Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS FURUNKULOSIS

Nama : Aldy Valentino Maehca Rendak NIM : H1A00 001

P!M"IM"IN# : d$% &'nita Ha()a$i* MSc* S(KK

+ALAM RAN#KA M!N#IKU,I K!PANI,RAAN KLINIK MA+&A "A#IAN-SMF ILMU K!S!HA,AN KULI, +AN K!LAMIN FAKUL,AS K!+OK,!RAN UNIV!RSI,AS MA,ARAM RUMAH SAKI, UMUM PROVINSI NUSA ,!N##ARA "ARA, .01/

FURUNKULOSIS LAPORAN KASUS Aldy Valentino Maehca Rendak "a0ian-SMF Ilm' Ke)ehatan K'lit +an Kelamin Fak'lta) Kedokte$an Uni1e$)ita) Mata$am- RSUP N," P!N+AHULUAN Pioderma merupakan istilah untuk menyebut semua penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh kuman Staphylococcus, Streptococcus maupun keduanya. Infeksi ini mencakup infeksi superfisial yang hanya mengenai lapisan epidermis kulit, hingga infeksi yang bersifat profunda, karena meluas hingga lapisan subkutis.2 Furunkel merupakan salah satu jenis pioderma yang banyak dijumpai di masyarakat. Penyakit ini didefinisikan sebagai peradangan pada folikel rambut dan jaringan disekitarnya, dimana terjadi proses supurasi yang meluas dari dermis hingga daerah subkutan, dimana akan terbentuk abses kecil. Kelainan kulit ini biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus dan kelainan kulit ini dapat ditemukan pada daerah kulit yang berambut. Bila dalam satu area tubuh ditemukan lebih dari satu lesi furunkel maka keadaan itu disebut sebagai furunkulosis, sedangkan bila ditemukan beberapa furunkel yang menyatu dengan beberapa puncak pada permukaan lesinya, maka kondisi tersebut dinamakan karbunkel.1,2 ejala utama yang dikeluhkan pasien adalah rasa nyeri. !esi kulitnya sendiri berupa nodul inflamasi eritematosa yang berbentuk kerucut, dimana pada bagian tengahnya akan dijumpai adanya puncak (core) yang biasanya berupa pustula (central necrotic)." Pada beberapa indi#idu dapat terjadi serangan furunkulosis berulang. Pada beberapa indi#idu ini, terutama pada anak$anak, ditemukan adanya respon sistemik tubuh yang abnormal, namun faktor yang utama adalah ditemukannya faktor predisposisi berupa adanya S. aureus pada nares anterior atau terkadang pada perineum.1," Pada furunkel dengan lesi yang ringan atau sedikit, cukup diberi antibiotik topikal, misalnya salap%krim asam fusidat 2&, salap mupirosin 2&, salap basitrasin dan neomisin. Bila lesi banyak atau terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional, dapat diberi antibiotik sistemik seperti ampisilin, amoksisilin, eritromisin "'$(' mg%kg BB%hari, dibagi " dosis.) Pada kasus furunkulosis berulang perlu dilakukan eradikasi kolonisasi Staphylococcal *kolonisasi pada nasal+, salah satu pendekatannya adalah dengan 1

