Anda di halaman 1dari 25

REAKSI SIGNAL RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA Ahmad Sopyan (ahmadsopyan89@gmail.com) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Maryam Nadir (nadirmaryam@yahoo.com) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Hj. Rusmilawati, IM (bdirektorat@yahoo.com) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan sektor pertambangan dengan kriteria perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan menghasilkan laba bersih selama periode pengamatan (2008-2011). Dari 35 perusahaan sektor pertambangan yang menjadi populasi, terpilih 15 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan uji hipotesis menggunakan uji F dan uji t pada tingkat signifikansi 95%. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA, ROE dan EPS) dan rasio solvabilitas (DER) secara parsial dan simultan signifikan mempengaruhi harga saham perusahaan pertambangan. Nilai adjust R2 yang diperoleh yaitu sebesar 0,793 yang berarti bahwa 79,3% harga saham perusahaan sektor pertambangan dipengaruhi oleh variabel-variabel ROA, ROE, EPS dan DER, sedangkan 20,7% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa variabel EPS berpengaruh paling dominan terhadap harga saham daripada variabel lainnya (ROA, ROE dan DER), hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien beta EPS sebesar 1,067 lebih besar daripada variabel lainnya. Kata kunci : ROA, ROE, EPS, DER, dan Harga Saham

Abstract
This research aims to knowing the influences of profitability ratio Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) and Earning Per Share (EPS) and also solvability ratio Debt to Equity Ratio (DER) to the stock price company of mining sector in Indonesia Stock Exchange. Intake of sampel with purposive sampling method. Research sampel the used is company of mining sector with category company publicizing financial statment and yield net profit during periode perception (2008-2011). From 35 company of mining sector becoming population, chosen 15 company becoming research sampel. Analysis method the used is multiple linear regresien with hypothesis test using F-test and t-test at level of significance 95%. Analysis result indicate that profitability ratio (ROA, ROE and EPS) and solvability ratio (DER) partially and simultanly influence significant to the stock price of mining company. Value of adjust R 2 is obtained equal to 0,793 that mean is 79.3% stock price of mining company influenced by variables ROA, ROE, EPS, and DER, is while the rest equal to 20.7% influenced by other variable which is not explained by the research model. From result of research is also known that variable of EPS having influence most dominant to the stock price than other variables (ROA, ROE, and DER), this matter showing by value of coefficient beta EPS equal to 1.067 the biggest than other variable. Key words : ROA, ROE, EPS, DER, and Stock Price

I. Pendahuluan A. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dijelaskan dari dua fungsi pasar modal yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan sebagai fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) kepada pihak yang memerlukan dana (emiten). Sedangkan fungsi keuangan, pasar modal berperan memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Berkembangnya pasar modal memiliki pengaruh ganda dalam pembangunan nasional. Secara umum, pasar modal dapat berfungsi sebagai sarana penambah modal bagi usaha. Perusahaan atau emiten dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen-instrumen keuangan jangka panjang kepada masyarakat umum, perusahaan-perusahaan lain, lembaga atau pemerintah. Dampak pengerahan dana masyarakat ke sektor produktif akan meningkatkan kapasitas produksi, karena dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal maka produktivitas perusahaan akan meningkat. Keberadaan pasar modal juga dapat mendorong muncul dan berkembangnya industri lain yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru, memperluas kegiatan lembaga lain yang terkait seperti akuntan publik, notaris, pedagang efek dan lain-lain. Salah satu dari instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal adalah saham. Saham (stock) merupakan instrumen keuangan yang paling populer dan paling banyak dipilih para investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik dibandingkan dengan sekuritas lain. Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan, artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk saham berarti berkepentingan terhadap prospek perusahaan tersebut. Saham perusahaan pertambangan merupakan salah satu idola para investor. Meskipun sarat risiko dan kurang didukung iklim usaha yang kondusif, namun usaha pertambangan di Indonesia tetap memiliki daya tarik tinggi di kalangan investor, termasuk asing. Adanya krisis yang terjadi pada Zona Eropa nampaknya memberikan dampak yang besar bagi industri pertambangan. Krisis keuangan tersebut berimbas kepada perekonomian nagara-negara yang memiliki eksposure besar terhadap Zona Eropa seperti China, Jepang, India dan Amerika Serikat. Krisis Eropa juga telah memperlambat pertumbuhan perekonomian negara-negara tersebut, yang sehingga secara tidak langsung menurunkan konsumsi sumber daya energi seperti batubara, minyak bumi maupun gas. Belum membaiknya kondisi perekonomian global nampaknya masih akan terus menjadi bayangbayang gelap industri sumber daya energi di Indonesia. Secara umum, faktor yang mempengaruhi harga saham terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan, antara lain yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang ada (solvability), kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan (growth opportunities), kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitability), prospek marketing dari bisnis dan hak-hak investor atas dana yang diinvestasikan dalam perusahaan dan lain-lain yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sementara itu, faktor eksternal

merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor internal dan faktor eksternal membentuk sebuah kekuatan pasar yang berpengaruh pada transaksi saham sehingga harga saham mengalami kemungkinan pergerakan yang fluktuatif. Pendapatan dari investasi saham berupa deviden dan capital gain. Deviden merupakan penerimaan dari perusahaan yang berasal dari laba yang dibagikan, sementara capital gain merupakan pendapatan yang diperoleh dari selisisih harga saham. Apabila selisih harga tersebut negatif berarti investor mengalami capital loss dan sebaliknya. Para investor seringkali menginginkan keuntungan dengan segera sehingga mereka lebih menginginkan keuntungan dalam bentuk capital gain dibandingkan deviden. Sebelum melakukan investasi, investor perlu mengetahui dan memilih perusahaan mana yang memiliki saham yang dapat memberikan keuntungan secara optimal, karena tidak semua saham dari perusahaan yang memiliki profil yang baik akan memberikan keuntungan yang baik pula bagi investor dan dtambah lagi krisis global yang masih berlangsung hingga kini membuat semua pihak termasuk investor berada dalam kondisi ketidakpastian sehingga investor perlu melakukan analisis yang lebih mendalam mengenai perusahaan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan analisis fundamental yang berbasis rasio keuangan. Analisis fundamental merupakan analisis penilaian saham berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber potensial yang lazim digunakan oleh para investor sebagai dasar pengambilan keputusan penanaman modal, adanya informasi yang dipublikasikan akan merubah keyakinan para investor hal ini dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham dan reaksi tingkat keuntungan. Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan yang merupakan kinerja perusahaan dalam periode tertentu. Oleh karena itu para investor menjadikan laporan keuangan ini menjadi bahan utama dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktor yang menjadi fokus perhatian dari investor dalam menilai performance perusahaan adalah profitabilitas perusahaan. Profitabilitas tersebut dimasa yang akan datang akan mempengaruhi stabilitas pendapatan dan nilai investasi mereka di perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan akan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan tingkat pengembalian saham yang akan diperoleh investor. Salah satu rasio penilaian yang kerap dilakukan oleh investor dalam mengukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Equity. ROE menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memberi keuntungan bagi para pemegang saham dengan menunjukkan persentase laba bersih yang tersedia untuk modal pemegang saham yang telah digunakan perusahaan. Return On Equity menjadi sangat penting bagi investor (pemegang saham), karena rasio ini mengindikasikan tingkat pengembalian saham yang berhasil didapat oleh manajemen sebagai hasil pengguna modal (capital) yang telah disediakan pemilik sesudah melakukan pembayaran kepada pemberi modal yang lain. Semakin tinggi rasio ini berarti perkiraan kinerja emiten dimasa yang akan datang semakin baik, sehingga diharapkan tingkat pengembalian saham semakin tinggi. Selain mengunakan ROE, untuk mengukur tingkat profitabilitas juga dapat dinilai dengan menggunakan Return On Assets (ROA). ROA atau sering diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomis menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam bentuk aktiva. ROA adalah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. Selain menggunakan kedua rasio profitabilitas di atas, rasio profitabilitas yang kerap diperhatikan investor adalah Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham. EPS biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Rasio ini mengukur seberapa besar deviden per lembar saham yang akan dibagikan kepada investor setelah dikurangi dengan deviden bagi para pemilik perusahaan. Apabila EPS perusahaan tinggi akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi Investor juga perlu memperhatikan rasio Solvabilitas atau leverage. Rasio ini dapat dinilai dengan menggunakan Debt To Equity Ratio (DER). DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan modal sendiri. DER dapat dipilih oleh investor dalam menilai resiko dari investasi yang akan diputuskan. Timbulnya DER dikarenakan dalam menjalankan aktivitas perusahaan, sumber dana dari dalam perusahaan rendah, sehingga membutuhkan sumber dana lain yang berasal dari pinjaman, sehingga perusahaan menggunakan pembiayaan dengan hutang. Untuk mengetahui bagaimana rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas mempengaruhi harga saham perusahaan sektor pertambangan maka penulis mengadakan penelitian dengan judul Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Manakah dari rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) yang berpengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui diantara rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) yang berpengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

