Anda di halaman 1dari 5

Lokakarya Steppingstones Studi Wanita Program Magister Kajian Wanita Universitas Indonesia Jakarta, 24 Mei 199 M!"UJU #!MI"ISM!

I"$%"!SI& (Rahayu S. Hidayat) Pengantar Sejak beberawa waktu yang lalu, kelompok Kajian Wanita beru aha menemukan identita nya, artinya ingin menetapkan de!ini i !emini me berda arkan berbagai kon ep i yang ada pada diri para anggotanya dan menentukan tuga kajian wanita ebagai lembaga akademi . Karena itu, di elenggarakan pertemuan stepping stones (batu lon"atan) yang bertujuan menggali per ep i dan a pira i para anggota kelompok Kajian wanita mengenai ma alah wanita. #alam tuli an yang merangkum berbagai gaga an tadi, aya terlebih dahuulu memberitahukan bahwa i tilah perempuan dan laki-laki akan digunakan untuk membedakan jeni kelamin, edangkan i tilah wanita dan pria untuk membedakan jender. $embedaan ter ebut berala an mengingat dalam pembi"araan tentang berbagai ma alah yang menyangkut perempuan ebagai makhluk, mun"ul atu yang angat penting yaitu anggapan ma yarakat mengenai kedua jeni manu ia itu (jender). Selain itu, aya akan menggunakan i tilah batu loncatan ebagai padanan stepping stones karena bagi aya pertemuan berkala yang telah berlang ung elama lebih dari dua tahun ini dii i dengan langkah%langkah yang dira akan oleh para anggota kelompok Kajian wanita ebagai menuju pada pemahaman tentang !emini me. $ertemuan ter ebut telah mengha ilkan banyak ma ukan berupa gaga an, kon ep, harapan, dll. Saya akan beru aha mengemukakannya berda arkan emua dokumen baik li an maupun tertuli yang dikumpulkan dari ekian banyak di ku i. &da dua tema yang tampaknya angat berkaitan, yaitu !emini me (dan !emini ) dan eman ipa i wanita. Keduanya dikaitkan dengan latar budaya yang kha 'ndone ia, artinya budaya majemuk. Kemungkinan be ar tema itu mun"ul karena pokok baha an yang didi ku ikan adalah Kartini, Hari 'bu, dan "erita pendek yang mengungkap ma alah perkawinan dan kekera an terhadap perempuan. Feminisme

Se"ara umum para anggota kelompok mengartikan !emini me ebagai paham yang berpihak pada wanita, gerakan yang mempedulikan wanita. Karena itu, (ita dan Saparinah menganggap bahwa Kartini adalah !emini dalam kontek )amannya* artinya ia, yang hidup dalam ma yarakat patriarkhal dan !eodal berani mengritik tradisi yang menindas wanita dan menyimpang dari tradisi (Saparinah). 'a melajang ampai mendekati u ia +, tahun, meramalkan bahwa perempuan terdidik bakal dimungkinkan untuk berkarier ambil berumah tangga ((ita). Se"ara umum emua juga epakat bahwa !emini me 'ndone ia bukanlah !emini me radikal yang anti laki%laki (Saparinah, -ayu), yang le bian ((iwi dan (ita). .emini me 'ndone ia adalah yang berjuang agar pria mau mengerti keadaan wanita (/ma dalam rangka hilangnya keperawanan), laki%laki yang aya kawini haru mengerti aya (0ina), mau menjadi ahabat wanita dalam rumah tangga (Sara), agar aya dapat mengungkapkan ra a ayang kepada laki%laki ((ita)1 menghargai hak i tri dengan "ara memberi ke empatan kepadanya untuk memutu kan (Saparinah)1 dan yang berjuang agar wanita beba tanpa haru berpi ah dengan pria (harapan Kartini menurut (ita). Kemudian, !emini me ebagai paham yang menghormati perbedaan diungkapkan oleh Sara* perbedaan indi2idual dan perbedaan jender. (ita menyebutnya womanist, yaitu !emini me yang mempedulikan kebutuhan wanita dan pria untuk mengakhiri ma yarakat ek i . Saparinah tidak etuju dengan i tilah ter ebut mengingat i tilah !emini pun belum jela de!ini inya, namun ia epaham dengan gaga an bahwa perbedaan perempuan dan laki%laki haru diakui, khu u nya dalam mengkaji p ikologi manu ia1 bahwa perempuan ama penting dengan laki%laki dan tidak mungkin merampatkan ha il penelitian ber ampel laki%laki pada popula i perempuan. Selain itu, !emini me dianggap ama dengan per pekti! wanita. ' tilah yang terakhir ini menurut (iwi perlu dide!ini ikan dengan tega untuk memperlihatkan keberpihakan kepada wanita, namun ia juga mengu ulkan i tilah per pekti! jender yang tidak mengabaikan wanita dan yang memperjuangkan dialog antara wanita dan pria. 3emang, jika !emini me 'ndone ia memperjuangkan perubahan dalam hubungan manu ia, perubahan haru terjadi pada kedua jender ((iwi), atau wanita dan pria haru di iapkan (-ayu). #alam kenyataan, ada pria yang udah maju, eperti uami Saparinah dan -ayu, tetapi ma ih lebih banyak yang tradi ional (lihat budaya 4atak* /ma , budaya 5awa* (iwi), walau di 4arat ekali pun (0ina* kalau uang 6yang diperoleh uami7

