A. Judul
Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Materi Optik Kelas VIIIA SMPN 7
Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009.
B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian
a. Mata pelajaran : IPA.
b. Bidang Kajian : Fisika.
C. Pendahuluan
Kelas VIIIA SMPN 7 Semarang adalah kelas heterogen,
berjumlah 42siswa terdiri dari 26 perempuan dan 16 laki-laki. Menurut
keteranganguru mata pelajaran, hasil belajar siswa mata pelajaran IPA
semester I tahun 2008/2009 adalah : nilai tertinggi 83, nilai terendah 60 dan
rata-rata = 68,3, ketuntasan belajar = 52,3% dengan Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) = 68. Hasil tersebut belum sesuai harapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMPN 7 Semarang yang telah
menetapkan ketuntasan belajar individu = 68 dan ketuntasan belajar klasikal
75%.
Pembelajaran materi optik tahun 2005/2006 sampai 2007/2008
telah dilakukan dengan menerapkan berbagai model. Pengaruh penerapan
model terhadap hasil belajar siswa dapat diketahui dari ketuntasan hasil
belajar yang dicapai. Menurut Supratioko,K,(2009) guru pengampu fisika
pada kelas tersebut, ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan
model Direct Instruction (DI) adalah 34,28%. Ketuntasan hasil belajar siswa
pada pembelajaran yang menerapkan model demontrasi 68,42%. Dan
ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran yang menerapkan model
jigsaw 34,21%. Secara ringkas ditunjukkan oleh Tabel 1. Dari keterangan
tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1) penggunaan model pembelajaran
mempengaruhi hasil belajar siswa. 2) melalui demontrasi materi optik lebih
mudah difahami siswa. 3) tingkat keberhasilan belajar materi optik dengan
1
132
2
132
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
3
132
4
132
pada cermin, lensa, kaca plan paralel, prisma dan aplikasinya pada
alat-alat optik yang ditemuan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini hanya berlaku pada materi optik di
kelas VIIIA SMP 7 Semarang tahun pelajaran 2008/2009.
H. Kajian Pustaka
a. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
Embrio model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
dicetuskan sejak tahun 1916 oleh John Dewey. Dewey menganjurkan guru
untuk mendorong siswa terlibat dalam tugas proyek dan membantu
mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial (Wiyanto,
2008: 24). Menurut Dewey (dalam Sujana, 2001: 19) belajar berdasarkan
masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi
masukan berupa bantuan dan masalah sedang sistem syaraf otak
menafsirkan secara efektif sehingga masalah dapat dianalisis dan dicari
pemecahannya dengan baik. Pembelajaran berbasis masalah yang baik
menurut Arends (Arends,1997 dalam Wiyanto, 2008: 26-27) diawali
dengan mengangkat masalah dari dunia nyata yang bermakna. Termasuk
dalam pembelajaran berbasis masalah ini adalah pembelajaran inquiry dan
pembelajaran discovery. Discovery merupakan proses mental dalam
mengasimilasikan konsep dan prinsip. Inquiry dibedakan dalam tiga
tingkatan yaitu:1) discovery, 2) inkuiri terbimbing dan 3) inkuiri terbuka.
Konsekuensi dari PBI ini adalah membangkitkan usaha sendiri
untuk mencari pemecahan masalah dan memberi keleluasaan kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Sehingga model PBI merupakan
suatu model pembelajaran yang : 1) didasarkan pada banyaknya
permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan
yang nyata pula. 2) didasarkan pada usaha sendiri untuk memecahkan
masalah serta membangun pengetahuan yang menyertainya. 3)
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Trianto, 2007:
67). Secara garis besar PBI terdiri dari penyajian kepada siswa situasi
masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberi kemudahan
5
132
6
132
7
132
8
132
9
132
Ruang lingkup materi optik adalah konsep cermin dan lensa serta
aplikasinya dalam produk teknologi sehari-hari. Aplikasi materi optik
tersebut dalam produk teknologi sehari-hari pada berbagai peralatan
sangat banyak. Karena itu materi ini esensial. Gejala-gejala fisika pada
materi optik seperti pemantulan dan pembiasan cahaya yang menjadi
faktor terpentingdapat diamati secara sederhana tanpa harus menggunakan
alat bantu yang rumit. Contoh penerapan konsep cermin dan lensa dalam
produk teknologi sehari-hari adalah kaca mata dan kamera.
