Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(TINJAUAN PUSTAKA)
TERAPI OKSIGEN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT
KEPANITERAAN KLINIK
BIDANG ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF
DI BLU RSUD KOTA SEMARANG
Oleh :
FATMALA HANINGTYAS
01.208.5654
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: FATMALA HANINGTYAS
NIM
: 01.208. 5654
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
Tingkat
Bidang Pendidikan
: Terapi Oksigen
Diajukan
: Juli 2013
Pembimbing
Mengetahui :
Ketua SMF Anastesiologi dan Rawat Intensif
PEMBIMBING:
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga makalah dengan judul Terapi
Oksigen ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bidang
Anestesiologi dan Rawat Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung di
BLU RSUD Kota Semarang periode 1 Juli 27 Juli 2013 . Disamping itu, makalah ini
ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua tentang Terapi Oksigen
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas
bantuan dan kerja sama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini, kepada :
1.
Dr. Susi Herawati, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Umum daerah Kota
Semarang
2.
Dr. Purwito Nugroho, Sp.An, M.M selaku ketua SMF dan pembimbing
Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan terapi Intensif RSUD kota Semarang.
3.
4.
Dr. Dian Ayu selaku Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro serta Staff Anestesiologi dan Terapi
Intensif RSUD Kota Semarang.
6.
Semarang,
Juli 2013
Penulis
TERAPI OKSIGEN
Fatmala Haningtyas*,
Wahyu Hendarto**
PENDAHULUAN
Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi
kehidupan manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum
mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai
kepada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka
akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan memepertahankan
kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metaboloisme tubuh. Oksigen
malah bisa menjadis arana untuk mengatasi berbagai macam penyakit.1
Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun
1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal
tahun 1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien
hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif
kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula
hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik
tanpa retensi CO2.2
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam
6
nasofaring.
Orofaring
c. Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian
pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut
epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi
ketika menelan makanan dengan menutup laring.
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula
b. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah
tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus
atas dan bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang
lagi menjadi bronchus
Sebaliknya
(PaCO2)
darah
>
(PaCO2)
alveolus
sehingga
Jumlah eritrosit.
Exercise
Hematokrot
darah,
akan
meningkatkan
vikositas
Kapasitas Paru
Pengaturan pernafasan
Sistem kendali memiliki 2 mekanismne saraf yang terpisah yang
mengatur pernafasan. Satu system berperan mengatur pernafasan
volunter dan system yang lain berperan mengatur pernafasan otomatis. 2
saluran
pernafasan
dengan
menggunakan
alat
sesuai
kebutuhan.3
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada
ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %5.
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan
parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )
b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)
D. Tujuan/ kegunaan
12
dan
mengatasi
hipoksemia
hipoksia
serta
Aliran (L/menit)
Fi
O2 (fraksi
inspirasi)
0,24
0,28
Kanula 3
0,32
nasal
0,36
0,40
6
5-6
0,44
0,40
6-7
0,50
7-8
6
0,60
0,60
0,70
0,80
0,80
Masker
oksigen
Masker
dengan
kantong
reservoir
oksigen
10
0,80
Tabel 1 : Macam-macam alat terapi oksigen4
E. Indikasi
a. Pasien hipoksia
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada
daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan
berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan
13
alkalosis respiratorik.
2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg,
dan pada atau lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan
mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang yang terpajan pada
tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia,
sebelum
gelembung
uap
air
panas
dari
dalam
tubuh
menimbulkankematian.
3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian
sekitar 3700 m. Pada ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat,
dan diatas 6100 m, umumnya seseorang hilang kesadaran.
4. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia,
sesak nafas, serta mual dan muntah.
5. Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan,
karena alkalosis cenderung melawanefek perangsangan oleh
hipoksia.
Timbulnya
asidosis
laktat
dalam
otak
akan
apabila
kadar
2,3-DPG
defisiensi
didalam
hemoglobin
sel
darah
sangat
besar.
(PaO2)
yang
meningkat
dan
sebaliknyatekanan
Beberapa trauma
Sianosis
- Keracunan
Hipovolemi
- Asidosis
Perdarahan
Anemia berat
nilai:
Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai
komplikasi
seperti
hipertensi
pulmoner.somnolen
dan
aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi
oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk
menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
F. Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi
nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar
tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan
PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.10
konsentrasi
oksigen rendah
sampai
sedang.
untuk
mendorong
CO2
keluar
dari
masker.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %
7-8 Liter/min : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
20
menyebabkan
penumpukan
CO2
jika
aliran
rendah.
iritasi
kulit.
mnkmnmm
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 35 %
8 : 40 50 %
10 15 : 60 %
21
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong
oksigen bisa terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini
terjadi dan aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien akan
menghirup
sejumlah
besar
karbondioksida.
Pasien
tidak
karet
harus
pada
tempatnya
dan
tanpa
tongkat.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 55 60
8 : 60 80
10 : 80 90
12 15 : 90
a. Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak
22
KESIMPULAN
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan terapi oksigen ini
adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan
untuk memfasilitasi metabolisme aerob, mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 >
90 %. Indikasi terapi oksigen ini adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang
sedangkan paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi
cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan
pemberian oksigen konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida
( PaCO2 ) rendah. Kontra indikasi pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul
nasal/kateter binasal/nasal prong : jika ada obstruksi nasal, pemakaian kateter
nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal,
rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2
nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen yang terlalu lama dapat mengakibatkan
keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik
oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim
lisosom yang dapat merusak alveoli16. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas
karbondioksida dan atelektasis. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8
jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal,
kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam
mengakibatkan kerusakan jaringan paru. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih
tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi
berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma.16
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .12 Desember
2005. www.MedDzik.org
2. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. Jakarta: FKUI, 2005
3. Blogspot. 2009. The Human Respiratory System. Blog Spot.Com available at
http://anatomi-tubuh-manusiadanhewan.blogspot.com/2009/05/sistempernapasan-pada-manusia.html. Accesswd July 2013
4. Ikawati, Z. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo, R.
2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Jakarta: Divisi Perinatologi Ilmu
Kesehatan Anak FKUI - RSCMk FKUI RSCM, 2009
5. Akhmad, I. Terapi Oksigen Dalam Asuhan Keperawatan. Program Studi Ilmu
Keperawatan FK USU Medan : FK USU, 2004
6. Rogayah, R. The Principle Of Oxigen Therapy. Jakarta: Departemen
Pulmonologi Dan Respiratori FK UI, 2009
7. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia, vol.
8. Jakarta: EGC, 2001
8. Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC, 2002
9. Nursing
Begin.
2011.
Terapi
Oksigen.
Available
at
11. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
25
26