1.1. Latar Belakang Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di Negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut instestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi penyakit lain yang menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.1 Secara global, diare merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak, angka kematian akibat diare lebih dari 1,5 juta pada tahun 2004.2 Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sector kesehatan oleh karena rata rata sekitar 30 % dari jumlah tempat tidur yang ada dirumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga dipelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi. 1.2. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah: 1. Memahami mengenai diare dan infeksi saluran pernafasan akut. 2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran khususnya bagian ilmu kesehatan anak. 3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RST dr. Soedjono Magelang.
1 |Diare
II.1. Diare II.1.1. Definisi Diare Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut WHO diare adalah buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam dan lebih menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi buang air besar. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat. Diare kronik adalah diare intermiten (hilang-timbul) yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih tanpa adanya infeksi. Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Disentri adalah diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah secara kasat mata. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare (IDAI, 2011).
II.1.2. Epidemiologi Di Indonesia, menurut data Risetkes sampai 2008, diare merupakan penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi kedua setelah pneumonia. Persentasi kematian anak kelompok usia 11-29 bulan mencapai 31,4 %, kelompok umur 1-4 tahun mencapai angka 25,2 %, dan kelompok umur 5-14 tahun mencapai 11,3 %.
2 |Diare
Sampai saat ini penyakit diare atau sering juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas/balai pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke sana. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahun pasien penderita diare, 70 - 80% dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (+- 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. Antara 1 - 2% akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila tidak segera ditolong 50 - 60% di antaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 3500.000 500.000 anak di bawah lima tahun meninggal setiap tahunnya.
II.1.3. Etiologi Diare Secara klinis diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar, yaitu : 1. Infeksi ( Disebabkan oleh bakteri, virus, atau infestasi parasit) 2. Malabsorpsi ( Karbohidrat; intoleransi laktosa, Lemak, atau Protein) 3. Alergi 4. Keracunan 5. Imunodefisiensi 6. Sebab-sebab lainnya
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab, yaitu : 1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E.Coli, Gol.Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium pefringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas. 2. Virus Astrovirus 3. Parasit : Protozoa, Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus,
3 |Diare
4. Non infeksi
Dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.
Tabel 1. Penyebab diare akut yang menyebabkan diare pada orang dewasa
GOLONGAN VIRUS
GOLONGAN PARASIT
Astrovirus
Balantidiom coli
Salmonella Shigella
Cytomegalovirus
Trichuris trichiura
4 |Diare
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anak usia <5 tahun
Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur
Diare karena virus akan menginfeksi lapisan epitelium usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini akan menyebabkan fungsi absorpsi usus halus terganggu. Sel- sel epitel usus halus akan rusak dan diganti oleh enterosit baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya belum baik. Villus akan mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik/ selanjutnya cairan dan makanan yang tidak terserap akan
5 |Diare
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrient tidak sempurna. Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan traspor ion dalam sel sel usus.
II.1.4. Cara Penularan dan Faktor Risiko Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah : 1. Faktor perilaku 2. Faktor lingkungan Faktor perilaku antara lain : a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/ MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman. b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu. c. Tidak menerapkan Kebiasaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum member ASI/ makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak. d. Penyimpanan makanan tidak higienis. Faktor lingkungan antara lain : a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor tersebut di atas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare, antara lain : kurang gizi/ malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/ imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).
6 |Diare
II.1.5. Klasifikasi Terdapat beberapa pembagian diare : 1. Berdasarkan lamanya diare : a. Diare akut Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. b. Diare Persisten atau Diare Kronik Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut. 2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik : a. Diare sekresi b. Diare osmotic
II.1.6. Mekanisme Diare Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. Begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak. Diare sekretorik Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagian tinja cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus halus toksin bakteri seperti toksin Escherichia coli dan Vibrio cholera 01 atau virus (rotavirus). Pada diare sekretorik, toksin merangsang c-AMP atau c-GMP untuk mensekresikan secara aktif air dan elektrolit ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare. Diare sekresi (secretory diarrhea), disebabkan oleh: a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti terlihat pada bagan I
7 |Diare
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahanbahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya. c. Difesiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flora usus dan kamur, terutama Candida.
