Anda di halaman 1dari 11

RANGKAIAN SERI dan PARALEL Pada RESISTOR (Percobaan L-5) A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1.

Tujuan : Mengamati arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel resistor 2. Hari, tanggal : Rabu, 13 Mei 2009 3. Tempat : Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Universitas Mataram B.ALAT dan BAHAN 1. ALAT Multimeter Power supply Papan rangkaian Jembatan penghubung Kabel penghubung 2. BAHAN Resistor 100 Resistor 47 k Resistor 100 C.LANDASAN TEORI Kawat tahanan pada hakikatnya ialah kawat konduktor dari bahan logam yang mengandung banyak elektron bebas. Dengan tiadanyamedan listrik, elektron-elektron bebas itu dalam gerakannya tumbuk-menumbuk satu sama lain serta bertumbukan pula dengan atom-atom bahan yang bergetargetar di sekitar titik setimbangnya, sehingga gerakan elektron bebas itu tidak karuan. Tetapi, apabla ujung-ujung kawat tahanan dihubungkan ke sumber tegangan, sepanjang kawat akan munculmedan listrik yang mempercepat garakan elektron-elektron bebas ke arah yang sesuai denganmedan listrik (Soedojo,2004:264). Kita tinjau pengaliran arus listrik sepanjang kawat tahanan sepanjang l yang luas penampangnya A dengan menghubungkan ujung-ujungnya ke sumber daya yang e.m.f nya V. Mengingat turunnya potensial listrik sama dengan usaha oleh salah satu muatan listrik di bawahgayamedanlistrik yang kuatnya E sepanjang kawat tahanan, berlakulah persamaan berikut; V = El ; V = iR ; R = l/A ; j = i/A Di mana adalah tahanan jenis (Soedojo,2004:265). Hubungan seri resistor didapati bila arus hanya dapat mengikuti satu jalan mengaliri dua atau lebih resistor. Untuk hubungan seri beberapa hambatan, hambatan subtitusi atau hambata ekivalennya adalah : Rek = R1 + R2 + R3 +.. Perhatikan bahwa cara untuk mendapatkan Rek untuk hubungan seri sama dengan cara mendapatkan Cek untuk hubungan paralel. Dalam hubungan seri, arus yang mengalir pada tiap-tiap resistor sama. Beda potensial antara kedua ujung susunan adalah sama dengan jumlah beda potensial antara masingmasing hambatan (Bueche,1987: 224). Pada rangkaian paralel, arus yang masuk ke dalam titik cabang harus sama denagn arus yang keluar dari titik cabang.

I = I1 + I2 + I3 +. Ketika resistor terhubung paralel, masin-masing mengalami tegangan yang sama, sehingga I1 = V , I2 = V, I3 = V R1 R2 R3 Mari kita tentuka nilai resistor tunggal Rek yang akan menarik arus I yang sama dengan ketiga hambata paralel ini. Resistor ekivalen Rek ini harus memenuhi I = V_ Rek Dengan menghubungkan persamaan-persamaan sebelumnya, kita peroleh : V_ = V + V + V Rek R1 R2 R3 Karena V pada setiap resistor sama, serta sama dengan tegangan penuh sumber, maka: ( Giancoli, 2001:97) _1_ = 1 + 1 + 1_ Rek R1 R2 R3 D.PROSEDUR PERCOBAAN 1. Rangkaian Seri Resistor Disusun rangkaian seperti gambar di bawah R1 R2

Diatur tegangan sumber sebesar 1 V Diamati arus dan tegangan yang melalui R1, R2 dan pada rangkaian Dicatat hasil percobaan pada tabel 1 Diubah tegangan sumber untuk nilai yang berbeda (2V, 3V, 4V, 5V) da dilakukan langkah 3-4 2. Rangkaian Paralel Resistor Disusun rangkaian seperti gambar di bawah R1

Diatur tegangan sumber sebesar 1V Diamati arus dan tegangan yan gmelalui R1, R2 dan pada rangkaian Dicatat hasil pengamatan pada tabel 2 Diubah tegangan sumber untuk beberapa nilai yang berbeda (2V, 3V, 4V, 5V) lalu dilakukan langkah 3-4 3. Rangkaian Kombinasi Resistor Disusun rangkaian seperti gambar di bawah

R1

R3

Diatur tegangan sumber 1V Diamati arus dan tegangan yang melalui R1, R2, dan pada rangkaian (R1=Rek=R12 , R2 =R3) Dicatat hasil pengamatan pada tabel 3 Diubah tegangan sumber untuk beberapa nilai berbeda (2V,3V,4V,5V) dan dilakukan langkah ketiga dan keempat E.HASIL PENGAMATAN 1.Rangkaian Seri Arus (A) R1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Tegangan (V) R1 0,011 0,003 0,001 0,001 0,002

No 1 2 3 4 5

V Sumber 1V 2V 3V 4V 5V

Rangk 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1

R2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Rangk 0,002 0,002 0,002 0,002 0,003

