Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN Halitosis sudah seharusnya dipertimbangkan sebagai suatu tanda dan bukan suatu penyakit.

Tidak diragukan lagi, halitosis merupakan keadaan sosial yang dapat menghambat dan menyebabkan pengucilan social. Keadaan ini sering terjadi pada orang-orang yang dalam pekerjaannya lebih banyak berhubungan dengan public sehingga mereka harus tetap menjaga kebersihan serta kesehatan mulutnya agar terhindar dari bau nafas yang tidak menyenangkan dan dapat mengurangi keyakinan dan rasa percaya diri. Membicarakan halitosis tidak terlepas dari indera penciuman, dimana indera penciuman manusia sangat peka dan dapat mendeteksi bau sampai sekecil seperjuta bagian perunit udara. Indera ini bermuara di hidung dan tidak dipengaruhi oleh usia. Seseorang sering kali tidak dapat merasakan atau menyadari suatu bau apabila terus menerus terpapar pada bau tersebut, misalnya bau mulutnya sendiri atau ruang kerja yang berbau, inilah yang disebut sebagai efek adaptasi! oleh sebab itu maka deteksi halitosis oleh diri sendiri seringkali tidak tepat. Halitosis telah menjadi masalah yang mengkha"atirkan selama berabadabad, hal ini dapat diketahui dari tulisan-tulisan peninggalan seperti di Timur Tengah atau #oma"i Kuno. Sejak tahun $%%& SM, orang Mesir bahkan telah menganjurkan pera"atan untuk mengatasi halitosis dengan cara mengunyah bahan-bahan alami atau rempah-rempah yang baunya "angi. 'ahkan Hipocrates ()*&-++, SM- telah membuat diagnose dan pera"atan bau mulut. 'erdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, mereka telah menemukan hubungan antara penyakit gastrointestinal dengan halitosis serta penyebab utamanya yaitu adanya koloni Helicobacter pylori yang menghasilkan gas urea sehingga menimbulkan halitosis, disamping factor-faktor penyebab lainnya, seperti adanya infeksi dalam saluran cerna, penggunaan aspirin (.S/I0s-, refluks asam lambung, dan lain-lain. Halitosis yang ditimbulkan oleh

penyakit gastrointestinal mempunyai karakteristik bau yang khas pada masingmasing penyakit.

BAB II ANATOMI FISIOLOGI SISTEM GASTROINTESTINAL /. 1engertian Saluran 2astrointestinal Saluran gastrointestinal adalah pintu gerbang untuk masuknya bahan makanan, 3itamin, mineral dan cairan ke dalarn tubuh secara bertahap melalui saluran cerna yang berliku-liku yaitu4 mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. 0alam saluran pencemaan tersebut terdapat sebuah lapisan yang disebut mukosa yang mengandung kelenjar - kelenjar kecil yang memproduksi getah pencernaan untuk membantu mencema makanan.+ 0isamping itu, saluran pencemaan juga memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit dan makanan yang terus-menerus. Hal ini diperoleh dari pergerakan makanan melalui saluran gastrointestinal, sekresi getah pencemaan, absorpsi hasil pencernaan dan sirkulasi darah untuk memba"a 5at-5at yang diabsorpsi. 1ergerakan saluran gastrointestinal dibagi atas 6 jenis yaitu 4 gerakan peristaltic (gerakan mendorong makanan- dan gerakan mencampur yang diatur dan dikontrol oleh system saraf enterik (pleksus mienterikus dan pleksus submukosadan hormonal (kolesitokinin, sekretin, peptid-. '. /natomi Saluran 2astrointestinal 7sophagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang lebih kurang 6% cm yang terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung. 7sophagus berfungsi menghantarkan makanan dari faring ke lambung. 1ada kedua ujung esophagus terdapat katup esofagus bagian atas yang dalam keadaan normal akan berkontraksi kecuali se"aktu menelan dan katup esofagus bagian ba"ah yang berperan sebagai sa"ar terhadap refluks isi lambung ke esofagus dan dalam keadaan normal katup ini menutup kecuali bila makanan masuk ke lambung atau muntah.

8ambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di ba"ah diafragma. 8ambung dibagi atas + bagian yaitu4 fundus, korpus dan antrum. 8ambung juga dilengkapi dengan katup pada kedua ujungnya yang berperan untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan. Katup kardia berfungsi mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah refluks. Katup pilorikum berfungsi mengalirkan makanan ke usus halus (duodenum- dan mencegah refluks. 9sus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pylorus hingga katup ileosekal. 9sus ini mengisi bagian tengah dan ba"ah rongga abdomen. 9sus halus dibagi atas + bagian yaitu4 duodenum, jejunum dan ileum. 9sus halus memiliki 6 katup yaitu 4 katup pylorus berfungsi mengalirkan kimus dari usus halus mencegah refluks. 9sus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang lebih kurang % kaki yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. 9sus besar dibagi atas + bagian yaitu 4 sekum, kolon, dan rectum. 1ada sekum terdapat katup ileosekal, sedangkan kolon dibagi ) bagian yaitu 4 kolon asenden, trans3ersum, desenden, dan sigmoid. :. Sekresi Saluran 2astrointestinal Sekresi getah pencemaan dirangsang oleh saraf enterik. Kelenjarkelenjar yang turut membantu proses pencemaan terdiri dari kelenjar sali3a, kelenjar esofagus, kelenjar lambung, kelenjar usus halus dan kelenjar usus besar. Kelenjar sali3a (terutama kelenjar parotis- menghasilkan en5im ptyalin yang berfungsi untuk membantu mencerna makanan menjadi molekul-molekul kecil. Kelenjar esofagus menghasilkan mukus sebagai pelumas untuk menelan makanan dan melindungi dinding esofagus dari getah lambung. ke kolon dan

