Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr% 2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr% 3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr% 4. Berat Hb < 6,00 gr% Klasifikasi Anemia Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi : Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%) Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%) Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%) Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%) Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria. Anemia Lain Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah : 1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr% 2. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr% 3. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr% 4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr% 2.4.6 Komplikasi Anemia Dalam Kehamilan Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin, sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut : Bahaya Pada Trimester I Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran. Bahaya Pada Trimester II
Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu. Bahaya Saat Persalinan Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008). Kebutuhan Tablet Besi Pada Kehamilan Kebutuhan tablet besi pada kehamilan menurut Jordan (2003), dijelaskan bahwa : Pada kehamilan dengan janin tunggal kebutuhan zat besi terdiri dari : 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta, 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan. Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 440-1050 mg dan 580-1340 mg dimana kebutuhan tersebut akan hilang 200 mg (Walsh V, 2007) melalui ekskresi kulit, usus, urinarius. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 30,00-40,00 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan pada trimester terakhir, yaitu rata-rata 50,00 mg / hari pada akhir kehamilan menjadi 60,00 mg / hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar 6,00 sampai 9,00 mg / hari, ketersediaan ini bergantung pada cakupan diet. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorbsi. Penatalaksanaan Anemia Kehamilan Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut : Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.
Anemia Megaloblastik Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari, sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah. Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah. Anemia Hemolitik Pengobatan adalah tranfusi darah. Anemia Lain Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi. http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/04/klasifikasi-derajat-anemia-menurut-who.html
ANEMIA
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997).
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau diagnosis melainkan merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar perubahan patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
B. Etiologi Anemia
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b.
Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
c.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pusing Mudah berkunang-kunang Lesu Aktivitas kurang Rasa mengantuk Susah konsentrasi Cepat lelah
8. 9.
10. Telapak tangan pucat 11. Iritabilitas dan Anoreksia 12. Takikardia , murmur sistolik 13. Letargi, kebutuhan tidur meningkat 14. Purpura 15. Perdarahan Gejala khas masing-masing anemia: 1. 2. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisioensi besi Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik 3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
D. PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia viskositas darah menurun resistensi aliran darah perifer penurunan transport O2 ke jaringan hipoksia, pucat, lemah
A. Klasifikasi Anemia Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis: 1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi: a. Anemia aplastik Penyebab: agen neoplastik/sitoplastik terapi radiasi, antibiotic tertentu obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason benzene infeksi virus (khususnya hepatitis) Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi) Hambatan humoral/seluler Gangguan sel induk di sumsum tulang Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai Pansitopenia Anemia aplastik
Gejala-gejala: Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat. Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal Gejala-gejala: Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl Hematokrit turun 20-30%
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin c. Anemia pada penyakit kronis Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan d. Anemia defisiensi besi Penyebab: Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi Gangguan absorbsi (post gastrektomi) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.) gangguan eritropoesis Absorbsi besi dari usus kurang sel darah merah sedikit (jumlah kurang) sel darah merah miskin hemoglobin
Anemia defisiensi besi Gejala-gejalanya: Atropi papilla lidah Lidah pucat, merah, meradang Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
e. Anemia megaloblastik Penyebab: Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol. Sintesis DNA terganggu Gangguan maturasi inti sel darah merah Megaloblas (eritroblas yang besar) Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah: Pengaruh obat-obatan tertentu Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase Proses autoimun Reaksi transfusi Malaria Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit Antigesn pada eritrosit berubah Dianggap benda asing oleh tubuh sel darah merah dihancurkan oleh limposit Anemia hemolisis
b. Konsentrasi besi serum ------- menurun c. Saturasi transferin ------ menurun d. Konsentrasi feritin serum ---- menurun e. Hemoglobin menurun f. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi besi g. Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) ---menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat. h. Selama pengobatan jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif. i. Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat.
C. Penatalaksanaan Anemia
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2. Anemia pada penyakit ginjal o Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat o Ketersediaan eritropoetin rekombinan 3. Anemia pada penyakit kronis o Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 4. Anemia pada defisiensi besi Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5. Anemia megaloblastik o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi. 6. Anemia pasca perdarahan ;
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik ;
D. MASALAH KEPERAWATAN
a. b. c. d. e.
Inefektif perfusi jaringan Intoleransi Aktifitas Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Kelelahan/ fatigue Risiko infeksi
1. MASALAH KOLABORASI
a. PK Anemi
b. PK : Trombositopenia
F.
KOMPLIKASI ANEMIA
1. Gagal jantung
2. Kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa terbakar , Kesemutan )
RENPRA ANEMIA
No 1
Intervensi
jaringan 1. Monitor tenda-tanda vital setelah tindakan 2. Atur posisi dengan kepala datar atau tubuh lebih rendah 3. Hindari pergerakan yang berlebihan terhadap
Kriteria Hasil :
Kulit tidak pucat,tanda 4. Awasi kesadaran dan tanda-tanda vital dalam batas penurunan kesadaran normal, nilai Hb dan eritrosit dalam 5. Manajemen terapi tranfusi sesuai terapi rentang normal 6. Pemberian O2 pernasal sesuai program 7. Monitoring keefektifan suplai O2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplay oksigen ke susunan saraf pusat.
Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 3x24 jam klien dapat meningkatkan toleransi aktivitas dengan kriteria : - Bebas dari kelelahan setelah beraktivitas
3. Latih ROM bila keadaan klien memungkinkan - Keseimbangan kebutuhan aktivitas dan istirahat - Adanya peningkatan beraktivitas toleransi aktivitas 4. Ajarkan klien teknih penghematan energi untuk
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual; muntah; anoreksia.
Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien 2. terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan 3. kriteria hasil : 4. - Intake nutrisi adekuat. 5. - Mual, muntah, anoreksi hilang 6. - Bebas dari tandatanda malnutrisi. - Tidak terjadi penurunan BB 7.
