Evaluasi Aspek Gerakan Dan Operabilitas Dalam Perancangan: Drillship Dengan Displasemen 35.000 Ton
Evaluasi Aspek Gerakan Dan Operabilitas Dalam Perancangan: Drillship Dengan Displasemen 35.000 Ton
=
k j e
t i
j
n
k jk k jk k jk jk
e
, , , F K B A M
............................................................ .(1)
dengan
M
jk
= matriks massa dan momen inersia massa bangunan laut,
A
jk
= matriks koefisien-koefisien massa tambah hidrodinamik,
B
jk
= matriks koefisien-koefisien redaman hidrodinamik,
K
jk
= matriks koefisien-koefisien kekakuan atau gaya dan momen hidrostatik,
F
j
= matriksgaya eksitasi (F
1
, F
2
, F
3
) dan momen eksitasi (F
4
, F
5
, F
6
) dalam fungsi kompleks
(dinyatakan oleh e
it
),
F
1
= gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan surge,
F
2
= gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan sway,
F
3
= gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan heave,
F
4
= momen eksitasi yang menyebabkan gerakan roll,
F
5
= momen eksitasi yang menyebabkan gerakan pitch,
F
6
= momen eksitasi yang menyebabkan gerakan yaw,
k
, = elevasi gerakan pada mode ke k,
k
,
\
|
|
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
=
2
exp 5 . 0 exp
) ( ) (
p
p
PM
S A Sj
oe
e e
e e
....................................................... (3)
Dengan,
S
PM
= Spektrum Pierson-Moskowitz
|
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
4
5
4
2
4
5
exp .
16
5
p
p
Hs
e
e
e
e ..................................................................... (4)
Hs = tinggi gelombang signifikan
=
p
= 2t/Tp (angular spectral peak frequency)
= Non-dimensional parameter bentuk puncak
o = spectral width parameter
o =0.07untuk =<=
p
o =0.09 untuk =>=
p
A
=
0
0
) ( e e d Sj m
................................................................................................................ (6)
m
o
sebagai luasan di bawah kurva spektra, maka tinggi gelombang signifikan dapat dihitung seba-
gai
0 s
m 0 . 4 H =
.................................................................................................................... (7)
dan amplitudo signifikan adalah setengah dari tinggi signifikannya, atau
0 s
m 0 . 2 = ,
...................................................................................................................... (8)
Sedangkan tinggi rata-rata (atau double amplitudo rata-rata) adalah :
0
m 54 . 2 H =
.................................................................................................................... (9)
dan amplitudo rata-rata adalah
0
m 27 . 1 = ,
.................................................................................................................... (10)
C- 25
Disamping luasan di bawah spektra, dalam hal ini dapat juga didefinisikan momen spektra ke 2
dan ke 4, sebagai berikut:
}
=
0
2
2
d ) ( S m e e e
.................................................................................................... (11)
}
=
0
4
4
) ( e e e d S m
........................................................................................................ (12)
Berdasar definisi ini maka variable stokastik kecepatan dan percepatan gelombang atau gerak
dapat dihitung, seperti dengan pemakaian untuk displasemen. Misalnya, amplitudo kecepatan rata-
rata adalah
2
27 . 1 m = ,
.............................................................................................................. (13)
dan amplitudo percepatan signifikan adalah
4 s
m 0 . 2 = ,
.................................................................................................................. (14)
setelah Nilai-nilai stokastik dari spektra respons telah didapat, maka dikolerasikan terhadap kriteria
operasi. Dalam penelitian kali ini, kriteria Operasi yang dikaji adalah kriteria Operasi pengeboran
yang secara umum diterapkan pada MODU (Mobile Offshore Drilling Unit). Tabel 3 berikut
menunjukkan kriteria Operasi pengeboran lepas pantai yang dipakai.
Tabel 11. Kriteria Operasi pengeboran lepas pantai berdasarkan gerakan (Essar, 2007)
Dengan mengkorelasikan kriteria operasi pengeboran dengan kenaikan Intensitas Gerakan akibat
tinggi gelombang signifikan Hs (gelombang acak) pada perairan natuna maka akan didapat
Operabilitas drillship. Dari kemampuan Operasi tersebut, bisa diketahui berapa lama presentase
durasi drillship untukmelakukan operasi pengeboran di tengah laut dan berapa lama masa
tunggunya (Downtime) dalam rentang waktu satu tahun.