Kelenjar lambung mensekresikan asam hidroklorida, pepsinogen, mukus dan gastrin yang berfungsi untuk mencerna makanan terutama protein. Kelenjar usus -halus dibagi 6 yaitu 4 kelenjar Brunner yang mensekresikan mukus untuk4 melindungi dinding duodenum dari getah lambung dan kelenjar Lieberkun yang mensekresikan en5im peptidase (memecah peptid kecil menjadi asam amino- dan en5im lipase (memecah lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak-. Kelenjar usus besar mensekresikan mucus untuk melindungi dinding usus terhadap ekskoriasi dan menjaga agar asam yang terbentuk dalam tinja tidak menyerang dinding usus. 0. /bsorbsi ;at-;at .utrisi 0alam Saluran :erna Karbohidrat dipecah menjadi molekul-molekul kecil melalui 6 tahap yaitu 4 1ertama, en5im ptyalin dan pancreas memecah karbohidrat menjadi molekul-molekul yang disebut maltose. Kedua, en5im maltase mengubah maltose menjadi glukosa yang selanjutnya diabsorbsi oleh pembuluh darah. 2lukosa diba"a ke li3er melalui pembuluh darah untuk disimpan atau digunakan menjadi energy sehingga tubuh dapat bekerja. Selain karbohidrat, protein juga harus dipecah oleh en5im pencernaan menjadi molekul-molekul kecil sebelum digunakan untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh. 'eberapa en5im dari lambung (pepsin- dan usus balus (peptidase- mengubah protein menjadi molekul-molekul kecil yang disebut asam amino. Selanjutnya asam amino diabsorpsi dari usus halus ke pembuluh darah dan diba"a ke seluruh tubuh. Molekul-molekul lemak kaya akan sumber energi untuk tubuh. /gar fungsi ini dapat digunakan, lemak. harus diubah menjadi molekulrnolekul kecil oleh asam empedu, dimana asam empedu berperan sebagai deterjen atau pelarut alami untuk melarutkan lemak dalam air. Selanjutnya lemak diba"a ke pembuluh darah untuk disebarkan atau disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh.
5

BAB III DEFINISI DAN ETIOLOGI HALITOSIS A. Definisi Halitosis Halitosis adalah suatu kondisi ketidaknyamanan berupa bau busuk yang berasal dari rongga mulut atau saluran lainnya seperti hidung.. /tau suatu kondisi kesehatan rongga mulut yang ditandai adanya bau tak sedap secara terus-menerus. 'anyak istilah yang digunakan untuk menyatakan bau mulut (halitosis- seperti fetor oris atau fetor ex ore, nafas tak sedap, oral malodor, bad breath, dragon breath, jungle mouth. .amun beberapa ahli menggunakan istilah halitosis untuk bau mulut yang disebabkan oleh faktor sistemik yang keluar dari pulmonari al3eoli menuju pemafasan dan menggunakan istilah fetor ex ore dan fetor oris untuk menunjukkan bau tidak enak yang berasal dati rongga mulut. B. Etiologi Halitosis Halitosis dapat disebabkan oleh factor-faktor fisiologis dan patologis yang berasal dari rongga mulut atau intra oral dan factor-faktor sistemik atau ekstra oral. 'erdasarkan sur3ey yang telah dilakukan di /merika Serikat, penyebab utama halitosis sebagian besar (<&=- adalah karena factor-faktor yang melibatkan rongga mulut. 1erlu ditekankan
6

bah"a halitosis bukanlah suatu penyakit, tapi dianggap sebagai gejala dari penyakit sistemik tertentu. .amun bukan berarti bah"a setiap bau yang tak sedap menandakan adanya suatu penyakit tertentu. $- >aktor >isiologis Intra ?ral 'au mulut pada pagi hari biasanya lebih berat dan kurang sedap dibanding pada siang hari. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya aliran sali3a dan akti3itas pipi maupun lidah untuk menghilangkan epitelium yang mengalami deskuamasi dan sisa makanan selama tidur. 0i samping itu, kebiasaan bemafas melalui mulut atau mendengkur selama tidur dapat memperparah keadaan tersebut. 'iasanya bau tersebut akan hilang setelah makan atau menyikat gigi. 1ada saat makan, akti3itas mengunyah yang melibatkan lidah, pipi, gigi dan struktur-struktur lainnya akan dapat meningkatkan aliran sali3a dan membantu menyingkirkan sis-sisa makanan sehingga intensitas halitosis akan berkurang. Intensitas dan kualitas bau mulut akan berubah sejalan dengan pertambahan usia. 1ada usia muda bau mulut biasanya lebih menyenangkan, namun pada usia lanjut bau mulut akan bertambah parah dan terasa semakin asam serta tidak nyaman bahkan pada indi3idu yang oral higienenya baik. Menurut beberapa ahli perubahan tersebut bukan hanya disebabkan oleh perubahan local di rongga mulut seperti akumulasi debris, perubahan aliran sali3a atau karena penyakit periodontal, tetapi diduga karena adanya perubahan metabolism dalam tubuh. 0i dalam rongga mulut manusia banyak sekali dijumpai bakteri flora normal, bakteri-bakteri tersebut bukanlah bakteri yang merugikan melainkan berguna untuk membantu proses pencernaan (terutama untuk memecahkan protein-, sehingga disebut Helpful Bacteria. /dapun bakteri utama penyebab halitosis dalam rongga mulut adalah bakteri anaerob penghasil sulfur yang secara
7

