Anda di halaman 1dari 27

1.

ARSITEKTUR POST MODERN TEORI PENDAPAT BUDI SUKADA

Dua ciri pokok Arsitektur Post-Modern adalah anti rasional dan neosculptural, berbeda dengan Arsitektur Modern yang rasional dan fungsional. Ciri-ciri bangunan yang sculptural sangat menonjol karena dihiasi dengan ornamen-ornamen dari zaman Baroque dan Renaissance. Budi Sukada (1988) menyebutkan ada 10 ciri Arsitektur Post-Modern, yaitu : 1. Mengandung unsur-unsur komunikatif dan bersifat lokal atau populer 2. Membangkitkan kembali kenangan historic 3. Berkonteks urban 4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi 5. Bersifat representasional 6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentukan lain) 7. Dihasilkan dari partisipasi 8. Mencerminkan aspirasi umum 9. Bersifat plural 10. Bersifat eklektik

Untuk dapat dikategorikan sebagai Arsitektur Post-Modern tidak harus memenuhi kesepuluh ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang mempunyai enam atau tujuh ciri di atas sudah dapat dikategorikan ke dalam Arsitektur Post-Modern.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 1

2.

ARSITEKTUR HIGH TECH TEORI PENDAPAT CHARLES JENKS

Charles Jenks menyebutkan ada 6 hal penting yang menjadi ciri dari arsitektur hi-tech, yaitu:

1. Inside-out (penampakan bagian luar-dalam)

Pada bangunan hi-tech, struktur, area servis dan utilitas dari suatu bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam bentuk ornamen ataupun sculpture.

2. Celebration of Process (keberhasilan suatu perencanaan) Hi-tech menekankan pada pemahaman konstruksinya, bagaimana, mengapa dan apa dari suatu bangunan. Di antaranya hubungan dari struktur, pemakuan, flanges, dan pipa-pipa salurannya, sehingga dapat dimengerti, baik oleh orang awam maupun para ilmuwan.

3. Transparancy, Layering, and Movement (transparan, pelapisan dan pergerakan) Bangunan hi-tech selalu menampilkan ketiga unsur ini semaksimal

mungkin. Karakter dari bangunan hi-tech dapat dilihat pada penggunaan yang lebih luas material kaca (transparan dan tembus cahaya), pelapisan pipa-pipa jaringan utilitas (layering), alat transportasi bangunan seperti tangga, eskalator atau lift (movement).

Teori Perkembangan Arsitektur II | 2

4. Flat Bright Colouring (pewarnaan yang menyala dan merata) Warna cerah yang digunakan dalam bangunan hi-tech memiliki makna asosiatif, di samping dari segi fungsionalnya untuk membedakan jenis struktur dan utilitas bangunan. Warna kuning, merah, biru yang cerah merupakan warna dari mesin-mesin industri, mobil, kapal, traktor, dan benda-benda teknologi masa sekarang. Warna-warna ini kemudian diasosiasikan sebagai suatu elemen yang membatasi masa sekarang dan masa depan terhadap masa lalu.

5. A Lightweight Filigree of Tensile Member (baja-baja tipis sebagai penguat) Baja-baja tipis yang bersilangan diibaratkan sebagai kolom Doric bagi high tech, dilihat dari penampakan dan penyusunannya. Pengekspresian dan pengaplikasian menurut hierarki yang menjadikan kejelasan dari bagian-bagian tersebut. Landasan pemikiran yang luas pada kreasi adalah dalam pembentukan elemen yang mudah dan logis, mudah

penyimpanannya serta mudah pemasangannya.

6. Optimistic Confidence in Scientific Culture (optimis terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi) Penggunaan hi-tech merupakan harapan di masa yang akan datang, meliputi penggunaan material, warna dan penemuan-penemuan baru lainnya.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 3

3.

SIMBIOSIS DARI KHISO KUROKAWA

Mikrokosmos sebagai pencerminan dari makrokosmos dijabarkan pula oleh Kisho Kurokawa. Kurokawa menyatakan bahwa arsitektur menjelang dan awal abad ke 21 berada dalam periode Age of Life di mana proses kehidupan : metabolisme, metamorfosis dan simbiosis dapat dicerminkan dalam perwujudan arsitektur. Kita ketahui

Kurokawa merupakan salah satu pencetus gerakan Arsitektur Metabolis di tahun 1960-an.

In the age of life, it is the very plurality of life that possesses a superior and rich worth. The rising interest in the environment and the new importance given ecology aim at preserving the diversity of life.