Kaji status nutrisi pasien kaji masukan selama perawatan per shift Kaji terhadap ketidaknyamanan (mual,muntah) Beri makanan dalam kondisi hangat,porsi kecil tapi sering Motivasi anak untuk menghabiskan makanan dengan melibatkan orang tua. Lakukan oral hygene
Kolaborasi dengan ahli gizi akan kebutuhan kalori, protein dan cairan sesuai ndengan penyakit, usia dan kebutuhan metabolisme
Konservasi energi
Monitor intake nutrisi adekuat. Monitor tanda vital dan respon klien (wajah pucat, konjunctiva). Tentukan kativitas yang mampu dilakukan klien sesuai dengan petunjuk dokter. Ajarkan mobilisasi bertahap dan peningkatan aktivitas fisik yang sesuai Dorong kemandirian klien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam , kelelahan dapat teratasi dengan keriteria hasil : klien menunjukkan peningkatan aktivitas bertahap klien tidak tampak lelah. TTV dbn. Aktivitas klien berjalan normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi dengan
kriteria : - Tidak terdapat tanda-tanda infeksi. - Vital sign dalam batas Normal
Monitor hasil laboratorium (angka lekosit dan differensial) Lakukan teknik aseptik dan septik setiap melakukan tindakan pada klien. Observasi pada daerah / tempat pemasangan infus, kateter Ajarkan pada klien dan keluarga tentang cara pencegahan infeksi serta tanda-tanda terjadinya infeksi Kolaborasi pemberian antibiotika
PK : Trombositopenia
Perawat diharapkan dapat meminimalkan komplikasi dari adanya trombositopenia dengan kriteria : - Trombosi dalam keadaan normal (350-450 rb/mmk)
Observasi keadaan umum Klien Monitor hasil laboratorium (angka trombosit) Observasi adanya tanda-tanda perdarahan Kolaborasi pemberian tranfusi trombosit
http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=76:anemia&catid=38:ppni-akcategory&Itemid=66 Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia dan pafofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menurun (Arisman, 2008).
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas bahkan lemah jantung (Zarianis, 2006). Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Gejala lemah, letih, lesu, lelah, lunglai atau yang biasa disebut 5L juga merupakan salah satu gejala
Anemia. Gejala yang lain adalah mata berkunang-kunang, berkurangnya daya konsentrasi dan menurunnya daya tahan tubuh (Wikipedia, 2007).
Gejala awal anemia kurang zat besi adalah keluhan badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, pandangan sering berkunang-kunang terutama dari keadaan duduk kemudian berdiri. Tanda lainnya adalah kelopak mata, wajah, ujung jari dan bibir biasanya tampak pucat (Syafitri, 2008) .
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Etiologi Anemia
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat Akut (mendadak) Kecelakaan Pembedahan Persalinan Pecah pembuluh darah Penyakit Kronik (menahun) Perdarahan hidung Wasir (hemoroid) Ulkus peptikum Kanker atau polip di saluran pencernaan Tumor ginjal atau kandung kemih Perdarahan menstruasi yang sangat banyak Berkurangnya pembentukan sel darah merah Kekurangan zat besi Kekurangan vitamin B12 Kekurangan asam folat Kekurangan vitamin C Penyakit kronik Meningkatnya penghancuran sel darah merah Pembesaran limpa Kerusakan mekanik pada sel darah merah Reaksi autoimun terhadap sel darah merah Hemoglobinuria nokturnal paroksismal Sferositosis herediter Elliptositosis herediter Kekurangan G6PD Penyakit sel sabit Penyakit hemoglobin C Penyakit hemoglobin S-C Penyakit hemoglobin E Thalasemia (Burton, 1990).
Patofisiologi Anemia
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Manifestasi Klinis Anemia
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).
Komplikasi Anemia
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
Pemeriksaan Penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum : meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan Anemia
(untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) : 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12 3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1) Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2) Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP). 3) Integritas ego Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi. 4) Eleminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5) Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB). 6) Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). 7) Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8). Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9) Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). 10) Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)). 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. 4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. 5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist. 6. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat. 7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994) Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah : . 1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)). Tujuan : Infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. - meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam. Intervensi Keperawatan Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien. Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka. Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia. Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan. Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi) Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Intervensi Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai. Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi. Observasi dan catat masukkan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet. Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium. Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi. Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi. 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) - menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal. Intervensi Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot. Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri). Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol. 4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. Tujuan : peningkatan perfusi jaringan Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil. Intervensi Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan. 5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist. Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit. Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.
Intervensi Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi. Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak. Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur. Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler. Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun. Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan. Bantu untuk latihan rentang gerak. Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis. Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi) Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit. 6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat. Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat. Intervensi Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat. Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. Awasi intake dan output (makanan dan cairan). Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet. Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung. Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare. Hindari makanan yang membentuk gas. Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare. Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk. Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi. Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi.
Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi. Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi). Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. . 7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan. Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit. - mengidentifikasi factor penyebab. - Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup. Intervensi Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic. Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1) Infeksi tidak terjadi. 2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi. 3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. 4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit. 6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. 7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta. Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
http://nursingbegin.com/askep-anemia/
Tidak hanya untuk mereka yang ingin menurunkan berat badan, tetapi semua orang ternyata juga harus mengatur menu diet atau menu makanan sehari-harinya. Terlalu banyak makan dapat menyebabkan kelebihan berat badan, dan sebaliknya, terlalu sedikit makan dapat menyebabkan kekurangan gizi. Bagi yang sudah terlanjur memiliki berat badan berlebih, mereka harus menyusun menu dietnya agar tetap mencukupi kebutuhan metabolisme sehari-harinya, namun tidak menyebabkan penumpukan makanan berlebih dalam tubuh. Begitu juga sebaliknya bagi mereka yang kekurangan gizi.
Oleh karena itu, pengaturan menu diet sebaiknya diterapkan pada semua orang, dengan memperhatikan proporsi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh, sehingga seluruhnya berada dalam porsi yang seimbang. Lalu, bagaimana caranya mengatur sendiri menu diet Anda? Sebelumnya, mari menghitung kebutuhan kalori tubuh anda. Untuk menghitung kebutuhan kalori basal/KKB (kalori yang Anda butuhkan untuk kegiatan sehari-hari) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: LAKI-LAKI = 66,47 + (13.75 x BB) + (5 x TB) (6.76 x U) WANITA = 655,2 + (9.56 x BB) + (1.7 x TB) (4.77 x U) Keterangan: BB = Berat Badan ideal (kg) TB = Tinggi Badan (cm) U = Umur (tahun) Dengan perhitungan KKB seperti cara di atas, maka baik kelebihan maupun kekurangan berat badan dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan kalorinya untuk berat badan yang ideal. Selain itu, di Indonesia juga sering digunakan perhitungan Kebutuhan Kalori Basal yang lebih simpel, yaitu: KKB = 40 x (TB 100) Dengan faktor koreksi: Stress ringan (1) : 1.3 x KKB Stress sedang (2) : 1.5 x KKB Stress berat (3) : 2.0 x KKB Sementara itu, ada 2 cara sederhana menghitung berat badan ideal: Cara 1: BB ideal = (TB 100) (0.1 x (TB 100)) Cara 2: Menggunakan Body Mass Index(BMI)/Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pria
MENYUSUN MENU DIET ANDA Setelah mengetahui kebutuhan kalori, Anda dapat memulai menyusun menu diet Anda sesuai proporsi zat-zat makanan yang seimbang, yaitu:
Kalau Anda sudah menghitung jumlah kalori ideal untuk Anda, Anda dapat menghitung jumlah masing-masing kalori untuk karbohidrat, protein, dan lemak berdasarkan persentase di atas. Kemudian, jumlah kalori yang Anda dapatkan per jenis zat dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis makanan. Misalnya, untuk karbohidrat dapat diperoleh dengan mengkonsumsi nasi, kentang, makaroni, ataupun roti. Yang menyenangkan, setiap jenis makanan tersebut dapat diganti menjadi makanan lain dengan satuan penukar, sehingga Anda tidak bosan memakan jenis makanan yang itu-itu saja. Bahan makanan pada tiap golongan bernilai gizi hamper sama, oleh karena itu satu sama lain dapat salong menukar dan disebut satuan penukar. Berikut adalah contoh beberapa daftar satuan penukar yang digunakan. GOLONGAN I Sumber Karbohidrat 1 satuan penukar = 175 kalori, 4 g protein, 40 g karbohidrat. Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (g) Nasi 1 gelas 200 Roti putih 3 potong kecil 70 Singkong 1 potong 120 Kentang 2 buah sedang 210 Makaroni gelas 50 GOLONGAN II Sumber Protein Hewani 1. Rendah Lemak 1 satuan penukar = 50 kalori, 7 g protein, 2 g lemak.
Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (g) Ikan 1 potong sedang 40 Ayam tanpa kulit 1 potong sedang 40 Udang segar 5 ekor sedang 35 2. Lemak Sedang 1 satuan penukar = 75 kalori, 7 g protein, 5 g lemak. Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (g) Bakso 10 biji sedang 170 Daging kambing 1 potong sedang 40 Daging sapi 1 potong sedang 35 Telur ayam 1 butir 55 3. Tinggi Lemak 1 satuan penukar = 150 kalori, 7 g protein, 3 g lemak. Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (g) Ayam dengan kulit 1 potong sedang 55 Bebek 1 potong sedang 45 Sosis potong sedang 50 Daging babi 1 potong sedang 50 Kuning telur ayam 4 butir 45 GOLONGAN III Sumber Protein Nabati 1 satuan penukar = 75 kalori, 5 g protein, 3 g lemak, 7 g karbohidrat. Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat (g) Kacang hijau 2 sendok makan 20 Kacang kedelai 2 sendok makan 25 Tahu 1 biji besar 110 Tempe 2 potong sedang 50 Kacang tanah 2 sendok makan 15 Daftar lainnya dapat dilihat pada buku-buku Ilmu Gizi atau pada Referensi. Dengan menhitung jumlah kebutuhan kalori basal, Anda kini dapat menyusun sendiri menu yang anda inginkan sesuai dengan proporsi zat-zat makanan bagi tubuh. REFERENSI: http://www.fitnessandfreebies.com/fitness/foodex.html http:// health/public/heart/obesity/lose_wt/fd_exch.htm
http://www.info-sehat.com/ http://www.kalbe.co.id/cdk http://www.nhlbi.nih.gov/ http://rjthoughts.wordpress.com/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume / jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang. Manifestasi klinik yang timbul tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, umur individu, mekanisme kompensasi tubuh (seperti: peningkatan curah jantung dan pernapasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma, redistribusi aliran darah ke organ-organ vital), tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasari, parahnya anemia tersebut. Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian :
1. Anemia defisiensi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya.
2. Anemia aplastik
Anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
3. Anemia post hemoragik
Anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.
1. Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit talasemia, sickle cell anemia/hemoglobinopatia, sferosis kongenital, defisiensi Glucose-6-Phospate-Dehydrogenase (G6PD) atau bersifat ekstrasel seperti intoksikasi, malaria, inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah.
Tanda dan gejala yang sering timbul pada anemia adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala lain tergantung dari penyebab anemia seperti jaundice, urin berwarna hitam, mudah berdarah dan pembesaran lien. Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan sel darah merah secara lengkap, pemeriksaan kadar besi, elektroforesis hemoglobin dan biopsi sumsum tulang. Untuk penanganan anemia didasarkan dari penyakit yang menyebabkannya seperti jika karena defisiensi besi diberikan suplemen besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12 dapat diberikan suplemen asam folat dan vitamin B12, dapat juga dilakukan transfusi darah, splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang.
1.2 Tujuan Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, insidensi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, pengobatan, pencegahan dan kontrol, serta prognosis dari anemia pada anak. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia Defisiensi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya. Anemia defisiensi dapat diklasifikasikan menurut morfologi dan etiologi menjadi 3 bentuk: 2.1.1 Mikrositik Hipokrom Mikrositik berarti sel darah merah berukuran kecil dibawah ukuran normal (Mean Corpuscular Volume (MCV) <80 fL), hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) kurang). Hal ini menggambarkan defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik atau gangguan sintesis globin seperti pada penderita talasemia, dari semua itu defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia didunia. Anemia defisiensi besi merupakan penyakit yang sering pada bayi dan anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan pada wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar dari orang normal. Jumlah besi dalam badan orang dewasa adalah 4-5 gr sedang pada bayi 400 mg, yang terdiri dari : masa eritrosit 60 %, feritin dan hemosiderin 30 %, mioglobin 5-10 %, hemenzim 1 %, besi plasma 0,1 %. Kebutuhan besi pada bayi dan anak lebih besar dari pengeluarannya karena pemakaiannya untuk proses pertumbuhan, dengan kebutuhan rata-rata 5 mg/hari tetapi bila terdapat infeksi meningkat sampai 10 mg/hari. Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang terkandung dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan bantuan asam lambung
(HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion fero dengan pengaruh alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa feritin dan sebagian lagi masuk keperedaran darah berikatan dengan protein (transferin) yang akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid. Berikut bagan metabolisme besi: Gambar 2.1 Metabolisme Besi Sumber besi dapat diperoleh dari makanan seperti hati, daging, telur, buah, sayuran yang mengandung klorofil, serta cadangan besi dalam tubuh. Bayi normal/sehat cadangan besi cukup untuk 6 bulan, bayi prematur cadangan besi cukup untuk 3 bulan. Ekskresi besi dari tubuh sangat sedikit bisa melalui urin, tinja, keringat, sel kulit yang terkelupas dan karena perdarahan (menstruasi). Sedangkan besi yang dilepaskan pada pemecahan hemoglobin dari eritrosit yang sudah mati akan masuk kembali ke dalam iron pool dan digunakan lagi untuk sintesa hemoglobin. Pengeluaran besi dari tubuh yang normal : Bayi Anak 4-12 tahun Laki-laki dewasa Wanita dewasa Wanita hamil 0,3 0,4 mg.hari 0,4 1 mg/hari 1 1,5 mg/hari 1 2,5 mg/hari 2,7 mg/hari
Etiologi
Menurut patogenesisnya :
Masukan kurang : Malnutrisi Energi Protein (MEP), defisiensi diet, pertumbuhan cepat. Absorpsi kurang : MEP, diare kronis Sintesis kurang : Transferin kurang Kebutuhan meningkat : Infeksi dan pertumbuhan cepat Pengeluaran bertambah: Kehilangan darah karena infeksi parasit dan polip
Bayi < 1tahun : Persediaan besi kurang karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), lahir kembar, ASI eklusif tanpa suplemen besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat, anemia selama kehamilan Anak 1-2 tahun : Masukan besi kurang, kebutuhan yang meningkat karena infeksi berulang (Enteritis, Bronchopneumonia), absorpsi kurang
: Masukan besi kurang, kebutuhan meningkat, kehilangan darah karena : Perdarahan karena infeksi parasit dan polip, diet tidak adekuat : Menstruasi berlebihan
Gejala klinis
- Lemas, pucat dan cepat lelah - Sering berdebar-debar - Sakit kepala dan iritabel - Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku - Konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white) - Papil lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, meradang dan sakit - Jantung dapat takikardi - Jika karena infeksi parasit cacing akan tampak pot belly - Penderita defisiensi besi berat mempunyai rambut rapuh, halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan berbentuk seperti sendok.