normalnya terdapat di dasar dari permukaan lidah dan paling banyak dijumpai pada bagian dorsum lidah. 'akteri ini merupakan bakteri yang normal. Menurut penelitian yang dipelopori oleh 1rof. 0r. @oseph To5entich dari 9ni3ersitas of 'ritish :olumbia, Aancou3er, berhasil mendeteksi bah"a terdapat suatu senya"a sulfur yang mudah menguap dan berbau tak sedap sebagai hasil produksi penguraian protein oleh bakteri anaerob di dalam mulut. Senya"a sulfur yang mudah menguap ini disebut sebagai Volatile Sulphur ompounds (AS:- yang mengandung hidrogen sulfid, metil merkaptan, dimetil sulfid dan dimetil disulfid yang merupakan penyebab utama halitosis yang berasal dari rongga mulut. 1emakaian protesa terutama yang terbuat dari 3ulkanit dapat menyebabkan bau mulut dikarenakan adanya poreus-poreus halus yang terdapat di permukaan basis protesa, dimana sisa-sisa makanan dapat melekat dan membusuk. 'erbeda dengan protesa yang terbuat dari akrilik yang tidak selamanya menimbulkan bau mulut "alaupun sudah lama dipakai. ?leh sebab itu, perlu ditekankan kepada pasien yang memakai protesa terutama yang terbuat dari bahan 3ulkanit untuk menjaga kebersihan mulutnya. 6- >aktor >isiologis 7kstra ?ral 'eberapa jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari dapat menyebabkan bau tak sedap. Makanan yang banyak mengandung bumbu seperti ba"ang putih dan ba"ang merah dapat menimbulkan bau yang bertahan selama $&-$6 jam. 'ahkan bau tersebut masih dapat terasa setelah gigi-gigi dibersihkan. 'au ini timbul karena bahan makanan tersebut diabsorbsi oleh saluran pencernaan melalui pembuluh darah dan dikeluarkan dengan lambat melalui paru-paru. Hal ini dibuktikan oleh Morris dan #ead dengan memberikan suatu kapsul yang mengandung ba"ang putih
8

pada pasien yang diteliti dan menghasilkan bau yang bertahan lama pada udara pemafasan. 'lankenberg dan #ichards, :rohn dan 0rosd juga membuktikan bah"a bau ba"ang putih tersebut dalam "aktu singkat telah dapat dirasakan pada saluran pemafasan dan bertahan selama beberapa jam. 'ahan makanan berprotein tinggi seperti susu, keju, ikan, kopi dengan atau tanpa kafein, juga dapat menimbulkan halitosis karena mengandung asam amino kadar tinggi yang selanjutnya akan dipecah oleh bakteri anaerob sehingga menghasilkan AS:. Selain itu, orang yang gemar mengkonsumsi daging cenderung memiliki halitosis karena asam lemak jenuh yang terkandung di dalamnya akan diabsorpsi ke dalam pembuluh darah dan akhimya di ekskresikan pada saluran pernafasan. 0alam hal ini, halitosis dapat diatasi secara sederhana dengan cara mengurangi konsumsi makanan berprotein tinggi dan berlemak serta lebih banyak mengkonsumsi sayuran atau buah. 9mumnya makanan yang dikonsumsi hanya bertahan selama lebih kurang 6 jam di dalam saluran pencernaan dan selama itu pula perut akan tetap kenyang dan nafas terasa menyenangkan. .amun setelah itu, rasa lapar kembali menyerang dan nafas pun mulai berbau. Hal ini disebabkan karena pelepasan getah lambung ke rongga perut melalui usus halus, sementara menunggu masuknya kembali makanan. Hal ini sering terjadi pada pagi hari terutama jika indi3idu tidak sarapan. 'au yang timbul tidak akan hilang "alaupun dengan cara menyikat gigi atau memakai obat kumur. /kan tetapi nafas akan normal kembali apabila indi3idu memakan sesuatu yang tidak beraroma seperti roti atau buah. Selain bahan makanan, substansi minuman seperti alkohol juga dapat merangsang terbentuknya halitosis. 1ada orang yang peminum berat, populasi flora normal di dalam mulutnya akan berubah sehingga akan menyebabkan perkembangan organisme
9