Life is the creation of meaning. The life of the individual and the diversity each species possesses is linked to the diversity of all of the different human cultures, languages, traditions, and arts that exist on the earth. In the coming age, the machine-age ideal of universality will be exchanged for a symbiosis of different cultures.

Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail dalam bukunya Intercultural Architecture The Philosophy

Teori Perkembangan Arsitektur II | 4

of Symbiosis (1991). Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Seperti dikatakan Jencks (sebagai pembuka tulisan), arsitektur simbiosis merupakan konsep both-and, mix and match dan bersifat inklusif. Kurokawa mengadaptasi sain kontemporer (the non-linear, fractal, dll.) pun mengambil hikmah dari pemikiran Claude Levi Strauss berkait dengan pernyataan bahwa tiap tempat, wilayah, budaya punya autonomous value dan memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda. Dengan demikian mengakomodir keragaman adalah suatu keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan karakter wilayah, budaya dll. Simbiosis diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan, merupakan intercultural, hybrid architecture. Dalam karyanya pemukiman di Al-Sarir, Libya 1979 84 (1991, 93 94) Kurokawa memadukan teknologi baru dengan alam padang pasir, antara lain dengan memanfaatkan bahan dasar bangunan sandbricks, dipadukan dengan materi prefabrikasi untuk bahan atap, juga pengaturan sirkulasi udara, dll. Tiap lay out dan desain diupayakan memenuhi keinginan tiap penghuni sehingga tiap rumah memiliki bentuk yang berbeda walau dengan bahan dan struktur yang sama.

Merupakan perpaduan struktur geometric hasil teknologi dengan bentuk kubah sebagai simbol tradisi Islam (dalam bentuk hyperbolic paraboloid shell) juga area hijau seperti penerapan taman dalam airport serta lansekap hutan tropik

Kondisi alam yang semakin tidak pasti di jaman konseptual dan high touch seperti sekarang menjadikan pemikiran desain mengarah pada

Teori Perkembangan Arsitektur II | 5

kebijakan dalam mengolah alam, sustainable construction, eko desain. Konsep simbiosis Kurokawa, uraian Mangunwijaya dalam Wastu Citra, pemikiran Green Architecture Jencks dan Broadbent (pada

perkembangan terakhir Broadbent pun terlibat pada pemikiran Green Architecture) secara jelas dan komprehensif menyoroti masalah tersebut. Benang merah dari ciri pemikiran Broadbent, Jencks, Mangunwijaya dan Kurokawa (selain mampu memberi gambaran lebih luas, menyeluruh dan multidimensi tentang estetika bentuk dan proses desain pada umumnya) adalah kemampuan berpikir metaforis. Bagi saya hal ini yang mampu menjadikan pemikiran-pemikiran keempat tokoh ini fenomenal, memiliki visi masa depan dan memenangkan benak saya sebagai penikmat pemikiran sekaligus merupakan pengalaman estetis. Seperti juga kata Twyla Tharp yang dikutip oleh Daniel H. Pink dalam bukunya Misteri Otak Kanan (judul asli adalah A Whole New Mind 2007), metafor adalah kekuatan yang vital dan pemberi hidup dari semua seni. Selanjutnya Pink menguraikan (2007 : 182 -188)

Proses pemikiran manusia pada umumnya adalah metaforis utuh yang disebut oleh sebagian saintis kognotif sebagai rasionalitas imajinatif menjadi bernilai.

Pemikiran metaforis dapat membantu kita tuk memahami orang lain dan diri kita,

juga menyadari makna. Imajinasi metaforis penting untuk menempa hubungan hubungan empatik dan mengkomunikasikan pengalamanpengalaman.

Era konseptual juga menuntut kemampuan untuk memahami suatu hubungan diantara hubungan-hubungan, atau dikenal pula dengan

Teori Perkembangan Arsitektur II | 6

istilah pemikiran sistem, pemikiran struktur, pemikiran holistik ataupun melihat keseluruhan perspektif.

Pengenalan

pola,

pemikiran

keseluruhan

perspektif

dengan

bergantung pada penalaran kontekstual yang intuitif memungkinkan para pemimpin untuk memilih kecenderungan-kecenderungan yang bermakna dari campuran informasi di sekitarnya dan berpikir secara strategis jauh ke masa depan.

Saat menelaah proses berpikir metaforis arsitek-arsitek tersebut kita akan menemukan bahwa beragam teori yang dijabarkan punya value. Dalam hal ini value mengarah pada kemampuan membentuk pola pikir kita menjadi lebih menyeluruh dan integral, sekaligus juga membangun kesadaran akan kompleksitas dan konteks permasalahan desain sesuai tuntutan kondisi jaman.