mencukupi, istri tidak boleh bekerja.). Karena itu ada gaga an untuk mendalami 8uran untuk mengetahui kedudukan wanita yang ebenarnya dalam ma yarakat ' lam (Saparinah). 3e kipun 'ndone ia bukan negara ' lam, budaya ' lam mendomina i ebagian be ar ma yarakatnya. (erakhir, ma alah an"angan. (ampaknya, ebagian anggota kelompok Kajian Wanita epakat untuk mengan"ang ma alah wanita di dalam kontek budayanya ((ita) dan -ayu mengingatkan bahwa mengkaji ma alah wanita 'ndone ia tidak dapat dari udut pandang yang ama mengingat keadaan geogra!i dan o ial 'ndone ia yang majemuk. #i amping pengertian umum tentang !emini me 'ndone ia ada hal lain yang menjadi pokok baha an, yaitu ma alah hak%hak wanita yang perlu diperjuangkan oleh !emini 'ndone ia yang terpu at pada dua hal* pertama hak memperoleh pendidikan agar dapat berkembang yang dikemukakan oleh (api /ma * Kajian Wanita haru berbuat banyak untuk memajukan wanita, karena baginya dan juga bagi (ita, pendidikan merupakan arana untuk membeba kan diri dari kungkungan tradi i. Kedua, hak menentukan na ib endiri, "ontohnya dalam menentukan mau kawin atau tidak ((ita), mau punya anak atau tidak ((iwi), mau berkarier atau berumah tangga atau menggabung keduanya (/ma ). Hak untuk menentukan na ib dikaitkan oleh /ma dan dengan perjuangan membela kaum wanita yang lemah, yaitu yang bera al dari kela bawah. (erakhir, ma alah perkawinan. #alam pembaha an mengenai perkawinantampaknya ada kontradik i, di atu pihak, berda arkan pengalaman perkawinan dipandang ebagai pembeba an dari domina i ayah yang mewakili ma yarakat 5awa yang patriarkhal%!eodal dan dari mito wanita* haru manut, meladeni (Saparinah) maupun dari domina i pria 4atak (/ma ). 9alu, ebagai penega an tatu o ial , artinya tidak dianggap anak ke"il o ial dan lagi ((ita, /ma , Sara)1 bahkan 0ina menganggapnya ebagai perubahan tatu

ekonomi. 3e kipun demikian tidak dijela kan makna tidak dianggap anak ke"il, apakah maknanya mempunyai hak ber uara: Hak menentukan na ib endiri: #i pihak lain, ada ketakutan bahwa perkawinan menjadi penghambat bagi wanita untuk menjadi self-autonomy ataupun self-authority (Sara). Kekhawatiran bahwa menjadi i tri ama dengan menjadi konco wingking yang kedudukannya benar%benar di belakang ((iwi). 0amun, pembi"ara yang ama ma ih mendambakan uami ebagai anutan dan pemimpin yang mampu mengambil keputu an ((iwi).

