Anda di halaman 1dari 12

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/accounting

Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-12

PENGARUH TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ETIS TERHADAP AUDIT JUDGEMENT
Seni Fitriani, Daljono 1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
This research was aimed to examine empirically: (1) the influence of Obedience pressure

(2) task complexity influence, (3) knowledge influence, and (4) ethical perception influence to audit judgement was taken by auditor.Obedience pressure came from two resources: from department/company there were audited or high rank officers and from profesional standard. Task complexity were faced and knowledge grade and also understanding of ethical perception could determine suit judgement there were taken by auditor. This research used sample of sixty one ( 61 ) independence auditors who took duty on Board Of Development and Financial Supervising ( BPKP ) , Refresentative of DKI Jakarta. This research used convenience sampling method. Research tool used quesionaire , there were given direct to auditors by researcher. Analysis method was used in these research were double regression analysis by contributing from SPSS of sixthteen ( 16 ). This research found statistic result that was not significant from obedience pressure and task complexity influence to audit judgement that was taken by auditor. For this knowledge and ethical perception had significant influence to audit judgement that was taken by auditor. This finding could be used for continuing to enhance their professional, especially on making audit judgement.
Key words: Obedience pressure, task complexity, knowledge, ethical perception, audit

judgement. PENDAHULUAN
Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, telah menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntani dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini memang beralasan, karena cukup banyak laporan keuangan suatu perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, tetapi justru mengalami kebangkrutan setelah opini terebut dikeluarkan. Tercatat telah terdapat 51 kasus gagal audit besar, dari tahun 1986 sampai dengan tahun 2010. Kasusu gagal audit ini tidak hanya menimpa kantor akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Kasus gagal audit dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan di masa depan. Seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial (Dezoort dan Lord dalam Hartanto, 2001). Selain itu reputasi auditor dari akuntan publik juga menjadi taruhannya. Pencegahan terhadap terjadinya kasus gagal audit merupakan kunci utama dalam mempertahankan reputasi Untuk mencegah terjadinya kasus gagal audit, auditor dituntut untuk bersikap profesional. Sikap profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Sikap profesionalisme auditor dapat dicerminkan oleh ketepatan auditor dalam membuat judgement dalam penugasan auditnya.. Dalam Standar Pekerjaan
1

Seni Fitriani, Daljono

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

Lapangan No.1telah disebutkan bahwa pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya.Dimana pekerjaan audit yang dilaksanakan baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap suvervisi harus melibatkan professional judgement. Ini mengharuskan para auditor untuk senantiasa menggunakan profesional judgement mereka dalam segala proses audit Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgement atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pada ada tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan. Menurut ISA 200 profesional judgement adalah penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing accounting dan standard etika, untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama berlangsungnya penugasan audit, dan kualitas pribadi, yang berarti bahwa judgement berbeda di antara auditor yang berpengalaman (tetapi pelatihan dan pengalaman dimaksudkan untuk mendorong konsistensi dalam judgement). (Paragraf A24). Hogart (1992) mengartikan judgement sebagai proses kongnitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgement merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilhan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgement tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds.Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Auditng bersifat analitikal, kritikal (mempertanyakan), investigatif (menyelidik) terhadap bentuk asersi.Auditing berakar pada prinsip logika yang mendasari ide dan metodenya. Oleh sebab itu judgement dalam auditing merupakan suatu proses yang penting dan tidak dapat dilepaskan dalam auditing. Dalam pekerjaan audit, judgement merupakan kegiatan yang selalu digunakan auditor dalam setiap proses audit, untuk itu auditor harus terus mengasah judgement mereka. Tepat atau tidaknya judgement auditor akan sangat menentukan kualitas dari hasil audit dan juga opini yang akan dikeluarkan oleh auditor. Seorang auditor dalam membuat audit judgement disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas (Siti dan Fanani, 2009), gender, kompleksitas tugas dan pengalaman (Zulaikha, 2002), perbedaan perilaku etis dan tekanan kerja perspektif gender (Ardi dan Paramitha, 2008), Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengetahuan dan persepsi etis. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgement? (2) Apakah kompleksitas tugass berpengaruh terhadap audit judgement? (3) Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap audit judgement? (4) Apakah persepsi etis berpengaruh terhadap audit judgement?. Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut manfaat dari penelitian ini adalah: (1) Bagi akademisi, untuk mengetahui hasil analisis tentang pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengetahuan dan persepsi etis terhadap audit judgement (2) Bagi auditor, diharapkan memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan profesionalisme professi khususnya dalam membuat audit judgement (3) Bagi kantor-kantor akuntan publik (KAP) dan Aparat Pengawasan Intenal Pemerintah (APIP) diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengelolaan SDM untuk meningkatkan kemahiran auditornya melalui peningkatan pengetahuan, pengalaman dan pelatihan auditor.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Teori motivasi berprestasi menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya (Robbins dan Judge, 2007). Tiga elemen utama dalam definisi ini yaitu intensitas, arah dan ketekunan berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha.Intensitas yang tinggi untuk menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan harus dikaitkan dengan arah yang menguntungkan. Ketekunan merupakan suatu ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya. Menurut Samsudin (2205) menyatakan motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang tau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan yang