pemberian ,upirocin ointment dua kali sehari pada nares anterior pada ( hari pertama setiap bulannya. -an juga dapat dibantu dengan antibiotik sistemik, yaitu dengan pemberian klindamisisn oral dosis tunggal harian 1(' mg selama " bulan, yang mana menurunkan angka infeksi sebesar .'&." Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. ,asuknya Staphylococcus aureus ke dalam aliran darah dapat menimbulkan bakteremia. Bakteremia Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain atau yang dikenal infeksi metastasis septekemia. Pada tahap akhir, mengakibatkan sepsis yang dapat menyebabkan osteomielitis, akut endokarditis, dan abses otak. ,anipulasi pada lesi akan mempermudah menyebarnya infeksi melalui aliran darah. /etapi, komplikasi tersebut jarang terjadi. 1 Berikut dilaporkan kasus yang ditemukan pada pasien ra0at jalan Poli Klinik Bagian Kulit dan Kelamin 123P 4/B yang didiagnosis mengalami Furonkulosis rekuren. !aporan ini bertujuan untuk membahas penatalaksanaan pada pasien dengan Furonkulosis rekuren. KASUS 2eorang anak laki$laki usia 1' tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin 123P 4/B pada tanggal 2( 4o#ember 2'1" diantar oleh ayah pasien, dengan keluhan timbul bisul pada betis kiri dan kanan serta pada punggung tangan kanan pasien. Keluhan dirasakan sejak 5 6 bulan terakhir dan berulang, keluhan muncul di tempat yang sama, yaitu di sekitar daerah kulit tubuh yang berambut. ,enurut ayah pasien a0alnya pada betis pasien muncul bintik$bintik yang terasa gatal kemudian lama kelamaan berubah menjadi bisul dan terasa nyeri. Pasien tidak mengeluhkan deman atau badan pegal. Pasien tidak mengeluh bersin atau batuk sebelum keluhan bisul muncul. ,enurut ayah pasien, pasien belum pernah menggunakan obat apapun untuk mengatasi keluhannya ini. Pasien tidak memiliki ri0ayat penyakit asthma, gi7i buruk disangkal. 1i0ayat alergi obat atau makanan tertentu seperti telur atau daging disangkal pasien. /idak ada anggota keluarga pasien dalam satu rumah yang mengalami keluhan serupa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi generalis pasien dalam batas normal dan berat badan pasien 2( kg. Pada status dermato#enerologis ditemukan pada regio kruris sinistra et dekstra adanya pustula multipel dengan dasar eritema yang bergerombol dan diskret di sekitar folikel rambut. /ampak erosi dengan dasar eritema yang tertutup krusta .

kehitaman. Pada punggung tangan kanan didapatkan pustula soliter dengan tepi eritem. Pada pemeriksaan penunjang pengecatan gram didapatkan hasil adanya kuman gram positif.

#am2a$ 1% (')t'la m'lti(el den0an da)a$ 2e$0e$om2ol dan di)k$et di )ekita$ 3olikel $am2't

e$itema

yan0

Berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bah0a diagnosa banding pasien adalah Furunkulosis, Karbunkel, dan Folikulitis. -imana diagnosa kerja dari kasus ini adalah Furunkulosis. 3ntuk penatalaksanaan pada pasien, dilakukan kompres bisul dan daerah sekitarnya dengan menggunakan cairan salin normal hangat dua kali sehari. Pasien juga diberikan tablet 8etiri7ine 1' mg diminum 1 tablet setiap hari. Pasien diberikan krim ,upirocin untuk dioleskan pada kulit nares anterior dua kali sehari. 3ntuk obat minum diberikan tablet Klindamisin 1(' mg, diminum tiga kali sehari. Pasien diharapkan untuk kontrol kembali setelah 9 hari. :dukasi yang diberikan kepada pasien antara lain adalah agar pasien tidak menggaruk atau memencet lesi pada betis dan punggung tangan. Pasien diminta untuk menjaga kebersihan diri, pakaian dan lingkungan; pasien diharapkan untuk mandi dengan menggunakan sabun antiseptik serta pasien diminta untuk menggunakan pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar. P!M"AHASAN /