pembusuk yang bisa menimbulkan bau mulut. Sejumlah "anita yang mengalami menstruasi dan menopause juga menderita bau mulut. Hal ini disebabkan oleh kondisi hormonal dan emosi yang tidak stabil pada masa tersebut. 0i samping faktor makanan dan hormonal, bau mulut juga bisa berasal dari lambung, dimana hal ini tidak akan terjadi kecuali jika terjadi muntah, oleh karena gas dan bau tersebut tidak akan keluar apabila kondisi esofagus dalam keadaan tertutup sempurna. Kondisi ini juga dibuktikan oleh 'lakenberg dan #ichards, :rohn dan 0rosd bah"a bau yang bersumber dari isi lambung tidak akan muntah. +- >aktor 1atologis Intra ?ral >aktor penyebab halitosis yang paling sering terlihat adalah disebabkan karena kurang terjaganya kebersihan dan kesehatan rongga mulut. 1ada pasien yang oral higienenya buruk cenderung terjadi pembusukan sisa-sisa makanan yang menumpuk di sela-sela gigi oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Keadaan ini akan bertambah parah pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk membentuk kalkulus dengan cepat. 0i samping itu, letak gigi yang tidak teratur juga merupakan faktor pendukung terjadinya halitosis. 0emikian pula halnya dengan karies gigi yang besarBdalam, papilla interdental yang hilang akibat adanya resesi ginggi3a dan terbentuknya pseudopoket pada gigi yang sedang erupsi terutama pada gigi molar tiga. )- >aktor 1atologis 7kstra ?ral >aktor ekstra oral bisa juga dikatakan sebagai faktor sistemik yang dapat menimbulkan manifestasi halitosis. 'eberapa penyakit dapat bermanifestasi ke rongga mulut,
10

terasa pada udara pernapasan kecuali jika terjadi

seperti

diabetes,

disfungsi

ginjal,

penyakit-penyakit

gastrointestinal, gagal hati, dan kelainan pada paru.

BAB IV PENYA IT GASTROINTESTINAL SEBAGAI PENYEBAB TIMBULNYA HALITOSIS Seperti yang telah dikemukakan pada 'ab +, bah"a banyak faktor penyebab timbulnya halitosis. Salah satu diantaranya adalah penyakit gastrointestinalBgangguan pada saluran pencemaan. .amun tidak semua jenis penyakit gastrointestinal dapat menyebabkan timbulnya halitosis. 1enyakit gastrointestinal yang dapat menyebabkan timbulnya halitosis adalah !enker"s di#erticulum, $astro%sophageal &eflux 'isease, $astritis Superfisial (kut, )eptic *lcer, dan Konstipasi. A. Esophageal Pouches %sophageal pouches adalah suatu keadaan abnormal, dimana esofagus berbentuk seperti kantung yang disebabkan karena adanya penonjolan dari dinding bagian dalam esofagus sebagai akibat adanya inflamasi. %sophageal )ouches dibagi atas + jenis berdasarkan lokasinya, yaitu 4 $- 'agian atas dari esophagus yaitu antara krikopharyngeus dan otot pharyngeus disebut !enker+s di#erticulum. 6- 'agian tengah dari esophagus disebut ,raction di#erticulum. +- 'agian ba"ah dari esophagus (dekat jalan masuk ke lambungdisebut %piphrenic di#erticulum -(chalasia..
11

0alam kasus ini, yang lebih dominan menyebabkan timbulnya halitosis adalah !enker+s di#erticulum yaitu suatu kantong pada esophagus yang terletak pada bagian atas leher atau esofagus. /kibat adanya kantong ini menyebabkan menumpuknya makanan dan sali3a di dalam kantong esofagus tersebut dan akan terjadi fermentasi oleh bakteri sehingga menimbulkan gas yang secara normalnya makanan tersebut langsung disalurkan ke dalam lambung. Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya halitosisBbau tak sedap, disamping juga karena adanya regurgitasi makanan. 'ahkan beberapa pasien !enker"s di#ertikulum dapat mendorongBmenekan leher mereka sehingga menyebabkan makanan keluar melalui rongga mulut dan menimbulkan halitosis.

!enker+s 'i#erticulum B. GastroEsophageal Reflux Disease (GERD) $astro%sophageal &eflux 'isease adalah kerusakan mukosa esofagus yang diakibatkan oleh refluks cairan lambungBasam lambung ke dalam esofagus yang disebabkan karena katup esofagus bagian ba"ah tidak bekerja dengan baik yang biasanya berlangsung dalam "aktu yang lama. 27#0 sering dijumpai dalarn kehidupan masyarakat sehari-hariC sekitar +*= dari populasi pemah mengalami sedikitnya satu serangan dalam sebulan dan ,= diantaranya mengeluhkan setiap hari. 'erdasarkan sur3ei dari 1erkumpulan The ?lmsted :ountry, Minnesota ditemukan bah"a