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3

telah ditetapkan.Siegel dan Marconi (1989) motivasi merupakan kunci untuk memulai, mengendalikan, mempertahankan dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan dan mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki motivasi dalam dirinya berarti ia mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dan pencapaian tujuan. Motivasi adalah konsep penting bagi auditor, terutama dalam melakukan tugas audit. Auditor harus memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan audit dengan baik. Auditor yang memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya tidak akan dipengaruhi oleh tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksa, dan kompleksitas tugas audit yang mereka emban dalam menghasilkan suatu judgement yang relevan atas hasil auditnya. Auditor yang memiliki motivasi kuat juga akan terus berusaha menambah pengetahuan baik yang diperoleh dari pendidikan formal, kursus dan pelatihan untuk mendukung kinerjanya. Teori penetapan tujuan menyatakan bahwa niat individu untuk mencapai sebuah tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Seorang individu dengan tujuan yang sulit, lebih spesifik dan menantang akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas dan mudah. Teori ini mengamsusikan bahwa ada suatu hubungan langsung antara definisi dari tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja : jika manajer tahu apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh mereka, maka mereka akan lebih termotivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat meningkatkan kinerja mereka. Tujuan yang memiliki tantangan biasanya diimplementasikan dalam output dengan level yang spesifik yang harus dicapai. Auditor yang memahami tujuan dan apa yang dia harapkan atas hasil kinerjanya, tidak akan bersikap menyimpang ketika mendapat tekanan dari atasan atau entitas yang diperiksa dan tugas audit yang kompleks. Pemahaman mengenai tujuannya dapat membantu auditor membuat suatu audit judgment yang baik. Auditor seharusnya memahami bahwa tugas auditor adalah memberikan jasa profesional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan manajemen kepada masyarakat yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Melalui pemahaman ini auditor akan tetap bersikap profesional sesuai dengan etika profesi dan standar profesional yang berlaku meskipun menghadapi rintangan dalam tugas auditnya. Teori X dan Y mengemukakan dua pandangan nyata mengenai manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y (positif). Individu yang bertipe X memiliki locus of control eksternal dimana mereka pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, berusaha menghindarinya dan menghindari tanggung jawab, sehingga mereka harus dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. Bertentangan dengan individu bertipe X, McGregor menyebutkan individu yang bertipe Y memiliki locus of control internal dimana mereka menyukai pekerjaan, mampu mengendalikan diri untuk mencapai tujuan, bertanggung jawab, dan mampu membuat keputusan inovatif. Auditor yang termasuk dalam tipe X jika mendapat tekanan ketaatan dan tugas audit yang kompleks akan cenderung membuat judgement yang kurang baik dan tidak tepat. Auditor dengan tipe ini tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai auditor yang mengakibatkan tujuan audit tidak dapat tercapai dengan baik. Auditor juga lebih suka menaruh keamanan diatas semua faktor yang dikaitkan dengan kerja, sehingga ketika mendapat tekanan ketaatan maupun menghadapi tugas yang kompleks maka ia akan cenderung mencari jalan yang aman dan bahkan berperilaku disfungsional dalam membuat judgement. Sedangkan auditor yang termasuk dalam tipe Y dapat bertanggung jawab atas tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Auditor dengan tipe ini tidak akan terpengaruh meskipun ia mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks, sehingga dapat membuat judgement yang lebih baik dan tepat.

Pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap audit judgement yang diambil auditor


Dalam melaksanakan tugas audit, auditor secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan (Jamilah,dkk., 2007). Dalam situasi seperti ini, entitas yang diperiksa dapat mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan auditor dan menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Situasi ini membawa auditor dalam situasi konflik, dimana auditor berusaha untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya tetapi disisi lain dituntut pula untuk mematuhi perintah dari entitas yang diperiksa maupun dari atasannya. Adanya tekanan untuk taat dapat membawa dampak pada

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4

judgment yang diambil oleh auditor. Semakin tinggi tekanan yang dihadapi oleh auditor maka judgment yang diambil oleh auditor cenderung kurang tepat. Berdasarkan teori motivasi X dan Y, seorang individu yang mendapat tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksa akan cenderung termasuk dalam tipe X dimana mereka akan mengambil jalan yang aman dan bersikap disfungsional. Mereka belum mampu bertindak independensi dan masih merasa takut sehingga memilih jalan yang tidak beresiko. Hal ini akan mengakibatkan auditor tidak mampu membuat judgment yang baik dan tepat. Dalam teori penentuan tujuan juga dijelaskan auditor yang tidak mengetahui dengan pasti tujuannya biasanya cenderung mudah berperilaku menyimpang dengan menuruti perintah dari atasan dan entitas yang diperiksa untuk berperilaku menyimpang dari standar etika dan profesional. Hasil penelitian dari Hartanto (2001) menunjukkan bahwa auditor yang mendapatkan perintah tidak tepat baik dari atasan maupun entitas yang diperiksa cenderung akan berperilaku menyimpang dari standar profesional. Sehingga tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Penelitian Jamilah,dkk. (2007) dan Wijayatri (2010) juga memberikan bukti bahwa tekanan ketaatan dapat mempengaruhi auditor dalam membuat suatu judgment. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Tekanan ketaatan berpengaruh secara negatif terhdap audit judgement yang diambil auditor.

Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap audit judgement yang diambil auditor


Dalam kasus di lingkungan audit, kompleksitas tugas merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja audit judgment. Pemahaman mengenai kompleksitas tugas-tugas audit yang berbeda dapat membantu para manajer membuat tugas lebih baik dan pelatihan pengambilan keputusan (Bonner, 2002). Jamilah, dkk. (2007) menjelaskan terdapat dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas, yaitu tingkat kesulitan tugas dan stuktur tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur tugas terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat oleh auditor. Berdasarkan teori motivasi X dan Y, apabila dihadapkan pada suatu tugas dengan kompleksitas yang tinggi auditor akan cenderung termasuk dalam tipe X. Auditor tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya. Akibatnya auditor tidak mampu mengintegrasikan informasi menjadi suatu judgment yang baik. Teori penetapan tujuan oleh Edwin Locke juga menjelaskan bahwa auditor yang tidak mengetahui tujuan dan maksud dari tugasnya juga akan mengalami kesulitan ketika harus dihadapkan pada suatu tugas yang kompleks. Auditor tersebut tidak mengetahui sasaran apa yang harus dia capai dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat mempengaruhi keakuratan dari judgment yang diambilnya. Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Auditor merasa bahwa tugas audit yang dihadapinya merupakan tugas yang kompleks sehingga auditor mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan tidak dapat membuat judgment professional. Akibatnya judgment yang diambil oleh auditor tersebut menjadi tidak sesuai dengan bukti yang diperoleh. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Kompleksitass tugas berpengaruh secara negatif terhadap audit judgement yang Diambil auditor

Pengaruh Pengetahuan terhadap audit judgement yang diambil auditor


Tingkat pengetahuan yang dimiliki auditor merupakan hal yang sangat penting yang dapat mempengaruhi auditor dalam mengambil keputusan. Pengetahuan merupakan salah satu kunci keefektifan kerja (Arleen, 2008). Dengan tingkat pengetahuan yang tinggi yang dimiliki oleh seorang auditor, auditor tidak hanya akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan audit secara efektif tetapi juga akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal. Auditor yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mendeteksi sebuah kesalahan. Dengan semakin