R2 0,008 0,004 0,001 0,0026 0,001

2.Rangkaian Paralel Arus (A) R1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Tegangan (V) R1 0,002 0,003 0,002 0,002 0,002

No 1 2 3 4 5

V Sumber 1V 2V 3V 4V 5V

Rangk 0,1 0,3 0,1 0,1 0,1

R2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Rangk 0,002 0,001 0,002 0,002 0,003

R2 0,002 0,001 0,002 0,003 0,003

3.Rangkaian Kombinasi Arus (A) R1 0,1 0,1 0,1 0,4 0,1 Tegangan (V) R1 0,003 0,001 0,002 0,002 0,001

No 1 2 3 4 5

V Sumber 1V 2V 3V 4V 5V

Rangk 0,1 0,1 0,1 0,4 0,3

R2 0,1 0,1 0,1 0,4 0,2

Rangk 0,002 0,002 0,002 0,002 0,003

R2 0,002 0,003 0,002 0,003 0,003

R1 = 100

R2 = 47 k R3 = 100 F.ANALISIS DATA I. Pengolahan Data 1. Rangkaian Seri R1 R2 Iek Vek Iek = IR1 =IR2 Iek = Vin , Rek = R1 + R2 Rek Vek = VR1 + VR2 VR1 = Iek . R1 VR2 = Iek . R2 2. Rangkaian Paralel Iek Vek R1 VR1 = VR2 = Vek = Vin Iek = IR1 + IR2 , Rek = R1 . R2 R1+R2 IR1 = Vin R1 IR2 = Vin R2 3. Rangkain Kombinasi Iek Vek R3 R1 Iek = IR3 = IR12 Iek = Vin , Rek = R1R2 + R3 Rek R1+R2 Vek = VR3 + VR12 VR3 = Iek . R3 VR12 = Iek . R12 II. Perhitungan Data 1. Rangkaian Seri

R1 = 100 R2 = 47 k Rek = R1 + R2 = 100 + 47000 = 47100 = 47,1 k a. Vin = 1 V Iek = IR1 = IR2 = Vin Rek Iek = 1__ 47100 = 0,00002 A = 2 x 10-5 A VR1 = Iek x R1 = 0,00002 x 100 = 0,002 V VR2 = Iek x R2 = 0,00002 x 47000 = 0,94 V Vek = VR1 + VR2 = 0,942 V b. Vin = 2 V Iek = IR1 = IR2 = Vin Rek Iek = 2__ 47100 = 0,00004 A = 4 x 10-5 A VR1 = Iek x R1 = 0,00004 x 100 = 0,004 V VR2 = Iek x R2 = 0,00004 x 47000 = 1,88 V Vek = VR1 + VR2 = 1,884 V c. Vin = 3 V Iek = IR1 = IR2 = Vin Rek Iek = 3__ 47100 = 0,00006 A

= 6 x 10-5 A VR1 = Iek x R1 = 0,00006 x 100 = 0,006 V VR2 = Iek x R2 = 0,00006 x 47000 = 2,82 V Vek = VR1 + VR2 = 2,826 V d. Vin = 4 V Iek = IR1 = IR2 = Vin Rek Iek = 4__ 47100 = 0,00006 A = 8 x 10-5 A VR1 = Iek x R1 = 0,00008 x 100 = 0,008 V VR2 = Iek x R2 = 0,00008 x 47000 = 3,76 V Vek = VR1 + VR2 = 3,768 V e. Vin = 5 V Iek = IR1 = IR2 = Vin Rek Iek = 5__ 47100 = 0,0001 A = 1 x 10-4 A VR1 = Iek x R1 = 0,0001 x 100 = 0,01V VR2 = Iek x R2 = 0,0001 x 47000 = 4,7 V Vek = VR1 + VR2 = 4,71 V 2. Rangkaian Paralel R1 = 100 R2 = 47 k

Rek = R1 . R2 R1+R2 = 100 x 47000 100 + 47000 = 99,79 a. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 1 V IR1 = Vin R1 = 1_ 100 = 0,01 A IR2 = Vin R2 = 1__ 47000 = 0,00002 A Iek = IR1 + IR2 = 0,01002 A b. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 2 V IR1 = Vin R1 = 2_ 100 = 0,02 A IR2 = Vin R2 = 2__ 47000 = 0,00004 A Iek = IR1 + IR2 = 0,02004 A c. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 3 V IR1 = Vin R1 = 3_ 100 = 0,03 A IR2 = Vin R2 = 3__ 47000 = 0,00006 A Iek = IR1 + IR2

= 0,03006 A d. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 4 V IR1 = Vin R1 = 4_ 100 = 0,04 A IR2 = Vin R2 = 4__ 47000 = 0,00008 A Iek = IR1 + IR2 = 0,04008 A e. Vin = Vek = VR1 = VR2 = 5 V IR1 = Vin R1 = 5_ 100 = 0,05 A IR2 = Vin R2 = 5__ 47000 = 0,0001 A Iek = IR1 + IR2 = 0,0501 A 3. Rangkaian Kombinasi R12 = 99,79 R3 = 100 Rek = R12 + R3 = 99,79 + 100 = 199,79 a. Vin = 1 V Iek = Vin Rek = 1___ 199,79 = 0,005 A VR3 = Iek x R3 = 0,005 x 100 = 0,5 V VR12 = Iek x R12