Kekuatan pemikiran desain (yang memberi pula perspektif baru tentang estetika bentuk) ditunjang oleh perwujudan nyata dalam karya oleh arsitek pemikir seperti Mangunwijaya, Jencks, Kurokawa, dkk. menunjukkan bahwa keseimbangan otak kiri dan kanan yang menentukan kekuatan logika, intuisi dan kreativitas kita sungguh penting dalam mendesain. Pada akhirnya membangun perenungan kita untuk berupaya lebih bijak menyikapi beragam permasalahan desain yang semakin kompleks dan tidak pasti.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 7

4.

RICHARD MEIER

Richard Meier lahir di Newark, New Jersey pada tahun 1934. Setelah menamatkan pendidikan arsitektur di Cornell University, Richard Meier bekerja dengan beberapa arsitek, antara lain SOM (Skidmore, Owings, and Merril) dan Marcel Breuer. Barulah pada tahun 1963, Richard Meier mendirikan biro arsiteknya sendiri.

Karya-karya Richard Meier meliputi perumahan dan rumah tinggal, museum, rumah sakit, dan fasilitas-fasilitas berteknologi tinggi, serta bangunan komersial lainnya. Beberapa karya Richard Meier yang terkenal antara lain High Museum di Atlanta, Frankfurt Museum for Decorative Arts di Jerman,

Teori Perkembangan Arsitektur II | 8

Canal+ Television Headwuarters di Paris, Hartford Seminary di connecticut, The Atheneun di New Harmony-Indiana, dan the Bronx Development Center di New York. Yang mengagumkan, semua karya di atas telah menerima National Honor Awards dari American Institute of Architects (AIA).

Pada tahun 1984, Richard Meier menerima penghargaan the Pritzker Architecture Prize, yang sering dianggap sebagai penghargaan tertinggi dan setara dengan Penghargaan Nobel. Pada tahun yang sama, Richard Meier menjadi arsitek terpilih untuk mendisain Getty Center di Los Angeles, California.

Ada tiga konsep yang paling sering dimanfaatkan oleh Richard Meier, yaitu Cahaya, Warna, dan Tempat. Disain arsitekturnya memperlihatkan jernih dan

bagaimana bentuk geometry sederhana, lapisan-lapisan ruang, dan efek cahaya dan bayangan, menghasilkan ruang yang

berkesinambungan. Salah satu pemikiran terpenting Richard Meier dalam dunia arsitektur adalah teminology placeness: What is it that makes a space a place.

Pemilihan material dalam disain arsitektur Richard Meier seringkali sangat kompleks dan tidak typikal. Walaupun struktur bangunannya sangat jelas, seringkali denahnya cukup rumit dan sangat kaya tekstur. Permainan volume dan proporsi, tertuang dalam susunan teras-teras dan balkon, ramp yang mengalir, galeri-galeri, arkade, dan tangga-tangga. Satu hal yang dapat disimpulkan dari Richard Meier, yaitu adanya tiga kunci penting dalam disain arsitektur yang baik: interaksi, konsistensi, dan unity. Menurutnya, kualitas arsitektur terjadi ketika arsitektur dapat digunakan dalam rentang waktu yang lama, yang menua secara alami, original, berkesinambungan, dan mudah digunakan.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 9

5.

ARSITEKTUR ORGANIK DARI FRANK LLOYD WRIGHT

Wright lebih dikenal sebagai arsitek organic, suatu arsitektur yang dihasilkan murni dari konteks alami. Dan yang paling penting adalah hubungan antara tapak dan bangunan dipengaruhi oleh pakat furniture dan arsitek amerika Gustav Stickley serta kebutuhan pelanggan. Prinsip-prinsip dari gaya arsitektur organik :

1.

Kesederhanaan dan ketenangan Prinsip ini berada dibelakang seni. Keterbukaan harus dimasukan kedalam struktur menjadi bentuk yang terpadu sehingga menjadi jenis dekorasi yang alami dan tenang. Detail dan dekorasi dikurangi dan bahkan fixtures,gambar dan mebel dalam struktur harus diintegrasikan.

2.

Ada banyak gaya rumah Prinsip ini memungkinkan ekspresi dari kepribadian masing-masing klien,walaupun rancangan wright selalu memberikan kontribusi yang signifikan.

3.