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5

banyak pengetahuan yang dimiliki oleh auditor mengenai bidang yang digelutinya maka auditor akan semakin mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Berdasarkan teori motivasi berprestasi, auditor yang memiliki motivasi yang kuat akan terus berusaha untuk menambah pengetahuannya mendukung kinerjanya. Sehingga keahlian dan pengetahuan auditor akan selalu berkembang dan mendukung auditor untuk membuat judgment profesional. Dari pendapat di atas, peneliti mangajukan hipotesis sebagai berikut: H3: Pengetahuan berpengaruh secara positif terhadap audit judgement yang diambil oleh auditor

Pengaruh Persepsi Etis terhadap audit judgement yang diambil auditor


Menurut Hery (2006), seorang auditor dalam membuat keputusan pasti menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan pada pemahaman etika yang berlaku dan membuat suatu keputusan yang adil (fair) serta tindakan yang diambil itu harus mencerminkan kebenaran atau keadaan yang sebenarnya. Setiap pertimbangan rasional ini mewakili kebutuhan akan suatu pertimbangan yang diharapkan dapat mengungkapkan kebenaran dari keputusan etis yang telah dibuat, oleh karena itu untuk mengukur tingkat pemahaman auditor atas pelaksanaan etika yang berlaku dan setiap keputusan yang dilakukan memerlukan suatu ukuran. Akuntan yang profesional dalam menjalankan tugasnya memiliki pedoman-pedoman yang mengikat seperti kode etik dalam hal ini adalah Kode Etik Akuntan Indonesia. Sehingga dalam melaksanakan aktivitasnya akuntan publik memiliki arah yang jelas dan dapat memberikan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil keputusan auditor. Dari pendapat di atas, peneliti mangajukan hipotesis sebagai berikut: H4: Persepsi etis berpengaruh secara positif terhadap audit judgement yang diambil oleh audit

METODE PENELITIAN Variable Penelitian


Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit judgement. Audit judgement adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada penentuan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, status atau peristiwa lainnya (Jamilah, 2007). Judgement merupakan cara pandang auditor dlam

menanggapi semua informai yang berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang dihadapi oleh auditor. Variabel ini diukur oleh 6 item pertanyaan yang disajikan oleh 2
kasus yang diadaptasi dari penelitian Jamilah, dkk (2007). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengetahuan dan persepsi etis. Tekanan ketaatan merupakan keinginan auditor untuk lebih taat kepada klien dan perintah atasan atau keinginan auditor untuk lebih taat mengikuti standar-standar audit. Variabel tekanan ketaatan diukur dengan menggunakan instrument yang diambil dari Siti Jamilah, dkk (2007). Variabel ini diukur dengan 8 item pertanyaan dan dinilai menggunakan skala lima poin untuk masing-masing pertanyaan. Variabel kompleksitas tugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan (Jamilah, et al 2007). Variabel kompleksitas tugas diukur dengan 6 item pertanyaan dan dinilai menggunakan skala lima poin untuk masing-masing pertanyaan. Variabel pengetahuan menurut ruang lingkup audit adalah kemampuan penguasaan auditor atau akuntan pemeriksa terhadap medan audit (penganalisaan terhadap laporan keuangan perusahaan). Pengetahuan didefinisikan dengan tingkat pemahaman auditor terhadap sebuah pekerjaan, secara konseptual atau teoritis. Variabel pengetahuan audit diukur dengan 9 item pertanyaaan. Sembilan pertanyaan ini mengukur pengetahuan auditor yang diperoleh dari program pelatihan yang pernah diikuti, buku-buku atau majalah-majalah audit dan keuangan yang di baca,

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6

pengalaman bekerja yaitu lamanya bekerja sebagai auditor diskusi audit dengan rekan sekerja dan tipe-tipe industri yang pernah diaudit . Persepsi etis merupakan suatau prinsip moral dan pelaksanaan aturan-aturan yang memberi pedoman dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, anggota sesama profesi serta pihak yang berkepentingan lainnya. Variabel ini diukur dengan 12 item pertanyaan yang mengukur kedelapan kode etik yang termuat dalam Prinsip Kode Etik Profesi Akuntan Publik dan 4 perilau auditor yang terangkum dalam standar kode etik APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah). Yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan public, Integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional dan standar teknis.

Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan adalah auditor independen yang bekera pada Instansi Pemerintah Badan Pengawasan dan Keuangan (BPKP) yang berada di Perwakilan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kuesioner di sebarkan secara acak ke semua Auditor BPKP pada semua tingkat jabatan dan semua bidang penugasan.

Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan cara memberikan skor atau nilai Skala Likert yang digolongkan ke dalam lima tingkatan. Lima tingkatan itu yaitu, 1. Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi nilai 5 2. Jawaban S (Setuju) diberi nilai 4 3. Jawaban N (Netral) diberi nilai 3 4. Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi nilai 2 5. Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi nilai 1 Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah denganmenggunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan: Y = audit judgment a = konstanta b1, b2 = koefisien regresi untuk X1,X2, X3 dan X4 X1 = tekanan ketaatan X2 = kompleksitas tugas X3 = pengetahuan X4 = persepsi etis e = error term

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah auditor Instansi pemerintah BPKP Perwakilan Provinsi DKI Jakarta. Dari data kepegawaian yang diperoleh dari Bidang Kepegawaian diperoleh data jumlah pegawai sebagai berikut:
Tabel 1 Daftar Penempatan Pegawai Per 01 April 2012 Keterangan Jumlah pegawai Bidang Instansi Pemerintah Pusat (IPP) Bidang Akuntansi Pemerintah Daerah (APD) Bidang Akuntan Negara Bidang Investigasi (Inverst) Jumlah sampel penelitian 40 auditor 43 auditor 36 auditor 30 auditor 144 auditor

No. 1. 2. 3. 4. 5.

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 144 auditor. Dengan menggunakan rumus dari Umar Husein (2002) dapat ditentukan besaran sampel yang mewakili populasi yaitu sebesar 60 orang. Dari 100 kuesioner yang disebar, diantaranya 15 kuesioner tidak diisi lengkap, 24 diantaranya tidak kembali, sehingga hanya 61 kuesioner saja yang dapat diolah dalam penelitiannya ini.
Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Tekanan Ketaatan Kompleksitas Tugas Pengetahuan Persepsi Etis Audit Judgement N 61 61 61 61 61 Minimum 8 6 26 36 17 Maximum 24 22 44 60 30 Mean 15,85 13,66 33,23 49,25 23,69 Std Deviasi 3,65 2,68 3,88 3,09 3,57

Skala pengukuran variabel tekanan ketaatan terdiri dari 8 item pertanyaan, dimana skor yang tinggi menunjukkan bahwa auditor mendapatkan adanya tekanan atas ketaatan dalam penyelesaian proses audit laporan keuangan, dan skor yang rendah menunjukkan bahwa auditor memiliki tekanan yang rendah dalam proses audit. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 8 40 dengan rata-rata teoritis sebesar 24. Hasil jawaban empiris penelitian ini berkisar antara 8 - 24 dengan rata-rata jawaban sebesar 15,85 dan standar deviasi 3,65 menunjukkan bahwa auditor mendapat tekanan ketaatan yang relatif rendah dalam penyelesaian audit laporan keuangan. Skala pengukuran variabel kompleksitas tugas terdiri dari 6 item pertanyaan, dimana skor yang tinggi menunjukkan bahwa auditor memiliki tugas-tugas audit yang kompleks dalam menjalankan proses audit laporan keuangan, dan skor yang rendah menunjukkan bahwa auditor cenderung menganggap tugas-tugas audit yang dihadapinya tidak terlalu kompleks. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 6 30 dengan rata-rata teoritis sebesar 18. Hasil jawaban responden menunjukkan kisaran antara 26 - 44 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 33,23 dan standar deviasi 2,68 yang menunjukkan bahwa auditor secara umum cenderung memiliki kompleksitas tugas yang relatif rendah. Skala variabel pengetahuan terdiri dari 9 item pertanyaan, dimana skor yang tinggi menunjukkan bahwa auditor memiliki pengetahuan yang baik terhadap proses dan tugas audit, dan skor yang rendah menunjukkan bahwa auditor cenderung memiliki pengetahuan yang rendah. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 9 45 dengan rata-rata teoritis sebesar 27. Hasil jawaban responden menunjukkan kisaran antara 11 - 25 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 26,44 dan standar deviasi 3,88 yang menunjukkan bahwa auditor secara umum cenderung memiliki pengetahuan yang baik mengenai auditing. Skala variabel persepsi etis terdiri dari 12 item pertanyaan, dimana skor yang tinggi menunjukkan bahwa auditor memiliki persepsi etis yang besar dalam mengenai tugas audit, dan skor yang rendah menunjukkan bahwa auditor cenderung memiliki persepsi etis yang rendah. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 12 60 dengan rata-rata teoritis sebesar 36. Hasil jawaban responden menunjukkan kisaran antara 36 - 60 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 49,25 dan standar deviasi 3,09 yang menunjukkan bahwa auditor secara umum cenderung memiliki pemahaman etis yang baik dalam melakukan pekerjaan mereka. Skala pengukuran variabel audit judgement terdiri dari 6 item pertanyaan, dimana skor yang tinggi menunjukkan bahwa auditor memiliki atau menghasilkan proses dan hasil audit yang baik, dan skor yang rendah menunjukkan bahwa auditor memiliki atau menghasilkan proses dan hasil audit yang kurang baik. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 6 30 dengan rata-rata teoritis sebesar 18, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan adalah antara 17 - 30 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 23,69 dan standar deviasi 3,57 yang menunjukkan bahwa auditor memiliki audit judgement yang baik.