II. Tinjauan Teoritis A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat hubungan antara indikator rasio keuangan terhadap pergerakan harga saham, untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut: Astuti (2002) yang telah melakukan penelitian tentang variabel-variabel yang mempengaruhi harga pasar saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI, dengan variabel independen Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Loans to Deposit Ratio (LDR), Credit Risk (CR), Capital Adequancy Ratio 3 (CAR3), Return On Asset (ROA) dan Interest Rate Risk (IRR) sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menemukan bahwa EPS, ROE dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan NPM dan CR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Adapun variabel ROA dan IRR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sasongko dan Wulandari (2006) meneliti keterkaitan antara Economic Value Added (EVA) dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Artinya EPS dapat digunakan sebagai sinyal untuk menentukan nilai perusahaan. Sedangkan variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Sales (ROS), Basic Earning Power (BEP), dan Economic Value Added (EVA) tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan nilai perusahaan. Natarsyah (2000) melaukan penelitian tentang pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham. Sampel yang digunakan adalah 16 perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efaek Jakarta (BEJ). Adapun variabel independen yang digunakan adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Book Value (BV) dan variabel dummy indeks beta sebagai ukuran risiko sistematik sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial hanya variabel DER yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Veronica dan Ika (2008) yang meneliti tentang pengaruh Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil penelitian menunjukkan variabel ROA, PER dan DER mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan variabel EPS dan PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Indriana (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Rasio Biaya Operasional (BOPO), Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham di BEI pada Bank Devisa. Hasil penelitian dengan menggunakan tingkat signifikansi = 5% menemukan bahwa ROA dan EPS mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan DER dan BOPO mempunyai hubungan negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Khusna (2009) yang melakukan analisis tentang pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan pertambangan di BEI. Hasil penelitian menemukan bahwa diantara variabel funamental yang digunakan (ROA, ROE, EPS, PER dan DPR) hanya EPS yang berpengaruh signifikan dan paling dominan pengaruhnya terhadap harga saham. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu


Peneliti Astuti (2002) Judul Variabel -variabel yang mempengaruhi harga pasar saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI. Variabel Variabel Independen: EPS, ROE, NPM, LDR, CR, CAR3, ROA dan IRR Variabel Dependen: Harga Saham Metode Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Penelitian EPS, ROE dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan NPM dan CR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Adapun variabel ROA dan IRR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. ROA, ROE, Return On Sales (ROS), BEP, dan Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh signifikan.

Sasongko dan Wulandari (2006)

Pengaruh EVA dan rasiorasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Natarsyah (2000)

Pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham semua perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri barang konsumsi yang telah go public di pasar modal Indonesia. Pengaruh Return On Asset, Price Earning Ratio, Earning per Share, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEI Pengaruh DER, BOPO, ROA, dan EPS terhadap harga saham di BEI pada Bank Devisa.

Variabel Independen: EVA, EPS, ROA, ROE, ROS, dan Basic Earning Power (BEP) Variabel Dependen: Harga Saham Variabel Independen: ROA, ROE, DER, BV dan dummy indeks beta. Variabel Dependen: Harga Saham Variabel Independen: ROA, PER, EPS, DER dan PBV Variabel Dependen: Harga Saham

Regresi Linear Berganda

Regresi Linear Berganda

Veronica dan Ika (2008)

Regresi Linear Berganda

ROA, ROE, DER, BV dan variabel dummy indeks beta sebagai ukuran risiko sistematik berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangakan DER berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap harga saham. ROA, PER dan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan variabel EPS dan PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Indriana (2009)

Khusna (2009)

Analisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan pertambangan di BEI.

Variabel Independen: DER, BOPO, ROA dan EPS Variabel Dependen: Harga Saham Variabel Independen: ROA, ROE, EPS, PER dan DPR) Variabel Dependen: Harga Saham

Regresi Linear Berganda

Regresi Linear Berganda

ROA dan EPS berhubungan positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan DER dan BOPO berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. diantara variabel fundamental yang digunakan hanya EPS yang berpengaruh signifikan dan paling dominan pengaruhnya terhadap harga saham.

Sumber : Data hasil penelitian terdahulu (diolah oleh peneliti)

B. Dasar Teoritis 1) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Sartono (2008:122) menjelaskan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Riyanto (2008:35) menyebutkan profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Harahap (2006:304) menyebutkan bahwa Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berhubungan dengan penjualan, jumlah aktiva maupun modal sendiri. a. Return On Assets (ROA) Return on assets (ROA) atau sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Kasmir (2009:201) mengemukakan Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return on assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aktiva tersebut. Hanafi dan Halim (2005:88) mengemukakan bahwa Return On Assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Return On Assets (ROA, laba atas aset) mengukur tingkat laba terhadap asset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Menurut Sawir (2005:19) Return On Assets dapat dihitung sebagai berikut:
ROA = Laba Bersih Total Aset

Dari penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan.

b. Return On Equity (ROE) Hanafi dan Halim (2005:88) mengemukakan bahwa Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Menurut Sartono (2008:124) Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan. Menurut Sawir (2005:19) Return On Equity memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Return On Equity dapat dihitung sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih Ekuitas

Dari penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa Return On Equity digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. c. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Menurut Sawir (2005:20) laba per lembar saham (Earning Per Share) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba untuk setiap lembar sahamnya. Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
=