Korelasi alam,topografi dengan arsitektur Sebuah bangunan yang didirikan harus selaras dengan lingkungan di sekitarnya.

4.

Warna alam Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan harus selaras dengan warna alam.

5.

Sifat bahan Kayu harus seperti kayu dan batu bata harus seperti batu bata,warna dan tekstur mereka tidak boleh berubah.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 10

6.

Integritas rohani dalam arsitektur Wright percaya bawah kualitas bangunan harus sejalan dengan kualitas manusia. Artinya bangunan harus memberikan sukacita dan suasana yang layak bagi penghuni. Hal ini menurutnya lebih penting dari banyak gaya.

Dalam proses perancangan Wright memfokuskan perhatian mulai dari hal yang besar sampai kepada rincian yang terkecil (termasuk detail furniture luar dan dalam,misalnya (perabot,karpet,jendela,pintu,meja,kursi,lampu

hias,elemen perabot dll).Dia adalah seorang arsitek yang berpandangan bawah rancangan, pembuatan dan tujuan serta furniture dan benda-benda yang dipergunakan dalam bangunan adalah satu kesatuan dalam seluruh desain. Dalam mendesain rumah gaya Prairie ia menggunakan tema yang dikoordinasikan dengan elemen bangunan (biasanya berdasarkan bentuk tanaman) yang diulang dalam jendela,karpet dan perlengkapan lainnya). Ia selalu membuat inovasi baru dalam rancangannya. Seperti penggunaan bahan bangunan baru yang dibuat di pabrik : blok beton,kaca,batu bata dan seng cames untuk pencahayaan di jendela.

Wright juga merupakan salah satu arsitek yang merancang dan memasang listrik untuk pencahayan benda-benda, termasuk penggunaan lampu lantai yang menggunakan kap bulat (yang sebelumnya tidak dimungkinkan karena pembaasan Sebagai konsekwensi pencahayaan dari kemajuan fisik karirnya,Wright gas). menggunakan

mekanisasi dari industri kaca. Alasannya karena kaca sangat cocok dengan filosofi arsitektur organiknya, dan kaca dapat membuat orang melihat keluar rumah dan elemennya tetap terlindung. Pada tahun 1928, Wright menulis karangan yang berisi tentang perbandingan atau persamaan kaca dengan alam : termasuk danau,sungai dan kolam. Salah satu karya awal Wright yang menggunakan kaca adalah String Panes.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 11

Dengan memanfaatkan kaca,maka Wright berusaha untuk mencapai keseimbangan antara keringanan dari kaca dan kesolidan dinding yang kelar kesolidan dinding yang keras.

Wright juga merupakan seorang yang menggunakan arsitektur guna mengatasi masalah di jamannya. Contohnya pada akhir abad ke-20 ketika pembantunya banyak yang malas atau absen dari pekerjaannya, maka Wright membangun rumah dengan rencana yang lebih terbuka sehingga ia dengan mudah dapat mengawasi pembantu yang bekerja.

Salah satu rancangan wright yang unik untuk rumah adalah tempat yang disediakan buat tamu. Karena menurutnya, selain sebagai property, agar tamu bisa menikmati keberadaan mereka, juga sebagai sarana agar para tamu yang datang tetap ingin tinggal disitu walaupun hanya satu atau dua malam. Contohnya rumah Louis Penfield di Ohio,rumah Haynes di Indiana,rumah Bernard Schwarts di Wisconsin,dan lain-lain.

Wright paling umum dikenal sebagai arsitektur organik, tetapi juga dikenal sebagai seorang pemimpin dan pendiri dari gerakan arsitektur gaya Prairie dan sekolahnya, dan juga sebagai orang yang mengembangkan konsep rumah Usonian.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 12

6.

ARSITEKTUR ISLAM DARI ACHMAD NOEMAN

Menurut Acmad Noeman, Arsitektur yang islami Adalah Arsitektur yang berlandaskan pada Al-quran dan As-sunnah....Acmad Noeman adalah seorang Arsitek yang berlatar belakang pendidikan Arsitektur Praktik.. Dalam berkarya beliau selalu berusaha memasukkan nilainilai Islam kedalam desainnya. Hal tersebut dimaksudkan beliau agar karya-karyanya lebih bermakna dan dapat dipertangung jawabkan dihadapan Tuhan kelak. Acmad Noeman, sebagai seorang Arsitek, banyak tertarik dengan ajaran-ajaran agama Islam, terutama pada kedua landasan agama itu yaitu Al-quran dan As-sunnah. sedangkan orang yang cukup berpengaruh pada kehidupannya adalah Muhammad SAW. Khusus pada bidang arsitek Acmad Noeman mengagumi Lee Corbusier, Miss Van de Rohe, teori-teori Beahus, karena semua itu tidak bertubrukan dengan nilai-nilai islami yang mengajarkan agar tidak menciptakan sesuatu yang berlebih-lebihan. Nilai-nilai islam banyak mempengaruhi manifestasinya dalam berpraktek di dunia arsitektur.Salah satu Manifesto Acmad Noeman adalah Arsitektur yang islami Adalah Arsitektur berlandaskan pada Al-quran dan As-sunnah.