3. Hasil dan Diskusi
Berikut adalah hasil yang didapat dari komputasi dan analisa yang telah dilakukan. Hasil-hasil
berupa RAO drillship saat free floating, spektra JONSWAP menurut sebaran gelombang Natuna,
Respons Spektra, dan korelasi antara Kriteria operasi dengan Intensitas gerakan drillship seiring
dengan kenaikan Hs. Gambar 5 sampai dengan 7 adalah karakteristik gerakan heave, Roll, dan
Pitch di atas gelombang reguler. Gerakan-gerakan ini merupakan mode gerakan vertikal yang
sangat berpengaruh dengan kirteria-kriteria operasi pengeboran lepas pantai. Sedangkan untuk
gambar 8 sampai dengan 10 merupakan karakteristik gerakan surge, sway, yaw di atas gelombang
Operation
Heave
Pitch/Roll
Single Amp.
Kenyamanan Operator 0,2g (m/s
2
) -
Land BOP on Wellhead 2,4 m 2,5 deg
Running BOP 4,6 m 2,5 deg
Running Casing 4,6 m 2,5 deg
Disconnect riser 5,5 m 2,5 deg
Drilling or Tripping 4,6 m 2,5 deg
Hang-off 2,2 m 2,5 deg
Cementing 2,2 m 2,5 deg
Crane Operation 5,5 m 3,0 deg
End of self propelled transit - 3,0 deg
Supply boat - 2,0 deg
Helicopter 5,5 m
C- 26
reguler. Gerakan-gerakan ini merupakan mode gerakan horizontal yang tidak berpengaruh dengan
kriteria operasi pengeboran lepas pantai.
Gambar 5. RAO gerakan Heave
DrillshipDewa Oribis
Gambar 6. RAO gerakan Pitch Drillship Dewa
Oribis
Gambar 7. RAO gerakan Roll Drillship Dewa
Oribis
Gambar 5. RAO gerakan Surge Drillship Dewa
Oribis
Gambar 9. RAO gerakan Sway Drillship Dewa
Oribis
Gambar 10. RAO gerakan Yaw Drillship Dewa
Oribis
Drillship ini mempunyai gerakan rotasi (roll dan pitch) yang cukup besar pada mode vertikal. Hal ini
disebabkan oleh nilai vertical centre of gravity (VCG) drillship yang besar yaitu 12,05m sehingga
berdampak pada nilai jari-jari girasi dari kapal yang besar juga. Pada puncak RAO pitch terlihat
mempunyai nilai maksimum 1,40 deg/m pada frekuensi 0,70 rad/s dan puncak RAO roll
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
R
A
O
,
z
0
/
0
(
m
/
m
)
encountering Frequency, =e (rad/sec)
0 deg
30 deg
45 deg
90 deg
135 deg
150 deg
180 deg
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
R
A
O
,
z
0
/
0
(
d
e
g
/
m
)
encountering Frequency, =e (rad/sec)
0 deg
30 deg
45 deg
90 deg
135 deg
150 deg
180 deg
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
R
A
O
,
z
0
/
0
(
d
e
g
/
m
)
encountering Frequency, =
e
(rad/sec)
0 deg
30 deg
45 deg
90 deg
135 deg
150 deg
180 deg
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
R
A
O
,
z
0
/
0
(
m
/
m
)
encountering Frequency, =
e
(rad/sec)
0 deg
30 deg
45 deg
90 deg
135 deg
150 deg
180 deg
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
R
A
O
,
z
0
/
0
(
d
e
g
/
m
)
encountering Frequency, =
e
(rad/sec)
0 deg
30 deg
45 deg
90 deg
135 deg
150 deg
180 deg
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
R
A
O
,
z
0
/
0
(
d
e
g
/
m
)
encountering Frequency, =
e
(rad/sec)
0 deg
30 deg
45 deg
90 deg
135 deg
150 deg
180 deg
C- 27
mempunyai nilai maksimum 2,25 deg/m pada frekuensi sekitar 0,47 rad/s yang merupakan
frekuensi naturalnya. Gerakan drillship mode horizontal terlihat sangat baik. Hal ini ditunjukkan
dengan gerakannya bernilai di bawah 1,00 m/m. Ini berarti amplitudo responsnya lebih kecil
daripada eksitasi gelombangnya.
