Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI PRAKTIKUM PENGELASAN

LAPORAN

Oleh Muh. Mey Ade Ansyori NIM 091910101047

PROGRAM STRATA 1 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2011

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELASAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

Nama NIM

: Muh. Mey Ade Ansyori : 091910101047

Telah Diperiksa dan Disetujui:

Dosen Pembimbing

Asisten

Salahuddin Junus,S.T, M.T NIP. 19750502 2001121 001 Ka. Lab pengelasan

Donak Carneolla NIM. 070910101017

Salahuddin Junus S.T.,M.T NIP. 19750502 2001121 001

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktek Kerja Las dengan menggunakan las busur listrik. Laporan Praktek Kerja Las dengan menggunakan las busur listrik ini disusun guna melengakapi tugas mata kuliah Praktek Kerja Las di STT Wiworotomo Purwokerto. Laporan ini berisikan tentang dasar-dasar teori dari las busur listrik serta penjelasan tentang diagram CCT dan diagram TTT. Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari banyak kekurangan dan kekeliruan yang taerjadi, serta penulis menyadari laporan ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Penulis banyak

mendapatkan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Atas segala bantuan, bimbingan, dan motivasi, serta kritik dan saran dari semua pihak, penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT, semoga Allah SWT membalas kebaikannya, dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat.

Purwokerto, Juli 2013

Penulis

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan. Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya pengguanaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa saluran dan lain sebagainya. Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain. Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan

memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada konstruksi. Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin. Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan

pengelasan, karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Pada penelitian ini

pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin. Hal ini sangat erat hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang dilas. Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilin pada pelat baja terhadap uji kekerasan, struktur mikro dan uji tarik dari pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil dari pengelasan.

1.2 Tujuan 1. Mahsiswa dapat menyalakan busur dan pengelasan alur dengan menggunakan las busur listrik dan las asetilin. 2. Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las busur listrik dan las asetilin. 3. Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las busur listrik dan las asetilin. 4. Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan las busur listrik dan las asetilin. 5. Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan

1.3 Manfaat 1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yang didapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan 2. Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin maupun las busur listrik. 3. Mahasiswa mampu menyalakan busur dan membuat alur serta membuat berbagai sambungan, meliputi sambungan I, sambungan tumpang, dan sambungan sudut luar dengn menggunakan las busur listrik dan las asetilin 4. Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

1.4 Rumusan Masalah 1. Jelaskan tentang teori las busur listrik! 2. Jelaskan tentang teori las asetilin! 3. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT!

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori Las Busur Listrik 2.1.1 Pengertian SMAW Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan bahan lasan sampai caur/leleh sehingga bahan las tersambung dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi. Pengelasan busur listrik adalah cara pengelasan menggunakan busur listrik atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub listrik yang teionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda yang sekaligus dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan pengisi dalam pengelasan. Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini

Gambar 1. Las busur listrik (Sumber : www.migas-indonesia.com)

Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang digunakannya, antara lain: 1. Las busur dengan elektroda karbon, misalnya: a. Las busur dengan elektroda karbon tunggal b. Las busur dengan elektroda karbon ganda 2. Las busur dengan elektroda logam, misalnya: a. Las busur dengan elektroda berselaput/ SMAW b. Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW c. Las MIG/GMAW d. Las Submerged.

Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan elektroda berselaput/ terbungkus atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah, busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar, selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las, busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput. Bungkus/ selaput (coating electrode) yang berfungsi sebagai fluks akan terbakar pada waktu proses berlangsung, dan gas yang terjadi akan melindungi proses terhadap pangaruh udara luar. Cairan pembungkus akan terapung dan membeku pada permukaan las yang disebut slag, yang kemudian dapat dibersihkan dengan mudah.

Gambar 2. Las busur listrik dengan elektroda berselaput (Sumber : http://laslistrik.blogspot.com/2009/06/.html)

2.1.2 Mesin Las Listrik Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu pada electric current (arus listrik), dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga.

Gambar 3. Skema proses SMAW (Sumber : www.migas-indonesia.com)

Dimana electric power (tenaga listrik) yang diperoleh dari welding machine menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 (tiga) jenis machine yaitu : a. Mesin dengan arus searah (DC) Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah sifat arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu generator, karena arus listrik yang dipakai disini bukan berasal dari baterei, melainkan daru generator listrik.

