Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
R = Respon
Merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran
korban. Ada beberapa metode untuk menilai kesadaran seseorang. Yang
terdiri dari beberapa kategori yaitu AVPU :
- Alert (sadar)
Bila korban masih bersuara / berteriak minta tolong dan bergerak.
- Voice
Bila korban masih dapat menjawab pertannyaan penolong.
- Pain
Bila korban memberikan respon dari rangsang sakit yang diberikan
penolong.
- Unrespon
Bila korban tidak ada respon sama sekali
Korban dengan kategori Pain dan Unrespon, memerlukan pertolongan ABC
segera. Sebelum penanganan ABC, harus diperiksa apakah korban mengalami
trauma cervical atau tidak. Ciri-ciri korban dengan trauma cervical yaitu :
- terlihat jejas di sekitar clavicula / bahu
- biomekanika kecelakaan
- multiple trauma
Bila salah satu dari hal-hal tersebut kita temukan maka segeralah
lakukan pembebasan jalan napas.
Prosedur penatalaksanaan masalah airway di lapangan adalah :
1. Bersihkan mulut pasien dengan tangan kita (Finger Swap)
2. Lakukan triple airway manuvre yaitu ekstensi leher, head tilt, dan chin
lift. Berhati-hati pada pasien multiple trauma yang dicurigai dengan
patah tulang leher/fraktur cervical, jangan lakukan ekstensi leher tapi
segera pasang collar neck.
3. Pada pasien tersedak akan terlihat gejala yang khas sumbatan jalan
napas baik total ataupun parsial. Pada kasus ini, kita dapat melakukan
Heimlich Manuvre atau Back Blows. Pasien yang tertelan benda asing
dan masih sadar, manipulasi dengan pukulan pada punggung kadang-
kadang dapat memperberat keadaan. Oleh karena itu dapat dicoba dulu
dengan menganjurkan pasien batuk.
B = Breathing
Breathing / ventilasi adalah suatu proses pnegambilan oksigen dari
udara bebas dan pengeluaran karbondioksida ke udara bebas. Airway yang
baik tidak menjamin proses bernapas berlangsung dengan baik karena dengan
jalan napas yang baik belum tentu oksigen dapat masuk dan karbondioksida
dapat dikeluarkan.
Untuk menilai gangguan pada Breathing dengan melihat ada atau
tidaknya pergerakan napas yaitu tidak adanya suara napas dan tidak
dirasakannya hembusan udara yang keluar dari mulut pasien (Initial
Assesment Breathing).
- Bila dicurigai henti napas, perlu lakukan tiupan napas (Breathing
Support) dengan hembusan efektif sebanyak 2 kali. Lalu cek nadi dan
napas.
- Bila sudah ada walau lemah, maka posisikan pasien dalam posisi
Recovery Position. Bila setelah 2 kali tiupan napas diberikan dan tidak
ada perbaikan, maka segera lakukan pemeriksaan terhadap sirkulasi
sambil terus dilakukan pernapasan buatan (Artificial Ventilation).
Cara ventilasi buatan dari mulut ke hidung prinsipnya sama, hanya disini
yang ditutup adalah mulut untuk mencegah terjadinya kebocoran.
Henti nafas
Sebab – sebab henti nafas
- sumbatan jalan nafas
- depresi pernapasan akibat obat-obatan opiate
Untuk Anak-anak
• Posisikan tangan untuk kompresi dada :
1. Dengan telunjuk dan jari tengah anda, cari salah satu tulang rusuk yang
paling bawah pada sisi terdekat anda. Geser ujung jari sepanjang
tulang rusuk ke titik temu tulang rusuk dengan tulang dada. Letakan
jari tengah anda pada titik ini dan telunjuk di sampingnya di atas
tulang dada.
2. Letakan pangkal telapak tangan anda yang lain pada tulang dada ; geser
ke bawah agar bertemu telunjuk anda. Inilah titik yang harus anda
tekan.
• Beri kompresi dada dan napas bantuan :
1. Gunakan 1 pangkal telapak tangan untuk menekan titik. Angkat jari
anda untuk memastikan anda tidak menekan tulang rusuk anak.
2. Membungkuk ke arah anak, dengan lengan tegak lurus. Tekan vertikal
pada tulang dada, kempiskan dadanya kira-kira 1/3 kedalamannya.
3. Tekan dada 5 kali dengan kecepatan 100 kompresi/menit.
4. Berilah 1 napas bantuan.
5. Lanjutkan memberi 5 kompresi dada bergantian dengan 1 napas
bantuan selam 1 menit, kemudian panggil ambulance.
Untuk Bayi
• Posisikan jari untuk kompresi dada :
1. Letakan ujung jari telunjuk dan jari tengah anda selebar 1 jari di
bawah garis yang menghubungkan puting susu bayi.
• Beri kompresi dada dan napas bantuan :
1. Tekan tegak lurus ke bawah pada dada, 1/3 kedalaman dada. Lakukan 5
kali dengan kecepatan 100 kompresi/menit.
2. Beri 1 napas bantuan.
3. Beri 5 kompresi dada bergantian dengan 1 napas bantuan.
4. Lanjutkan CPR hingga bantuan medis datang, bayi bergerak atau
bernapas, atau anda terlalu lelah untuk melanjutkannya.
RJP yang dilakukan pada pasien dengan henti jantung dapat memberikan
kemungkinan hasil:
- Korban / pasien menjadi sadar kembali.
- Korban / pasien dinyatakan mati.
- Korban / pasien belum dapat dinyatakan mati dan belum timbul denyut
jantung spontan. Dalam hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut
(Advance Trauma Life Support).
- Denyut jantung spontan timbul, tetapi korban / pasien belum pulih
kesadarannya. Ventilasi spontan bisa ada atau tidak.
Selain kompresi dada luar, yang juga termasuk bantuan sirkulasi adalah
penghentian perdarahan dan penentuan posisi untuk mengatasi syok, yaitu
dengan meletakkan kepala lebih rendah daripada kaki. Dalam keadaan
darurat, resusitasi dapat diakhiri bila terdapat salah satu dari berikut ini :
- Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
- Ada orang lain yang mengambil alih tanggung jawab.
- Penolong terlalu lelah sehingga tidak sanggup meneruskan resusitasi.
- Pasien dinyatakan mati.
- Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien
berada dalam stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat
disembuhkan atau hampir dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan
pulih, yaitu sesudah ½ - 1 jam terbukti tidak ada nadi pada
normotermia tanpa RJP.
Petunjuk terjadinya kematian otak adalah pasien tidak sadar, tidak ada
pernapasan spontan dan refleks muntah, serta terdapat dilatasi pupil yang
menetap selama 15-30 menit atau lebih, kecuali pada pasien hipotermik,
dibawah efek barbiturat, atau dalam anestesi umum. Sedangkan mati jantung
ditandai oleh tidak adanya aktivitas listrik jantung (asistol) selama paling
sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat yang optimal.
Tanda kematian jantung adalah titik akhir yang lebih baik untuk membuat
keputusan mengakhiri upaya resusitasi.
Daftar pustaka
1. Sudoyo, Aru. W., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakata
: Pusat Penerbitan IPD FKUI.
2. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
3. Kartawinata, Jenny, dkk. 2006. Manual Pertolongan Pertama. Jakarta : PT Gaya
Favorit Press.
4. Sunatrio, Joenarham J. Resusitasi Jantung Paru dalam : Anastesiologi. Bagian
Anastesiologi dan Terapi intensif FKUI. 1989:143-62.