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8

.Pembahasan Hasil Penelitian Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan secara parsial dengan menggunkan uji t, hasil uji t adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Beta t hitung -0,075 -0,025 0,231 0,200 -0,620 -1,620 2,143 2,144

Variabel Tekanan Ketaatan Kompleksitas Tugas Pengetahuan Persepsi Etis

Sig 0,538 0,111 0,036 0,036

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012 Pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa tekanan ketaatan tidak berpegaaruh signifikan terhadap audit judgement. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t nilai signifikasi 0,538 > 0,05. Dengan demikian H1 ditolak, sehingga hipotesis yang menyatakan tekanan ketaatan berpengaruh secara negatif terhadap audit judgement adalah ditolak. Tidak berpengaruhnya tekanan ketaatan disinyalir karena dikeluarkannya arahan Presiden RI Tanggal 11 Desember 2006, untuk melakukan reposisi dan revitalisasi fungsi. Reposisi dan revatalisasi juga diikuti oleh perubahan visi BPKP yaitu, Auditor Intern Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam mentrasformasikan manajemen Pemeritahan Menuju Pemerintahan yang Baik dan Bersih. Dengan visi ini, BPKP menegaskan akan tugas pokokknya pada pengembangan fungsi preventif. Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan lebih bersifat preventif ysitu berbentuk sosialisasi, assistensi atau pendampingan, dan evaluasi). Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam membantu aparat penegak hukum (POLRI, kejaksaan dan KPK) untuk menghitung kerugian negara. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Jamilah, et al., (2007), dan Hartanto et al.,(2001). Menurut penelitian tersebut diisyaratkan bahwa dalam kondisi adanya perintah dari atasan dan tekanan dari klien untuk berperilaku menyimpang dari standar profesional, auditor akan cenderung mentaati perintah tersebut. Dan hal ini dapat mendorong auditor untuk membuat audit judgement yang kurang tepat. Tekanan yang dihadapi akan menjadi pemicu dan motivator bagi auditor untuk melakukan audit yang kurang mengandalkan pada materialitas audit dan dapat berpotensi melakukan penyimpangan dalam pekerjaan audit. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgement. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi 0,111 > 0,05. Dengan demikian H2 ditolak, sehingga hipotesis yang menyatakan kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgement adalah ditolak. Kondisi karena dalam hal ini auditor memiliki profesionalitas, dimana auditor dapat mengetahui dengan jelas pekerjaan mana saja yang akan dilakukan dan apa yang yang harus dilakukannya dalam pekerjaan audit. Sehingga tinngi rendahnya kompleksitas yang dihadapi tidak mempengaruhu auditor dalam pembuatan audit judgementHasil ini disinyalir karena tugas pokok auditor BPKP tidak lagi sepenuhnya represif/mengaudit tetapi lebih bersifat preventif/pembinaan. Sehingga kekompleksitasan tugas yang dihadapi oleh auditor BPKP berkurang. Selain itu dalam melakukan tugasnya auditor BPKP telah mempunyai pedoman teknis dan parameter yang jelas mengenai ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan. Baik itu audit, asistensi/pendampingan/bimbingan teknis/assessment, Manajemen Risiko, Good Corporate Governance, maupun Key Performance Indicator. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Zulaikha (2002) yang mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keakuratan pembuatan audit judgement . Hal ini juga senada dengan penelitian Jamilah, et al (2007) yang mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak mempunyai pengaruh yang