Diare osmotik Kenaikan tekanan osmotik dalam lumen usus akibat fermentasi makanan yang tidak diserap akan menarik air sel kedalam lumen usus sehingga terjadi diare. Diare jenis ini terjadi karena kita menelan makanan yang sulit diserap, baik karena memang makanan tersebut sulit diserap (magnesium, fosfat, laktulosa, sorbitol) atau karena terjadi gangguan penyerapan di usus (penderita defisiensi laktose yang menelan laktosa). Karbohidrat yang tidak diserap di usus ini akan difermentasi di usus besar, dan kemudian akan terbentuk asam lemak rantai pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek ini dapat diserap oleh usus, tetapi jika produksinya berlebihan, akibatnya jumlah yang diserap kalah banyak dibandingkan jumlah yang dihasilkan, sehingga menyebabkan peningkatan osmolaritas di dalam usus. Peningkatan osmolaritas ini akan menarik air dari dalam dinding usus untuk keluar ke rongga usus. Akibatnya, terjadi diare cair yang bersifat asam, dengan osmolaritas yang tinggi (> 2x[Na + K]), tanpa disertai adanya leukosit di feses. Contoh diare jenis ini adalah diare pada penderita defisiensi enzym laktase yang mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa. Ciri diare jenis ini adalah diare akan berhenti jika penderita puasa (menghentikan memakan makanan yang menyebabkan diare tersebut).
8 |Diare
Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh: a. Malabsorpsi makanan (lihat bagan 2,4) b. KKP (kekurangan kalori protein) c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir
Tabel 4. Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik Osmotic Diarrhea Volume of stool Response to fasting Stool Na* Reducting substances * Stool pH <200 mL/24 hr Diarrhea stops <70 mEq/L Positive <5 Secretory Diarrhea >200 mL/24 hr Diarrhea continues >70 mEq/L Negative >6
9 |Diare
II.1.7. Manifestasi Klinis Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi., anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering. Jika melihat dari patofisiologi di atas, terjadinya diare akan menggangu homeostatis tubuh karena terjadinya kehilangan air, tidak ada penyerapan makanan dan terbuangnya zat-zat yang di butuhkan tubuh. Karena terjadinya halhal seperti di atas maka akan terjadi dehidrasi, gangguan asam-basa, hipoglikemia, dan gangguan gizi. Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Untuk menilai tingkat keparahan dari dehidrasi ini dapat kita nilai melalui gejalagelaja yang ada, untuk dapat menilainya sistematis maka bisa di gunakan nilai skor Maurice King atau Kehilangan berat badan. 1. Kehilangan berat badan: a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 1/2 %. b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2 1/2 - 5 %. c. Dehidrasi sedang, bila terjadi peuurunan berat badan 5 - 10%. d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10%.
2. Skor Maurice King Tabel 5. Skor Maurice-King Bagian Tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
10 |Diare
0 Sehat
Gelisah, cengeng, Mengigau, ko apatis, ngantuk ma atau syok Sangat kurang Sangat cekung Sangat cekung Kering & siarrosis
Denyut nadi/menit kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140
Catatan : a. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut 'dijepit' antara ibu jari dan telunjuk selama 30 - 60 detik, kemudian di lepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu - 1 detik - 1- 2 detik - 2 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan) : turgor kurang (dehidrasi sedang) : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
b. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan derajat dehidrasinya : - Jika mendapat nilai 0 - 2 : dehidrasi ringan - Jika mendapat nilai 3 - 6 : dehidrasi sedang - Jika mendapat nilai 7 - 12: dehidrasi berat (Nilai/gejala tersebut adalah gejala/nilai yang terlihat pada dehidrasi isotonik dan hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling banyak terdapat, masing-masing 77,8 % dan 9,5 %).
c. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya/frekuensi kencing.