12

27#0 terjadi dalam tiap tahun sekitar *&= dan tiap minggu sekitar 6&=, tidak ada perbedaan usia maupun jenis kelamin. Terjadinya refluks esofagitis dalam kasus 27#0 ini merupakan titik temu dari kondisi lambung serta mekanisme anti refluks dari esophagus bagian ba"ahC refluks terjadi manakala tidak ada keseimbangan antara mekanisme anti refluks esophagus dan kondisi lambung. Mekanisme anti refluks esophagus terletak pada katup esophagus bagian ba"ahC sedangkan kondisi lambung yang memungkinkan tetjadinya refluks adalah peningkatan 3olume lambung seperti setelah makanC lambatnya pengosongan lambungC peningkatan tekanan dalam lambung seperti pada kehamilan dan asites. 7sofagus secara anatomis dibatasi kedua ujungnya dengan suatu katup. Katup bagian atas adalah katup krikofaringeus yang membatasi esofagus dengan faring yang berfungsi untuk rnencegah masuknya udara ke esofagus se"aktu menarik nafas, sedangkan katup bagian ba"ah berfungsi untuk mencegah refluks cairan lambung masuk ke esofagus. Secara fisiologis katup ini bersifat tonisC berbeda dengan bagian tengah esofagus yang dalam keadaan nonnal senantiasa relaksasi. 1ada saat terjadi gerakan peristaltik menelan, maka terjadi pelernasan katup otot sebelum gerakan peristaltik timbul. 0engan keadaan ini makanan yang ditelan dimungkinkan untuk didorong dengan mudah masuk ke lambung.

13

2ejala yang sering dikeluhkan oleh penderita 27#0 adalah pirosisBheartburn yaitu sensasi esophagus yang sifatnya panas membakar, mengiris yang terjadi di perut bagian atas atau di dada dan kadang-kadang menjalar ke belakang punggung bahkan ke lengan kiri menyerupai nyeri pada angina pectoris. #asa terbakar tersebut disertai dengan refluks yang menyebabkan mulut terasa pahit dan asam. Kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya halitosisBbau tak sedap akibat naiknya cairan asam lambung ke rongga mulut. 'ahka refluks yang sangat kuat dapat menyebabkan terjadinya regurgitasi yaitu keluarnya makanan dan cairan asam lambung sampai ke rongga mulut secara spontan dan tanpa rasa mual (berbeda dengan muntah- yang merupakan gejala yang sering dikeluhkan. Hal ini juga menyebabkan halitosis. 0isamping pirosis dan regurgitasi, gejala lainnya yang juga dikeluhkan adalah disfagia (kesulitan dalam menelan-. >aktor-faktor yang dapat memperburuk gejalaDgejala tersebut diatas adalah mengkonsumsi minuman alkohol, merokok, penggunaan obat aspirin (.S/I0S-. !. Gast"itis S#$e"fisial A%#t
14

2astritis superfisialis akut adalah suatu peradangan mukosa lambung pada bagian superfisial yang terjadi secara akut. 1enyakit ini terutama disebabkan oleh iritasi bahan kimia akibat penggunaan aspirin (.S/I0s-, asetaminopen, ibuprofen, motrin dan kortikosteroid, disamping juga karena merokok, kafein, alkohol, endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi- dan beberapa makanan berbumbu seperti lada, cuka, mustard. 'ahan-bahan iritan kimia dan faktor-faktor penyebab lain yang masuk ke lambung akan mengiritasi mukosa lambung, sehingga menyebabkan sel-sel darah putih bergerak ke dinding lambung sebagai respon terhadap beberapa injuri sehingga mengakibatkan terjadinya peradangan baik secara akut maupun kronik. 1ada gastritis superficial akut, mukosa memerah, edematosa dan ditutupi oleh mucus yang melekat, erosi kecil dan perdarahan sering timbul.

Mukosa lambung pada gastritis superficial akut 2ejala-gejala klinis dari penyakit ini ber3ariasi, seperti anoreksia, mual, sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan serta hematemesis dan melena. 1enderita gastritis superficial akut sering mengeluhkan adanya halitosis. Hal ini disebabkan karena penderita penyakit ini sering muntah

15

bahkan mengalami hematemesis yang mengakibatkan suasana di rongga mulut berbau tak sedap seperti bau darah. D. Peptic Ulcer (T#%a% La&'#ng( )eptic ulcer adalah keadaan dimana permukaan mukosa lambung terputus dan meluas sampai di ba"ah epitel. 1enyebab utama terjadinya peptic ulcer adalah Helicobacter pylori, disamping karena sekresi asam lambung yang berlebihan, stress, penggunaan aspirin ( .S/I0s-, kafein, merokok. Secara nonnal, sebenamya Helicobacter pylori berkembang biakBhidup di dalam lambung dalam suasana asam yang normal dengan jumlah yang seimbang. /kan tetapi karena adanya ketidakseimbangan lingkungan di dalam lambung (meningkatnya asam lambung-, mengakibatkan terjadinya peningkatan populasi Helicobacter pylori, sehingga terjadi peptic ulcer. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral. 'akteri ini melekat pada epitel lambung dan merusak lapisan mukosa pelindung dan meninggalkan daerah-daerah epitel yang rusak. Helicobacter pylori mensekresikan + jenis en5im yaitu 4 urease, superoksid dismutase, dan katalase yang berfungsi untuk membantu bakteri tersebut agar dapat beradaptasi dan bertahan di dalam lambung. 0i antara ketiga en5im ini, en5im urease merupakan en5im yang paling utama dan diproduksi dalam jumlah besar dengan fungsi utama untuk melindungi Helicobacter pylori dari asam lambung. Selama Helicobacter pylori memproduksi urease untuk membentuk suatu pelindung yaitu ammonia yang berkumpul di sekitar en5im urease, lambung terus memproduksi asam lambung yang cukup untuk menghancurkan bakteri tersebut. Selanjutnya bakteri ini mengeluarkan en5im lainnya (superoksid dismutase dan katalase- yang menyebabkan rusaknya sel-sel dalam lambung, sehingga menimbulkan peptic ulcer. Selarna proses ini berlangsung, lambung terus memproduksi asam lambung untuk menetralisir bakteri dan
16