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9

signifkan terhadap pembuatan audit judgement. Hal ini berarti para auditor mengetahui dengan jelas tugas apa yang akan dilakukannya, tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan dapat melakukan tugasnya dengan baik . Tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Chung da Monroe (2001) dan Abdolmohammadi Wright (1986) yang mengatakan bahwa kompleksitas tugas perngaruh terhadap judgement yang diambil auditor. Pegujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif signifikan terhadapaudit judgement. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi 0,036 < 0,05. Dengan demikian H3 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan pengetahuan berpengaruh positif terhadap audit judgement adalah diterima. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki auditor baik yang di dapat melalui pendidikan formal, pengalaman, kegiatan seminar, lokakarya, pengarahan dari auditor senior maupun dari frekuensi seorang auditor dalam melakukan pekerjaan audit dapat membantu auditor dalam menghasilkan audit judgement yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor BPKP memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat pengetahuan yang baik ini dapat dibuktikan dengan melihat program-program berbasis pengetahuan yang terus dilakukan BPKP untuk meningkatkan pengetahuan para anggotanya demi menciptakan SDM yang berkualitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Diani dan Ria (2007) yang mengatakan bahwa pada tingkat kompleksitas yang tinggi maupun rendah, terdapat interaksi yang signikan antara akuntabilitas dengan pengetahuan terhadap kualitas kerja. Hal ini jugas senada dengan penelitian Arleen dan Yulius (2009) yang mengatakan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit keuangan . Pengujian Hipotesis keempat menunjukkan bahwa persepsi etis berpengaruh positif signifikan terhadapaudit judgement. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi 0,036 < 0,05. Dengan demikian H4 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan persepsi etis berpengaruh positif terhadap audit judgement adalah diterima, artinya bahwa pemahaman yang baik dari auditor mengenai kode etik profesi dapat membantu auditor dalam menghasilkan audit judgement yang tepat Adanya pemahaman kode etik yang tepat , maka kepercayaan dan keyakinan akan suatu yang etis tidak etis dalam bidang auditing akan sangat dijaga oleh auditor. Manakala auditor mendapatkan bahwa mereka dihadapkan pada beberapa pilihan dalam penyelesaian audit maka pilihan yang dipilih oleh auditor dengan persepsi etis yang tinggi adalah pilihan yang tidak melanggar Kode Etik Akuntan dan Kode Etik APFP (Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah) sehingga kualitas audit akan tetap terjaga. Hal ini akan menyebabkan keputusan yang diambil oleh auditor akan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Untuk menunjang pemahaman yang baik mengenai kode etik, BPKP juga mempunyai standar etika yang mengatur perilaku para anggotanya. Standar etika ini berupa buku kode etik perilaku pegawai BPKP dan buku saku kode etik perilaku pegawai BPKP. Selain itu terdapat Pakta Integritas yang harus ditandatangani oleh seluruh pegawai BPKP setiap awal tahun. Pakta Integritas ini berisi pernyataan untuk melaksanakan seluruh peraturan yang ada di BPKP dan pernyataan bersedia untuk memperoleh sanksi/hukuman jika melakukan perbuatan yang menyimpang dari peraturan yang ada. Penandantanganan Pakta Integritas ini dilakukan untuk membangun komitmen pegawai bertindak konsisten sejalan dengan nilai-nilai, kode etik, serta kebijakan organisasi dan atau profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukannya Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nuryanto dan Dewi (2001) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman nilai-nilai etika dengan pengambilan keputusan. Hal ini bererti semakin auditor memahami kode etik maka keputusan yang diambil akan semakin mendekati kewajaran, adil dan bermoral. Jawaban senada juga dikatakan Khomiyah dan Nur Indrianto (1998) dalam penenilitiannya yaitu orientasi etis berpengruh secara signifikan terhadap komitmen profesi dan komitmen organisasi.