Berdasarkan pendapat di atas, pengertian EPS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham yang beredar selama suatu periode. 2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sawir, 2005:13). Menurut Brigham dan Houston (2004:140) rasio leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage). Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian rasio solvabilitas atau leverage adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendek.

a. Debt To Equity Ratio (DER) Pendanaan setiap perusahaan tidak semua berasal dari modal sendiri, akan tetapi sebagian bahkan mungkin kebanyakan pendanaan tersebut berasal dari utang. Untuk membandingkan jumlah modal dan utang yang digunakan perusahaan, bisa dihitung dengan Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2009:157). Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin besar utang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan. Perusahaan menggunakan utang dengan tujuan agar keuntungan meningkat, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Akan tetapi disisi lain utang juga meningkatkan varibilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan utang akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
(DER) =

Dengan demikian bisa disebutkan bahwa rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan menunjukan bahwa sebagian besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan didanai dari dana pinjaman. 3) Harga Saham a. Pengertian Harga Saham Dominic (2008:19) mendefinisikan harga saham adalah pembagian antara modal perusahaan dan jumlah saham yang diterbitkan. Menurut Sartono (2008:8) mendefinisikan harga saham adalah sebesar nilai sekarang (present value) dari aliran kas yang diharapkan akan diterima, yaitu berupa nilai sekarang dari pendapatan yang akan diterima pada masa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah sebesar nilai sekarang dari aliran kas dalam pasar pada saat itu yang akan diharapkan diterima. Di bursa saham dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham, yaitu (Hin, 2008:31-32): 1. Open (pembukaan): merupakan harga yang terjadi pada transaksi pertama pada satu saham. 2. High (tertinggi): merupakan harga tertinggi transaksi yang tercapai pada satu saham. 3. Low (terendah): merupakan harga terendah transaksi yang tercapai pada satu saham. 4. Close (penutupan): merupakan harga yang terjadi pada transaksi terakhir pada satu saham. 5. Bid (minat beli): merupakan harga yang diminati pembeli untuk melakukan transaksi. 6. Ask (minat jual): mrupakan harga yang diminati penjual untuk melakukan transaksi.

b. Faktor Penggerak Harga Saham Cara terbaik dalam mendapatkan keuntungan (capital gain) adalah membeli ketika harga akan naik lalu menjualnya ketika harganya akan turun. Namun untuk memperkirakan kapan harga sebuah saham akan naik atau turun bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa faktor yang harus disadari oleh setiap investor. Faktor tersebutlah yang menjadi salah satu daya yang memicu berfluktuasinya harga saham. Arifin (2004: 116) menyatakan bahwa faktor-faktor penggerak harga saham terdiri dari: a. Kondisi fundamental emiten b. Hukum permintaan dan penawaran c. Tingkat suku bunga d. Valuta asing e. Dana asing dibursa f. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) g. News dan rumors 2.5.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Harga Saham Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan antara net income after tax (NIAT) terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Dengan demikian semakin tinggi ROA akan meningkatkan daya tarik investor, sehingga harga saham meningkat. Dengan demikian ROA berhubungan positif terhadap harga saham. 2.5.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham Return On Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan. ROE sangat umum digunakan oleh investor untuk mengukur sejauh mana kinerja perusahaan dalam mengelola modal (equity) yang tersedia secara efektif untuk menghasilkan keuntungan dari investasi yang dilakukan oleh pemegang saham. Semakin besar ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan, oleh sebab itu investor kemungkinan akan mencari saham dari perusahaan yang memiliki ROE yang tinggi sehingga menyebabkan permintaan bertambah dan harga penawaran dipasar sekunder terdorong naik. 2.5.3 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang berhubungan dengan kepentingan bagi pemegang saham dan manajemen disaat ini maupun dimasa yang akan datang. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham (Alwi, 2003:77). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan (Prastowo, 2002:93). Apabila EPS suatu perusahaan tinggi akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi. 2.5.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara ekuitas terhadap total hutang. Teori menunjukkan bahwa semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya dalam perusahaan. Menurunnya minat investor berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga harga saham semakin menurun.

C. Kerangka Konsep
Adapun bagan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti dibawah ini: X1 = Return On Assets (ROA)

X2 = Return On Equity (ROE) Y = Harga Saham X3 = Earning Per Share (EPS)

X4 = Debt to Equity Ratio (DER)

Keterangan: Pengaruh secara simultan Pengaruh dominan Gambar 2.1 Kerangka Konsep D. Pengembangan Hipotesis H1 : Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2 : Earning Per Share (EPS) dominan pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

III.

Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian 1) Variabel independen dalam penelitian ini yaitu ROA, ROE, EPS, dan DER. 2) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham (closing price). 3.2 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011, yaitu sebanyak 35 perusahaan. Untuk mendapatkan sampel yang diinginkan, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:119). Untuk mendapatkan sampel yang diinginkan, maka peneliti mengambil sampel dengan kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan Sektor Pertambangan yang telah terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode analisis, yaitu sejak tahun 2008-2011. b. Laporan keuangan perusahaan tersedia di bursa atau media cetak. c. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laba bersih selama periode analisis. d. Semua data variabel terikat dan bebas tersedia. Berdasarkan kriteria di atas, maka pengambilan sampel di peroleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011, yaitu sebanyak 15 perusahaan pertambangan. Tabel 3.1 Daftar sampel yang digunakan dalam penelitian No Kode Perusahaan 1 ADRO PT Adaro Energi Tbk 2 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 3 BUMI PT Bumi Resources Tbk 4 BYAN PT Bayan Resources Tbk 5 CITA PT Cita Mineral Investindo Tbk 6 CTTH PT Citatah Tbk 7 INCO PT Vale Indonesia Tbk 8 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk 9 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk 10 MEDC PT Medco Energi Internasional Tbk 11 MITI PT Mitra Investindo Tbk 12 PTBA PT Bukit Asam (Persero) Tbk 13 PTRO PT Petrosea Tbk 14 RUIS PT Radiant Utama Interinsco Tbk 15 TINS PT Timah (Persero) Tbk Sumber : www.idx.co.id

3.3 Jenis dan Sumber Data Untuk mendukung penelitian yang dilakukan maka diperlukan data yang berupa data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu data laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara tidak langsung atau dikenal dengan istilah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah berupa publikasi (Supranto, 2002:8). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu dengan mengunjungi website http://www.idx.co.id.

3.4 Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Analisis regresi memiliki fungsi mengetahui pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial maupun secara simultan. Karena dalam penelitian ini digunakan tiga variabel bebas, maka model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Sebelum melakukan analisis regresi, untuk mendapatkan nilai yang baik, maka harus dilakukan uji normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik. 3.4.1 Analisis Regeresi Linear Berganda Menurut Hasan (2003: 253) menyatakan bahwa analisis linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana: Y X1 X2 X3 X4 a b1, b2, b3, b4 e = Harga Saham = Return On Assets (ROA) = Return On Equity (ROE) = Earning Per Share (EPS) = Debt to Equity Ratio (DER) = Nilai Konstanta = Koefisien regresi masing-masing X = error (variabel pengganggu)

3.4.2 Pengujian Hipotesis a) Uji F (Uji Simultan) Uji F adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: 1. Menentukan besarnya Fhitung, Menurut Sugiyono (2008:235): 2 / = (1 2 ) / ( 1) Dimana : R2 = Koefisien determiniasi k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah anggota sampel 2. Merumuskan hipotesis a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 artinya, variabel X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS), dan X4 (DER) secara bersamasama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Y) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Ha : b1 b2 b3 b4 0 artinya, variabel X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS), dan X4 (DER) secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Y) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Menentukan besarnya taraf nyata 95% ( = 0,05) dan degree of freedom (df) = ((k1);(n-k)) untuk menentukan nilai Ftabel.

4. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis: a. Jika Fhitung > Ftabel atau Sig. < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS) dan X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Jika Fhitung < Ftabel atau Sig. > 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS) dan X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b) Uji t (Uji Parsial) Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji setiap variabel independen mempunyai pengaruh signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: 1. Menentukan besarnya thitung, menurut Sudjana (2002:325), = ( ) Dimana : bi = Koefisien regresi Se(bi) = Koefisien deviasi dari estimator bi 2. Merumuskan hipotesis a. H0 : bi = 0 Berarti tidak ada pengaruh nyata (signifikan) dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap harga saham. b. Ha : bi 0 Berarti ada pengaruh nyata (signifikan) dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap harga saham. 3. Menentukan besarnya taraf nyata pada derajat signifikan 95% ( = 0,05) dan degree of freedom (df) = (n-k), untuk menentukan nilai ttabel. 4. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis a. Jika thitung > ttabel atau Sig < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima. Berarti secara parsial terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS) dan X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Jika thitung < ttabel atau Sig. > 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak. Berarti secara parsial tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS), dan X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.4.3 Koefisien Determinasi (R2) Dalam uji regresi linier berganda dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen/variabel terikat (Ghozali, 2005:45). R2 digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. R2 mendekati satu maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variabel terikatnya. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat.