Lingkungan binaan tempat seorang arsitek tumbuh dan berkembang,

Teori Perkembangan Arsitektur II | 13

baik secara langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi sikap dan pemikirannya. Terdapat beberapa hal yang membentuk konteks pemahaman seorang arsitek dalam melakukan pendekatan terhadap desain. Misalnya masa lalu yang kering dengan agama menyebabkan Acmad Noeman ingin menerapkannya baik didalam kehidupan sehari-hari dan dalam praktik arsitektur. Sebagai seorang muslim Acmad Noeman berusaha menjadi seorang arsitek agar bisa membela agamanya dalam bidang arsitektur. Berbekal pengalaman di masa mudanya yang sering menyaksikan dan mendampingi ayahnya dalam membangun masjid dan sekolah Madrasah Acmad Noeman inilah yang membuat dirinya sedikit banyak mengenal bangunanbangunan yang diperuntukan untuk ibadah dan belajar. Dalam berkarya arsitektur, Acmad noeman berusaha memasukk an nilai-nilai yang terkandung pada Al-quran dan As-sunnah dan mengimplementasikan pada obyek atau sebuah karya yang berbeda dengan menyesuaikan kebutuhan yang harus dipenuhi pada masingmasing obyek itu. Menurut Acmad Noeman Arsitektur islami bukan hanya berbicara pada bentuk-bentuk lengkung dan atap kubah karena hal ini tidak berdasar pada Al-quran dan As-sunnah. Dua landasan ini selalu dibawa oleh Acmad Noeman pada karya -karyanya. Tanpa membedakan rancangan yang akan dihasilkannya. Baik itu Masjid sebagai tempat peribadatan atau rumah sebagai tempat tinggal dan juga bangunan-bangunan lain. Dengan dua landasan pada islam ini yang membedakan karya-karya beliau antara arsitektur yang islami dan yang tidak islami. dengan tujuan untuk bisa mengapresiasi secara lebih tinggi, dan di dalam prosesnya elemen Al-quran dan As-sunnah diangkat dan dimasukan ke dalam proses desain sejak awal pembentukan konsep bangunan.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 14

Acmad Noeman menyebutkan bahwa ber-arsitektur bukan hanya berpikir bagaimana menghasilkan sebuah karya rancangan agar terbangun, tapi lebih memikirkan bagaiman berkarya yang semuanya diniatkan untuk Tuhan, tanpa harus mengesampingkan kebutuhan dan keinginan Klien. Beliau selalu mencoba mengajarkan nilai-nilai islami atau dengan kata lain berdakwah pada rancangan-

rancangannya, Dengan menghadirkan apa yang ada pada kedua landasan islam itu sendiri.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 15

7.

YUSWADI SALIYA

Konsep Architype [1] Yuswadi Saliya adalah pendekatan desain secara geometris. Selain itu ada faktor lain dalam pendekatan desainnya, yaitu bentuk topografi tapak, riwayat tempat tersebut yang berkaitan dengan sejarahnya, serta respon terhadap lingkungan sekitarnya dan dalill-dalil dari teori arsitektur modern.

Langkah awal mendesain adalah dengan membaca bentuk tapaknya. Menurut pengakuan beliau bila tidak mengetahui bentuk tapaknya, akan sukar untuk dapat mendesain, kecuali merancang sebuah

bangunan yang desainnya mengacu kepada salah satu bentuk tipologi bangunan dan dapat diletakkan di banyak tempat. Menurutnya setiap bentuk tapak mempunyai anatomi yang khas, seperti dimana letak tulang punggungnya (garis sumbu imajinernya), dimana sendisendinya. Setelah peta itu dapat dibaca sumbunya bagaimana, kemudian dapat ditetapkan bagaimana hirarki, orientasi, dan

sebagainya. Dari informasi yang terdapat pada peta tersebut. Lalu dari orientasi yang ada sumbu tadi dikoreksi kembali. Langkah selanjutnya adalah meresponnya terhadap riwayat dan kondisi lingkungan sekitarnya, baru kemudian Beliau dengan cepat dapat menarik-narik garis yang membentuk geometri sesuai dengan bentuk dan orientasi tapak tersebut.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 16