Laboratorium
Kadar Hb <10 g/dL, Ht menurun MCV <80, MCHC <32 % Mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target Sum-sum tulang sistem eritropoetik hiperaktif Serum Iron (SI) menurun, Iron Binding Capacity (IBC) meningkat
Terapi
Pengobatan kausal Makanan adekuat Sulfas ferosus 3X10 mg /KgBB/hari. Diharapkan kenaikan Hb 1 g.dL setiap 1-2 minggu Transfusi darah bila kadar Hb <5 g/dL dan keadaan umum tidak baik Antihelmintik jika ada infeksi parasit Antibiotik jika ada infeksi
Makrositik berarti ukuran sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobin normal (MCV >100 fL, MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. a. Anemia Defisiensi Asam Folat Asam folat adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan jejenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
Etiologi
kekurangan masukan asam folat gangguan absorpsi kekurangan faktor intrinsik seperti pada anemia pernisiosa dan postgastrektomi infeksi parasit penyakit usus dan keganasan obat yang bersifat antagonistik terhadap asam folat seperti metotrexat
Gejala klinis
pucat lekas letih dan lemas berdebar-debar pusing dan sukar tidur tampak seperti malnutrisi glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit) diare dan kehilangan nafsu makan
Laboratorium
Hb menurun, MCV >96 fL Retikulosit biasanya berkurang Hipersegmentasi neutrofil Aktivitas asam folat dalam serum rendah (normal antara 2,1-2,8 mg/ml) Sum-sum tulang eritropoetik megaoblastik, granulopoetik, trombopoetik
Terapi
Asam folat 3X5 mg/hari untuk anak Asam folat 3X2,5 mg/hari untuk bayi
b. Anemia Defisiensi Vitamin B12 Dihasilkan dari kobalamin dalam makanan terutama makanan yang mengandung sumber hewani seperti daging dan telur. Vitamin B12 merupakan bahan esensial untuk produksi sel darah merah dan fungsi sistem saraf secara normal. Anemia jenis ini biasanya disebabkan karena kurangnya masukan, panderita alkoholik kronik, pembedahan lambung dan ileum terminale, malabsorpsi dan lain-lain. Adapun gejala dari penyakit ini berupa penurunan nafsu makan, diare, sesak napas, lemah, dan cepat lelah. Untuk pengobatannya dapat diberikan suplementasi vitamin B12. 2.1.3 Anemia Dimorfik Suatu campuran anemia mikrositik hipokrom dan anemia megaloblastik. Biasanya disebabkan oleh defisiensi dari asam folat dan besi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan :
hipokrom makrositik mikrositik normokrom MCV, MCH, MCHC mungkin normal SI menurun sedikit IBC agak menurun Sum-sum tulang terlihat gejala campuran dari kedua jenis anemia
Keadaan yang disebabkan berkurangnya sel-sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemapoetik dalam sum-sum tulang, sehingga penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang, biopsi sumsum tulang menunjukkan keadaan yang disebut pungsi kering dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi penggantian dengan jaringan lemak. Anemia aplastik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. 1. Kongenital
Timbul perdarahan bawah kulit diikuti dengan anemia progresif dengan clinical onset 1,5-22 tahun, rerata 6-8 tahun. Salah satu contoh adalah sindrom fanconi yang bersifat constitusional aplastic anemia resesif autosom, pada 2/3 penderita disertai anomali kongenital lain seperti mikrosefali, mikroftalmi, anomali jari, kelainan ginjal, perawakan pendek, hiperpigmentasi kulit.
1. 2. Didapat
Disebabkan oleh :
radiasi sinar rontgen dan sinar radioaktif zat kimia seperti benzena, insektisida, As, Au, Pb obat seperti kloramfenikol, busulfan, metotrexate, sulfonamide, fenilbutazon. Individual seperti alergi Infeksi seperti TBC milier, Hepatitis Lain-lain seperti keganasan, penyakit ginjal, penyakit endokrin Yang paling sering bersifat idiopatik Pucat, lemah, anorexia, palpitasi Sesak napas karena gagal jantung Aplasia sistem hematopoetik seperti ikterus, limpa/hepar membesar, kelenjar getah bening membesar Anemia karena eritropoetik menurun, retikulositopenia, Hb, Ht, eritrosit menurun Perdarahan oleh karena trombopoetik menurun atau trombositopenia Rentan terhadap infeksi oleh karena granulopoetik menurun atau netropenia Bersifat berat dan serius
Gejala klinis Klinis akan terlihat anak pucat dengan berbagai gejala anemia lainnya seperti anoreksia, lemah, palpitasi, sesak karena gagal jantung dan sebagainya. Oleh karena sifatnya aplasia sistem hematopoetik, maka umumnya tidak ditemukan ikterus, pembesaran limpa, hepar maupun kelenjar getah bening. Laboratorium
Anemia hipokrom normositik dan makrositik Retikulosit menurun Leukopenia Trombositopenia Kromosom patah Sum-sum tulang hipoplasia/aplasia yang diganti oleh jaringan lemak atau jaringan penyokong
Terapi
Prednison/kortikosteroid 2-5 mg/KgBB/hari secara oral Androgen/testosteron 1-2 mg /KgBB/ hari secara parenteral Transfusi darah bila perlu Pengobatan terhadap infeksi sekunder Makanan lunak Istirahat
Transplantasi sumsum tulang pada pasien muda, Antithymocyte Globulin (ATG) untuk pasien tua.