juga memproduksi sel-sel darah putih untuk memusnahkan bakteri tersebut dengan menghasilkan superoksid. Selain Helicobacter pylori, peptic ulcer juga dapat disebabkan oleh 8aktobasiIus, 7nterobakter, Stafilokokus dan 1robionibakterium hanya saja dalam jumlah yang sedikit. ?bat-obatan seperti aspirin, fenilbuta5on, indometasin dan kortikosteroid memiliki efek langsung terhadap mukosa lambung dan menimbulkan peptic ulcer. Stress emosi juga memegang peranan penting dalam patogenesis peptic ulcer dengan meningkaitkan pembentukan asarn sebagai akibat perangsangan 3agus. 2ejala-gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah nyeri epigastrium yang terjadi 6-+ jam setelah makan atau pada malam hari se"aktu lambung kosong, penurunan berat badan, halitosis, kembung, faltulance (gas dalam lambung-, nausea, 3omitus, dan perdarahan. Halitosis merupakan permasalahan yang cukup meresahkan bagi penderita peptic ulcer terutama adanya bau gas urea yang dihasilkan Helicobacter pylori yang memproduksi en5im urease. 2as tersebut dikeluarkan melalui saluran pernapasan maupun rongga mulut. E. onsti$asi Konstipasi adalah kesulitan untuk mengeluarkan atau membuang kotoranBfeses secara teratur. Konstipasi disebabkan akibat kekurangan serat dan cairan dalam tubuh.

17

Konstipasi dapat menyebabkan timbulnya halitosis. Hal ini karena adanya gas-gas yang terbentuk akibat penumpukan sisa-sisa kotoran dalam usus besar. 2as-gas tersebut kadang-kadang tidak dapat dikeluarkan secara normal melalui anus, sehingga gas-gas tersebut akan naik dan dikeluarkan melalui saluran pernapasan dan rongga mulut, sehingga menimbulkan bau tak sedap seperti bau feses.

BAB V PEMERI SAAN DAN DIAGNOSA PENYA IT GASTROINTESTINAL SEBAGAI PENYEBAB TIMBULNYA HALITOSIS SERTA PERA)ATANNYA 9ntuk dapat menentukan diagnosa secara tepat, perIu dibuat suatu rencana pera"atan yang meliputi anamnesa terhadap ri"ayat medis pasien, pemeriksaan oral dan juga pemeriksaan khusus lainnya, sehingga dengan demikian dapat segera menentukan dan melakukanE pera"atan yang tepat bagi penderita penyakit gastrointestinal yang disertai dengan halitosis.
18

A. Ri*a+at Me,is Pasien 9ntuk melengkapi ri"ayat medis pasien, dibutuhkan pemeriksaan yang teliti terhadap keluhan utama pasien, rasa sakit, gejalanya, lamanya perkembangan penyakit gastrointestinal tersebut sampai dapat menimbulkan halitosis serta pera"atan pendahuluan yang telah diperolehnya. 0emikian juga dengan ri"ayat medis pasien terdahulu, ri"ayat keluarga dan kebiasaannya selama ini, dimana ri"ayat keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan penyakit gastrointestinal selain juga factor kebiasaan pasien yang buruk yang dapat memperparah penyakit tersebut. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui jenis pera"atan yang pernah diperoleh pasien, ri"ayat hipersensitifitas terhadap obat-obatan tertentu, kondisi sosial ekonomi atau lingkungan pasien sehubungan dengan penyakitnya seperti stress atau emosi yang dialami dalam kehidupannya, disamping kebiasaan-kebiasaan buruk seperti diet yang tidak terkontrol, merokok, minum minuman keras, dan sebagainya yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit gastrointestinal yang disertai adanya halitosis. Hasil pemeriksaan ri"ayat kesehatan yang teliti ini akan sangat membantu terutama dalam menegakan diagnosa penyakit gastrointestinal yang disertai halitosis.

B. Pe&e"i%saan O"al 1emeriksaan halitosis meliputi pemeriksaan bagian luar mulut dan bagian dalam mulut. Menurut 'rening dkk, bau yang berasal dari mulut dan paru-paru sebaiknya dideteksi secara terpisah. 1emeriksaan bagian dalam mulut adalah dengan cara, pasien diminta untuk menutup hidung dengan jari tangannya dan menghentikan pernafasan sebentar dengan bibir tertutup dan kemudian perlahan-lahan menarik nafas dengan membuka mulut dan menghembuskannya melalui mulut. 'au yang terdeteksi dengan cara ini berasal dari faktor lokal. Sedangkan pemeriksaan bagian luar mulut adalah dengan cara, pasien diminta untuk menutup bibirnya dengan
19

