utler, #. N 9e)is, M. "1$22&. !,ging and Mental @ealth', -he Ce) ,merican 9ibrary, 6anada, pp : 22< ; 2. 6alkins, =. N Eieman, @. "1$2%&. !-he 1ractice of 4eriatrics', 0alls, E. :. Saunders 6ompany, 1hiladelphia, pp : 2<2 ; 2. 4ait ,bnormal, ,+aiable at : http:77)))*medlib.med.utah.edu7neurologiceDam7html7 gaitOabnormal.html 4ait 5isorders in Flder ,dults, Ceil :. ,leDander, M.5. http:77))).mmhc.com7cg7display,rticle.cfmParticle85Qcgac1231 http:77sprojects.mmi.mcgill.ca7gait7normal7intro.asp http:77))).jeffmann.net7Ceuro4uidemaps7gait.html @arrisonRs, 1rinciples of 8nternal Medicine 1%th edition. (allman, @. and (allman, S. " 1$2$&. !6linical ,spects of ,ging', Accidents in the 7lderly !opulation, Eilliams N Eilkins, 3S,, pp : 04< ; 00%. Sri surini 1udjiastuti, SM1h, S. 1dG :udi 3tomo, ,M>, >isioterapi 1ada 9ansia, 2..2, 1enerbit =46 Studenski, S. "1$$2&. !1ractice of 4eriatrics', 0alls, 2nd edn, E. :. Saunders 6ompany, 1hiladelphia, pp : 213 ; 2. 1hysiotherapy in =lderly, ,C,=S, http:77))).anaes.fr7anaes71ublications.nsf7n15>>ile7 -inetti, Mary, M.5, .ehaviour !redicts 7lderly 0alling, ,+ailable at, http:77))).osteopathy.org T,e !%s"s %f F$)) In+uries A*%ng O)der Adu)"s3 N!IP!3 A-$i)$()e $"3 http:77))).cdc.go+7ncipc7reMuest2.htm ,+ailable at, ,+ailable atG

Anda mungkin juga menyukai