Pada anemia hemolitik umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari). Gejala umum penyakit ini disebabkan adanya penghancuran eritrosit sehingga dapat menimbulkan gejala anemia, bilirubin meningkat bila fungsi hepar buruk dan keaktifan sumsum tulang untuk mengadakan kompensasi terhadap penghancuran tersebut (hipereaktif eritropoetik) sehingga dalam darah tepi dijumpai banyak eritrosit berinti, retikulosit meningkat, polikromasi, bahkan eritropoesis ektrameduler. Gejala klinis penyakit ini berupa: menggigil, pucat, cepat lelah, sesak napas, jaundice, urin berwarna gelap, dan pembesaran limpa. Penyakit ini dapat dibagi dalam 2 golongan besar yaitu : 2.3.1 Gangguan Intrakorpuskular (kongenital) Kelainan ini umumnya disebabkan oleh karena ada gangguan dalam metabolisme eritrosit sendiri. Dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : a. Gangguan pada struktur dinding eritrosit
Sferositosis
Umur eritrosit pendek, bentuknya kecil, bundar dan resistensi terhadap NaCl hipotonis menjadi rendah. Limpa membesar dan sering disertai ikhterus, jumlah retikulosit meningkat. Penyebab hemolisis pada penyakit ini disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Pada anak gejala anemia lebih menyolok dibanding dengan ikhterus. Suatu infeksi yang ringan dapat menimbulkan krisis aplastik. Utnuk pengobatan dapat dilakukan transfusi darah dalam keadaan kritis, pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3 tahun), roboransia.
Ovalositosis (eliptositosis)
50-90% eritrosit berbentuk oval (lonjong), diturunkan secara dominan, hemolisis tidak seberat sferositosis, dengan splenektomi dapat mengurangi proses hemolisis.
A beta lipoproteinemia
Diduga kelainan bentuk ini disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel.
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah b. Gangguan enzim yang mengakibatkan kelainan metabolisme dalam eritrosit
Defisiensi G6PD
Akibat kekurangan enzim ini maka glutation (GSSG) tidak dapat direduksi. Glutation dalam keadaan tereduksi (GSH) diduga penting untuk melindungi eritrosit dari setiap oksidasi, terutama obat-obatan. Diturunkan secara dominan melalui kromosom X. Penyakit ini lebih nyata pada laki-laki. Proses hemolitik dapat timbul akibat atau pada : obat-obatan (asetosal, sulfa, obat anti malaria), memakan kacang babi, alergi serbuk bunga, bayi baru lahir. Gejala klinis yang timbul berupa cepat lelah, pucat, sesak napas, jaundice dan pembesaran hepar. Untuk terapi bersifat kausal.
Defisiensi glutation
Pada bentuk homozigot berat sekali sedang pada bentuk heterozigot tidak terlalu berat. Khas dari penyakit ini adanya peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG). Gejala klinis bervariasi, untuk terapi dapat dilakukan tranfusi darah.
Menyerupai sferositosis tetapi tidak ada peningkatan fragilitas osmotik dan hapusan darah tepi tidak ditemnukan sferosit. Pada bentuk homozigot bnersiaft lebih berat.
Ketiga jenis terakhir diturunkan secara resesif dan diagnosis ditgakkan dengan pemeriksaan biokimia. c. Hemoglobinopatia Hemoglobin orang dewasa normal teridi dari HbA (98%), HbA2 tidak lebih dari 2 % dan HbF tidak lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan konsentrasi HbF akan menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan yang normal. Terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan Hemoglobin ini yaitu :
gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) misal HbE, HbS dan lainlain. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin misal talasemia
d. Talasemia
Penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anakanaknya secara resesif. Di Indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak diantara golongan anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskular. Secara molekular dibedakan atas:
Talasemia (gangguan pembentukan rantai ) Talasemia b (gangguan pembentukan tantai b) Talasemia b-d (gangguan pembentuka rantai b dand yang letak gennya diduga berdekatan ) Talasemia d (gangguan pembentukan rantai d)
Talasemia minor
Kelainan darah
Berupa anemia berat tipe mikrositik karena sintesis HbA menurun, penghancuran eritrosit meningkat dan defisiensi asam folat.
Kelainan organ
Karena proses penyakit dan hemosiderosis karena transfusi. Berupa hepatomegali splenomegali, pada anak yang besar disertai gizi yang jelek dan muka fasies mongoloid. tulang medula lebar, kortek tipis sehingga mudah fraktur dan trabekula kasar, tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan brush appereance. Gangguan pertumbuhan berupa pendek, menarche, gangguan pertumbuhan sex sekunder, perikarditis dan kardiomegali dapat menyebabkan decomp kordis.
Darah tepi
Mikrositik hipokrom, jumlah retikulosit meningkat, pada hapusan darah tepi didapatkan anisositosis, hipokromi, poikilositositosis, sel target. Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan daya ikat serum besi (IBC) menjadi rendah. Hemoglobin mengandung kadar HbF yang tinggi lebih dari 30%. Diindonesiakira-kira 45% penderita talasmeia juga mempunyai HbE, penderita talasemia HbE maupun HbS secara klinis lebih ringan dari talasemia mayor. Umumnya datang
ke dokter pada umur 4-6 tahun sedang talasemia mayor gejala sudah tampak pada umur 3 bulan. Penderita talasemia HbE dapat hidup hingga dewasa. Komplikasi Anemia berat dan lama dapat menyebabkan gagal jantung, transfusi darah berulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai organ (hepar, limpa, kulit, jantung). Hemokromatosis, limpa yang besar mudah ruptur kadang disertai tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan trombositopenia. Pengobatan
- Atasi anemia dengan transfusi Packed Red Cell (PRC) bila Hb <6g/dL dan dipertahankan >12 g/dL - Atasi komplikasi karena penyakit : gagal jantung karena anemia beri oksigen, transfusi, diuretik, digitalisasi hanya bila Hb >8 g/dL. Jika ada infeksi beri antibiotik. - Lengkapi antropometri - Lengkapi penunjang : kadar besi dan feritin, foto tulang, analisa Hb, rontgen thorak dan EKG, pemeriksaan DNA - Imunisasi hepatitis B
- Kontrol Hb 2- 4 minggu, darah lengkap setiap 4 minggu - Pemberian kelasi besi (deferoxamin /DFO): jika kadar feritin 2000 mg/L diberikan 5 hari dalam 1 minggu, jika kadar feritin <2000 mg/L diberikan tiap kali transfusi - Pemantauan fungsi organ : setiap 3 bulan - Splenektomi - Pemeriksaan IQ - Atasi komplikasi: untuk dekomp kordis jika Hb>8 g/dL dan ada kardiomiopati beri dosteral IM, transfusi. Jika Hb < 8 g/dL oleh karena anemi dapat dilakukan transfusi, dosteral biasa. - Obat-obatan seperti vitamin C dan asam folat 2-5 mg/hari.
- Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan, transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g/dL) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah - Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan iron chelating agent yaitu desferal secata intramuskular atau intavena. - Splenektomi dilakukan pada anak 2 tahun sebelum didapatkan tanda hipersplenisme atau hemosiderosis. - Pemberian vitamin. 2.3.2 Gangguan Ektrakorpuskular Golongan dengan penyebab hemolisis ektraseluler, biasanya penyebabnya merupakan faktor yang didapat (acquired) dan dapat disebakan oleh:
1. Obat-obatan, racun ular, jamur, bahan kimia (bensin, saponin, air), toksin (hemolisin) streptokokus, virus, malaria. 2. Hipersplenisme. Pembesaran limpa apapun sebabnya sering menyebabkan penghancuran eritrosit. 3. Anemia akibat penghancuran eritrosit karena reaksi antigen-antibodi. Seperti inkompabilitas golongan darah, alergen atau hapten yang berasal dari luar tubuh, bisa juga karena reaksi autoimun.
Pengobatan Pemberian transfusi darah dapat menolong penderita, dapat pula diberikan prednison atau hidrokortison dengan dosis tinggi pada anemia hemolitik imun ini.
2.4 Anemia Post Hemoragik
Terjadi akibat perdarahan masif atau perdarahan menahun seperti kehilangan darah karena kecelakaan, operasi, perdarahan usus, ulkus peptikum, hemoroid. a. Kehilangan darah mendadak Pengaruh yang timbul segera
Kehilangan darah yang cepat akan menimbulkan reflek kardiovaskular sehingga terjadi kontraksi arteriola, penurunan aliran darah ke organ yang kurang vital (anggota gerak, ginjal dan sebagainya) dan peningkatan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung). Kehilangan darah 12-15% : pucat, takikardi, tekanan darah normal/menurun Kehilangan darah 15-20% : tekanan darah menurun, syok reversibel Kehilangan darah >20% : syok reversibel Terapi : transfusi darah dan plasma
Pengaruh lambat
Pergeseran cairan ektraseluler ke intraseluler sehingga terjadi hemodilusi Gejala: leukositosis (15.000-20.000/mm3), Hb, Ht, eritrosit menurun, eritropoetik meningkat, oligouria/anuria, gagal jantung. Terapi dapat diberikan PRC
b. Kehilangan darah menahun Berupa gejala defisiensi besi bila tidak diimbangi dengan masukan suplemen besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar Hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL). Untuk penanganan anemia didasarkan dari penyakit yang menyebabkannya. Anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva). Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian :
4. Anemia hemolitik
1. Mikrositik hipokrom : defisiensi besi 2. Makrositik normokrom : defisiensi asam folat dan vitamin B12 1. Anemia dimorfik
Anemia hemolitik dibedakan menjadi : : kelainan struktur dinding eritrosit, defisiensi enzim,
Penatalaksanaan anemia:
- Anemia defisiensi, mikrositik hipokrom: Pengobatan kausal, makanan adekuat, sulfas ferosus 3X10 mg /KgBB/hari, transfusi darah bila kadar Hb <5 g/dL dan keadaan umum tidak baik, antihelmintik jika ada infeksi parasit, antibiotik jika ada infeksi. - Anemia defisiensi, makrositik normokrom, defisiensi asam folat: Asam folat 3X5 mg/hari untuk anak, asam folat 3X2,5 mg/hari untuk bayi, atasi faktor etiologi. - Anemia defisiensi, makrositik normokrom, defisiensi vitamin B12: diberikan suplementasi vitamin B12. - Anemia defisiensi, anemia dimorfik: diberikan preparat besi dan asam folat Anemia aplastik: Prednison/kortikosteroid 2-5 mg/KgBB/hari secara oral, Androgen/testosteron 1-2 mg /KgBB/ hari secara parenteral, transfusi darah bila perlu, pengobatan terhadap infeksi sekunder, makanan lunak, istirahat, transplantasi sumsum tulang pada pasien muda, Antithymocyte Globulin (ATG) untuk pasien tua - Anemia hemolitik, gangguan intrakorpuskuler: Saat diagnosis (baru); Atasi anemia dengan transfusi PRC bila Hb <6g/dL dan dipertahankan >12 g/dL, atasi komplikasi karena penyakit (gagal jantung karena anemia beri oksigen, transfusi, diuretik, digitalisasi hanya bila Hb >8 g/dL), jika ada infeksi beri antibiotik, lengkapi
antropometri, lengkapi penunjang (kadar besi dan feritin, foto tulang, analisa Hb, rontgen thorak dan EKG, pemeriksaan DNA), imunisasi hepatitis B. Tindak lanjut (pasien lama); Kontrol Hb 2- 4 minggu, darah lengkap setiap 4 minggu, pemberian kelasi besi (deferoxamin /DFO) (jika kadar feritin 2000 mg/L diberikan 5 hari dalam 1 minggu, jika kadar feritin <2000 mg/L diberikan tiap kali transfuse), pemantauan fungsi organ setiap 3 bulan, splenektomi, pemeriksaan IQ, atasi komplikasi (untuk dekomp kordis jika Hb>8 g/dL dan ada kardiomiopati beri dosteral IM, transfuse), jika Hb < 8 g/dL oleh karena anemia dapat dilakukan transfusi, dosteral biasa, Obat-obatan seperti vitamin C dan asam folat 2-5 mg/hari, transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g/dL) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah, untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan iron chelating agent yaitu desferal secara intramuscular/intravena, splenektomi dilakukan pada anak 2 tahun sebelum didapatkan tanda hipersplenisme atau hemosiderosis, pemberian vitamin. - Anemia hemolitik, gangguan ekstrakorpuskuler: Pemberian transfusi darah dapat menolong penderita, dapat pula diberikan prednison atau hidrokortison dengan dosis tinggi pada anemia hemolitik imun. - Anemia Post hemoragik, kehilangan darah mendadak: Transfusi darah dan plasma (cepat), pemberian PRC (lama). - Anemia Post hemoragik, kehilangan darah menahun: Berikan suplemen besi.
