Anda di halaman 1dari 44

BAB I PENDAHULUAN

Sejumlah 200 juta wanita hamil setip tahunnya, sebagian besar dari mereka berada di negara-negara berkembang. Banyak dari wanita ini menderita defiseinsi nutris dengan konsekuensi kumulatif jangka panjang dari keadaan kurang nutrisi selama masa anak-anak. Masalah kesehatan dan nutrisi yang berkaitan dengan kehamilan mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita, baik untuk bayinya yang baru lahir, pada keluarganya maupun komunitas. Mora JO, Nestel PS, 2000 Sulit untuk memperkirakan berapa besar jumlah wanita dengan malnutrisi, bahkan pada wanita hamil, di negara-negara berkembang karena hanya sedikit penelitian-penelitian nasional yang representatif. Mora
JO, Nestel PS, 2000

Defisiensi nutrisi baik makro maupun mikronutrien umum ditemukan pada wanita-wanita pada usia reproduktif di negara-negara berkembang dan bukti epidemiologi serta bukti biologi menunjukkan bahwa defisiensi nutrisi tertentu baik akut maupun kronik dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi pada ibu. Sebagai contoh, terdapat hubungan yang bertolak belakang antara asupan kalsium dengan insiden hipertensi pada kehamilan dan ketidakseimbangan dilaporkan terjadinya prostasiklintromboksan pada preeklampsia; intervensi berbagai macam nutrisi telah dianjurkan, termasuk suplementasi dengan minyak ikan alami (asam lemak n-3). Villar J, Merialdi A et al, 2003 Anemia berat akibat defisiensi zat besi dan folat dapat

meningkatkan risiko kematia ibu akibat gagal jantung dan memperberat kerusakan akibat perdarahan antepartum dan postpartum. Bukti berkaitan dengan akibat defisiensi vitamin A dalam patogenesis anemia nutrirional makin meningkat. Secara penting, uji coba random intervensi terhadap suatu komunitas dengan pemberian suplemen vitamin A maternal pada wanita di Nepal menunjukkan penurunan mortalitas ibu secara keseluruhan. Villar J, Merialdi A et al, 2003

Seng dibutuhkan pada sintesis protein dan metabolisme asam nukleat dan defisiensi sering ditemukan pada negara-negara berkembang. Baik defisiensi vitamin A maupun seng dapat menimbulkan sepsis perinatal dengan cara menurunkan respon fisiologis terhadap infeksi. Persalinan preterm (kurang dari 37 minggu) berkomplikasi sekitar 5-10% dari seluruh persalinan didunia dan merupakan penyebab utama dari kematian perinatal dan menyebabkan mortalitas perinatal serta morbiditas neurologis dan fisik jangka panjang baik di negara berkembang maupun di nigara-negara industri. Pada sebagian besar negara-negara berkembang, defisiensi nutrisi dan infeksi ikut menyertai dalam mempengaruhi wanita usia reproduksi; telah dilaporkan terdapat hubungan epidemiologi antara infeksi saluran genital dan periodontal dengan persalinan preterm. Malaria juga menjadi prevalensi dibeberapa negara tropis, berkaitan dengan anemia berat, persalinan preterm, dan gangguan pertumbuhan janin. Villar J,
Merialdi A et al, 2003

Ketidaksaimbangan pada nutrisi maternal dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari janin.

Terganggunya pertumbuhan janin menjadi prevalensi di negara-negara berkembang dan berkaitan dengan luaran yang jelek baik jangka pendek maupun jangka panjang, seperti meningkatnya morbiditas dan mortalitas perinatal, mortalitas bayi baru lahir, dan morbiditas anak. Beberapa penyakit kronik dewasa diduga berasal sejak dalam uterus: berat lahir dan indikator lain dari kesehatan bayi baru lahir telah dikaitkan dengan perkembangan penyakit kardiovaskuler, tingginya tekanan darah, penyakit pru-paru obstruktif, diabetes, konsentrasi kolesterol yang tinggi dan kerusakan ginjal. Merialdi M, Carroli G, Villar J, et al, 2003 Secara biologis memungkinkan bahwa dampak nutrisi pada janin dapat bervariasi menurut usia kehamilan, karena perkembangan janin dan kebutuhan nutrien terstruktur menurut waktu. Moore VM, Davies MJ, Willson KJ, et al,
2004

Arah ketertarikan penelitian terhadap nutrisi selama kehamilan telah dipicu oleh teori penyakit dewasa yang bermula dari sejak janin. Teori ini mengemukakan kemungkinan bahwa janin cukup bulan yang lebih kecil dari usia kehamilan mempunyai peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler dan diatebes tipe II pada saat dewasa sebagai konsekuensi adaptasi fisiologi terhadap kondisi kurang nutrisi pada saat kehidupan sebagai janin. Moore VM, Davies MJ, Willson KJ, et al, 2004 Pada makalah ini akan dibahas mengenai kondisi defisiensi berbagai komponen nutrisi serta dampaknya terhadap kehamilan dan terhadap luaran kehamilan.

BAB II PERUBAHAN FISIOLOGI WANITA HAMIL

A. Perubahan komposisi tubuh dan pertambahan berat badan Sebagian besar kenaikan berat badan normal selama kehamilan disebabkan rahim dan isinya, payudara, dan peningkatan volume darah dan cairan ekstraselular ekstravaskuler. Sebuah fraksi yang lebih kecil dari peningkatan bobot adalah hasil dari perubahan metabolisme yang mengakibatkan peningkatan dalam air selular dan deposisi lemak baru dan cadangan ibu protein yang disebut. Hytten (1991) melaporkan bahwa kenaikan berat badan rata-rata selama kehamilan adalah sekitar 12,5 kg atau 27,5 lb. Cunningham 2010 Berdasarkan data dari dua penelitian terhadap lebih dari 3800 wanita inggris pada tahun 1950, Hytten dan Leitch (1971) menemukan ratarata pertambahan berat badan normal fisiologis adalah 12.5 kg hingga kehamilan 40 minggu. Pada rata-rata, tingkat pertambahan berat badan ini tampak berkaitan dengan luaran reproduktif yang optimal dan digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan komponen perubahan berat pada wanita hamil yangs sehat.* Tabel 1 menunjukkan janin berkisar 27% dari total pertambahan berat badan, cairan amnion 6%, dna plasenta 5%. Sisanya berkaitan dengan pertambahan jaringan ibu, termasuk uterus dan kelenjar mammae, jaringan adiposa (lemak), volume darah ibu dan cairan ekstrseluler, namun bukan jaringan lean ibu. Sekitar 5% dari total pertambahan berat badan muncul pada kehamilan 13-14 minggu pertama. Sisanya bertambah secara relatif selama sisa kehamilan, pada rata-rata sekitar 0.45 kg per minggu.Williamson CS, 2006

Tabel 1.

Komponen pertambahan berat badan selama kehamilan

Hytten dan Leitch (1971) memperkirakan rata-rata pertambahan berat badan 12.5 kg, kira-kira 3.35 kg lemak akan disimpan oleh ibu. Penyimpanan lemak ibu dipicu oleh hormon porgesteron, sekresinya meningkat hingga sepuluh kali lipat selama kehamilan. Lemak disimpan lebih banyak pada pertengahan kehamilan, sementara janin masih kecil, dan sulit untuk memastikan penyaringan dari

penyimpanan energi untuk kehamilan lanjut dan selama menyusui. Penyimpanan lemak bukan merupakan kebutuhan utama dalam kehamilan; namun, dinegara-negara berkembang, wanita hamil biasanya akan menyimpan lemak, walaupun dalam jumlah yang sangat bervariasi. Williamson CS, 2006 Baru-baru ini, penelitian kolaboratif oleh WHO terhadap antropometri ibu dan luaran kehamilan meninjau data dati 100.000 kehamilan dari 20 negara untuk melihat indikator antropometrik yang berkaitan dengan luaran kehamilan yang jelek, seperti berat badan rendah dan persalinan preterm, atau luaran ibu yang jelek, seperti preeklampsia. Tinjauan WHO menunjukkan bahwa berat lahir 3.1 3.6 kg (rata-rata 3.3 kg) berkaitan dengan luaran janin dan ibu yang baik. Rentang pertambahan berat badan ibu berkaitan dengan luaran berat lahir yang optimal ini berkisar antara 10 14 kg, dengan ratarata pertambahan berat badan 12 kg (WHO 1995). Williamson CS, 2006 Jumlah pertambahan berat badan yang diperlukan selama kehamilan untuk memperoleh luaran yang diinginkan juga dipengaruhi

oleh berat-badan sebelum hamil. Pada tahun 1990, Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat mempublikasikan sebuah laporan yang mengevaluasi kembali bukti berkaitan dengan pertambahan berat badan selama kehamilan. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa berat badan sebelum hamil harus dihitung ketika menyarankan pertambahan berat badan. Rekomendasi untuk pertambahan berat badan total menurut BMI sebelum hamil ditunjukkan pada tabel 2. Untuk wanita dengan BMI normal sebelum hamil, pertambahan berat badan harus berkisar antara 0.4 kg/ minggu selama trimester kedua dan ketiga. Untuk wanita dengan berat badan kurang, target pertambahan berat badan 0.5 kg/ minggu, sementara untuk wanita hamil dengan berat badan berlebih, disarankan pertambahan berat badan 0.3 kg/ minggu. Williamson CS, 2006 Saat ini tidak ada rekomendasi resmi untuk pertambahan berat badan di Inggris. pada prakteknya, wanita dengan berat badan normal yang sehat sangat bervariasi dalam pertambahan berat badan selama kehamilan; rata-rata 11 16 kg, namun variasi ini sangat luas (Goldberg, 2002). Pada kasus-kasus kehamilan kembar atau multipel, pertambahan berat badan ibu cenderung lebih besar secara keseluruhan dan pola pertamabahan berat badan tampaknya berbeda; sebagai contoh, wanita dengan kehamilan kembar

cenderung mengalami pertambahan berat badan lebih banyak pada kehamilan dini. Rosello-Soberon dkk, 2005). Pertambahan berat badan yang berlebihan selama kehamilan berkaitan dengan sejumlah komplikasi yang sama dengan keadaan overweight dan obesitas (seperti contoh peingkatan tekanan darah). Kemudian, pertambahan berat badan yang ekstrem selama kehamilan lebih sering mengarah pada overweight dan obesitas ibu postpartum. Sementara, pertambahan berat badan yang rendah selama kehamilan pada wanita dengan berat bada kurang atau dengan berat badan normal sebelum kehamilanberkaitan dengan risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (Goldberg 2002). Berat badan lahir rendah