Setiap tempat mempunyai orientasi yang berbeda tergantung dari kondisi topografinya. Dalam menarik garis-garis pembentuk geometris ada dalil-dalil dan tuntutan-tuntutan, sehingga mempunyai alasan, seperti bila membuat bentuk kurva, apa pegangannya. Menurut beilau bahasa geometri ada aturan-aturannya ada istilah geometri thinking (berpikir geometris). Bisa dibayangkan, seperti ada suatu pola-pola perulangan, pola-pola yang konsisten dalam skala, dalam volumetri, dll. Untuk pengolahan tampak bangunan, beliau menggunakan aturanaturan dari teori arsitektur modern seperti komposisi, keseimbangan, proporsi, perbandingan golden section, dll. Sedikit banyaknya rumusan teknis modernis tadi beliau gunakan yang menurutnya belum ada tandingannya apalagi dibandingkan dengan rumusan postmodern yang dinilainya masih liar. Kemudian dalam memberikan unsur estetika dan warna menurutnya semua orang akan setuju atau mempunyai persepsi yang sama bila penjabarannya menggunakan teori arsitektur modern. Tanpa mengikuti itu beliau tidak dapat menjelaskan desainnya kepada orang lain, dan dari ketentuanketentuan tersebut beliau dapat menyiapkan kategorisasinya,

kemudian terdapat kronologisnya yang akhirnya dijadikan bentuk verbalnya sebagai bahan untuk menjelaskan kepada orang lain. Menurutnya agar mendapatkan kepuasan dalam mendesain, hasil desain itu harus bisa dibaca, kalau tidak bisa dibaca sepertinya hanya terjadi dengan kebetulan saja sehingga tidak bermakna.

Architype Biasanya para Arsitek dalam merancang sesuai dengan semangat dan visinya. Kemudian sikap dia terhadap arsitektur itu apa, sikap dia dalam proses merancang itu bagaimana. Apa yang disebut teori sebenarnya suatu generalisasi dari berbagai cara para arsitek, dari

Teori Perkembangan Arsitektur II | 17

pendekatan-pendekatan beberapa arsitek yang sifatnya umum. Seperti yang dikatakannya berikut ini. Pandangan seorang arsitek sangat tergantung kepada pandangan dia (jadi bisa subyektif). Misalnya pandangan geometri saya, itu karena saya senang geometri. Bagi saya Geometri adalah suatu bentuk bahasa yang mudah diolah. Jadi menterjemahkan suatu gagasan dengan geometri bagi saya dekat hubungannya, tidak terlalu jauh. Kemudian, bahwa bentuk geometri menjadi sifat utama arsitektur saya, adalah suatu kebetulan saja. Misalnya saya menjadi pelukis, karena saya suka geometri maka nantinya akan banyak bentuk geometri dalam lukisan saya.

Seperti teori Paul Gustav Jung dalam bukunya tentang Architype, bahwa architype hinggap di setiap orang dan dapat muncul dalam berbagai bentuk kehidupannya, baik dalam perilakunya,

kegemarannya terhadap lagu-lagu, pada warna, dll. Misalnya seseorang senang dengan warna merah, sebenarnya menurut teori Jung dapat ditelusuri kebelakang, dia pernah mengalami apa, pernah mempunyai alasan apa hingga menyukai warna merah. Architype-nya yang tua/purba didalam ingatan seseorang, kelihatannya sadar atau tidak, akan ada hubungannya (dengan kesenangannya, red.). Nilai rapor ilmu ukur bidang dan stereometri saya bagus-bagus, makanya saya dekat. Bahwa saya mendekati secara geometris karena itu Architype saya.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 18

8.

BASKORO TEDJO

Rumah harus mencerminkan karakter dari si pemakainya, dan karakter itu tidak boleh lebih dari satu, karena rumah harus mempunyai satu karakter tunggal bukan 2 atau lebih yang bisa menimbulkan konflik. Dalam setiap perancangan rumah tinggal, sebenarnya ada dua kemungkinan karakter kepribadian yang bisa dijadikan konteks desain, apakah dari owner atau dari sang arsiteknya. Namun demikian, sebaiknya karakter owner adalah yang paling utama sebab sang owner inilah yang nantinya banyak menghabiskan waktunya dirumah tersebut.