Prognosis bergantung kepada: 1. Gambaran sum-sum tulang (hiposeluler atau aseluler) 2. Kadar HbF yang lebih dari 200 mg% memperlihatkan prognosis yang lebih baik 3.Jumlah granulosit yang lebih dari 2.000 /mm3 menunjukkan prognosis yang lebih baik 4.Pencegahan infeksi sekunder, terutama di Indonesia karena kejadian infeksi masih tinggi.
http://www.dokterbook.com/2012/05/31/anemia/ Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
A. DEFINISI Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
B. ETIOLOGI Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Zat Besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002). b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001). Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Hb 11 gr% : Tidak anemia 2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3) Hb 7 8 gr%: Anemia sedang 4) Hb < 7 gr% : Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 810 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 2025 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). 2. Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya: a. Asam folik 15 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL Gejala anemia pada kehamilan yaitu: Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing,
Mata berkunang-kunang, Malaise, Lidah luka, Nafsu makan turun (anoreksia), Konsentrasi hilang, Nafas pendek (pada anemia parah); dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
E. GAMBARAN KLINIS A. Riwayat 1. Mentruasi berlebihan 2. Kehilangan darah kronik 3. Riwayat keluarga 4. Diet yang tidak adekuat 5. Jarak kehamilan yang terlalu dekat 6. Anemia pada kehamilan sebelumnya 7. Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan ) B. Tanda dan Gejala 1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk 2. Pusing atau kelemahan 3. Sakit kepala
4. Lesi pada mulut dan lidah 5. Aneroksia,mual, atau muntah 6. Kulit pucat 7. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat 8. Dasar kuku pucat 9. Takikardi
F. TES LABORATORIUM Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau 11 gr/100 ml dan hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% . Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan keadekutan trombosit.
G. DIAGNOSA BANDING Anemia hipokrom mikrositik: produksi eritrosit norma,tetapi sintesis hemoglobin terganggu. Defiesiensi besi dipengaruhi oleh sintesis hemetalasemia lemah dalam mensientesis globulin. Sel-sel kecil, dengan penurunan dengan konsentrasi hemoglobin. Nilai besi serum (serum iron) membantu mambedakan dua kelaianan : besi serum menurun pada defisiensi besi dan normal ( atau meningkat ) pada talasemia. Anemia megaloblastik makrositik disebabkan oleh gangguan apa pun yang mempengaruhi sintesis DNA sel, tetepi membiarkan hemoglibinasi normal . Anemia normokrom normositik disertai dengan perdarahan berlebihan atu gagalnya aktivitas sumsum tulang.
H. PENATALAKSANAAN A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien 1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain. 2. Kaji riwayat keluarga B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal. 1. Morfologi a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa 2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat. c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun masih normal. d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia (1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya (2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik. (1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet. (2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari. f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi. (2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut: (a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium) (b) Kadar kosentrasizat besi serum (c) Kapasitas pegikat zat besi (d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM) (e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit) (f) Hitung trombosit (g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar (h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit (i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika. (3) Konsultasikan dengan dokter (4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi. C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi. 1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2). 2. Konsultasikan ke dokter bila: a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium). c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
I. AKIBAT LANJUTAN Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami: 1. Keguguran. 2. Lahir sebelum waktunya. 3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). 4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan. 5. Dapat menimbulkan kematian.
ANEMIA: DEFISIENSI ZAT BESI I. Definisi dan Etiologi A. Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling umum saat kehamilan, sekitar 95% anemia terkait kehamilan tergolong anemia defisiensi zat besi. B. Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik. C. Zat besi serum menurun dan kapasitas pengikat zat besi meningkat. II. Gambaran Klinis A. Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat: 1. Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia 2. Kadar Ht < 30% B. Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat: 1. Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik
2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu minggu. III. Penatalaksaan A. Skrining rutin 1. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah sebelumnya. 2. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal. 3. Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi). 4. Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan. B. Terapi anemia: 1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. 2. Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut: a. Berikan konseling gizi. (1) Tinjau diet pasien. (2) Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet. (3) Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi. (4) Rujuk ke ahli gizi. b. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi. (1) Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi. (2) Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi. (3) Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudahnya.
(4) Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin C atau tablet vitamin C. (5) Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi. (6) Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak mengkonsumsi sama sekali. 3. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini menurut panduan terapi anemia. 4. Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht 27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan. 5. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat. 6. Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50g asam folat untuk profilaksis anemia. 7. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis. ANEMIA: MEGALOBLASTIK I. Definisi dan Etiologi A. Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah SDM (sel darah merah) dan hipokrom makrositik. B. Umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia megaloblastik saja. C. Anemia megaloblastik berhubungan dengan kurangnya sayuran segar atau protein hewani dalam diet. II. Gambaran klinis
A. Gejala 1. Mual dan muntah 2. Anoreksia B. Morfologi 1. SDM hipokrom makrositik 2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi C. Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau keduanya. III. Penatalaksanaan A. Suplemen 1. Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi 2. Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat. 3. Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi. B. Konseling gizi 1. Kaji diet pasien 2. Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet 3. Rujuk ke ahli gizi C. Hitung darah lengkap 1. Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan. 2. Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht. ANEMIA: HEMOLITIK DIDAPAT (ACQUIRED HEMOLYTIC ANEMIA)
I.
Definisi. Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania.