berkaitan dengan meningkatnya risiko sejumlah penyakit pada dewasa. Williamson CS, 2006 Seringkali diduga bahwa menyusui dapat membantu wanita untuk menurunkan berat badan cukup banyak yang diperoleh selama kehamilan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa menyusui

sesungguhnya mempunyai keterbatasan dampak pada penurunan berat badan postpartum dan terhadap kehilangan lemak postpartum, terutama pada wanita dengan giji yang bai, dan untuk itu jangan terlalu banyak berharap terhadap dampak menyusui terhadap pengendalian berat badan post partum (prentice dkk, 1996). Sejumlah faktor perilaku dan lingkungan mempunyai dampak pada perubahan berat badan postparum. Seperti contoh, telah ditunjukkan bahwa wanita yang kembali bekerja setelah melahirkan mengalami

penurunan berat badan yang besar selama 6 bulan, yang mungkin berkaitan dengan peningkatan aktivitas fisik dan atau terbatasnya akses makanan (Goldberg 2002). Williamson CS, 2006 Peningkatan berat badan selama kehamilan merupakan faktor penting yang menjelaskan retensi derat, dan penigkatan berat badan selama trimester pertama kehamilan merupakan variabel yang paling menjelaskan kondisi ini. Retensi berat bada, hanya sedikit meningkat seiring dengan pertambahan usia dan tidak berkaitan dengan paritas.Rossner
S, 1997.

B. Perubahan pada komposisi darah Volume plasma mulai meningkat pada awal 6 8 minggu kehamilan dan meningkat dengan jumlah sekitar 1500 ml pada kehamilan 34 minggu. Peningkatan volume ini berkaitan dengan ukuran janin, namun tidak terhadap ukuran ibu atau volume plasma sebelum hamil. Massa sel darah merah meingkat sekitar 200 250 ml selama kehamilan. Peningkatan ini lebih besar jika diberikan suplemen zat besi tambahan. Kapasitas transport oksigen meningkan dengan meningkatnya massa sel darah merah, untuk mencukupi

peningkatan kebutuhan oksigen seiring dengan pertumbuhan janin, dan perkembangan organ reproduksi ibu. Konsentrasi lemak plasma, vitamin yang larut dalam lemak dan pembawa protein tertentu biasanya meningkat selama kehamilan, dimana terdapat penurunan konsentrasi albumin, sebagian besar asam amino, banyak mineral dan vitamen larut air. Penurunan ini mungkin sebagian berkaitan dengan peningkatan filtrasi glomerulus yang mengakibatkan peningkatan ekskresi urin untuk beberapa asam amino, beberapa vitamin dan mineral. Namun, konsentrasi rendah dari nutrisi yang bersirkulasi bukan merupakan perubahan status nutrisi secara umum.

C. Perubahan metabolik dan respon adaptasi Menanggapi tuntutan peningkatan janin cepat tumbuh dan plasenta, wanita hamil mengalami perubahan metabolik yang banyak dan intens. Tentu saja tidak ada kejadian fisiologis lain dalam hidup pascakelahiran menginduksi perubahan seperti metabolisme

mendalam. Pada trimester ketiga, tingkat metabolisme basal adalah ibu meningkat sebesar 10 sampai 20 persen dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Hal ini meningkat 10 persen tambahan pada wanita dengan kehamilan kembar (Shinagawa dan rekan, 2005). Kehamilan menuntut tambahan energi total diperkirakan setinggi 80.000 kkal atau sekitar 300 kkal / hari (Hytten dan Chamberlain, 1991). Cunningham 2010 Perubahan pada sekresi hormon ibu mengarahkan pada perubahan penggunaan karbohidrat, lemak dan protein selama kehamilan. Janin membutuhkan asupan terus menerus dari glukosa dan asam amino untuk pertumbuhan, dan hormon yang dihasilkan oleh plasenta, human chorionic somatomammotropin, diduga memicu jaringan ibu untuk memperbesar penggunaan lemak untuk produksi energi, meningkatkan avalabilitas glukosa dan asam amino untuk janin.

Perubahan

pada

kadar

hormon

juga

membantu

untuk

memastikan jaringan ibu terpelihara, dan tidak digunakan untuk menyediakan energi dan asam aminu bagi janin. Rata-rata akumulasi nitrogen meningkat sepuluh kali lipat selama kehamilan, tanpa peningkatan pada keseimbangan nitrogen. 30% penurunan sintesa ura dan penurunan konsentrasi urea plasma pada trimester terakhir kehamilan telah diamati. Hal ini menunjukkan bahwa kekurangan asam amino ibu dapat ditekan, mewakili mekanisme untuk pembagian protein. Bukti menunjukkan bahwa protein dapat disimpan pada kehamilan dini dan digunakan pada tingkat lanjut untuk memenuhi kebutuhan janin yang sedang berkembang. Respon adaptasi membantu dalam memenuhi kebutuhan yang meningkat terhadap nutrien, tanpa mempertimbangkan status nutrisi ibu. Seperti repon homeostatip termasuk meningkatkan absorbsi zat besi dan kalsium. Mineral lain, seperti tembaga dan seng, juga menunjukkan absorbsi yang membaik. Terdapat penurunan ekskresi melalui urin dari beberapa nutrien diantaranya riboflavin dan asam amino taurin (Naismith dkk 1987). Peningkatan sekresi hormon aldosteron , khususnya pada akhir kehamilan, dapat mengarah pada peningkatan reabsorbsi natrium dari tubulus renalis yang akan memicu retensi cairan. 1. Metabolisme Protein Produk konsepsi, uterus, dan darah ibu relatif kaya protein daripada lemak atau karbohidrat. Pada jangka panjang, janin dan bersama-sama plasenta berat sekitar 4 kg dan mengandung sekitar 500 g protein, atau sekitar setengah dari peningkatan jumlah kehamilan (Hytten dan Leitch, 1971). Sejumlah 500 gram tersisa akan ditambahkan ke rahim sebagai protein kontraktil, ke payudara terutama dalam kelenjar, dan darah ibu sebagai protein hemoglobin dan plasma. Konsentrasi asam amino yang lebih tinggi dalam janin daripada di kompartemen ibu (Cetin dan rekan kerja, 2005; van den Akker dan

rekan, 2009). Peningkatan konsentrasi ini sebagian besar diatur oleh plasenta, yang tidak hanya berkonsentrasi pada asam amino ke dalam sirkulasi janin, tetapi juga terlibat dalam sintesis protein, oksidasi, dan transaminasi dari beberapa asam amino nonesensial (Galan dan rekan, 2009). Mojtahedi dan rekan (2002) mengukur keseimbangan nitrogen di kehamilan pada 12 wanita sehat. Meningkat dengan kehamilan dan dengan demikian menyarankan penggunaan diet protein yang lebih efisien. Mereka juga menemukan bahwa ekskresi 3-methylhistidine tidak berubah, menunjukkan bahwa tidak terjadi kerusakan otot ibu untuk memenuhi kebutuhan metabolik. 2. Metabolisme Karbohidrat Kehamilan normal ditandai dengan hipoglikemia puasa ringan, hiperglikemia postprandial, dan hyperinsulinemia. Tingkat basal peningkatan plasma insulin pada kehamilan normal dikaitkan dengan beberapa tanggapan unik konsumsi glukosa. Sebagai contoh, setelah makan glukosa oral, wanita menunjukkan baik hiperglikemia

berkepanjangan dan hyperinsulinemia serta penekanan yang lebih besar glukagon (Phelps dan rekan, 1981). Hal ini tidak dapat dijelaskan oleh penurunan metabolisme insulin karena paruhnya selama kehamilan tidak berubah (Lind dan rekan, 1977). Pada kehamilan dini, glukosa basal dan konsentrasi insulin tidak berbeda secara bermakna dibandingkan dengan nilai pada kondisi tidak hamil. Produksi glukosa hepatik basal, diperkirakan dengan menggunakan glukosa [6,6-2H2] tidak berbeda pada kehamilan 12 14 minggu. Namun demikian pada trimester ketiga konsentrasi glukosa basal sekitar 10 15 mg/DL (0,56 0,83 mmol/L) lebih rendah dan konsentrasi insulin hampir dua kali lebih rendah dibandingkan dengan wanita non gravid. Produksi glukosa hepatik endogen (Ra) meningkat 16-30% untuk memenuhi kebutuhan plasenta dan janin. Produksi glukosa menigkat seiring dengan peningkatan

10

berat badan ibu, namun produksi glukosa per kilogram berat badan ibu tidak berubah sepanjang kehamilan. Butte NF, 2000 Sebaliknya, respons ini konsisten dengan status kehamilan akibat resistensi insulin perifer, tujuan yang kemungkinan untuk menjamin persediaan yang berkelanjutan postprandial glukosa untuk janin. Memang, sensitivitas insulin pada kehamilan normal akhir adalah 45 sampai 70 persen lebih rendah dari perempuan hamil (Butte, 2000; Freemark, 2006). Mekanisme bertanggung jawab untuk resistensi insulin tidak sepenuhnya dipahami. Progesteron dan estrogen dapat bertindak, langsung atau tidak langsung, untuk memediasi perlawanan ini. Plasma tingkat kenaikan laktogen plasenta dengan kehamilan, hormon protein dan ini ditandai dengan tindakan-hormon

pertumbuhan seperti itu dapat mengakibatkan peningkatan lipolisis dengan pembebasan asam lemak bebas (Freinkel, 1980).

Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas beredar juga dapat membantu meningkatkan resistensi jaringan terhadap insulin

(Freemark, 2006). Perubahan wanita hamil cepat dari kondisi postprandial ditandai dengan kadar glukosa tinggi dan berkelanjutan untuk keadaan puasa ditandai dengan glukosa plasma menurun dan beberapa asam amino. Bersamaan, plasma konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida, dan kolesterol lebih tinggi. Freinkel dan rekan (1985) mengatakan perubahan pada kehamilan ini diinduksi dalam bahan bakar dari glukosa menjadi lipid sebagai kelaparan yang dipercepat. Tentu saja, ketika puasa berkepanjangan pada wanita hamil, perubahan ini terjadi berlebihan dan ketonemia cepat muncul. Penelitian longitudinal dari toleransi glukosa pada kehamilan menunjukkan peningkatan yang progresif dalam respon insulin yang di stimulasi oleh nutrien, tidak hanya oleh perubahan minor dari toleransi glukosa, konsisten dengan resistensi insulin yang progresif.Butte NF, 2000

11

3.