Karakter sang arsitek bisa dimasukkan apabila karakter dari owner tidak kelihatan, artinya bisa saja sang pemilik rumah menginginkan suatu karakter lain pada konsep huniannya. Sesuatu yang perlu diingat disini adalah apabila ada pemaksaan karakter dalam sebuah karya rumah tinggal bisa dipastikan bahwa konsep rumah itu akan mengalami kegagalan, konkretnya bisa dilihat dengan perubahan fungsi ruang yang berbeda dalam bangunan dengan konsep awal akibat ada pemaksaan karakter dari sang arsitek kepada owner. Seperti contoh pada bangunan minimalis, apabila dipaksakan pada

Teori Perkembangan Arsitektur II | 19

sebuah rumah dengan karakter penghuni yang bukan minimalis maka fungsinya akan berubah, misalnya dengan penempatan barang yang sembarangan dari sang pemilik dalam kesehariannya (red: bisa ancur menurut Baskoro Tedjo).

Fungsi dari arsitek sendiri dalam perancangan rumah tinggal adalah memberi karakter rumah tersebut sesuai dengan karakter pemiliknya, supaya bisa tampil lebih gaya. Caranya adalah dengan membaca kepribadian owner secara keseluruhan. Dengan menggunakan teori spasial order, maka karakter hunian dari sang pemakai harus mendapat perhatian lebih dan bersifat tetap serta tidak boleh dirubah.

Kebudayaan juga merupakan elemen penting yang harus menjadi pertimbangan dalam merancang selain site. Karakteristik arsitektur yang unik muncul salah satunya dengan menggunakan pendekatan budaya dan mengetahui kekuatan dari site. Metode desain yang dipakai oleh Baskoro Tedjo dalam setiap perancangannya adalah dengan menggunakan kekuatan kedua elemen ini.

Arsitektur selalu berawal dari site. Itulah yang menjadi keyakinan Baskoro Tedjo dalam desainnya. Lingkungan sekitar (environment) baik didalam site maupun diluar site sangat berpengaruh dalam setiap rancangannya. Korelasi antara site dan budaya menghasilkan aliran yang menurut dia disebut dengan Contemporary Traditional.

Manifesto pada Fungsi Bangunan Publik Bangunan publik harus menjadi ikon...

Ikon yang dimaksud disini bukanlah iconic building seperti karyakarya arsitektur avant garde. Ikon yang dimaksud disini lebih pada

Teori Perkembangan Arsitektur II | 20

ikon dalam arti ketimuran. Artinya adalah bahwa ikon tidak harus berwujud fisik, akan tetapi ikon lebih pada sesuatu yang harus disukai, dihargai, dihormati (affective) dan dipakai serta melekat pada masyarakat. Jadi suatu ikon tidak harus berwujud suatu bentukan visual yang wah saja, akan tetapi harus menciptakan suatu attach atau keterikatan antara masyarakat dengan bangunan itu. Ikon bisa berwujud visual, historikal, emosional, intelektual, kontekstual, dan lain sebagainya.

Metodenya adalah tetap dengan bangunan harus mengikuti site, karena site sudah menentukan karakter awal bangunan. Metode ini sangat relevan mengingat Baskoro Tedjo banyak mendapat ilmu dari Jepang yang nota bene ciri arsitektural bangunan di Jepang sangat memperhatikan site beserta lingkungan sekitarnya sebagai elemen pendukung desain. Selain itu gaya contemporary traditional yang kerap dipakainya juga berkorelasi dengan penguasaan dia dalam environment behaviour. Sebuah pemahaman mengenai contemporary atau kontemporer disini adalah usaha untuk memaknai kembali (sebuah/sesuatu), sesuai dengan pemahaman dan kesejamanan yang berlaku saat ini (kekinian). Selain itu, pengaruh arsitek-arsitek Jepang idolanya seperti Tadao Ando, Kisho Kurokawa, dan Arata Isozaki juga ikut memberikan corak yang berbeda dalam setiap desainnya. Ketertarikan Baskoro Tedjo terhadap para arsitek Jepang tersebut, sedikit banyak juga telah mempengaruhi manifestonya dalam di dunia keprofesionalannya.