-ari kasus didapatkan seorang anak laki$laki usia 1' tahun dating dengan keluhan adanya bisul pada betis kiri dan kanan serta pada punggung tangan kanannya. -imana keluhan pasien ini dirasakan berulang sejak 6 bulan yang lalu dan muncul pada daerah yang sama, di sekitar daerah kulit tubuh yang berambut. Berdasarkan anamnesis ini maka kemungkinan penyakit kulit yang dialami pasien adalah penyakit yang berhubungan dengan peradangan pada daerah berambut. 2ehingga penyakit kulit yang dialami pasien adalah folikulitis, furunkel%furunkulosis atau karbunkel. Pada urutan diagnosa banding, furunkulosis diletakkan pada posisi pertama karena dari hasil pemeriksaan fisik regio kruris sinistra et dekstra adanya pustula multipel folikular dengan dasar eritema yang bergerombol dan diskret di sekitar folikel rambut. /ampak erosi dengan dasar eritema yang tertutup krusta kehitaman. <adi dapat disimpulkan bah0a peradangan yang ada terjadi pada sekitar folikel rambut dan jumlahnya multipel. Pada folikulitis yang merupakan peradangan folikel rambut, pustul tumbuh pada folikel rambut saja tidak disertai adanya peradangan pada daerah kulit sekitar folikel rambut. 1,) Berdasarkan alasan ini maka folikulitis tidak dijadikan sebagai diagnosa banding utama, sehingga menyisakan dua kemungkinan utama diagnosa pasien yaitu furunkel%furunkulosis dan karbunkel. Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. <ika lebih dari satu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di kulit *folikulitis+, kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.1,2 Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan diba0ahnya termasuk lemak ba0ah kulit.) Pada pasien tidak ditemukan adanya karbunkel *berdasarkan definisi diatas+, melainkan ditemukan adanya furunkel dalam jumlah jumlah banyak *multipel+, sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami furunkulosis. Pasien mengeluhkan bah0a bisul pada betis pasien telah timbul secara berulang sejak 6 bulan terakhir. Pada kasus furunkulosis berulang seperti ini, dimana lebih cenderung terjadi pada anak$anak, ditemukan adanya predisposisi berupa respon sistemik tubuh yang abnormal, namun faktor yang utama adalah ditemukannya faktor predisposisi lain yaitu adanya kolonisasi S. aureus pada nares anterior atau terkadang pada perineum.1," 3ntuk lebih menegakkan diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pe0arnaan gram dan kultur bakteri. Pe0arnaan gram S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus ber0arna 4

ungu *gram positif+ bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar ,2= *Manitot Salt Agar+ selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari 0arna merah menjadi kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar *6$. mm+, permukaan halus, sedikit cembung, dan 0arna kuning keemasan. 3ji sensiti#itas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.1 Pada pasien hanya dilakukan pe0arnaan gram dan didapatkan adanya kuman gram positif. 3ntuk penatalaksanaan pasien dilakukan kompres lesi dengan normal salin hangat, hal ini untuk memungkinkan drainase pus pada pustul pasien, sehingga diharapakn jumlah pustule akan berkurang dan resolusi pasien akan semakin cepat. ) Kemudian pasien diberikan antibiotik klindamisin oral. Pilihan ini didasarkan pada kondisi pasien yang mengalami keluhan muncul bisul berulang. Pada keluhan furunkulosis berulang, literatur menjelaskan bah0a klindamisin merupakan antibiotik pilihan terbaik untuk eradikasi kolonisasi kuman pada daerah nasal yang menjadi faktor predisposisi furunkulosis dan mengurangi angka kekambuhan furunkulosis hingga .'&, dimana diberikan dengan dosis 1'$2' mg%kgBB%hari dibagi dalam " dosis." Berdasarkan literatur ini maka dosis klindamisin yang diberikan untuk pasien dengan berat badan 2( kg adalah 2('$('' mg%hari, dan dosis yang dipilih adalah )(' mg dengan alasan masih dalam rentang pemberian dosis dan untuk memudahkan dalam pemilihan sediaan obat. Pemberian antibiotik oral ini diharapkan memberikan efek eradikasi kuman secara sistemik. Pemberian antibiotik topikal untuk dioleskan pada nares anterior diberikan karena dianggap dapat mengeradikasi sumber kolonisasi kuman yang menjadi salah satu predisposisi kejadian furunkulosis berulang dan mupirocin calcium 2& dalam base paraffin yang putih dan lembut selama ( hari dapat mengeleminasi kuman Staphylococcus yang berkolonisasi pada hidung.1," Pasien diminta untuk kontrol seteah 9 hari, diharapkan terapi memberikan perbaikan pada penyakit pasien. :dukasi yang diberikan kepada pasien antara lain adalah agar pasien tidak menggaruk atau memencet lesi pada betis dan punggung tangan untuk mencegah autoinukulasi pada kulit sekitar sehingga mecegah terjadi furunkulosis berulang. Pasien diminta untuk menjaga kebersihan diri, pakaian dan lingkungan; pasien diharapkan untuk mandi dengan menggunakan sabun antiseptik serta pasien diminta untuk menggunakan pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar. Penggunaan sabun antiseptik diharapkan dapat mengurangi kolonisasi Staphylococcus pada kulit.1," Penggunaan pakaian 5