Metabolisme Lemak Konsentrasi lipid, lipoprotein, dan apolipoproteins dalam

meningkatkan plasma lumayan selama kehamilan. Penyimpanan lemak terjadi terutama selama midpregnancy (Hytten dan Thomson, 1968; Pipa dan rekan kerja, 1979). Lemak ini sebagian besar disimpan di pusat daripada situs perifer. Ini menjadi tersedia untuk transfer plasenta selama trimester terakhir apabila laju pertumbuhan janin maksimal bersama dengan asam lemak esensial persyaratan (Herrera dan rekan, 2006; Innis, 2005). Ini mungkin yang bertindak progesteron untuk me-reset lipostat di hipotalamus, dan pada akhir kehamilan, lipostat kembali ke tingkat sebelumnya tidak hamil, dan lemak ditambahkan hilang (Hytten dan Thomson, 1968). Seperti mekanisme untuk penyimpanan energi, paling tidak secara teoretis, mungkin melindungi ibu dan janin selama kelaparan berkepanjangan atau tenaga fisik yang berat. Hiperlipidemia maternal merupakan salah satu perubahan yang paling konsisten dan mencolok untuk dalam metabolisme lemak selama akhir kehamilan. Triasilgliserol dan kadar kolesterol dalam yang sangat-density lipoprotein rendah (VLDL), low-density lipoprotein (LDL), dan high-density lipoprotein (HDL) meningkat selama trimester ketiga dibandingkan dengan pada wanita hamil. Mekanisme yang bertanggung jawab atas perubahan ini meliputi peningkatan aktivitas lipase lipoprotein lipolitik dan penurunan dalam jaringan adiposa (Herrera dan rekan, 2006). Efek hati estradiol dan progesteron juga memainkan peranan penting (Desoye dan rekan, 1987). Selama trimester ketiga, rata-rata serum total kolesterol, LDLC, HDL-C, dan trigliserida sekitar 267 30 mg / dL, 136 33 mg / dL, 81 17 mg / dL, dan 245 73 mg / dL, masing-masing (Lippi dan rekan, 2007). Setelah melahirkan, konsentrasi lipid ini, serta lipoprotein dan mengurangi apolipoproteins. Laktasi kecepatan perubahan di tingkat banyak dari (Darmady dan Postle, 1982).

12

Hiperlipidemia menjadi perhatian beberapa karena terkait dengan disfungsi endotel. Dari studi mereka, bagaimanapun,

Saarelainen dan rekan (2006) menemukan bahwa respon vasodilatasi endotelium-dependen secara nyata meningkatkan seluruh kehamilan. Hal ini sebagian karena meningkatnya konsentrasi kolesterol HDLkemungkinan menghambat oksidasi low-density dan dengan demikian melindungi endotelium. Temuan mereka menunjukkan bahwa

peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler pada wanita multipara mungkin berhubungan dengan faktor-faktor lain selain

hiperkolesterolemia ibu. Perubahan pada metabolisme hepatik dan adiposa

menurunkan konsentrasi trigliserida, asam lemak, kolesterol, dan fosfolipid dalam sirkulasi. Setelah penurunan awal ini pada 8 minggu pertama kehamilan, terjadi peningkatan konsentrasyang tetap dari trigliserida, asam lemak, kolesterol, lipoprotein, dan fosfolipid. Tingginya konsentrasi esterogen dan resistensi insulin diduga bertanggungjawab terhadap terjadinya hipertrigliseridemia pada kehamilan. Butte NF, 2000 Kolesterol digunakan oleh plasenta untuk sintesis steroid dan asam lemak digunakan untuk oksidasi plasenta dan pembentukan membran. Perubahan pada konsentrasi mencerminkan perubahan pada berbagai fraksi lipoprotein. Butte NF, 2000 4. Leptin Pada manusia tidak hamil, hormon peptida ini terutama disekresi oleh jaringan adiposa. Ia memiliki peran penting dalam regulasi lemak tubuh dan pengeluaran energi. Kadar leptin serum maternal meningkat dan puncaknya pada trimester kedua dan meningkat sampai rentang konsentrasi dua sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan pada wanita hamil. Kenaikan ini hanya sebagian karena untuk mendapatkan berat badan hamil, karena leptin juga diproduksi dalam jumlah yang signifikan oleh plasenta. Memang, berat plasenta secara signifikan berkorelasi dengan tingkat leptin diukur

13

dalam darah tali pusat (Pighetti dan rekan kerja, 2003). Hauguel-de Mouzon dan rekan (2006) hipotesis bahwa produksi leptin meningkat mungkin penting untuk pengaturan peningkatan kebutuhan energi ibu. Leptin juga dapat membantu untuk mengatur pertumbuhan janin dan berperan dalam makrosomia janin serta pembatasan pertumbuhan (Gohlke, 2006; Grisaru-Granovsky, 2008; Henson, 2006, Lepercq, 2003, dan semua rekan-rekan mereka). 5. Ghrelin Ini adalah hormon yang dikeluarkan oleh jaringan adiposa yang mungkin memiliki peran dalam pertumbuhan janin dan proliferasi sel. Hal ini juga dinyatakan dalam jaringan plasenta, dan hormon ini mengatur sekresi hormon pertumbuhan. kadar serum ibu peningkatan ghrelin dan puncak di pertengahan usia kehamilan dan kemudian menurun hingga jangka (Fuglsang, 2008). Hal ini dijelaskan di tingkat ghrelin diketahui menurun di kondisi resistensi insulin lainnya seperti sindrom metabolik (Riedl dan rekan, 2007). 6. Elektrolit dan Metabolisme Mineral Selama kehamilan normal, hampir 1000 mEq natrium dan 300 mEq kalium disimpan (Lindheimer dan rekan, 1987). Meskipun penyaringan glomerular natrium dan kalium meningkat, ekskresi dari elektrolit tidak berubah selama kehamilan sebagai akibat dari resorpsi tubular ditingkatkan (Brown dan rekan, 1986, 1988). Dan meskipun ada peningkatan total akumulasi natrium dan kalium, konsentrasi serum mereka menurun sedikit karena volume plasma yang diperluas (lihat Lampiran). Namun, mereka tetap sangat dekat kisaran yang normal untuk wanita hamil (Kametas dan rekan, 2003b). Jumlah mencerminkan kalsium serum menurun albumin selama dan kehamilan, menurunkan

penurunan

plasma

konsentrasi, pada gilirannya, konsekuensi penurunan dalam jumlah terikat dengan protein. Tingkat serum kalsium terionisasi,

bagaimanapun, tetap tidak berubah (Power dan asosiasi, 1999). Perkembangan janin memaksakan permintaan yang signifikan pada

14

homeostasis kalsium ibu. Sebagai contoh, kerangka janin accretes sekitar 30 g kalsium dengan istilah persen, 80 yang disimpan selama trimester ketiga. Tuntutan ini sebagian besar dipenuhi oleh dua kali lipat dari penyerapan kalsium ibu usus dimediasi, sebagian, oleh D3 1,25-dihydroxyvitamin (Kovacs dan Fuleihan, 2006). Selain itu, asupan kalsium yang cukup diperlukan untuk mencegah penipisan kelebihan dari ibu (lihat Tabel 8-7). Hal ini terutama penting pada remaja hamil, di tulang yang masih berkembang (Repke, 1994). Kadar magnesium serum juga menurun selama kehamilan. Bardicef dan rekan (1995) menyimpulkan bahwa kehamilan

sebenarnya keadaan deplesi ekstraseluler magnesium. Dibandingkan dengan wanita tidak hamil, mereka menemukan bahwa kedua magnesium total dan terionisasi secara signifikan lebih rendah selama kehamilan normal. kadar fosfat serum berada dalam kisaran hamil (Kametas dan rekan, 2003b). Ambang ginjal untuk ekskresi fosfat anorganik meningkat pada kehamilan karena kalsitonin meningkat (Weiss dan rekan, 1998). Sehubungan dengan mineral yang lain, kehamilan

menyebabkan sedikit perubahan dalam metabolisme mereka selain dari retensi mereka dalam jumlah yang setara dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. 7. Metabolisme Besi Kandungan besi total berkisar dewasa wanita normal 2,0-2,5 g atau sekitar setengah jumlah yang ditemukan normal pada pria. Yang penting, toko besi perempuan muda normal hanya sekitar 300 mg (Pritchard dan Mason, 1964). Dari perkiraan 1000 mg zat besi yang dibutuhkan untuk kehamilan normal, sekitar 300 mg secara aktif ditransfer ke janin dan plasenta, dan lainnya 200 mg hilang melalui berbagai rute normal ekskresi, terutama saluran pencernaan. Ini adalah kerugian wajib dan terjadi bahkan ketika sang ibu kekurangan zat besi. Kenaikan rata-rata total volume sirkulasi eritrosit-sekitar 450 mL-membutuhkan 500 mg

15

lain karena 1 mL eritrosit mengandung 1,1 mg besi. Karena kebanyakan besi digunakan selama paruh kedua kehamilan,

kebutuhan zat besi menjadi besar setelah midpregnancy dan rata-rata 6 sampai 7 mg / hari (Pritchard dan Scott, 1970). Jumlah ini biasanya tidak tersedia dari besi penyimpanan di sebagian besar perempuan, dan peningkatan yang optimal dalam volume eritrosit ibu tidak akan berkembang tanpa zat besi tambahan. Tanpa suplementasi,

konsentrasi hemoglobin dan hematokrit turun lumayan dengan meningkatnya volume darah. Pada saat yang sama, produksi sel merah janin tidak terganggu karena transfer plasenta besi bahkan ketika sang ibu menderita anemia defisiensi besi berat. Pada kasus yang parah, kami telah mendokumentasikan nilai hemoglobin 3 g / dL dan hematocrits sebesar 10 persen. Oleh karena itu jumlah besi makanan, bersama-sama dengan yang dimobilisasi dari toko, tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan rata-rata yang dikenakan oleh kehamilan. Seperti

ditunjukkan dalam Gambar 5-6, jika wanita hamil nonanemic tidak diberikan zat besi tambahan, yang dibahas dalam Bab 8, kemudian serum besi dan feritin penurunan konsentrasi setelah midpregnancy. Peningkatan awal kehamilan zat besi dan feritin serum cenderung karena permintaan besi minimal dini dikombinasikan dengan

keseimbangan besi positif dari amenore.