11 |Diare
Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis). Karena terjadinya asidosis metabolic, maka pernapasan akan menjadi lebih cepat, teratur dan dalam. Pada saat diare terjadinya pembuangan bikarbonat bersamaan dengan tinja. Metabolik asidosis ini terjadi karena: a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempuna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. Hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi pada 2 - 3 % dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik. Pada bayi atau anak yang kurang gizi maka kondisi ini akan menjadi lebih berbahaya, karena sebelumnya telah terjadinya kekurangan kalium. Hal ini terjadi karena: a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi). Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. Terjadinya hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang. Gangguan gizi. Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena: a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan air teh saja (teh diet). b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan
12 |Diare
Ket: ETEC : Enterotoxigenic Escherichia coli EIEC : Enteroinvasive Escherichia coli 1. Anamnesis Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
13 |Diare
tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.
Tabel 7. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 Penilaian Lihat: Keadaan umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Baik,sadar Normal Ada Basah Minum biasa,tidak haus *Gelisah,rewel Cekung Tidak ada Kering *haus ingin *lesu,lunglai/tidak sadar Sangat cekung Kering Sangat kering *malas minum atau tidak bias minum Periksa: kulit Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali lambat Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda* 1 atau sangat A B C
minum banyak
14 |Diare
Terapi
Rencana terapi A
Rencana terapi B
Rencana terapi C
3. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut: darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika tinja: a. Pemeriksaan makroskopik b. Pemeriksaan mikroskopik.
II.1.8. Derajat Dehidrasi dalam Diare Ada tiga derajat dehidrasi, yaitu : 1. Diare tanpa dehidrasi 2. Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang 3. Diare dengan dehidrasi berat
II.1.9. Rencana Terapi Diare 1. Diare tanpa dehidrasi Rencana Terapi A 2. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang Rencana Terapi B 3. Diare dengan dehidrasi berat Rencana Terapi C
15 |Diare
Keterangan : 1. Rencana terapi A (terapi diare tanpa dehidrasi) (1) Beri cairan lebih banyak dari biasanya Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb) Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit. * Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali buang air besar * Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali buang air besar Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila: * Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C * Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
(2) Beri zinc Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI. - Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari - Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
(3) Beri anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan. Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
16 |Diare
Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu
(4) Antibiotik diberikan sesuai indikasi Antbiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua daire akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya. Tabel 8. Antibiotik pada diare Penyebab Kolera Antibiotik pilihan Tetracycline 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari Alternatif Erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Pivmecillinam 20 mg/kg BB 4x sehari selama 3 hari Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB 3xsehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat) Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari
(5) Nasihat kepada ibu/ pengasuh Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
17 |Diare
Buang air besar cair lebih sering Muntah berulang Sangat haus Makan dan minum sangat sedikit Timbul demam Berak berdarah Tidak membaik dalam 3 hari.
2. Rencana terapi B (terapi dehidrasi ringan/sedang) Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan Oralit yang diberikan: 75ml x berat badan Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini: Tabel 9. Jumlah Oralit jika BB tidak diketahui
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana terapi a, b atau c untuk melanjutkan terapi Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana Terapi B Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat,ganti dengan
RencanaTerapi C
18 |Diare
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B ,Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah. berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah dan jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah. 3. Rencana terapi C Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut. Tabel 10. Jumlah Cairan Rehidasi Umur Pemberian pertama Pemberian berikut
30ml/kgBB selama Bayi (dibawah umur12 1 jam* bulan) Anak (12 bulan sampai 5 30 menit* tahun)
2 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan. Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk memberikan pada penderita: 1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit 2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
19 |Diare
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung. Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun berperan dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun karena diare. WHO dan UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai dan lebih bermanfaat. Telah dikembangkan oralt baru dengan osmolalitas lebih rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang lama, namun efektifitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolalitas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk diare akut non kolera pada anak.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut turut Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah
20 |Diare
besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.