= 0,005 x 99,79 = 0,49 V Vek = VR12 + VR3 = 0,99 V b. Vin = 2 V Iek = Vin Rek = 2___ 199,79 = 0,01 A VR3 = Iek x R3 = 0,01 x 100 =1V VR12 = Iek x R12 = 0,01 x 99,79 = 0,99 V Vek = VR12 + VR3 = 1,99 V c. Vin = 3 V Iek = Vin Rek = 3___ 199,79 = 0,015 A VR3 = Iek x R3 = 0,015 x 100 = 1,5 V VR12 = Iek x R12 = 0,015 x 99,79 = 1,49 V Vek = VR12 + VR3 = 2,99 V d. Vin = 4 V Iek = Vin Rek = 4___ 199,79 = 0,02A VR3 = Iek x R3 = 0,02 x 100 =2V VR12 = Iek x R12 = 0,02 x 99,79

= 1,99 V Vek = VR12 + VR3 = 3,99 V e. Vin = 5 V Iek = Vin Rek = 5___ 199,79 = 0,025 A VR3 = Iek x R3 = 0,025 x 100 = 2,5 V VR12 = Iek x R12 = 0,025 x 99,79 = 2,49 V Vek = VR12 + VR3 = 4,99 V GRAFIK HUBUNGAN ARUS DENGAN TEGANGAN 1. Rangkaian Seri Vek 0,942 1,884 2,826 3,768 4,710 2. Rangkaian Paralel Vek 1 2 3 4 5 3. Rangkaian Kombinasi Vek 0,99 1,99 2,99 3,99 4,99 Iek 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 Iek 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 Iek 2 4 6 8 10

G.PEMBAHASAN Pada praktikum ini, kita mengamati hubungan antara arus dan tegangan dalam rangkaian seri dan paralel dari resistor. Dari hasil analisis data, serta pada grafik bisa kita lihat bahwa hubungan antara arus dan tegangan adalah sebanding. Artinya, semakin besar tegangan, maka arus yang

mengalir dalam rangkaian juga akan semakin besar. Namun, hubungan tersebut berlaku jika hambatan total tetap. Dalam hal ini, untuk rangkaian seri, hambatan totalnya 47100 , rangkaian paralel 99,79 sedangan rangkaian kombinasi, hambatan totalnya 199,79 . Hambatan total tersebut kita buat konstan (nilainya tidak diubah) untuk masing-masing rangkaian. Sehingga pada grafik diperoleh garis lurus (menandakan hambatan konstan) sedangkan yang berubah adalah arus dan tegangan. Jika hambatan total tidak kita buat konstan, maka hubungan antara arus dengan tegangan belum tentu sebanding. Misalnya jika V kita buat tetap, sedangkan hambatan berubah-ubah, maka yang kita dapatkan adalah hubungan arus dan hambatan , di mana arus berbanding terbalik dengan hambatan. Selain itu, kita juga mengukur arus dan tegangan pada masing-masing rangkaian resistor dengan multimeter sebagai pembanding. Namun, jika dibandingkan hampir semua data hasil pengukuran dengan multimeter tidak sesuai dengan hasil perhitungan (analisis data). Meskipun secara teori (jika tidak membandingkan nilai antara hasil analisis data dengan hasil pengukuran), ada sebegian data yang benar. Misalnya pada rangkaian seri, di mana arus yang mengalir di setiep titik adalah sama. Dari hasil pengukuran dengan multimeter, pada rangkaian seri, hampir sebagian besar data benar yaitu arus pada setiap titik adalah sama yaitu 0,1 ampere. Kesalahan pengukuran arus dan tegangan yang terjadi dikarenakan alat ukur yang digunakan (multimeter) sudah tidak layak pakai. Selain itu, dari analisa data, kita peroleh bahwa arus pada tiap titik sangat kecil. Dalam hal ini, multimeter tidak dapat digunakan untuk mengukur arus yang sangat kecil. H.KESIMPULAN dan SARAN 1. Kesimpulan Jika hambatan tetap,maka nilai arus dan tegangan selalu berbanding lurus pada setiap rangkaian Arus selalu berbanding terbalik dengan hambatan Multimeter tidak dapat digunakan untuk mengukur arus yang sangat kecil Hambatan total untuk rangkaian paralel selalu lebih kecil dibandingkan pada rangkaian seri (jika nilai masing-masing hambatan sama) 2. Saran Seharusnya alat-alat yang rusak tidak digunakan dalam praktikum dan diganti secepatnya demi kelancaran praktikum selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Bueche, Frederick.1987. Fisika Edisi Kedelapan.Jakarta : Erlangga. Giancoli, Douglas.2001.Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta : erlangga. Soedojo, Peter.2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.

Anda mungkin juga menyukai