16

BAB III KEBUTUHAN GIZI WANITA HAMIL

A.

Rekomendasi Gizi Ibu Hamil Pedoman makan sehat untuk ibu hamil sebenarnya sangat mirip dengan yang untuk wanita tidak hamil, dengan beberapa pengecualian. Rekomendasi utama adalah makan diet yang sehat dan seimbang berdasarkan, yang mencakup banyak karbohidrat tepung, seperti roti, pasta beras, dan kentang, dan kaya akan buah dan sayuran. Diet sehat mencakup jumlah moderat makanan susu dan makanan yang mengandung protein, misalnya ramping daging, ikan, telur dan kacang-kacangan (kacang-kacangan dan lentil), dan jumlah terbatas makanan tinggi lemak atau gula. Perubahan dalam metabolisme, yang mengarah ke lebih pemanfaatan yang efisien dan penyerapan zat gizi terjadi selama kehamilan, yang berarti bahwa untuk banyak nutrisi, seperti kalsium, peningkatan asupan makanan atas dan di atas yang biasanya diperlukan, tidak diperlukan. Untuk beberapa nutrisi, bagaimanapun, peningkatan asupan dianjurkan. Panel Inggris koma telah menetapkan spesifik Referensi Gizi Intakes (RNIs) 1 untuk kehamilan. Tabel 6 menunjukkan nutrisi yang peningkatan persyaratan telah ditetapkan. Sejauh ini, sudah ada survei diet sangat sedikit yang memiliki fokus pada asupan gizi pada wanita hamil di Inggris. Namun, Avon Longitudinal Studi Kehamilan dan Anak

(ALSPAC) yang dikumpulkan data tentang diet hampir 12 000 perempuan di 32 minggu kehamilan menggunakan kuesioner frekuensi makanan (FFQ). Data menunjukkan bahwa konsumsi gizi pada wanita Inggris hamil yang cukup, dengan

pengecualian besi, magnesium dan folat (Rogers & Emmett 1998).

17

Nasional baru-baru ini Diet dan Nutrisi Survey (NDNS) dari orang dewasa berusia 19-64 tahun menunjukkan bahwa proporsi wanita usia subur memiliki asupan yang rendah beberapa vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, riboflavin, besi, kalsium, magnesium, kalium dan yodium (Henderson et al 2003b.).

B.

Energi Diet ibu selama kehamilan harus memberikan energi yang cukup untuk menjamin persalinan bayi, penuh panjang sehat ukuran yang memadai dan komposisi tubuh yang sesuai. Idealnya, seorang wanita harus memasukkan kehamilan

dengan berat badan yang sehat dan status gizi yang baik. Kebutuhan energi tambahan dari kehamilan sehingga hasil dari berikut ini (Goldberg 2002): kebutuhan untuk deposit energi dalam bentuk

jaringan baru, ini termasuk janin, plasenta dan cairan ketuban; pertumbuhan yang ada jaringan ibu, termasuk

payudara dan rahim; ekstra penumpukan lemak ibu; meningkatkan energi persyaratan untuk sintesis jaringan; peningkatan konsumsi oksigen oleh organ ibu; kebutuhan energi hasil konsepsi (janin dan

plasenta), khususnya pada tahap akhir kehamilan. Sebuah gabungan FAO / WHO / UNU Konsultasi Ahli Energi Manusia Persyaratan diadakan pada tahun 2001, dan laporan baru-baru ini diterbitkan meninjau rekomendasi dari konsultasi sebelumnya (yang diadakan pada tahun 1981). Biaya energi total kehamilan kini diperkirakan sekitar 321 MJ (77 000 kkal).

18

Hal ini didasarkan pada data dari studi longitudinal dan perhitungan faktorial dari energi ekstra yang diperlukan selama periode ini (FAO / WHO / UNU 2004). Beberapa studi telah diukur BMR pada berbagai tahap kehamilan. Dari penelitian ini, peningkatan rata-rata BMR dari 154 MJ selama masa kehamilan ditentukan. Untuk setiap trimester, kenaikan rata-rata di BMR adalah sekitar 5%, 10% dan 25% dari BMR pra-kehamilan masing-masing, namun, terdapat rentang yang luas dalam variabilitas individu. Untuk kenaikan berat badan rata-rata 12 kg, peningkatan energi yang dibutuhkan akan 0,085, 0,35 dan 1,3 MJ / hari (20, 85 dan 310 kkal / hari) untuk setiap triwulan (Butte & King 2002). Estimasi yang dibuat dengan menggunakan

perhitungan berdasarkan peningkatan BMR adalah, pada kenyataannya, sangat mirip. Dengan rata-rata dua jenis perhitungan faktorial, estimasi saat ini 321 MJ (77 000 kkal) dihitung sebagai biaya energi ekstra kehamilan (FAO / WHO / UNU 2004). Namun, kebutuhan energi dari perempuan selama kehamilan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga dapat menjadi sulit untuk membuat

rekomendasi per individu. Di Inggris, rekomendasi saat ini agak lebih konservatif. Menurut DRV untuk asupan energi selama kehamilan adalah 200 kkal ekstra / hari selama trimester ketiga saja. Wanita yang berat badannya di awal kehamilan mereka dan wanita yang tidak mengurangi aktivitas mereka mungkin membutuhkan lebih dari jumlah ini (DH 1991). Namun, saat ini diasumsikan bahwa jika berat badan ibu dan pertumbuhan janin yang cukup, asupan energi maka ibu harus cukup untuk memenuhi kebutuhan individu (Goldberg 2002).

19

C.

Protein Kebutuhan protein total selama kehamilan telah diperkirakan sekitar 925 g bagi seorang wanita memperoleh 12,5 kg dan memberikan bayi sebesar 3,3 kg (Hytten 1980). Protein tidak diperoleh pada tingkat yang konstan, tingkat di mana protein disimpan meningkat sebagai kehamilan berlanjut. Perkiraan untuk triwulan pertama, kedua, ketiga dan keempat sebesar 0,64, 1,84, 4,76 dan 6,10 g protein per hari, masing-masing (FAO / WHO / UNU 1985). Namun, perkiraan yang lebih baru dari studi longitudinal perempuan di negara maju (misalnya Inggris, Amerika Serikat) menunjukkan protein keuntungan pada kehamilan mungkin lebih rendah, di kisaran 497-696 g untuk berat badan rata-rata 12 kg (FAO / WHO / UNU 2004). Gabungan FAO / WHO / UNU konsultasi menetapkan bahwa peningkatan rata-rata asupan protein 6 g per hari diperlukan selama masa kehamilan. Ini didasarkan pada rata-rata

keuntungan dihitung 925 g protein, ditambah 30% (2 standar deviasi dari berat lahir), untuk memungkinkan keuntungan protein hampir semua wanita hamil normal. Angka juga harus disesuaikan dengan efisiensi dengan protein diet yang diubah menjadi jaringan janin, plasenta dan ibu (FAO / WHO / UNU 1985). Konsultasi FAO baru pada kebutuhan protein adalah karena laporan tahun 2006. Di Inggris, DRV untuk asupan protein sesuai dengan rekomendasi di atas, pada 6 gram ekstra protein per hari

selama kehamilan, untuk mencapai asupan total 51 g per hari. Ini didasarkan pada perhitungan protein tambahan yang diperlukan untuk produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan ibu, dengan asumsi berat lahir sebesar 3,3 kg (DH 1991). Menurut NDNS baru-baru ini orang dewasa, asupan protein rata-rata adalah 60 g per hari pada wanita berusia 19-24 tahun

20

dan 59 g per hari pada wanita berusia 25-34 tahun (Henderson et al 2003c.).

D.

Lemak Panel DRV tidak memberikan nilai khusus untuk kebutuhan lemak tambahan selama kehamilan (DH 1991). Namun, wanita hamil dan mereka yang merencanakan kehamilan

membutuhkan asupan makanan yang cukup asam lemak esensial dan mereka lagi-rantai derivatif, DHA dan AA, yang diperlukan untuk perkembangan otak dan sistem syaraf janin, terutama pada akhir kehamilan ( BNF 1999). Sumber makanan terbaik panjang rantai-3 asam lemak n (EPA dan DHA) adalah minyak ikan yang kaya. Ada juga beberapa bukti bahwa peningkatan konsumsi asam n rantai panjang-3 lemak selama kehamilan mungkin memiliki efek menguntungkan pada berat lahir atau masa kehamilan (egAllen & Harris 2001).

E.

Karbohidrat Persyaratan untuk pati, gula dan polisakarida non-pati (dietary fiber) selama hamil tidak meningkat. Namun, sembelit, yang mungkin pihak dikaitkan dengan berkurangnya motilitas saluran pencernaan, adalah umum pada semua tahap

kehamilan. Wanita dengan intake rendah polisakarida non-pati dapat mengambil manfaat dari asupan meningkat, untuk dalam kisaran 12-24 g per hari, bersama dengan intake cairan meningkat unt

F.