Pada kenyataannya, kapal yang bergerak di laut akan mengalami eksitasi yang bersifat acak
(random), sesuai dengan sifat alami dari gelombang laut. Oleh karena itu, analisa spektra perlu
dilakukan dengan mengaplikasikan sebaran Hs pada perairan Natuna ke dalam formula
JONSWAP. Sebaran periode puncak gelombang di Perairan natuna mempunyai rentang antara
1,45 detik sampai dengan 16,45 detik dan rentang Hs antara 0,245m sampai dengan 5,745m. Di
setiap periode puncaknya terdiri dari variasi tinggi gelombang signifikan(Hs) tertentu. Pada periode
puncak 13,45 detik dan 12,45 detik mempunyai sebaran Hs paling banyak, dari Hs terendah yaitu
0,245 m sampai dengan tertinggi yaitu 5,745 m. Gambar 11 menunjukkan spektrum energi
gelombang perairan natuna pada Tp=13,45 detik dengan menggunakan formula JONSWAP.
Gambar 11. Spektrum energi gelombang formula
JONSWAP di Perairan natuna pada Tp=13,45
detik
Gambar 12. Spektrum respons gerakan Roll
Gambar 13. Spektrum respons gerakan Heave
Gambar 14. Spektrum respons gerakan pitch
Dengan melakukan komputasi menggunakan transfer function pada persamaan (5) maka
didapatkan spektra respons seperti terlihat pada gambar 12 sampai dengan 14. Dalam Komputasi
Spektra respons ini hanya dilakukan pada mode gerakan vertikal (heave, roll, dan pitch) yang
sesuai dengan kebutuhan kriteria operasi.
Luasan dibawah kurva spektra respons tiap gerakan atau disebut m0 perlu didapatkan untuk
nantinya diperoleh nilai statistik tiap gerakan dengan mengaplikasikan persamaan (6). Selanjutnya,
Dengan menggunakan persamaan (8) dan (10), nilai amplitudo signifikan dan amplitudo rata-rata
bisa didapat. Nilai amplitudo respons rata-rata di tiap gerakan inilah yang dikorelasikan dengan
operabilitas di tiap periode puncak dan tinggi gelombang signifikan. Gambar 15 sampai dengan 18
ini adalah grafik kenaikan gerakan sebagai fungsi kenaikan Hs.
Pada gambar 21 kenaikan gerakan sebagai fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan pada
periode puncak 13,45 detik terlampaui pada aspek gerakan roll. Pada tinggi gelombang
signifikan(Hs) melebihi 5m drillship mengalami gerakan roll melebihi 2,50derajat yang merupakan
C- 28
kriteria operasi. Sedangkan untuk kriteria heave, pitch,dan percepatan heave masih memenuhi
kriteria operasi pengeboran lepas pantai sampai tinggi gelombang 5,745m. Hal ini berarti bahwa
pada periode 12,45 detik dan tinggi gelombang di atas 5m drillship tidak mampu melakukan
operasi drilling karena gerakan roll yang berlebihan. Metode yang sama diterapkan pada setiap
periode puncak(Tp) dengan kenaikan tinggi gelombang signifikan, sesuai dengan data sebaran
gelombang pada perairan natuna. Untuk periode puncak selain 12,45 dan 13,45 detik tidak ada
kriteria operasi yang terlampaui. Selanjutnya, presentase operabilitas dari drillship bisa ditemukan.
Presentase operabilitas drillship bisa dihitung dengan mengakumulasi peluang kejadian
gelombang yang tidak melampaui kriteria operasi. Tabel 4 menginformasikan operabilitas drillship
pada perairan Natuna.
Gambar 15. Kenaikan gerakan Heave sebagai
fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan
Gambar 16. Kenaikan gerakan Roll sebagai
fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan
Gambar 17. Kenaikan gerakan Pitch sebagai
fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan
Gambar 6. Kenaikan percepatan Heave
sebagai fungsi kenaikan tinggi gelombang
signifikan
Tabel 12. Tabel Operabilitas Drillship Dewa Oribis di perairan Natuna
Hs
0.24
5
0.74
5
1.24
5
1.74
5
2.24
5
2.74
5
3.24
5
3.74
5
4.24
5
4.74
5
5.24
5
5.74
5
total
Operability(
%)
16.3 32.1 19.4 12.4 7.8 5.8 3.2 1.7 0.5 0.3 0.0 0
99.8
9
Downtime(%
)
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.07 0.04 0.11
Tabel 4 diatas memberikan informasi bahwa persentase Operabilitas Drillship selama satu tahun
adalah 99,89% dan waktu tidak beroperasinya adalah 0,11%. Dengan kata lain dalam setahun
(365 hari) Drillship mampu beroperasi selama 364,5 hari. Informasi lain yang dapat dilihat dari
tabel 4 adalah bahwa Drillship tersebut mampu melakukan operasi pengeboran lepas pantai pada
tinggi gelombang 5,245 meter atau seastate level 6. Untuk tinggi gelombang di atas nilai tersebut,
drillship tidak bisa melakukan operasinya. Ini cukup untuk memberikan pertimbangan pada
pemilihan fasilitas pengeboran lepas pantai.