5ika !emini me dikaitkan dengan eman ipa i yang elama ini diperjuangkan oleh wanita 'ndone ia, dapat dideretkan kon ep%kon ep eman ipa i yang dikemukakan oleh para anggota kelompok Kajian Wanita. Emansipasi ;man ipa i wanita adalah pemberdayaan wanita untuk membeba kan diri dari peninda an dalam ma yarakat patriarkhal ((ita, /ma ). ;man ipa i wanita adalah memajukan wanita melalui pendidikan (/ma ) ;man ipa i wanita adalah el!%a erti2e dan el!%autonomy ((ita). ;man ipa i wanita adalah pembeba an wanita dari berbagai mito * bahwa wanita haru "antik ((ita), haru manut ((iwi), haru kawin upaya lengkap (Sara, (iwi). ;man ipa i tidak hanya wanita tetapi juga laki%laki, mi alnya menguru anak (0ina), laki%laki menghargai wanita bukan karena wanita itu ibunya (Sara)1 ehingga di"apai ke etaraan wanita dan pria. ;man ipa i adalah melakukan e uatu bukan karena dirinya perempuan tetapi karena kehendak (Saparinah* member ihkan rumah karena tidak ada pembantu1 (ita* kawin karena mau begitu). 4erapa banyak hal udah ter"apai ebagai eman ipa i wanita dan pria hanya dapat dihitung berda arkan latar budaya 'ndone ia. Faktor Budaya Indonesia yang erupakan !endala

9oyalita kepada orang tua* keinginan untuk menghargai dan bahkan menyayangi orang tua ering kali mendorong wanita untuk menomorduakan kepentingannya ((ita, (iwi, Saparinah) Kebudayaan 'ndone ia ataupun religiu (khu u nya ' lam) yang membuat perkawinan yang ebenarnya alami menjadi lembaga yang ering kali menghambat eman ipa i wanita. Karena itu, wanita yang ber tatu ibu ering menumpukan harapan pribadinya pada anak%anaknya (/ma ), bahkan dalam ' lam ada keper"ayaan bahwa anak menjamin urga (/ma ). 0amun, dalam ma yarakat ' lam perkawinan juga memberi tatu pada wanita ((ita, /ma ), ehingga perkawinan dianggap ad2antage dan tidak kawin dianggap di ad2antage ( ara). #i 'ndone ia la)imnya wanita yang tidak kawin dianggap tidak layak, edangkan wanita yang ber"erai mendapat penilaian negati!.

4udaya patriarkhal mengabaikan wanita, ehingga pengalaman wanita tidak diperhitungkan dalam pembentukan ideologi atau dalam interpreta i kitab u"i. Stereotipe yang menganggap perempuan kela bawah ama dengan pela"ur (/ma ), ehingga dalam ka u perko aan, wanita dianggap ber alah. 4udaya patriarkhal ma ih kuat bertahan, ehingga ada dua ma"am ikap wanita* /ma menye uaikan diri untuk meminimalkan akibatnya ehingga tidak terlalu menderita1 (iwi marah karena tidak dapat berbuat apa pun. Kebudayaan 'ndone ia juga membedakan pembagian kerja berda arkan jender* dalam ma yarakat 5awa anak perempuan diperlakukan berbeda dari laki%laki, aya dima ukkan ekolah perempuan (Saparinah), di rumah tangga, wanita yang menguru anak (0ina), di dunia kerja laki%laki dipriorita kan karena dianggap dialah yang menanggung keluarga (0ina). $erlu di"atat bahwa pembedaan kerja ter ebut tidak berda arkan pemikiran bahwa wanita tidak anggup melakukannya ("!. 3a yarakat ;ropa). Kebudayaan paternali menambah gawat itua i wanita* emua yang menentukan ayah (Saparinah), dinomorduakan dalam ke empatan ber eminar ke luar negeri karena ma ih terlalu muda (-ayu), 6ka u kuliah p ikologi wanita7 karena aya yang mengu ulkan, ya mereka menerima (Saparinah) (mengapa: Karena menghormati u ia atau yang lain:). Sebagai penutup dapat aya katakan bahwa di ku i batu lon"atan ini angat berguna bagi aya untuk melihat e"ara lebih jela tuga Kajian Wanita di 'ndone ia. 0amun, ma ih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai de!ini i !emini me 'ndone ia.

Anda mungkin juga menyukai