Vitamin Panel DRV didirikan DRVs selama sembilan vitamin, dengan kenaikan selama kehamilan untuk vitamin A, C dan D, thiamin, riboflavin dan folat. Ini dibahas di bawah ini. 1. Vitamin A

21

Extra vitamin A diperlukan selama masa kehamilan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan janin, untuk

penyimpanan vitamin A pada janin dan untuk pertumbuhan jaringan ibu. Persyaratan yang tertinggi selama trimester ketiga, saat pertumbuhan janin paling cepat. Panel DRV menyimpulkan bahwa konsumsi vitamin A harus ditingkatkan selama kehamilan dengan 100 mg per hari (untuk 700 mg per hari). Hal ini untuk memungkinkan untuk penyimpanan ibu memadai sehingga vitamin bahwa A tersedia untuk janin selama kehamilan akhir. The NDNS baru-baru ini orang dewasa menunjukkan bahwa beberapa wanita, terutama dalam kelompok usia yang lebih muda, memiliki asupan vitamin A di bawah LRNI (lihat Tabel 7) (Henderson et al. 2003b). Namun, jika diambil dalam jumlah yang berlebihan, retinol adalah teratogenik, dan karena itu wanita hamil disarankan untuk menghindari hati dan produk hati dan suplemen yang mengandung retinol [kecuali disarankan lain oleh dokter umum (GP)]. Lain makanan sumber vitamin A dan beta-karoten (misalnya produk susu, telur, wortel dan sayuran berdaun) dapat dimasukkan sebagai bagian dari makanan yang sehat dan seimbang selama kehamilan. Diet vitamin A diperoleh dalam dua bentuk: sebagai vitamin pra-terbentuk (retinol) yang ditemukan di beberapa produk hewani seperti produk susu, hati dan minyak ikan hati, dan sebagai prekursor vitamin A dalam bentuk karotin yang ditemukan di banyak buah-buahan dan sayuran. Hal ini juga diketahui bahwa konsumsi berlebihan vitamin A dalam bentuk retinol dapat menjadi racun bagi perkembangan janin. Kelompok Ahli pada Vitamin dan Mineral (EVM) dianggap risiko teratogenik yang terkait dengan retinol dalam laporan mereka di tingkat atas aman

22

untuk vitamin dan mineral. Vitamin A telah terbukti teratogenik (menyebabkan malformasi dalam embrio atau janin) pada hewan, dan sejumlah studi epidemiologi pada manusia telah menunjukkan bahwa paparan kadar tinggi vitamin A selama kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat lahir (EVM 2003 ). Ambang batas dosis untuk pencegahan cacat lahir masih belum jelas, tetapi dosis tambahan terendah yang terkait dengan efek teratogenik adalah 3000 mg per hari (Rothman et al 1995.). Ini telah diusulkan sebagai ambang batas dosis untuk teratogenisitas (EVM 2003). Ada baru saja kekhawatiran tentang konsentrasi tinggi vitamin A hadir dalam hati hewan. Sebagian 100 g khas telah ditemukan mengandung 13 000-40 000 mg vitamin A, yang lebih dari 18 kali RNI bagi perempuan hamil. Hal ini diduga terjadi karena retinol yang ditambahkan ke dalam bahan makanan hewan untuk membantu produktivitas, reproduksi dan status kekebalan. Di Inggris, FSA saat ini menyarankan wanita yang sedang hamil atau akan menjadi hamil untuk membatasi asupan vitamin A dalam bentuk retinol dengan menghindari produk hati dan hati (liver pate misalnya dan sosis hati). Mereka juga harus menghindari mengonsumsi suplemen yang mengandung retinol (termasuk multivitamin dosis tinggi) dan cod minyak hati suplemen, kecuali menyarankan untuk melakukannya oleh mereka GP (FSA 2005b). Ini mencerminkan DH sebelumnya diterbitkan rekomendasi (1990). Diet sehat dan bervariasi harus menyediakan cukup vitamin A pada populasi Inggris. Sumber lain vitamin A dalam makanan (misalnya produk susu, menyebar lemak, telur, wortel dan sayuran berdaun) tidak menimbulkan risiko

23

apapun dari asupan yang berlebihan, dan harus dimasukkan sebagai bagian dari diet yang sehat dan seimbang selama kehamilan.

2. Thiamin, riboflavin dan folat Thiamin (B1) dan riboflavin (B2) diperlukan untuk pelepasan energi dalam sel-sel tubuh. Persyaratan untuk persyaratan paralel thiamin untuk energi dan kemudian lebih tinggi untuk trimester terakhir kehamilan (meningkat 0,1 mg sampai total 0,9 mg per hari selama trimester terakhir). Peningkatan untuk konsumsi riboflavin rata-rata adalah 0,3 mg per hari (untuk total 1,4 mg per hari) selama kehamilan. Perhatikan bahwa respon adaptif untuk kehamilan berkurang ekskresi beberapa nutrisi, termasuk riboflavin, membantu untuk memenuhi peningkatan permintaan. Para NDNS terbaru dari orang dewasa menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia subur memiliki konsumsi riboflavin bawah LRNI. Wanita hamil karenanya harus didorong untuk mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung riboflavin. Sumber yang baik untuk riboflavin adalah susu dan produk susu, daging, sayuran berdaun hijau, sereal, ragi ekstrak dan hati, namun hati hati dan produk harus dihindari selama kehamilan. Selain rekomendasi untuk mengambil suplemen asam folat sebelum konsepsi dan pada tahap awal kehamilan, folat ekstra juga dibutuhkan selama kehamilan untuk mencegah anemia megaloblastik. Kenaikan dari 100 mg per hari (untuk total 300 mg per hari) telah ditetapkan oleh panel DRV selama masa kehamilan. Tingkat asupan dapat dicapai dengan diet seimbang, yang mencakup banyak makanan yang kaya folat dan makanan yang diperkaya dengan asam

24

folat3e, sehingga suplemen asam folat direkomendasikan hanya sampai 12 minggu kehamilan.

3. Vitamin C Peningkatan dalam asupan vitamin C 10 mg per hari (untuk total 50 mg per hari) selama trimester terakhir kehamilan adalah untuk memastikan bahwa toko ibu dipelihara, terutama terhadap tahap akhir kehamilan. Janin yang tumbuh pesat tempat menguras tambahan moderat pada jaringan toko, seperti mampu berkonsentrasi vitamin dengan mengorbankan tingkat sirkulasi vitamin dan toko ibu. Vitamin C juga memiliki peran penting dalam meningkatkan penyerapan sumber-sumber non-hem dari besi. Wanita hamil karena itu dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin C, bersama-sama dengan makanan kaya zat besi, untuk membantu penyerapan zat besi (FSA 2005b).

4. Vitamin D Status vitamin D wanita dewasa lebih dijaga oleh paparan sinar matahari daripada melalui diet, dan saat ini belum ada RNI untuk vitamin D untuk orang dewasa di bawah 65 tahun. Beberapa vitamin D tersedia secara alami dalam makanan, termasuk telur, daging dan ikan kaya minyak. Margarin diperkaya dengan vitamin D oleh hukum dan juga ditambahkan ke paling menyebar lemak dan beberapa sereal sarapan. Vitamin D penting untuk penyerapan dan

pemanfaatan kalsium, yang diperlukan untuk kalsifikasi dari kerangka janin, terutama pada tahap akhir kehamilan, dan status vitamin D yang rendah dapat merugikan baik bagi ibu dan janin. Sebuah penelitian baru menemukan miskin status

25

vitamin D ibu untuk dihubungkan dengan massa tulang berkurang pada anak (usia 9) dan juga dapat meningkatkan resiko osteoporosis di kemudian hidup (lihat Javaid et al 2006.). Oleh karena itu wanita hamil memerlukan pasokan yang baik dan suplemen vitamin D sebesar 10 mg per hari saat ini direkomendasikan untuk semua wanita hamil (FSA 2005b). Sebuah prevalensi tinggi kekurangan vitamin D telah dilaporkan pada wanita hamil Asia di Inggris, khususnya di kalangan mereka yang vegetarian (Iqbal et al. 1994). Diperkirakan bahwa tingkat sintesis vitamin D di kulit mungkin lebih lambat pada orang Asia daripada bule, meningkatkan kebutuhan Perempuan makanan dan

suplementasi vitamin D. yang menerima paparan sinar matahari sedikit, seperti yang menutupi kulit mereka ketika di luar ruangan, juga cenderung memiliki status vitamin D rendah, sehingga sangat penting bahwa mereka menerima vitamin D tambahan selama kehamilan.

G.

Mineral Panel DRV didirikan DRVs selama 10 mineral (DH 1991), namun tidak ada kenaikan didirikan untuk kehamilan sebagai persyaratan tidak dianggap meningkat. Hal ini terutama karena penyerapan lebih efisien dan pemanfaatan nutrisi yang terjadi selama kehamilan. 1. Kalsium The RNI untuk kalsium untuk semua orang dewasa adalah 700 mg per hari dan panel DRV tidak menganggap bahwa setiap kenaikan itu perlu selama kehamilan. Bayi yang lahirdengan panjang badan yang memadai

mengandung sekitar 20-30 g kalsium, sebagian besar yang ditetapkan selama trimester terakhir. Meskipun kalsium

26

tuntutan pada ibu yang tinggi, terutama selama tahap terakhir dari kehamilan, adaptasi fisiologis berlangsung untuk memungkinkan penyerapan lebih efisien dan

penggunaan kalsium, jadi asupan meningkat dari diet biasanya tidak diperlukan. Adaptasi ini meliputi: Peningkatan konsentrasi 1,25 D3-dihydroxyvitamin ibu bebas (disintesis oleh plasenta) sehingga

penyerapan kalsium yang lebih efisien. Peningkatan penyerapan dapat dirangsang oleh laktogen hormon estrogen, dan prolaktin. Enhanced retensi kalsium, karena peningkatan

reabsorpsi pada tubulus ginjal. Ada bukti bahwa kepadatan tulang ibu berkurang selama 3 bulan pertama kehamilan untuk

menyediakan suatu reservoir kalsium internal, yang diisi kembali oleh tahap akhir kehamilan. Panel DRV itu, bagaimanapun, mengingatkan bahwa tinggi konsumsi kalsium ibu akan dianjurkan dalam kehamilan remaja. Demineralisasi tulang ibu akan merugikan di masa remaja, ketika kerangka masih meningkat di kepadatan. Selanjutnya, setiap dorongan pertumbuhan yang cepat ibu lebih lanjut dapat menguras toko kalsium yang ada. Juga, jika konsumsi kalsium yang rendah selama masa kanakkanak dan remaja awal, toko kalsium mungkin tidak cukup untuk secara optimal memenuhi kedua kebutuhan ibu dan janin. The RNI untuk kalsium untuk anak perempuan berusia 15-18 tahun lebih besar daripada orang dewasa, pada 800 mg per hari (lihat juga bagian 9.2). Kelompok-kelompok lain yang mungkin memiliki konsumsi kalsium tidak memadai meliputi: wanita yang mengkonsumsi sedikit atau tidak ada susu atau produk susu;

27

Wanita vegan wanita Asia yang mungkin memiliki status vitamin D rendah (lihat bagian diet sebelumnya) tinggi serat dan yang juga dapat

mengkonsumsi

menghambat penyerapan kalsium.