IV. Analisis dan Pembahasan 4.1 Hasil Pengujian Statistik Dengan menggunakan penggabungan data time series dan cross section, maka diperoleh data pengamatan sebanyak 4 tahun x 15 perusahaan = 60 data. Adapun hasil analisis deskriptif masing-masing variabel pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics N HS ROA ROE EPS DER Valid N (listwise) 60 60 60 60 60 60 Minimum 50 .61 2.18 .00 .21 Maximum 50750 65.63 97.66 4732.85 5.50 Mean 6387.02 18.0982 34.6765 580.7688 1.4057 Std. Deviation 10657.550 13.93869 21.90911 1069.11993 1.20594

Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS) 4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini: Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas (1)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test HS N Mean Normal a,b Std. Parameters Deviation Absolute Most Extreme Positive Differences Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 60 6387.0167 10657.54969 .333 .333 -.276 2.578 .000 ROA 60 18.0982 13.93869 .146 .146 -.105 1.130 .156 ROE 60 34.6765 EPS 60 580.7688 DER 60 1.4057 1.20594 .161 .143 -.161 1.245 .090

21.90911 1069.11993 .094 .094 -.069 .726 .668 .319 .319 -.293 2.468 .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS) Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terapat dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig. (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov yang lebih kecil dari 0.05. Karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan tindakan tindakan perbaikan (treatment) agar model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) kemudian, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas (2)


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LNHS N Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
a,b

LNROA 60 1.0767 .47252 .142 .089 -.142 1.101 .177

LNROE 60 1.4162 .37273 .156 .086 -.156 1.205 .109

LNEPS 60 2.0856 .90207 .110 .068 -.110 .848 .468

LNDER 60 .0001 .36963 .112 .112 -.094 .870 .436

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

60 3.2311 .81689 .139 .087 -.139 1.080 .194

Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS) Tabel 4.3 menunjukkan bahwa data hasil pengujian statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05. Berikut ini ditampilkan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik Histogram dan plot.

Gambar 4.1 Garafik Histogram Uji Normalitas Data (2) Garfik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot yang di tampilkan pada gambar berikut ini:

Gambar 4.2 Garafik Plot Uji Normalitas Data (2)

Pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diketahui bahwa keempat variabel bebas tersebut memiliki angka VIF atau Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10 demikian juga dengan angka tolerance yang tidak kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat gejala multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Hasil uji Scatter Plot menunjukkan pola yang menyebar. Hal ini mendukung bukti tidak adanya masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Sehingga Sehingga regresi tersebut layak dipakai untuk prediksi harga saham. 4. Uji Autokorelasi Untuk menguji adanya autokorelasi dalam regresi linier berganda digunakan uji Durbin- Watson yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary Model R R Square Adjusted R Square 1 .899
a b

Std. Error of the Estimate .37125

Durbin-Watson

.807

.793

1.372

Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROAa Dependent Variable: LNHSb

Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS) Berdasarkan tabel di atas, terlihat pada kolom Durbin-Watson (D-W) bahwa nilainya adalah sebesar 1,403 (-2 < D-W < +2). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada model regresi tidak terjadi autokorelasi. 4.3 Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software Statistik Package for Sosial Scince (SPSS) versi 20: Tabel 4.5 Hasil Perhitungn Regresi
Coefficients Model (Constant) LNROA 1 LNROE LNEPS LNDER Unstandardized Coefficients B 1.541 -1.107 .612 .966 -.408 Std. Error .221 .294 .294 .082 .189 -.640 .279 1.067 -.185
a

Standardized Coefficients Beta

t 6.975 -3.761 2.080 11.833 -2.157

Sig. .000 .000 .042 .000 .035

a. Dependent Variable: LNHS

Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)

Berdasarkan data hasil regresi yang ditunjukkan di atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1,541 - 1,107 X1 + 0,612 X2 + 0,966 X3 - 0.408 X4 + e

Uji F (Uji Simultan) Tabel 4.6 Hasil Uji F


Model Regression 1 Residual Total Sum of Squares 31.791 7.581 39.372 df 4 55 59 ANOVA
a

Mean Square 7.948 .138

F 57.663

Sig. .000
b

a. Dependent Variable: LNHS b. Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROA

Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS) Berdasarkan pada hasil uji yang telah dilakukan sebelumnya, didapat nilai Ftabel sebesar 2,540 diperoleh dari tabel distribusi dengan n = 60 dan k = 5 didapat df1 = 4 dan df2 = 55. Sedangkan dari perhitungan di atas didapat hasil Fhitung sebesar 57,663 dengan nilai signifikansi 0,000. Hal ini berarti Fhitung > Ftabel dan signifikan < 0,05. Hasil tersebut membuktikan bahwa variabel ROA, ROE, EPS dan DER secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Uji t (Uji Parsial) Berdsarkan Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa secara parsial, seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (uji t) yang telah dilakukan di atas maka dapat ditentukan variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi harga saham. Pengujian ini ditentukan dengan melihat pada nilai Standardizet Coefficients atau beta pada masing-masing variabel bebas yang diteliti. Dari Tabel 4.6 di atas tampak bahwa variabel EPS mempunyai nilai beta sebesar 1,067 atau yang tertinggi di antara variabel bebas lainnya. Nilai ini menunjukkan bahwa EPS mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI. Dengan demikian H2 diterima. 4.4 Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R2) Tabel 4.7 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