Makna dari arsitektur bisa sangat sempit, luas serta dapat berbedabeda, bergantung pada pendekatan perancangan yang dilakukan arsitek dalam merancang sebuah bangunan. Berbagai konteks arsitektur memang mengharuskan mengacu kepada aspek keindahan (secara visual). Aspek keindahan dalam konteks arsitektur ini

Teori Perkembangan Arsitektur II | 21

biasanya diupayakan sejalan dengan fungsi ruang. Salah satu contohnya dapat dilihat pada proyek Rumah Andonowati yang karyanya berkaitan sebagai sebuah fungsi rumah tinggal dan bangunan publik (red: privat yang di publikkan) pada Selasar Sunaryo Art Space sebagai fungsi art & cultural center. Lokasi site bangunan yang sama-sama berada di atas bukit Dago ini mempengaruhi bentuk bangunan yang harus dipertimbangkan secara arif oleh Baskoro selaku arsitek.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 22

9.

M. RIDWAN KAMIL

. Ada 4 teori yang selalu dipakai oleh Ridwan Kamil dalam merancang :

1. Teori Analogi. Dalam merancang sebuah ruang diperlukan nilainilai, simbol yang merupakan analogi dari bangunan tersebut. Dengan merespon terhadap konteks yang ada, mencari sesuatu yang unik dari poyek yang ada. Dengan analogi bisa membuka cakrawala kemungkinan-kemungkinan bentuk yang baru.

2. Teori Folding. Rancangan suatu ruang bisa dihasilkan dari proses melipat. Membuat proses membentuk dengan melipat sebelum membuat denah bangunan.

3. Green Architecture

Teori Perkembangan Arsitektur II | 23

4. Creating Programming, Isi dari suatu ruang atau lay out dari sebuah ruang menjadi expresi luar dari bangunan

M. Ridwan Kamil termasuk tipe arsitek Non Signature Architect dimana dalam merancang/ mendesain, desainnya tidak dapat ditebak karena stylenya berubah-ubah. Menurut M. Ridwan Kamil, teori arsitektur selalu menjadi dasar bagi rancangan karya arsitekturnya karena dengan adanya dasar teori, karya arsitektur yang dihasilkan memiliki nilai lebih tinggi. M. Ridwan Kamil hampir selalu menggunakan dasar analogi dalam beberapa karyanya. Baginya analogi merupakan suatu cara menghubungkan karya arsitektur dengan konteksnya. D engan dasar analogi konteks bisa berarti budaya, spirit, ciri khas, sampai philosofi. Dengan dasar analogi juga akan membuat argumentasi desain bisa dipahami oleh klien, membuat kita sebagai arsitek tertantang mencari cara baru dalam menginterpretasikan sebuah desain. Bagi M. Ridwan Kamil semua projet harus ada ceritanya. Dengan adanya analogi akan membuat sebuah cerita bagi project tersebut.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 24

10. ARSITEKTUR HIJAU DARI BUDI PRADONO

Green

dapat

diinterpretasikan

sebagai

sustainable

(berkelanjutan),

earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.

Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi 'green'

Teori Perkembangan Arsitektur II | 25

tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.

Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.

Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.

Budi Pradono menjelaskan tentang konsep 'green' dalam rancangannya melalui contoh, misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Pada 'K-house' yang dirancangnya untuk rumah mungil dengan 3 orang penghuni dan 5 ekor anjing, konsep arsitektur hijau diterapkan pada rancangan desain yang dibuat agar anjing-anjing tidak mudah lepas dan

Teori Perkembangan Arsitektur II | 26

mengganggu tetangganya. Rumah ini mengetengahkan konsep rumah 'kandang' dengan jeruji-jeruji besinya, yang didesain dengan artistik sehingga menghilangkan kesan kandang dan menimbulkan artikulasi arsitektur baru dengan estetika yang unik.

Ahmett Salina Studio di Jakarta Selatan adalah salah satu rancangan dimana open space ditambahkan agar ruang hijau didepan bangunan lebih luas dan dapat digunakan bersama dengan tetangga-tetangganya. Rumah ini juga 'menggunakan dinding tetangga' untuk penghematan resource, serta memanfaatkan elemen bambu untuk secondary skin yang dapat menetralisir panas matahari.

AA house di Cipinang, Jakarta Timur dikonsep dengan keleluasaan ruangruang untuk saling overlap satu sama lainnya. Ruang tamu dan musholla dapat dibuka dan mencairkan ruang lebih luas. Roof garden dibuat pada tiap lantai hingga atapnya.

Dari konsep-konsep desain tersebut, terdapat upaya Budi Pradono untuk menghadirkan 'green design' dalam rancangan arsitekturnya, dimana letak 'green' pada tiap bangunan bisa berbeda sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada.

Teori Perkembangan Arsitektur II | 27

Anda mungkin juga menyukai