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN


Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Tekanan Ketaatan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgement. 2. Kompleksitas Tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgement. 3. Pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement. 4. Persepsi Eis berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgement. Keterbatasan Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang masih perlu menjadi bahan revisi penelitian selanjutnya, yaitu tinkat pengembalian kuesioner hanya 55% mengakibatkan jumlah responden yang digunakan sebagai sampel tidak cukup banyak. Kurangnya jumlah responden yang bisa langsung diwawancarai agar dapat mengetahui informasi yang diperlukan. Adanya perubahan visi pada BPKP menyebabkan tugas pokok BPKP lebih bersifat preventif, hal ini menyebabkan ketaatan yang dialami auditor BPKP kurang menunjukkan keadaan auditor yang sebenarnya. Saran Dengan mempertimbangkan hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memberikan saran untuk penelitian berikutnya: 1. Disarankan untuk melakukan penelitian pada KAP dan Instansi Pemerintah lainnya seperti BPK. 2. Disarankan untuk melakukan penelitian di provinsi lain, agar hasil penelitian dapat digeneralisasi untuk ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat memperkuat validitas eksternal yang dibtuhkan untuk penelitian lebih lanjut. 3. Disarankan untuk mencari dan menambah variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap audit judgement karena nilai koefisien determinasinya kecil yaitu sebesar 0,321.

10

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11

REFERENSI

Abdolmohammadi, M dan A. Wright. 1987. An Examination of Effect of Experience and Task Complexcity on Audit Judgement . Journal of The Accounting Review. Chung, J. Dan G.S. Monroe., 2001., A Research Note on The Effect of Gender and Task Complexity on Audit Judgment. Journal Behavioral Research., 3: 111-125. Hamzah, Ardi dan Paramitha.2008. Perbedaan Perilaku Etis dan Tekanan Kerja Perspektif Gender Dalam Audit Judgment Laporan Keuangan Historis dan Kompleksitas Tugas .Jurnal Ilmiah Akuntansi , vol. 7 no1. Hartanto, Hansiandi Yuli dan Indra Wijaya 2001. Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Judgment Auditor .Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia.2008.Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas .Jaal Volume 13 No. 2. Nelly, Ria dan Mardisar.2007.The Effect of Task Complexity on Quality of Auditors work: The Impact of Accountability and Knowledge. Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol.9.no3. Nuryanto dan Dewi .2001. Tinjauan Etika Atas Pengambilan Keputusan Auditor Berdasarkan Pendekatan Moral . Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi vol.1no.3, 3 Desember. Restunigdiah Nurika dan Nur Indriantoro. 1999. Pengaruh Partisipasi terhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan Kompleksitas Tugas, Kompleksitas Sistem, dan Pengaruh Pemakai Sebagai Variabel Moderating. SNA II Malang. Hogart. R.m, dan H.J. 1992. Order Effects in Belief Updating: The belief adjustment Mode, Cognitive Psychology 24;1-55. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2008. Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Penerbit : Salema Empat. Jakarta. Jamilah, Siti., ZF, dan G.C. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makasar. Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. (judul asli: Organizational Behavior Concept, Controversies, Applications 8th edition) Jilid 1. Penerjemah Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: PT. Prenhallindo. 2003. Perilaku Organisasi. (judul asli: Organizational Behavior 9th edition) jilid 1 dan 2. Penerjemah Tim Indeks.Jakarta: PT. Indeks, GramediaGrup 2003. Organizational Behavior, 10thedition. New Jersey :PrenticeHall, Inc.

11

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12

Samsudin.2005. Definisi Motivasi, http//www.teorionline.com. Diakses. Tanggal 25 Januari.2012. Siegel, Gary & Marconi, H. Ramanauskas. 1989. Behavioral Accounting. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Co. Tubbs, Richard M.1992. The Effect of Experience on The Auditors Organization and Amount of Knowledge:Journal of Accounting Review.67(October): 783- 801 Umar, Husein. 2002. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Zulaikha, 2006. Pengaruh Interaksi gender, kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment . Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, Agustus.

12

Anda mungkin juga menyukai