rapat kemudian dengan perlahan-lahan menarik napas dari hidung dan dengan kuat menghembuskan nafas le"at hidung. 'au yang terdeteksi dengan cara ini berasal dari faktor sistemik. :ara ini biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya halitosis pada penderita penyakit gastrointestinal. Terdapat beberapa cara pemeriksaan untuk memastikan bah"a seseorang mengidap halitosis atau tidak, mulai dari cara yang paling sederhana tanpa alat sampai cara yang paling mutakhir dan canggih. :ara yang paling sederhana dapat dilakukan sendiri oleh semua orang dengan selembar kain bersih misalnya sapu tangan diusapkan pada permukaan lidah yang dibiarkan sebentar kemudian dicium baunya. Selain itu dapat juga dilakukan dengan metode spoon test yaitu dengan menggunakan sebuah sendok yang diusapkan pada bagian posterior lidah kemudian sendok tersebut dapat dicium baunya. Metode lainnya yaitu dengan menggunakan microbial test yang terdiri dari cotton/tipped aplicators dan test tube yang mengandung suatu medium spesifik. Setelah aplicators tersebut diletakkan pada lidah. kemudian dimasukan ke dalam test tube. @ika "arna di dalam test tube tersebut berubah dalam beberapa "aktu, hal ini menunjukkan bah"a pasien tersebut memiliki bau tak sedap yang bersifat kronik. 0isamping itu ada cara sederhana lainnya yang lebih akurat yaitu tes bakteriologi menggunakan 0Bad Breath 'etecti#e0 yang sudah beredar di pasaran. /lat ini dibuat oleh >resh 'reath Institute maka dikenal sebagai 01B2 ,est0. 0engan alat ini dapat diketahui bagaimana keaktifan bakteri penghasil FAS:F untuk menentukan derajat halitosis seseorang. /lat pendeteksi halitosis yang paling akurat yang dapat dipergunakan oleh dokter gigi adalah Halimeter. /lat ini merupakan modifikasi dari gas chromatography yang merupakan alat untuk mendeteksi gas dengan prinsip kerja menyerupai indera penciuman manusia. 0engan alat ini dapat diketahui berapa le3el dari halitosis seseorang, apakah termasuk bebas halitosis atau bersih ringan, berat,
20

sampai sangat berat. /lat ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa halitosis seseorang sebelum dilakukan pera"atan lebih lanjut.

Halimeter Selain alat pendeteksi halitosis, juga ada alat pengukur halitosis yaitu pengukuran dengan ryoscope, dimana subjek pengukuran menghembuskan napas dalam tube yang dihubungkan dengan condenser yang dikelilingi cairan nitrogen dan nafas akan membeku. Selanjutnya konduser yang mengandung nafas yang beku diletakkan pada bak air dengan temperatur tubuh. 0ari condenser yang dipanasi, tube diletakkan ke lubang hidung pengamat. Terlihat cabang pada bagian samping tube untuk ceruk tempat udara.

21

ryoscope !. Pe&e"i%saan -#s#s

9ntuk mendeteksi adanya penyakit gastrointestinal terutama yang menyebabkan timbulnya halitosis, perlu dilakukan pemeriksaan khusus yang lebih teliti, sehingga dokter gigi dapat segera melakukan pera"atan yang tepat bagi pasien tersebut. 1. Zenker s Di!erticulu" 1emeriksaan yang dilakukan antara lain 4 a. 1emeriksaan radiografi barium b. 7sofagoskopi c. Tes nafas #. GastroEsophageal Reflux Disease (GERD) 1emeriksaan yang dilakukan antara lain 4 a. 1emeriksaan radiografi barium b. 7ndoskopi c. Tes refluks asam (Bernstein ,est. d. 1emantauan pH esophagus selama 6) jam e. >luoroskopi esophagus f. Tes nafas
22

.. Gast"itis S#$e"fisial A%#t 1emeriksaan yang dilakukan antara lain 4 a. 1emeriksaan radiografi barium b. 7ndoskopi c. /nalisis lambung /. onsti$asi 1emeriksaan yang dilakukan antara lain 4 a. 1emeriksaan radiografi barium b. Kolonoskopi c. Tes nafas D. Pe"a*atan Pen+a%it Gast"ointestinal Se'agai Pen+e'a' Ti&'#ln+a Halitosis 9ntuk menghilangkan timbulnya halitosis, maka terlebih dahulu perlu dilakukan pera"atan@pengobatan terhadap penyakit gastrointestinal yang merupakan penyebab timbulnya halitosis. 1. Zenker s $i!erticulu" 1era"atan yang dilakukan antara lain 4 a. 0ilatasi esophagus bagian tengah b. Tindakan pembedahan c. Terapi dengan obat-obatan seperti isosorbid dan nifedipin d. Terapi tambahan untuk menghilangkan halitosis seperti penggunaan obat kumur, mengunyah rempah-rempah tertentu, menjaga oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi, dental floss, tongue cleaner. #. GastroEsophageal Reflux Disease (GERD) 1era"atan yang dilakukan antara lain 4