.899

.807

.793

.37125

Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROAa Dependent Variable: LNHSb

Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS) Dari hasil analisis regresi yang dapat dilihat pada tabel di atas pada kolom Adjust R Square di atas maka didapat angka R Square (R2) sebesar 0,793 atau 79,3%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (ROA, ROE, EPS, dan DER) terhadap varabel dependen (harga saham) mampu menjelaskan sebesar 79,3%. Sedangkan sisanya sebesar 20,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil pengolahan data secara statistik yang terkait dengan judul, permasalahan, dan hipotesis penelitian yang telah diuraikan di atas maka untuk memperoleh gambaran hasil penelitian yang lebih jelas akan ditelaah lebih lanjut setiap data hasil perhitungan. Hasil estimasi dengan model regresi linear berganda menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama (simultan) mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan harga saham. Dari hasil analisis regresi didapat nilai Fhitung > Ftabel yaitu 57,663 > 2,540 dan berada pada tingkat signifikansi 0,000. Sehingga didapat kesimpulan bahwa variabel ROA, ROE, EPS, dan DER secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel ROA, ROE, EPS, dan DER mampu digunakan sebagai alat estimasi harga saham. Dengan melihat koefisien determinasi atau R2 = 0,793 menunjukkan bahwa variabel ROA, ROE, EPS, dan DER mempunyai kemampuan menjelaskan pola pergerakan harga saham sebesar 79,3%, sedangkan sisanya sebesar 20,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Adapun pengaruh variabel bebas secara individu (parsial) terhadap harga saham akan dikemukakan sebagai berikut: 1. Return On Asset (ROA) Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan arah negatif. Dimana kenaikan ROA akan mendorong penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa ada pertimbangan yang sedikit berbeda dari investor mengenai ROA karena ada investor yang cenderung membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang juga menunjukkan rasio laba dengan pengembalian yang dapat diperoleh untuk setiap nilai aset. Di sisi lain harga saham dalam hal ini masih bersifat agak bias karena harga saham akan juga ditentukan oleh besarnya jumlah saham yang beredar, sehingga informasi harga saham menjadi kurang relevan berkaitan dengan informasi laba perusahaan ROA. Bentuk rasio laba yang tidak melibatkan harga saham menjadi informasi yang bias bagi harga saham. ROA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan keuntungan dengan kemampuan aset yang dimiliki perusahaan yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROA negatif, yang berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan aset yang dapat menguntungkan pemegang saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Veronica dan Ika (2008) yang menunjukkan bahwa secara parsial ROA mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. 2. Return On Equity (ROE) Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan juga ROE mempunyai koefisien regresi yang bertanda positif, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ROE akan mendorong kenaikan harga saham. ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten. ROE yang positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para pemegang saham.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti (2002) dan Natarsyah (2002) yang menunjukkan bahwa secara parsial ROE memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. 3. Earning Per Share (EPS) Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan juga EPS mempunyai koefisien regresi yang bertanda positif, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan EPS akan mendorong kenaikan harga saham. Hasil ini telah mendukung teori yang dikemukakan oleh P. Jones dalam Husnan (2005:328) yang menyatakan bahwa umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham. Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang menyatakan bahwa variabel EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini mengindikasikan tidak terjadinya penyimpangan dari teori yang umumnya berlaku, yaitu perubahan laba mempunyai pengarauh yang positif terhadap perkembangan harga saham. EPS yang cenderung naik maka kemungkinan keuntungan yang didapat oleh investor lebih besar dari pada kerugian yang mungkin terjadi. Dengan demikian besarnya EPS dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan dimana EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham. Dari hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa EPS mempunyai pengaruh paling dominan diantara variabel independen lainnya (ROA, ROE dan DER) dalam hubungannya mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Khusna (2009) yang menemukan bahwa EPS berpengaruh dominan diantara variabel-variabel fundamental lainnya. 4. Debt to Equity Ratio (DER) Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan arah negatif. Hal ini disebabkan karena adanya pertimbangan negatif dari investor dalam memandang DER. Oleh sebagian investor DER dipandang besarnya tanggung jawab perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu kreditor yang memberikan pinjaman kepada perusahaan. Sehingga semakin besar nilai DER akan memperbesar tanggungan perusahaan. sehingga hal ini dinilai akan memperkecil kemungkinan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Hal ini menyebabkan permintaan saham akan menurun yang pada akhirnya harga saham juga akan turun. Hasil ini menunjukkan sama dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) dan Veronica dan Ika (2008) yang berpendapat bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