Gambar 3. mesin las dengan arus searah (Sumber : www.migas-indonesia.com)

b. Mesin dengan arus bolak balik (AC) Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator, tetapi cukup dengan transformator. Karakteristik electric efficiencynya 80-85%

Gambar 4. Mesin las dengan arus bolak-balik (Sumber : www.migas-indonesia.com)

c. Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan rectifier, dimana rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus.

Gambar 5. Mesin las kombinasi arus searah dan bolak-balik (Sumber : www.migas-indonesia.com)

2.1.3 Parameter Pengelasan Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama dengan elektrode yang dipakai. Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap posisi pengelasan tidak sama. Misalnya elektrode 3 mm 6 mm, mempunyai tegangan

20 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 5 volt pada posisi diatas kepala. Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan. Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan, dimana besarnya arus listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan, geometri sambungan pengelasan, macam elektrode dan inti elektrode. Untuk pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas. Sedang untuk pengelasan baja paduan, yang daerah HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat, maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang besar. Pengelasan logam paduan, agar untuk menghindari terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las yang sekecil mungkin. Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil. Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk, jenis elektrode, inti elektrode, geometri sambungan, ketelitian sambungan, agar dapat mengelas lebih cepat diperlukan arus yang lebih tinggi. Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC). Terdapat dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus, dimana benda kerja positif dan elektrode negatip (DCEN). Polaritas balik adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas lurus (DCEN). Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan gambar dibawah ini.

Gambar 6. Karakteristik pengelasan (Sumber : www.migas.indonesia.com)

Tabel 1. Karakteristik pengelasan (Sumber : www.migas.indonesia.com)

2.1.4 Teknik Pengelasan Ada dua cara penyalaan busur las yaitu: a. Cara goresan Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan benda kerja las, kemudian elektroda diangkat sampai ada jarak sebesar diameter elektroda antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sehingga terbentuk nyala busur yang stabil.

b. Cara sentuhan Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja sehingga menimbulkan busur las, kemudian diangkat sampai jarak sebesar diameter elektroda. Setelah terjadi penyalaan, maka selanjutnya dilakukan penarikan. Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las sebesar 2xdiameter elektroda. Dengan sudut elektroda terhadap sumbu mendatar adalah 70-80. Posisi pengelasan dalam las busur ada 4 yaitu: Dibawah Tangan Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja. Tegak (vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat85 derajat terhadap benda kerja. Datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat 80 derajat kearah benda kerja. Di atas kepala Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.

Posisi datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar. Posisi horizontal (2G) Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesukaran pengelasan posisi horizontal adalah karena beratnya sendiri maka cairan las akan selalu kebawah. Adapun posisi sudut elektrode pengelasan pipa 2G yaitu 90. Panjang busur di usahakan sependek mungkin yaitu kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Pengelasan Vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal. Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah. Posisis horizontal pipa (5G) Pengelasan naik Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3.

Pengelaan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.

2.5. Perlengkapan Keselamatan Kerja 2.5.1 Helm Las Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata, Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut: 1. No. 6. dipakai untuk Ias titik 2. No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. 3. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper. 4. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. 5. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper. 6. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.

Gambar. Helm las (Sumber: www.perkakasku.com)

2.5.2 Sarung Tangan Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu di pakai sepasang sarung tangan.

Gambar. Sarung tangan las (Sumber: www.perkakasku.com)

2.5.3 Baju Las/Apron Baju las/Apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap dapat melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas kepala, harus memakai baju las yang lengkap. Pada pengelasan posisi lainnya dapat dipakai apron.

2.5.4 Sepatu Las Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.

Gambar. Sepatu las (Sumber : http://.arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html)

2.5.5 Kamar Las Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim ventilasi: Didalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api.