2. Besi Persyaratan besi meningkat selama kehamilan untuk memasok janin dan plasenta serta untuk produksi

peningkatan jumlah sel darah merah ibu. The RNI untuk asupan zat besi untuk wanita dewasa adalah 14,8 mg per hari dan panel DRV tidak membentuk kenaikan apapun selama kehamilan, sebagai persyaratan tambahan besi dianggap dipenuhi melalui: penghentian kehilangan saat menstruasi; meningkatkan penyerapan usus; mobilisasi cadangan besi ibu

Sebagian besar perempuan usia subur di Inggris (hingga 50%) memiliki toko-toko besi yang rendah, dan oleh karena itu pada peningkatan risiko anemia seharusnya mereka menjadi hamil (Buttriss et al 2001.). Selanjutnya, baru-baru

28

ini NDNS orang dewasa berusia 19-64 tahun menunjukkan bahwa konsumsi zat besi pada wanita di Inggris telah menurun selama 15 tahun terakhir. Saat ini, 42% perempuan 19-24 tahun dan 41% wanita 25-34 tahun memiliki asupan besi (dari sumber makanan) di bawah LRNI 8 mg per hari (Henderson et al. 2003b). FSA merekomendasikan bahwa perempuan harus mencoba untuk makan banyak makanan kaya zat besi selama kehamilan (misalnya daging merah tanpa lemak, kacang-kacangan, sayuran hijau, roti dan sereal), dan juga mencoba untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C pada saat yang sama , dalam rangka

meningkatkan penyerapan zat besi non-hem (FSA 2005b). Mereka yang paling berisiko kekurangan zat besi selama kehamilan termasuk wanita yang memiliki kelahiran berturutturut, perempuan dari kelompok sosial-ekonomi rendah dan remaja (lihat bagian 9.2). Idealnya, status zat besi miskin harus diselesaikan sebelum konsepsi. Laporan koma tidak mengakui bahwa jika toko besi tidak memadai pada awal kehamilan, suplemen mungkin diperlukan (DH 1991). Dalam prakteknya, banyak wanita yang diresepkan suplemen zat besi selama kehamilan dan juga dapat diberikan saran diet untuk membantu mereka meningkatkan asupan zat besi mereka.

29

BAB IV DEFISIENSI NUTRISI DALAM KEHAMILAN

Studi nutrisi dalam kehamilan manusia sangat sulit untuk dilakukan karena meneliti kekurangan makanan secara eksperimental tidak etis. Dalam contoh-contoh di mana kekurangan gizi yang parah telah dipicu sebagai konsekuensi dari bencana sosial, ekonomi, atau politik, peristiwa kebetulan sering telah menciptakan banyak variabel, efek yang tidak setuju untuk kuantifikasi. Beberapa pengalaman terakhir menunjukkan, bagaimanapun, bahwa pada wanita yang sehat, keadaan kelaparan membentuk perbedaan yang jelas dalam hasil kehamilan. Selama musim dingin 1944-1945 Eropa parah, kekurangan gizi intensitas dikenal berlaku di area yang terbatas dari Belanda diduduki oleh militer Jerman (Kyle dan Pichard, 2006). Pada titik terendah selama ini Hunger Winter Belanda, jatah mencapai 450 kkal / hari, yang secara umum daripada kekurangan gizi selektif. Smith (1947) menganalisis hasil dari kehamilan yang berlangsung selama kelaparan 6-bulan. Median birthweights bayi menurun sekitar 250 g dan bangkit kembali setelah makanan menjadi tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa berat lahir dapat dipengaruhi secara signifikan oleh kelaparan selama kehamilan nanti. Angka kematian perinatal, bagaimanapun, tidak diubah, atau adalah kejadian kelainan meningkat secara signifikan. Bukti gangguan perkembangan otak telah diperoleh di beberapa janin hewan yang ibunya telah mengalami kekurangan makanan intens. perkembangan intelektual selanjutnya dipelajari oleh Stein dan rekanrekan (1972) pada dewasa laki-laki muda yang ibunya telah kelaparan selama kehamilan. Penelitian komprehensif ini dimungkinkan karena semua laki-laki pada usia 19 menjalani pemeriksaan wajib untuk layanan militer. Disimpulkan bahwa kekurangan makanan yang parah selama kehamilan tidak menimbulkan efek terdeteksi pada kinerja mental berikutnya.

30

Sejumlah studi tentang konsekuensi jangka panjang untuk ini kelompok anak-anak yang lahir dari ibu gizi dicabut telah dilakukan dan baru-baru ini ditinjau oleh Kyle dan Pichard (2006). Progeni terkena di pertengahan hingga akhir kehamilan yang ringan, pendek, dan tipis saat lahir, dan mereka memiliki insiden yang lebih tinggi dari toleransi glukosa berikutnya berkurang, hipertensi, penyakit saluran napas reaktif,

dislipidemia, dan penyakit arteri koroner. Paparan awal kehamilan dikaitkan dengan obesitas meningkat pada wanita dewasa tetapi tidak laki-laki. Awal paparan juga dikaitkan dengan peningkatan anomali sistem saraf pusat, skizofrenia, dan gangguan skizofrenia-spektrum kepribadian. Pengamatan ini, serta yang lain, telah menyebabkan konsep

pemrograman janin oleh yang dewasa morbiditas dan kematian yang berkaitan dengan kesehatan janin. Karena penelitian nutrisi dan perkembangan sering melibatkan pengumpulan jaringan yang diambil dengan tindakan invasif dan prosedur bedah, sehingga menjadi tidak etis maupun praktis untuk melakukan penelitian terhadap janin dan plasenta manusia. Wu G et al, 2004

A. Karbohidrat Beberapa penelitian menunjukkan adanya dampak dari

defisiensi karbohidrat pada masa kehamilan. Glukosa merupakan sumber energi utama pada kehamilan lanjut Kristine dkk, 1986 melakukan penelitian dampak pemberian diet rendah karbohidrat selama kehamilan dan parturisi pada tikus. Pada penelitian ini didapatkan perbandingan efek pemberian diet tinggi karbohidrat (62%) atau kerbohidrat kurang adekuat (4%) selama 8 hari pertama usia kehamilan diikuti dengan pemberian kadar karbohidrat yang tinggi selama sisa waktu kehamilan selama masa menyusui menunjukkan bahwa pembatasann karbohidrat pada awal kehamilan memberikan efek jangka panjang pada pertumbuhan janin selama kehamilan dan perkembangan postnatal. Penurunan berat badan dan penurunan perkembangan yang terus menerus berlangsung secara

31

bermakna selama 7 hari pertama menyusui pada anak tikus sejak dilakukan pembatasan pemberian karbohidrat menunjukkan tidak terjadi normalisasi pertumbuhan sesuai nilai kontrol bahkan setelah 3 minggu pemberian diet tinggi karbohidrat. Observasi sebelumnya menunjukkan penurunan simpanan glikogen dalam hati pada anak tikus yang dilahirkan secara seksio pada hari ke 21 kehamilan. Pengamatan ini menunjukkan bahwa perubahan dan perlakuan perubahan metabolik pada janin akibat pembatasan karbohidrat, bahkan untuk jangka waktu yang terbatas dapat mencegah akumulasi glikogen yang optimal pada saat aterm, dan defisit ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat pada neonatus.Koski KG, Hill
AW, 1986

Pada penelitian lain oleh yang juga dilakukan oleh Koski KG, Hill FW, Hurley LS, 1986 menemukan bukti pertama bahwa perlu karbohidrat dalam jumlah tertentu untuk embriogenesis dan

pertumbuhan janin dan perkembangan pada tikus hamil. Tiku-tikus hamil mendapatkan diet yang defisiensi secara spesifik terhadap karbohidrat tertentu. Diet energi nonprotein yang dipilih dalam hal ini adalah lemak, dalam bentuk lemak utuh (minyak kedelai) atau campuran asam lemak ( (asam oleat edible) atau kombinasi keduanya. Diet ini mengandung 9,5% protein kasein, yang menunjukkan jumlan minimal yang cukup baik pada diet ekspertimental berbasis lemak dan diet kontrol tinggi kerbohidrat. Diat diberikan sejak hari konsepsi sampai 21 hari kheamilan, dan bayi tikus dilahirkan secara seksio sesarea. Diet nol-karbohidrat yang terdiri dari minyak kedelai cukup baik untuk embriogenesis dan menghasilkan jumlah normal kehamilan aterm dengan kondisi normal dengan berat badan lebih rendah daripada bayi tikus yang mendapatkan diet tinggi karbohidrat sebagai kontro. Secara kontras, diet nol karbohidrat dengan dasar asam oleat gagal dalam mempertahankan kehamilan, dan menunjukkan

kebutuhan terhadap karbohidrat atau lemak utuh atau keduanya. Untuk mempertahankan kehamilan hingga aterm dibutuhkan 5-10%

32

lemak utuh dan 4% karbohidrat berupa glukosa atau persamaan jumlah gliserol dari lemak. Dati tingkatan kadar pemberian glukosa dalam diet berupa asam lemak terdiri dari 5-10% lemak utuh berupa minyak kedelai, karbohidrat yang dibutuhkan sekitar 6 8% glukosa untuk mempertahankan asupan makanan ibu dan pertambahan berat badan dalam rangka menghasilkan berat janin yang normal pada kehamilan aterm, dan 12% glukosa untuk mendapatkan setidaknya setengah dari kadar glikogen hati janin sesuai yang didapatkan pada kelompok kontrol yang mendapatkan diet tinggi karbohidrat. Sementara dampak defisiensi karbohidrat secara spesifik pada manusia tidak pernah teliti secara tersendiri. Karena kekurangan nutrisi yang terjadi biasanya terjadi pada hampir seluruh komponen asupan, sementara memberikan perlakuan terhadap manusia

menyangkut etika dari penelitian itu sendiri.