II. Insidens. Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini. III. Etiologi. Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat. IV. Penatalaksanaan A. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD. B. Terapi 1. Resepkan 1 mg asam folat setiap hari. 2. Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari. 3. Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine bulanan. 4. Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia berat. C. Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut: 1. Aldomet 2. Asam askorbat (dosis besar) 3. Asam nalidiksik 4. Asam para-aminosalisilat 5. Aspirin 6. Diafenilsulfon 7. Fenasetin
8. Isoniazid 9. Kloramfenikol 10. Kuinakrin (atabrine) 11. Kuinidin 12. Kuinin 13. Kuinosid 14. Methylene blue ANEMIA: PERNISIOSA I. Defisiensi dan Etologi A. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal. B. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun. II. Gambaran Klinis A. Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom atau hipekrom. B. SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat. C. Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi normositik, meskipun penyakit ini masih ada. III. Diagnosis A. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM menjadi normal, namun hematokrit tdak meningkat. B. Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000 mg vitamin B12 per parenteral selama 3 bulan. IV. Penatalaksanaan
A. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber vitamin B12 berikan konseling gizi. B. Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan. C. Tawarkan rujukan ke ahli gizi. D. Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan. 1. Kondisinya membaik bila: a. Morfologi normal b. Kadar Ht meningkat 2. Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter. ANEMIA: SEL SABIT I. Definisi dan Etiologi A. Jenis 1. Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat. 2. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi. B. Insidens 1. Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit. 2. Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini. II. Penatalaksanaan A. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika: 1. Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah. 2. Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
a. Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter. b. Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal selama kehamilan dan persalinan. B. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama kehamilan. C. Beri konseling kepada pasien: 1. Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya. 2. Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan bayinya menderita penyakit ini. 3. Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1. Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP). 3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi. 4. Eleminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen. 5. Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6. Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). 7. Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8. Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan Pernapasan aktivitas. Nyeri/kenyamanan
9.
Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10.
Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi) 4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil
Intevensi
Rasional
1.
1. Kaji kemampuan 1. Mempengaruhi pasien untuk pilihan peningkatan toleransi melakukan untuk intervensi/bantuan aktivitas(termasuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
2. Menunjukkan perubahan neurologi karena 2. Kaji defesiensi vitamin kehilangan/gang B12 guan mempengaruhi keseimbangan keamanan gaya jalan, pasien/resiko kelemahan otot. cedera. 3. Awasi tekanan 3. Manifestasi darah, nadi, kardiopulmonal pernapasan dari upaya jantung selama dan dan paru untuk sesudah membawa jumlah aktivitas. oksigen adekuat ke jaringan. 4. Berikan 4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan 5. Ubah posisi kebutuhan oksigen pasien dengan tubuh dan perlahan dan pantau terhadap menurunkan regangan jantung pusing. dan paru. 6. Anjurkan pasien 5. Hipotensi postural untuk atau hipoksia menghentikan serebral dapat aktivitas bila menyebabkan palpitasi. pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera. 6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan. lingkungan tenang.
tugas/AKS normal.
2.
Ketidakseimbangan Menunjukkan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
1. Kaji riwayat 1. nutrisi, termasuk peningkatan berat makanan yang badan atau berat badan disukai. stabil dengan nilai 2. Observasi dan laboratorium normal. catat masukan 2. makanan pasien. 3. Timbang berat badan tiap hari. 4. Berikan makan sedikit dan 3. frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan. 5. Observasi dan 4. catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan. 6. Berikan dan bantu hygiene 5. mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk 6. penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka. 7. Kolaborasi : 1.Berikan obat sesuai indikasi,
Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin
mis.Vitamin dan diperlukan bila suplemen jaringan mineral, seperti rapuh/luka/perdar sianokobalamin ahan dan nyeri (vitamin B12), berat. asam folat (Flovite); asam 7. Kolaborasi : askorbat 1. Kebutuhan (vitamin C), penggantian 2.Besi dextran (IM/IV.) tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi. 2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin,
Mngidentifikasi perilaku 1. Tingkatkan cuci 1. tangan yang baik untuk oleh oemberi mencegah/menurunkan perawatan dan 2. resiko infeksi. pasien.
2. Pertahankan 3. Membantu dalam pengenceran secret teknik aseptic pernafasan untuk ketat pada mempermudah prosedur/ pengeluaran dan
perawatan luka.
3. Tingkatkan masukan cairan 4. Adnya proses inflamasi/infeksi adekuat. membutuhkan 4. Pantau suhu, evaluasi/pengobata catat adanya n. menggigil dan takikardia 5. Mungkin digunakan dengan atau secara propilaktik untuk menurunkan tanpa demam kolonisasi atau 5. Kolaborasi: untuk pengobatan berikan proses infeksi local. antiseptic topical, antibiotic sistemik. Membantu mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.
4.
Konstipasi
Membuat/kembali pola 1. Observasi warna 1. berhubungan normal dari fungsi usus. feses, konsistensi, dengan perubahan frekuensi, dan pada pola makan. jumlah.
2. Auskultas bunyi 2. Bunyi usus secara usus umum meningkat 3. Awasi masukan pada diare dan dan haluaran menurun pada dengan konstipasi. perhatian khusus pada 3. Dapat makanan/cairan. mengidentifikasi dehidrasi, 4. Kaji kondisi kulit kehilangan perianal dengan berlebihan atau sering. alat dalam mengidentifikasi 5. Kolaborasi: berikan obat anti defisiensi diet. diare, misalnya: 4. Mencegah difenoxsilat ekskoriasi kulit dan hidroklorida.
D. EVALUASI 1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih dalamrentang normal pasien. 2. A. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. B. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau berat badan yang sesuai. 3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi. 4. Fungsi usus mulai kembali normal. mempertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC. Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC. Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC. Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC. Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC Share Login Follow the discussion Comments There are no comments posted yet. Be the first one! Post a new comment
Daftar isi
Asuhan Keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. AsKep Diabetes Gestasional AsKep Anak dengan Anemia - New !! AsKep Anemia (Diagnosa Nanda 2011) - New !! AsKep Dismenore - Diagnosa Nanda 2011 - New !! AsKep Gangguan Telinga karena Benda Asing AsKep Hematologi (All In One) AsKep Herpes Zoster AsKep Hiperemasis Gravidarum - Diagnosa Nanda 2011 - New !! AsKep Hiperemesis Gravidarum AsKep Hipopituitari - New !! AsKep Meniere - New !! AsKep OTALGIA AsKep Perikondritis AsKep Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan AsKep Pylonefritis - New !! AsKep Tumor Ginjal
Kumpulan Makalah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Fisioterapi Dada Pada Anak - New !! Job Description Kamar Operasi Konsep Dasar Penyakit Parkinson Manajemen Logistik Keperawatan Manajemen Pengangkatan Pegawai - New !! Mekanisme Koping Orientasi Pegawai Kesehatan Partograf Patologi Ilmu - New !! Pembiayaan Kesehatan Perlukah Susu Kalsium Tinggi ? Transportasi Dan Aksesibilitas Lansia
Mengenai Saya
www.upik.tk unknownable... Lihat profil lengkapku TEKAN CTRL + KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH UNTUK MENGHILANGKAN KOTAK INI