yang longgar, mudah menyerap keringat serta ringan diharapkan mencegah kontak antara kulit dengan kemungkinan adanya inokulasi kuman pada pakaian yang biasa ditemukan pada pasien dengan fuurukulosis berulang.1 Prognosis pada pasien ini, meliputi ; P$o0no)i) ad functionam fungsi kulit pasien dubia et malam, karena adanya rekurensi furunkulosis menunjukkan tidak adekuatnya barrier kulit. P$o0no)i) ad vitam bonam, diman kondisi furunkulosis yang berulang ini tidak akan menyebabkan kondisi mengancam nya0a selama tidak terjadi bakterimia, diharapkan pemberian antibiotik sistemik mencegah kondisi ini. Prognosis ad cosmeticam dubia et malam, karena kemungkinan besar lesi furunkulosis ini akan menyebabkan tampakan berupa skar dan adanya spot hiperpigmentasi pada kulit. <adi perlu pera0atan lanjutan pada untuk memperbaiki fungsi kosmetik kulit pasien. <ika setelah kontrol, kondisi penyakit pasien telah membaik, maka terapi dilanjutkan hingga sepuluh hari. 2etelah sepuluh hari terapi topikal dengan mupirocin diberikan setiap ( hari pertama setiap bulannya untuk mengeradikasi kolonisasi kuman hidung dan pemberian antibiotik oral klindamisin dilanjutkan hingga " bulan dengan dosis tunggal harian 1(' mg."

K!SIMPULAN /elah dilaporkan kasus furunkulosis rekuren pada anak laki$laki usia 1' tahun. -iagnosa ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pasien diberikan terapi simptomatis berupa cetiri7ine, kemudian pasien diberikan antibiotik topikal mupirocin dan antibiotik sistemik berupa klindamisin oral untuk eradikasi kuman Staphylococcus. /erapi lainnya adalah pasien diberikan kompres dengan normal salin hangat serta pasien diberikan edukasi untuk mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan menggunakan pakaian yang longgar. Pasien diharapkan kontrol setelah 9 hari untuk melihat respon pengobatan dan melanjutkan terapi eradikasi kolonisasi kuman pada hidup untuk mencegah rekurensi penyakit.

K!PUS,AKAAN

1. 4oah 8. Peter K!, ,atthe0 />, =rnold 4?, ,orton 42, 1ichard =<. 2uperficial cutaneous infection and pyodermas. In; ?olf K, oldsmith !=, Kat7 2 *eds+. Fit7@s Patrick -ermatology in eneral ,edicine. 9th ed. 4e0 Aork; ,c ra0 BillC 2''.. pp. 16D)$191'. 2. -juanda, =. Pioderma. -alam; Ilmu penyakit kulit dan kelamin. :disi (. <akarta; FK3IC 2''9. hal. (9$6". ". -ennis !2, =lan !B, Benry F8, -ale :, Patchen -, :llie <8, 2her0ood ! , <an EB, :d0ard !K, <ose ,, <ames 8?. Practice guidelines for the diagnosis and management of skin and soft$tissue infections. 8I- 2''(C )1; 1"9"$1)'6. ). 1ay <. Bacterial Infection. In; =B8 of -ermatology. Fourth :dition. !ondon; B,< Publishing roup !td. 2''". pp D'.

Anda mungkin juga menyukai