B. Protein Secara khusus, persentase energi yang berasal dari protein secara positif berkaitan dengan berat lahir dan berat plasenta.
Willson KJ, et al, 2004 Moore VM, Davies MJ,

Pemberian asupan diet rendah protein pada babi yang hamil menurunkan konsentrasi arginin 21-25% di dalam plasma janin, cairan allantoin, dan plasenta pada hari ke 60 kehamilan. Defisiensi arginin menyebabkan IUGR, meningkatkan resorbsi janin dan kemayian, dan meningkatkan mortalitas pada tikus percobaan, dimana diet

suplementasi arginin memperbaiki pertumbuhan janin terhambat pada model tikus yang IUGR akibat hipoksia atau inhibitor NOS, Wu G et al, 2004

C. Lemak Bukti epidemiologi menunjukkan terdapat hubungan antara intake ikan (danasam lemak n-3) dengan berat lahir, namun suplementasi dengan minyak ikan tidak menunjukkan efek terhadap berat janin. Suplementasi dengan minyak ikan selama kehamilan berdampak pada

33

membaiknya kadar asam docosahexaenoic pada pertumbuhan neuron dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Jackson AA, Robinson SM, 2001

D. Vitamin 1. Vitamin A Telah diperkirakan antara 1% dan 5% dari seluruh wanita hamiln memiliki gejala dan tanda-tanda kekurangan vitamin A. Defisiensi subklinis mungkin lebih banyak tersebar namun tidak terdeteksi. Tidak seperti anemia, defisiensi vitamin A pada kehamilan tidak berkaitan dengan mesalah kesehatan yang serius atau luaran obstetri yang jelek. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin A dan riboflavin memiliki peran dalam metabolisme zat besi; kecukupan nutrisi ini bersamaan dengan zat besi secara bermakna memperbaiki kondisi kadar zat besi dan mengurangi angka anemia pada anak-anak dan wanita hamil jika

dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan satu jenis nutrisi saja. Ramakrishnan U, 2002 Penelitian epidemiologi telah menemukan huungan yang tidak konsisten antara kondisi kurang vitamin A dan

pertumbuhan janin terhambat. Suplementasi vitamin A atau beta-karoten pada populasi dengan risiko defisiensi vitamin A menurunkan angka mortalitas maternal sekitar 40% namun tidak berdampak pada kematian jain atau mortalitas bayi baru lahir. Jackson AA, Robinson SM, 2001 Terdapat bukti kuat bahwa status vitamin A maternal selama periode embrionik dan janin penting bagi perkembangan jantung seperti yang baru diteliti oleh Pan dan Baker. RA, bentuk biologi aktif dari vitamin A, merupakan petanda molekul yang penting selama perkembangan kardiovaskuler janin. Kondisi defisiensi dan kelebihan telah ditemukan berkaitan

34

dengan malformasi kongenital baik pada manusia maupun hewan percobaan. Christian P, Stewart CP, 2010 Kekurangan vitamin A ringan selama dalam rahim

menyebabkan penurunan nefron. Pada usia 35 dah 65 hari dari keturunan tikus percobaan dengan diet defisiensi vitamin A memiliki konsentrasi insulin plasma 55% lebih rendaj dan konsentrasi glukosa serum76% lebih tinggi dibandingkan dengan tikus mendapat diet cukup vitamin A, menunjukkan bahwa defisiensi vitamin A pada janin dapat menyebabkan intoleransi glukosa pada kehidupan saat dewasa. Sayangnya, hanya sedikit penelitian pada manusia yang menganalisa hubungan antara defisiensi vitamin A janin dengan risiko resistensi insulin. Christian P, Stewart CP, 2010 2. Vitamin B complex, Riboflavin, Thiamin, dan folat Bukti Biokimia dari defisiensi vitamin B-kompleks ditemukan tersebar pada wanita-wanita hamil dari kalangan masyarakan miskin pada populasi diberbagai negara. Prevalensi gejala klinis defisiensi vitamin B komples seperti glossittis dan stomatitis angular lebih tinggi pada wanita hamil. Mereka respon terhadap terapi yang diberikan. Sejauh ini, tidak terdapat bukti batasan yang jelas terhadap konsekuensi dampak kekurangan vitamin B kompleks terhadap kehamilan. Usaha untuk menignkatkan konsumsi sayuran kaya mikronutrien merupakan strategi paling sesuai untuk memperbaiki kondisi status vitamin B selama kehamilan. Ramachandran P, 2002 Terlepas dari pengaruhnya terhadap pertumbuhan janin, suplementasi asam folat pada kehamilan dini telah dengan jelas memberikan perlindungan terhadap angka kejadian defek tabung syaraf pada janin. Jackson AA, Robinson SM, 2001 Kekurangan folat pada kehamilan dapat, dalam kasus yang parah, menyebabkan anemia megaloblastik. Hal ini paling mungkin terjadi pada akhir kehamilan atau beberapa minggu

35

pertama

setelah

melahirkan.

Kekurangan

Folat

dapat

menyebabkan pucat, kelelahan dan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. anemia megaloblastik biasanya dapat diobati dengan suplemen asam folat dari 5-15 mg sehari asam folat (Stables 2000), namun ini harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan rekomendasi saat ini untuk mengambil asam folat suplemen sampai 12 minggu kehamilan untuk melindungi NTDs. 3. Vitamin D Pada dekade awal dari abad terakhir, masalah defisiensi vitamin D dan hubungannya dengan wanita hamil dilaporkan pada negara bagian utara. Laporan selanjutnya menunjukkan bahwa hal ini bukan lagi merupakan masalah kesehatan yang berat, dan ketertarikan untuk meneliti defisiensi vitamin D berkurang. Laporan selama tahun 1990 menunjukkan bahwa hal ini mungkin muncul sebagai masalah klinis pada wanita dari kelas menengah keatas karena gaya hidup mereka yang mengurangi paparan terhadap sinar matahari di negara mereka. Sejauh ini, mereka tidak ditemukan tetany neonatus pada negara-negara tersebut;namun demikian perlu

ditingkatkan perhatian terhadap mikronutrien ini, sehingga untuk mengenal wilayah potensial dimana defiensi banyak terjadi dan menginisiasi intervensi yang sesuai untuk mencegah konsekuensi dampak yang berkaitan dengan keadaan
Ramachandran P, 2002

defisiensi tersebut.

Pada satu penelitian menggunakan tikus Sprague-Dawley betina, defiseinsi sebelum dan selama kehamilan dan selama menyusui menyebabkan 20% peningkatan jumlah nefron diikuti dengan penurunan korpus renalis pada keturunannya.

Kemungkinan tikus-tikus yang terekspos dengan defisiensi vitamin D mengalami adaptasi yang menghasilkan

perpanjangan waktu nefrogenesis namun tanpa perubahan

36

dalam maturasi nefron, kemungkinan kerusakan fungsi tidak dipelajari dalam penelitian ini. Christian P, Stewart CP, 2010

E. Mineral 1. Zat Besi Anemia defisiensi besi (ADB) pada kehamilan merupakan faktor risiko untuk pengiriman prematur dan BBLR berikutnya. Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa kekurangan zat besi ibu dalam hasil kehamilan dalam mengurangi toko besi janin yang mungkin terakhir baik ke tahun pertama kehidupan. Hal ini dapat menyebabkan ADB pada bayi yang dapat menimbulkan konsekuensi buruk pada perkembangan bayi (Allen 2000). IDA biasanya diobati dengan suplemen zat besi oral, tapi injeksi intramuskular atau infus intravena juga dapat diberikan jika diperlukan. Dalam prakteknya, banyak wanita yang diresepkan suplemen zat besi pada beberapa titik selama kehamilan, meskipun IDA sulit untuk mendiagnosa. suplemen Besi harus diresepkan dengan hati-hati, namun, karena dapat

menimbulkan efek samping seperti mual dan sembelit. Pada penelitian oleh Maria Makrides dkk, tahun 2003, mendapatkan, pada persalinan, lebih sedikit jumlah wanita yang mengalami anemia karena defisiensi zat besi pada kelompok wanita yang mendapat suplementasi zat besi, jika dibandingkan dengan yang mendapatkan plasebo (6/198, atau 3%,

dibandingkan dengan 20/185, atau 11%; risiko relatif (RR): 0.28; 95% CI: 0.12, 0.68; P < 0.005], dan lebih sedikit jumlah wanita yang menderita defisiensi zat besi pada kelompok dengan suplementasi (65/186, atau 35%, dibandingkan dengan 102/176, or 58%; RR: 0.60; 95% CI: 0.48, 0.76; P < 0.001). Pemberian suplemen 20mg Fe per hari dari minggu ke-20 kehamilan sampai persalinan merupakan strategi efektif untuk

37

mencegah anemia defisiensi besi dan defisiensi zat besi tanpa menimbulkan efek samping.Makrides M, dkk, 2003 Janin terakumulasi sebagian besar besi selama trimester terakhir kehamilan, dan kebutuhan zat besi janin terpenuhi dengan mengorbankan cadangan besi ibu. Anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko memiliki bayi BBLR dan bayi anemia defisiensi besi berkembang (IDA) selama

beberapa tahun pertama kehidupan (Allen 2000) (lihat juga bagian 8.3). Namun, sangat jarang bahwa bayi lahir dengan IDA, kecuali prematur dan karenanya tidak memiliki cukup waktu untuk mengumpulkan cukup zat besi selama trimester terakhir (Thomas 2001). Kebanyakan disebabkan oleh kasus anemia zat selama besi, kehamilan juga

kekurangan

namun

berhubungan dengan kekurangan folat, kehilangan darah dan kondisi diwariskan seperti anemia sel sabit dan talasemia (Schwartz & Thurnau 1995). kekurangan zat besi cukup umum selama kehamilan, namun, perubahan hematologikal selama kehamilan, yang mencerminkan hemodilusi, bisa membuat sulit untuk benar mendiagnosa. Kriteria WHO untuk diagnosis anemia pada kehamilan adalah Hb <11 g / dl, namun, dalam prakteknya, banyak dokter hanya meneliti wanita dengan Hb <10 atau 10,5 g / dl (Stables 2000). Pada percobaan oleh McArdle, dkk, menemukan bahwa defisiensi zat besi menurunkan fungsi plasenta. Sebagai kesimpulannya, pertumbuhan janin berkurang dan terdapat peningkatan jumlah sitokin plasenta, yaitu TNF, yang

berkaitan dengan masalah pada kehamilan. Pada penelitian lanjutnnya, didapatkan defisiensi zat besi pada barisan sel plasenta dapat merubah transfer nutrien lain selain zat besi, seperti asam amino, seiring dengan perubahan ekspresi transporter tertentu. Kemudian mereka mendapatkan bahwa

38

defisiensi prenatal menyebabkan peningkatan tekanan darah pada keturunannya. Bayi tikus lahir dengan ukuran yang lebih kecil, dengan ginjal yang lebih kecil, dengan bentuk yang proporsional, dan pembesaran jantung.McArdle HJ, Andersen HS, Jones H,
Gambling L, 2006