Materi dasar dalam judul penelitian ini diturunkan dari silabus
pembelajaran pada Standart Kompetensi (SK) 6: Memahami konsep dan
penerapan getaran, gelombang dan optikal dalam produk teknologi sehari-
hari. Kompetensi Dasar (KD) 6.3: Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan
hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Dan KD 6.4:
Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
I. Model Penelitian
1. Seting Penelitian dan Kharakteristik Subyek.
a. Waktu : Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada Maret 2009
sampai April 2009 yaitu pada semester genap tahun pelajaran
2008/2009.
b. Tempat : Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 Semarang yang
berlokasi di jalan Imam Bonjol 191 A Semarang,
c. Subyek Penelitian : Subyek penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah
siswa kelas VIIIA SMPN 7 Semarang pada semester genap tahun
pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 42 siswa terdiri 16 siswa laki-
laki dan 26 siswa perempuan. Kelas VIIIA dipilih sebagai subyek
penelitian karena memiliki karakteristik kelas heterogen, hasil belajar
dan aktivitas rendah. Dalam pembelajaran IPA masih terpusat pada
guru.
10
132
11
132
d. Refleksi.
Data yang diperoleh dari observasi pelaksanaan tindakan berupa
lembar observasi dan hasil tes obyektif. Data tersebut dikumpulkan,
12
132
13
132
14
132
(a) Aktivitas yang dilakukan oleh siswa diberi skor menurut jenis
aktivitas belajar yang dilakukan. Satu jenis aktivitas belajar
diberi skor 1-2.
(b) Menjumlah skor yang diperoleh siswa dan menilai dengan
rumus :
Nilai yang diperoleh adalah :
x = Jumlah skor yang diperolehJumlah skor maksimal x 100.
(Sugiyono, 2003: 204)
(c) Mengkategorikan kedalam kriterian tingkatan.
Kriteria aktivitas disetarakan dengan Kriteria berfikir kreatif sebagai
berikut:
Siswa dikategorikan :
i.Sangat aktif : 81,25 < x <= 100.
ii.Aktif : 62,50 < x <= 81,25.
iii.Kurang aktif : 43,75 < x <= 62,50.
iv.Sangat kurang aktif : 25,00 < x <= 43,75.
Dengan x adalah nilai yang diperoleh
(Tim Peneliti Program Pasca Sarjana UNY, 2003-2004).
Selanjutnya hasil analisis data pengamatan digunakan sebagai dasar
dalam merencanakan kegiatan pada siklus berikutnya.
Siklus II.
Siklus kedua direncanakan dengan mengacu pada hasil refleksi siklus
pertama. Keempat tahapan pada siklus I diatas (perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi) merupakan serangkaian yang dilakukan pula pada
siklus II. Revisi bahan kajian dilakukan jika diperlukan guna memperbaiki
kegiatan siklus I, agar hasilnya lebih meningkat. Setiap perubahan
disesuaikan dengan perkembangan hasil refleksi. Materi yang diberikan pada
silkus II merupakan materi lanjutan dari siklus pertama.
3. Data Penelitian.
Data penelitian berupa :
a. Tes : diperoleh dengan melakukan tes tertulis soal-soal obyektif terhadap
subyek belajar disetiap akhir siklus.
15
132
16
132
17
132
18
132
DAFTAR PUSTAKA
Widyaningsih,T.S. 2008. Implementasi Teknik Two Stay Two Straydan Media Kartu
Gambar Dalam Pembelajaran IPS Geografi Sebagai Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas IX F SMP Negeri Bangun Tapan. Laporan
PTK.Tidak Diterbitkan.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.
Wiyanto.2008.Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium.Semarang: Unnes Press
KISI-KISI
PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Judul : Penerapan Model PBI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Aktivitas Siswa pada Materi Optik Kelas VIIIA SMP 7 Semarang Tahun
Pelajaran 2008/2009.
Tujuan : Meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa materi optika di
kelas VIIIA SMP7 Semarang tahun pelajaran 2008-2009 melalui penerapan
model PBI.
N0 Variabel Aspek Indikator Model
Melaksanakan tahapan pembelajaran Observasi
Penyajian
Kegiatan dengan baik meliputi kegiatan: proses
1 belajar
. apersepsi, motivasi, kegiatan inti dan pembelajaran
oleh guru.
penutup. .
Mengikuti tes tertulis yang
direncanakan guru.
Tes tertulis.
Kognitif. Melaksanakan tugas proyek dan
menyusun laporan tugas proyek secara
tertulis.
Hasil Menyadari pentingnya mempelajari
Observasi.
2 belajar Afektif. pemanfaatan optik dalam produk
siswa. teknologi.
Menjelaskan cara kerja beberapa
Observasi
produk teknologi yang relevan, seperti :
Psiko- kegiatan
mikroskop, berbagai jenis teropong,
motorik. praktek.
periskop dan sebagainya melalui
percoaan/pengamatan.