Pemberian makanan saat diare Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah dehidrasinya teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal, termasuk kekampuan menerima dan mengabssorpsi sebagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paing tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan penurunan berat badan sehinggadiare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energy diit harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan seperti serealia pada umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah disapih. Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat pengosongan lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi memperkecil jumlah laktosa pada usus halus pr satuan waktu. Pemberian makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang sama dalam mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan energinya
21 |Diare
dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati untuk setiap 100ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran, serta ditambahkan tahu,tempe, daing atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik untui menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman ringan, sebaiknya dihindari. Pemberian makanan setelah diare Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadai anorexia hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya.
ZINC Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak: Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
22 |Diare
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
Terapi medikamentosa Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti antibiotika:antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetik, dan obat yang
mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.
Antibiotik Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya.
Obat antidiare Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:12,3 Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine). Obatobat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.
23 |Diare
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari obatobatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare. Bismuth subsalicylate Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan. Obat-obat lain: Anti muntah Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi.
Probiotik Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen usus , kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.. Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat
24 |Diare
lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen. Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen usus, produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan imunomodulasi. Disimpulkan bahwa beberapa probiotik potensial mempunyai efek protektif terhadap diare, tetapi masih diperlukan penelitian dan evaluasi lebih lanjut termasuk efektifitas dan keamanannya, walaupun sejauh ini penggunaan probiotik pada percobaan klinis dikatakan aman. Prebiotik Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan kesehatan. Oligosacharida yang ada didalam ASI dianggap sebagai prototipe prebiotik oleh karena dapat merangsang pertumbuhan lactobacilli dan bifidobacetria didalam kolon bayi yang minum ASI. Data menunjukan angka kejadian diare akut lebih rendah pada bayi yang minum ASI. Namun penggunaan untuk aspek pencegahan diare akut masih perlu menunggu penelitian penelitian selanjutnya.
II.1.10. Komplikasi 1. Gangguan elektrolit o Hipernatremia Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar
25 |Diare
natrium plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti. o Hiponatremia Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam. o Hiperkalemia Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelanpelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung. o Hipokalemia Dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.
26 |Diare
Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
2. Demam Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.
3. Edema/overhidrasi Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.
4. Asidosis metabolik Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.
5. Ileus paralitik Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada.
27 |Diare
Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K. 6. Kejang 7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama diare dapat menyebabkan: Volume tinja bertambah berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
Tindakan: a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan menghidari efek bolus b. Mengencerkan susu jadi -1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi kekeurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti makanan padat, perlu diberikan. c. Pemberian yogurt atau susu yang telah mengalami fermentasi untuk mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus. d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti dengan susu kedelai.
8. Malabsorbsi glukosa Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan intravena
9. Muntah Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.
28 |Diare
10. Acute kidney injury Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok. Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.
29 |Diare
III.1. Kesimpulan Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat. Diare kronik adalah diare intermiten (hilang-timbul) yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih tanpa adanya infeksi. Di Indonesia, menurut data Risetkes sampai 2008, diare merupakan penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi kedua setelah pneumonia. Persentasi kematian anak kelompok usia 11-29 bulan mencapai 31,4 %, kelompok umur 1-4 tahun mencapai angka 25,2 %, dan kelompok umur 5-14 tahun mencapai 11,3 %. Secara klinis diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar, yaitu Infeksi ( Disebabkan oleh bakteri, virus, atau infestasi parasit), malabsorpsi ( Karbohidrat; intoleransi laktosa, Lemak, atau Protein), Alergi, Keracunan, Imunodefisiensi, dan sebab-sebab lainnya. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Secara umum tatalaksana diare disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang dialami. Dimana jika terjadi diare tanpa dehidrasi dapat dilakukan rencana terapi A, diare dengan dehidrasi ringan-sedang diberikan rencana terapi B, dan jika diare dengan dehidrasi berat diberikan rencana terapi C.
III.2. Saran 1. Perlunya terapi segera jika anak mengalami diare, dan tidak menghentikan asupan makan dan minum karena diare. 2. Segera mendatangi Rumah Sakit, jika terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat ataupun tanda-tanda komplikasi diare. 3. Perlunya peningkatan status gizi dan usaha peningkatan imunitas anak untuk mengurangi angka kejadian diare.
30 |Diare
31 |Diare