2. Kalsium Berbagai percobaan dengan memberikan suplemen pada wanita hamil telah dilakukan untuk mengurangi kelainan hipertensi selama kehamilan. terdapat bukti lemah untuk menilai dampak suplementasi kalsium terhadap pertumbuhan janin. Jackson AA, Robinson SM, 2001 Rendahnya asupan kalsiuam dapat menyebabkan tingginya tekanan darah dengan cara menstimulasi hormon paratiroid atau pelepasan renin, sehingga menyebabkan peningkatan kaslium intraseluler pada sel otot polos dan selanjutnya menyebabkan vasokontriksi. Kemungkinan jenis aksi

suplementasi kalsium yaitu dengan mengurangi pelepasan paratiroid dan kalsium intraseluler dan menurunkan

kontraktilitas otot polos. Dengan mekanisme yang sama, suplementasi kalsium juga dapat menurukan kontraktilitas otot polos dan mencegah persalinan preterm. Kalsium juga mungkin memiliki dampak tidak langsung pada fungsi otot polos dengan meningkatkan kadar magnesium. Hofmeyr GJ, Duley L, Atallah A, 2007 Suplementasi kalsiuam ternyata dapat mengurangi risiko preeklampsia dan menurunkan terjadinya kematian dan

morbiditas yang serius dari maternal. Namun belum ada keuntungan maupun kerugian yang lainnya. Beberapa penelitian pada anak-anak menunjukkan bahwa intake tinggi kalsium berkaitan dengan tekanan darah yang lebih rendah, terutama pada anak-anak dengan asupan kalsium yang rendah salah satu mekanisme dimana diet rendah kasium dapat meningkatkan tekanan darah adalah melalui peningkatan

39

kalsium intraseluler otot polos pembuluh darah, dan selanjutnya meningkatkan resistensi perifer dari vaskuler. Sebagai

tambahan, keuntungan asupan kalsium pada pembuluh darah mungkin sudah dimulai sejak intrauterin. Tinjauan sistematis terbaru dan meta-analisis bahwa oleh Bergel tinggi dan Barros selama

memeperkirakan

asupan

kalsium

kehamilan berkaitan dengan lebih rendahnya tekanan darah sebesar 1.92 mmHg (confidence interval (CI) 95%) pada keturunan dari usia 1 hingga 9 tahun. Dua uji random terkontrol dan 3 penelitian observasional termasuk dalam tinjauan ini. Baker
R et al, 2008

Suatu percobaan pada tikus juga menunjukkan bahwa defisit asupan diit kurang kalsium selama kehamilan meningkatkan dampak tekanan darah pada keturunannya selama hidup. Namun demikian, diet asupan kalsium lebih tinggi dari rekomendasi tidak menunjukkan keuntungan. Bakker R et al, 2008 konsumsi kalsium selama kehamilan juga dapat berkaitan dengan perkembangan kardiovaskuler. Penelitian pada tikus Wistar Kyoto menunjukkan bahwa defisiensi dan konsumsi berlebihan berkaitan dengan peningkatan tekanan darah pada keturunan. 3. Magnesium Pada penelitian cross-sectional tampak berat badan lahir berhubungan dengan asupan magnesium selama awal

kehamilan dan konsentrasi magnesium pada aliran darah tali pusat. Jackson AA, Robinson SM, 2001 4. Seng Penelitian cross sectional menunjukkan bahwa kondisi kadar seng yang buruk berkaitan dengan gangguan pada
Jackson AA,

pertumbuhan janin dan luaran perinatal yang jelek.


Robinson SM, 2001

40

Kekurangan

Seng

yang

berat

dapat

menyebabkan

gangguan pada perkembangan jantung dibandingkan dengan organ-organ lainnya. Wanita dengan defisiensi seng sedang mendapatkan suplemen selama kehamilan dan dilakukan pemantauan terhadap janin. Kelompok yang mendapatkan suplemen mempunyai rata-rata denyut jantung yang lebih rendah pada usia kehamilan 20 minggu dengan variabilitas denyut jantung yang lebih besar dan akselerasi dimulai pada usia kehamilan 28 minggu, hal ini menunjukkan kontrol parasimpatis yang menunjukkan kontrol parasimpatis yang lebih baik terhadap jantung. Defisiensi besi atau seng menyebabkan peningkatan pada berat relatif dari ginjal, dan menurunkan jumlah nefron pada keturunan. Pembatasan seng maternal pada tikus Wistar menyebabkan reduksi ireversibel pada rata-rata filtrasi glomerular,

peningkatan tekanan darah sistolik, dan fibrois pada beberapa struktur dalam korteks renal. Pembatasan asupan zat besi menyebabkan perubahan

ireversibel pada kadar insulin puasa pada keturunan tikus dan menggangu sespon insulin terhadap tes glukosa oral.

41

BAB V KESIMPULAN

1. Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologis terhadap sistem pemcernaan sehingga mempengaruhi juga terhadap kebutuhan asupan nutrisi baik makro maupun mikronutrien 2. Pertumbuhan plasenta dan janin sangat peka terhadap kondisi nutrisi maternal selama periode periimplantasi dan periode pertumbuhan placenta (trimester pertama kehamilan. 3. Kondisi nutrisi maternal mempengaruhi terhadap kondisi ibu, perkembangan janin intrauterin, bahakn bisa menjadi muasal penyakit metabolik pada usia dewasa. 4. Berbagai penelitian tentang defisiensi terhadap zat nutrisi baik makro maupun mikronutrien masih terbatas pada uji coba pada hewan karena berkaitan dengan etika dan praktik penelitian itu sendiri.

42

DAFTAR PUSTAKA

Bakekr R et al. Maternal Calcium Intake During Pregnancy and Blood Pressure in the Offspring at Age 3 Years: A Follow-up Analysis of the Project Viva Cohort. American Journal of Epidemiology 2008: 168(12); 1374-80 Bertrand PC, Okusky JR, Innis SM. Ingestive Behavior and Neuroscience, Maternal Dietary (n-3) Fatty Acid Deficiency Alters Neurogenesis in the Embryonic Rat Brain. Journal of Nutrition, 2006; 136:1570-1575 Cunningham FG et al. William Obstetrics 23rd edition. McGraw-Hill Companies. 2010. Draper A, Lewis J, Malhotra N et al. (1993) The energy and nutrient intakes of different types of vegetarians: a case for supplements? British Journal of Nutrition 69: 319. Evansa SCL, Welham SJM, Jackson AA. Fetal Eksposure to a Maternal Low Protein Diet Impairs Nephrogenesis and Promotes Hypertension in the Rat. Life Science: 1999: vol 64(11); 965-974 Fall C (2005) Fetal and maternal nutrition. In: Cardiovascular Disease: Diet, Nutrition and Emerging Risk Factors. The Report of a British Nutrition Foundation Task Force (SStanner ed.), pp. 17795. Blackwell Science: Oxford Franko DL & Spurrell EB (2000) Detection and management of eating disorders during pregnancy. Obstetrics and Gynaecology 95: 9426. Hachey DL. Benefits and risks of Modifying Maternal fat Intake In Pregnancy and Lactation. American Journal of Clinnical Nutrition. 1994: 59; 454S-463S Hofmeyr GJ, Duley L, Atallah A. Dietary calcium supplementation for prevention of preeclampsia and related problems: a systematic review and commentary. BJOG 2007; 114: 933-943 Jackson AA, Robinson SM. Dietary guidelines for pregnancy: a review of current evidence. Piblic Health Nutrition 2001: 4(2B): 625-30 Koski KG, Hill FW, Hurley LS. Effect of Low Carbohydrate Diets During Pregnancy on Embryogenesis and Fetal Growth and development in Rats. Journal of Nutrition. 1986; 116(10): 1922-37 Langley SC, Jackson AA. Increased Systolic Blood Pressure in Adult Rats Induced by Fetal Eksposure to Maternal Low Protein Diets. Clinical Science. 1994: 86(2): 217-22

43

McArdle HJ, Andersen HS, Jones H, Gambling L. Fetal Programming: Causes and Consequences as Revealed by Studies of Dietary Manipulation in Rats A Review. Plasenta, 2006: 27; Supplement A, Trophoblast Research: Vol 20. McNamara RK. DHA Ddeficiency and Prefrontal Cortex Neuropathology in Recurrent Affective Disorders. The American Institute of Nutrition, 2010: vol 140(4): 864-68 Merialdi M, Carroli G, Villar J. Nutritional Intervention during Pregnancy for the Prevention or Treatment of Impaired Fetal Growth: An Overview of Randomized Controlled Trials. The Journal of Nutrition, 2003: 133: 1626S-1631S. Moore VM, Davies MJ, Willson KJ, et al. Dietary Composition of Pregnant Women Is Related to Size of the Baby at Birth.The Journal Of Nutrition, 2004: 134; 1820-1826. Mora JO, Nestel PS. Improving prenatal Nutrition in Developing Countries: Strategeis, Prospects, and Challenges.American Journal of Clinical Nutrition. 2000; 71: 1353S-63S Ramachandran P. Maternal Nutrition Effect on Fetal Growth and outcome of Pregnancy. Nutrition Reviews. 2002: 60(5);S26-S34 Ramakrishnan U. Prevalence of Micronutrient Worldwide.Nutrition Reviews. 2002: 60(5); S46-S52 Malnutrition

Rossner S. Weight Gain in Pregnancy. European Society for Human Reproduction and Embryollogy. Human Reproduction. 1997; vol 12; 1: 110-115 Snoeck A, Remade, Reusens B, Hoet JJ. Effect of a Low Protein Diet During Pregnancy on the Fetal Rat Endocrine Pancreas. Biology of Neonates. 1990; 57: 107-118 Villar J, Merialdi M, Gulmezoglu M, et al. Nutritional Intervention during Pregnancy for the Prevention or treatment of Maternal Morbidity and Preterm Delivery: An overview of Randomized Controlled Trials. The Journal of Nutrition, 2003: 133: 1606S-1625S. Williamson CS. Nutrition in Pregnancy. Nutrition Bulletin. 2006: 31(1); 2859 Wu G. Et al. Maternal Nutrition and Fetal Development. The Journal of Nutrition, 2004: 134: 2169-72

44

Anda mungkin juga menyukai