Melakukan ativitas oral Observasi
Aktivitas (diskusi/presentasi) dengan baik PBM.
3 -
belajar. Melakukan ativitas visual (pengamatan Observasi
obyek belajar) dengan baik. PBM.
132
6
ALI MASKUR
14
DINDA PLMA
16
EVAN NH
31
PRAYOGI.EW
32
FAJAR
40
V WIKY M
5
AL. HEGAR
7
ARVAN DIKA
22
MAULAN GK
33
RATNA CA
37
SOFIA DA
38
VI SUBIC TU
Semarang,.........April 2009
132
Indikator S Kriteria
kor
Kehadiran 4. • Hadir di kelas sebelum guru masuk kelas/lab.
di 3 • Hadir di kelas5 menit sesudah guru masuk
kelas/laboratorium 2 kelas/lab.
.
• Hadir di kelas antara 5-10 menit sesudah guru
1
masuk kelas/lab.
• Hadir di kelas lebih dari10 menit sesudah
guru masuk kelas/lab.
Partisipasi dalam • Bekerja sama dengan semua anggota
kegiatan 4 kelompok.
praktikum. 3 • Bekerja sama dengan 4-3 anggota kelompok.
2 • Bekerja sama dengan 2-1 anggota kelompok.
1 • Tidak mau bekerja sama dengan anggota
kelompok.
Sistematis. 4 • Seluruh kegiatan percobaan dilakukan sesuai
prosedur LKS.
3 • Melaukan kegiatan percobaan namun ada 2-1
bagian dilakukan tidak sesuai prosedur LKS.
2
• Melaukan kegiatan percobaan namun ada 3-4
bagian dilakukan tidak sesuai prosedur LKS.
1
• Tidak melakukan kegiatan percobaan sesuai
prosedur LKS.
Kejujuran. • Seluruh data hasil percobaan tidak mencontoh
kelompok lain.
4 • 1-2 data hasil percobaan mencontoh
kelompok lain.
3
2 • 3-4 data hasil percobaan mencontoh
1 kelompok lain.
• Seluruh data hasil percobaan mencontoh
kelompok lain.
Kedisiplinan • Masing-masing kelompok mengembalikan
dalam 4 semua alat dan bahan percobaan ke tempat
mengembalikan semula.
alat/bahan 3 • Ada 1 alat dan bahan percobaan yang tidak
percobaan dikembalikan ke tempat semula.
2 • Ada 2 alat dan bahan percobaan yang tidak
dikembalikan ke tempat semula.
1 • Lebih dari 2 alat dan bahan percobaan yang
tidak dikembalikan ke tempat semula.
Jumlah skor ideal 20
Kriteria aspek afektif :
(i) Sangat rendah / tidak baik = Kurang dari 40 %.
(ii) Rendah / kurang baik = 40 %-55 %.
26
132
27
132
( Hamalik, 2008).
Keterangan
Siswa Melakukan salah satu jenis aktivitas deberi 1 turus.
Nilai yang diperoleh adalah, x = jumlah skor yang diperolehjumlah skor
maksimal x 100.
Kriteria aktivitas diambil dari kriteria berfikir kreatif sebagai berikut:
siswa dikategorikan :
1. Sangat Aktif : 81,25 < x <= 100.
2. Aktif : 62,50 < x <= 81,25.
3. Kurang aktif : 43,75 < x <= 62,50.
4. Sangat kurang aktif : 25,00 < x <= 43,75.
Dengan x adalah nilai yang diperoleh (Tim Peneliti Program Pasca Sarjana
UNY, 2003-2004).
28
132
30
132
REFLEKSI SIKLUS 2
1. FASE 1 ORIENTASI MASALAH
33
132
melaksanakan tugas mereka agar lebih terarah. Yang lebih diharapkan adalah
munculnya ide-ide baru dalam mencapai tujuan belajar serta penguasaan
konsep secara lebih cepat.
Aspek kognitif
Maksimal 100
Tertinggi 83
Terendah 58
Rata-Rata 70,8
Ketuntasan Belajar
Klasikal 54,8 Tuntas
35
132
Psikomotor
8
3,3
Psiomotor Tinggi %
1
Psiomotor Cukup 4,3
Tinggi %
2,4
Psikomotor Rendah %
Avektif
Rata-Rata 90,7
Kategori Baik 88%
Kategori Cukup Baik 12%
Kategori Kurang Baik 0%
Aktivitas
0,0
Sangat Aktif(Sa) %
28,6
Aktif(A) %
38,1
Kurang Aktif(Ka) %
Sangat Kurang 23,8
Aktif(Ska) %
9,5
Pasif %
36