C- 29
4. Kesimpulan
Dari Komputasi dan Analisa yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik
gerak drillship yang dirancang dengan mengacu pada Oribis-One 35.000 ton mempunyai gerakan
rotasional vertikal (Roll, dan pitch) yang cukup besar. Nilai RAO maksimmum gerakan Heave, Roll,
Pitch sebagai gerakan vertikal berturut-turut adalah 0,98 m/m, 2,25 deg/m, dan 1,40 deg/m.
Sedangkan nilai RAO maksimum gerakan Surge, Sway, dan Yaw sebagai gerakan Horizontal
berturut-turut adalah 0,92 m/m, 0,76 m/m, dan 0,56 deg/m. Periode Natural Kapal berada pada
frekuensi 0,25 rad/s untuk gerakan heave, 0,65 rad/s untuk gerakan pitch dan 0,45 rad/s untuk
gerakan roll .
Evaluasi gerakan drillship di gelombak acak didapat dari analisa spektra gelombang dan respons
spektranya. Dari analisa ini didapatkan nilai puncak spektra gelombang tertinggi adalah sebesar
10,24m/(rad/s), pada Hs 5,745m dan Tp 13,45 detik. Selanjutnya analisa spektra respons dilakukan
untuk gerakan heave, roll, dan pitch. RAO yang diambil untuk analisis ini adalah RAO pada arah
pembebanan gelombang yang menghasilkan nilai ekstrim. Didapatkan nilai spektra respons
terbesar berturut-turut untuk gerakan heave, roll, dan pitch adalah 7,24m/(rad/s), 51,83
deg/(rad/s), dan 6,54 deg/(rad/s). Kenaikan amplitudo gerakan rata-rata dalam fungsi tinggi
gelombang signifikan dilakukan dari periode puncak spektra yg rendah sampai periode puncak
spektra yang tinggi, gerakan maksimal dalam gerakan heave, roll dan pitch pada Tp 13,45 detik
berturut-turut sebagai berikut 1,25 m, 2,89 derajat, 1,54 derajat pada tinggi gelombang signifikan
5,745 meter.
Kemampuan operasi drillship Dewa Oribis dengan displasemen 35.000 Ton adalah sampai
dengan tinggi gelombang 5,245 meter dan periode puncak 11,45 detik. Selebihnya dari nilai tinggi
dan periode puncak gelombang tersebut, drillship tidak dapat melakukan operasi pengeboran
lepas pantai. Persentase Operabilitas Drillship selama satu tahun adalah 99,89 % dan waktu tidak
beroperasinya adalah 0,11 %. Dengan kata lain dalam setahun (365 hari) Drillship mampu
beroperasi selama 364,5 hari.
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT.Global Maritime dan PT.Citramas yang telah
mendukung dalam hal data teknis serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam
pengerjaan penelitian ini.
6. Daftar Pustaka
Buslov, V.M. and Karsan, D.I. (1985, 1986): Deepwater Platform Designs: An Illustrated Review (3
parts), Ocean Industry, Part 1, pp. 47-52, Part 2, pp. 51-55, pp. 53-62.
Chan et al.,(1992): Structural Loading Aspects in the Design of SWATH Ships,Proceedings of the
5
th
Symposium on PRADS92, Newcastle upon Tyne, UK.
Clauss G et al.,(1992): Meerestechnische Konstruktionen, Springer Verlag, Berlin.
Djatmiko, E.B. (2004): Evaluasi Operabilitas Kapal Cepat 35M, Pros. Seminar Nasional Teori dan
Aplikasi Teknologi Kelautan, Surabaya.
Djatmiko, E.B. (2012): Perilaku dan Operabilitas Bangunan Laut di Atas Gelombang Acak, ITS
Press, Surabaya.
DNV.(2011): Modelling and Analysis of Marine Operations, DNV Recommended Practice H103.
Essar.(2007): General Information of Marine Operations Manual,Essar Wildcat.
IADC/SPE.(2008): IADC/SPE Drilling Conference.Orlando, Florida, U.S.A.
Takaki, M. (2004): Prediction of Ship Motions in Irregular Waves, Proceedings of JSPS Seminar,
LHI.