23

a. 1ola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil tanpa lemak, menghindari tidur + jam setelah makan, menghindari rokok dan alcohol, menghindari pemakaian obat-obat .S/I0 jika tidak diperlukan. b. Terapi dengan obat-obatan seperti antacid, H6-reseptor blokers, sukralfat, 11I. c. 7ndoskopikBterapi endoluminal dengan mentransferkan energi radiofrekuensi d. Terapi tambahan untuk menghilangkan halitosis seperti penggunaan obat kumur, mengunyah rempah-rempah tertentu, menjaga oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi, dental floss, tongue cleaner. .. Gast"itis S#$e"fisial A%#t 1era"atan yang dilakukan antara lain 4 a. Menghilangkan agen-agen penyebab gastritis seperti iritasi bahan kimia, obat-obatan (aspirin-, merokok, alkohol. b. 1emakaian c. 1emakaian obat anti muntah H6 untuk membantu untuk menghilangkan rasa mual dan muntah. penghambat seperti ranitidin mengurangl sekresi asam lambung d. 1emakaian obat sukralfat atau antasid untuk mempercepat proses penyembuhan gastritis superfisialis akut. e. Terapi tambahan untuk menghilangkan halitosis seperti penggunaan obat kumur, mengunyah rempah-rempah tertentu, menjaga oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi, dental floss, tongue cleaner.

24

/.

onsti$asi 1era"atan yang dilakukan antara lain 4 a. 'anyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. b. 1emakaian obat laksatif untuk merangsang refleks defekasi. c. Terapi tambahan untuk menghilangkan halitosis seperti penggunaan obat kumur, mengunyah rempah-rempah tertentu, menjaga oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi, dental floss, tongue cleaner.

'ental floss

,ounge cleaner

25

BAB VI ESIMPULAN Halitosis dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung pada faktor penyebabnya. Sebagian besar penyebab halitosis adalah faktor intra oral, namun harus tetap mempertimbangkan faktor lain khususnya faktor ekstra oral yaitu adanya penyakit - penyakit gastrointestinal yang dapat menimbulkan halitosis. Keberadaan Helicobacter pylori dalam saluran pencernaan perlu mendapat perhatian terutama apabila terjadi ketidakseimbangan lingkungan dalam lambung "alaupun sebenarnya bakteri ini merupakan flora normal dalam tubuh, bakteri tersebut merupakan penyebab utama timbulnya halitosis pada penyakit gastrointestinal, disamping adanya faktor - faktor penyebab lainnya. Ketika mendeteksi sumber bau, dokter gigi harus dapat membedakan bau yang keluar dari rongga mulut atau paru-paru untuk membantunya mengidentifikasi apakah bau tersebut berasal dari faktor lokal atau sistemik. Setiap penyakit gastrointestinal yang menimbulkan halitosis dapat menghasilkan bau yang berbeda-beda tergantung jenis penyakit dan factor penyebabnya. Keadaan ini akan sangat membantu dokter gigi dalam menentukan diagnose penyakit gastrointestinal yang diderita oleh pasien berdasarkan bau khas tersebut. .amun akan lebih baik jika dalam menentukan diagnose tidak hanya berdasarkan pada bau mulut semata-mata, tapi juga melakukan rujukan ke dokter umum atau spesialis untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan teliti.

DAFTAR PUSTA A
26

/nonym. 6&&G. linical )icture 3 !enker+s 'i#erticulum. H@ Med $&$4,),-,)G. /ortharika, A. 6&&G. )enyakit $astrointestinal Sebagai )enyebab ,imbulnya Halitosis. http344repository.usu.ac.id4handle456789:;<=4<6>:. 'ayley T@, 8einster S@.$<<%. 2lmu penyakit dalam untuk profesi kedokteran gigi. @akarta 4 72: 4 $-,. 'lack @.2. $<<<. ?icrobiology 3 )rinciples and %xplorations. 1rentice Hall, .e" @ersey. 'rook 2.>, @.S 'utel, S./ Morse., 6&&,. @aAetB, ?elnick C (delberg+s ?ikrobiologi Dedokteran. 7disi 6+. @akarta 4 1enerbit 'uku Kedokteran 72:. 'urket I8. 6&&G. Eral medicine diagnosis and treatment, Gth ed. 1hiladelphia 4 @' 8ippincott :ompany, $<,$ 4 $G,, $GG, $G<. :ohen, M. 6&&<. Fhat is bad breathG """.discusdental.comBclinicalBoheads6.html 0jaya, /. 6&&%. Halitosis. Majalah 0ental Hori5on $<<<C I4 $<-6&. 7lstein, M. 6&&&. Fhat is Helicobacter pyloriG http4BB """.gsdl.comBassessmentsBhelicobacter.htm. 2uyton /:, Hall l7.$<<,. Buku (jar 1isiologi Dedokteran. /lih 'ahasa. Setia"an, Santosa /, 8M/ Tengadi K/. @akarta4 72:,4 <G,,<<+,<<<$&&&, $&&+, $&&,-<, $&$+, $&$*, $&$G, $&+6-$&+). Hartono, M. 6&&&. &efluks %sofagitis. Majalah :ermin 0unia Kedokteran 4 ++-)

27

8anglais #1, 'ricker S8, :ottone @/, 'aker '8. $<G). Eral 'iagnosis, Eral ?edicine and ,reatment )lanning. 1hiladelphia 4 I' Saunders :ompany 4 +6*-, Mansjoer /, Triyanti K, Sa3itri #, Iardhani II, Setio"ulan I. $<<<. Dapita Selekta Dedokteran, edisi III. @akarta 4 Media /esculapius >akultas Kedokteran 9I 4 )<6-+.

28

Anda mungkin juga menyukai