V. Penutup 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara bersama-sama (simultan) variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI. 2. Secara individual (parsial) variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI. 3. Berdasarkan nilai koefisien beta, variabel yang dominan mempengaruhi harga saham adalah variabel Earning Per Share (EPS). Hal ini disebabkan karena nilai koefisien beta variabel EPS tertinggi dari pada variabel lainnya. 5.2 Saran-Saran Merujuk dari hasil penelitian, maka saransaran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Investor a. Dalam pengambilan keputusan investasi sebaiknya investor mempertimbangakan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) karena faktor-faktor tersebut telah terbukti secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, terutama faktor Earning Per Share (EPS) secara tepat sangat berpengaruh nyata terhadap perubahan harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Karena dalam berinvestasi mempuyai resiko yang sangat tinggi, selain memperhatikan aspek fundamental perusahaan, investor juga sebaiknya memperhatikan aspek teknikal dan faktor-faktor lain yang berpengaruh baik internal maupun eksternal serta kondisi sosial, politik dan ekonomi. Hal ini dilakukan selain untuk meminimalkan resiko juga untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat. 2. Bagi Perusahaan Karena terbukti bahwa variabel keuangan mempunyai pengaruh terhadap harga saham, maka disarankan bagi pihak perusahaan untuk membuat kebijkan terkait dengan kinerja keuangan sebaik mungkin. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti berikutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan tahun pengamatan serta menggunakan atau menambahkan variabel lain yang belum dimasukkan dalam penelitian ini. Disarankan juga kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai harga saham untuk menggunakan alat analisis dengan variabel lain yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi ekonomi yang berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Iskandar Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Nasindo Internusa. Jakarta. Arifin, Ali. 2004. Mambaca Saham, Edisi Kedua. Andi. Yogyakarta. Astuti, Puji. 2002. Variabel-variabel yang mempengaruhi harga pasar saham pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Brigham Eugene. F dan Houston Joel. F. 2004. Manajemen Keuangan (terj.), Edisi Kedelapan, Buku Dua. Erlangga. Jakarta. Dominic, H., T.2008. Berinvestasi di Bursa Saham. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan SPSS, Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafrie. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Statistik (Statistik Inferensif), Edisi 2. Bumi Aksara. Jakarta. Hin, L. Thian. 2008. Panduan Berinvestasi Saham, Edisi Terkini. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Keempat, Cetakan Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Indriana, Novi. 2009. Pengaruh DER, BOPO, ROA dan EPS terhadap harga saham di bursa Efek Indonesia (BEI) pada Bank Devisa. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta. Khusna, Fatma Khotimatul. 2009. Analisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan pertambangan (Studi pada Bursa Efek Indonesia. Natarsyah, Syahib. 2000. Pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham semua perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri barang konsumsi yang telah go public di pasar modal indonesia. Prastowo, Dwi & Yuliaty, Rifky. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat. BPFE. Yogyakarta.

Sartono, R. Agus. 2008. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat. BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Sasongko, Noer dan Nila Wulandari. 2006. Pengaruh EVA dan rasio-rasio profitailitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudjana. 2002. Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga, Jilid 2. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian, Edisi Revisi Terbaru, Cetakan Ketigabelas. Alfabeta. Bandung. Supranto, J. 2002. Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Veronica, Ika Abigael K dan Ika Ardani S. 2008. Pengaruh Return On asset, Price Earning Ratio, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEI. http://www.idx.co.id

LAMPIRAN
Regression
Descriptive Statistics Mean Std. Deviation 3.2311 .81689 1.0767 .47252 1.4162 .37273 .0001 .36963 2.0856 .90207
a

N 60 60 60 60 60

LNHS LNROA LNROE LNDER LNEPS

Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed LNDER, LNROE, 1 . b LNEPS, LNROA a. Dependent Variable: LNHS b. All requested variables entered.

Method Enter

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square 1 .899


a

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

.807

.793

.37125

1.372

a. Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROA b. Dependent Variable: LNHS

ANOVA Model Regression 1 Residual Total a. Dependent Variable: LNHS Sum of Squares 31.791 7.581 39.372 df

Mean Square 4 55 59 7.948 .138

F 57.663

Sig. .000
b

b. Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROA

Coefficients Model Unstandardized Coefficients B (Constant) LNROA 1 LNROE LNEPS LNDER 1.541 -1.107 .612 .966 -.408 Std. Error .221 .294 .294 .082 .189

Standardized Coefficients Beta

Sig.

Collinearity Statistics

Tolerance 6.975 -.640 .279 1.067 -.185 -3.761 2.080 11.833 -2.157 .000 .000 .042 .000 .035 .121 .194 .431 .478

VIF

8.277 5.148 2.322 2.092

a. Dependent Variable: LNHS

Charts

Anda mungkin juga menyukai