Gambar. Kamar las (Sumber : http://.arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html)

2.5.6 Masker Las Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.

Gambar. Maskel las (Sumber : www.perkakasku.com)

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Penyalaan Busur Dan Pengelasan Alur (Pengelasan Listrik)


3.1.1 Kompetensi Setelah mahasiswa dapat: melaksanakan kegiatan praktik pengelasan, diharapkan

1. Menggunakan alat dan bahan pengelasan dengan baik dan benar. 2. Melakukan pengelasan terhadap benda kerja sesuai prosedur yang berlaku. 3. Menganalisis pengaruh yang timbul pada benda kerja terhadap hasil pengelasan dengan penyetelan ampere pada mesin las listrik. 3.1.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam melaksanakan praktik antara lain: Alat:

1. Mesin Las Listrik 2. Elektroda 3. Palu Besi 4. Tang 5. Gerinda 6. Sikat Kawat 7. Ragum

8. Meteran Gulung 9. Kain Lap


Bahan: 1. Pipa Besi ukuran diameter/panjang: a. 73mm/1496mm, b. 31mm/1040mm, c. 30mm/2750mm, 2. Plat Besi bentuk bulat diameter/tebal: a. 132mm/5mm, 2bh

3.1.3 Keselamatan Kerja 1. Memakai peralatan standart keselamatan kerja (wearpack, kacamata las listrik, sepatu kulit, sarung tangan) untuk melindungi bagian tubuh dari radiasi cahaya, panas, kotoran maupun terkena benda kerja. 2. 3. 4. Menggunakan alat yang sesuai dengan fungsinya. Berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan. Memilih tempat yang aman dan nyaman dalam melaksanakan praktek.

3.1.4 Langkah Kerja Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan Praktek kerja Las adalah sebagai berikut: 1. Praktik Penyambungan 2 buah Pipa Besi dengan Las Listrik a. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. b. Menggunakan seluruh keselamatan kerja tannpa terkecuali. c. Perhatikan SOP setiap pekerjaan. b. Mengukur dan memotong pipa besi dengan ukuran diameter dan panjang masing-masing: 1. 73mm/748mm, 2bh 2. 31mm/65mm, 8bh 3. 30mm/215mm, 2bh 4. 30mm/95mm, 4bh c. Mengukur dan memotong plat besi tebal 5mm menjadi bulat 2buah dengan ukuran diameter 132mm d. Menyalakan mesin las listrik dengan kekuatan ampere 80A. e. Melakukan uji coba las pada benda lain, agar memudahkan dalam penyalaan elektroda. f. Menaruh benda kerja pada tempat dudukan untuk dilakukan pengelasan.

g. Memberi las titik pada kedua ujung persinggungan benda kerja untuk memudahkan dalam proses penyambungan, dengan toleransi jarak antar benda kerja kira-kira 1 2 mm, sehingga mencegah pemuaian benda kerja serta benda kerja lebih menyatu secara maksimal. h. Melakukan penyambungan benda kerja dengan alur lurus diantara dua buah benda kerja.

i.

Merontokkan karbon-karbon hasil pengelasan yang menempel pada benda kerja dengan menggunakan palu besi dan sikat kawat.

j.

Mencelupkan benda kerja dengan menggunakan tang ke dalam air bersih untuk mempercepat proses pendinginan.

k. Mengangkat benda kerja dari air, dan diamkan benda kerja supaya kering terkena udara atau bisa juga dengan menggunakan kain lap, supaya benda kerja cepat kering. l. Rapihkan hasil pengelasan yang kurang rapih dengan gerinda

m. Mengembalikan alat dan bahan pada tempatnya. n. Membersihkan tempat kerja.

E.

Simpulan Dari laporan yang sudah disampaikan di atas, dapat diambil simpulan bahwa mengubah setelan ampere pada mesin las listrik, dapat mempengaruhi hasil dari pengelasan pada benda kerja. Semakin tinggi ampere nya, penyalaan las semakin mudah. Akan tetapi hal tersebut dapat menyebabkan benda kerja menjadi berlubang atau meleleh, terutama pada benda kerja yang tipis. Semakin rendah amperenya, maka penyalaan las agak sulit, hasilnya juga kurang baik. Intinya yaitu perlu adanya penyesuaian setelan ampere mesin las sebelum melakukan pengelasan antara jenis benda kerja dengan ukuran elektroda yang akan digunakan.

Anda mungkin juga menyukai