Anda di halaman 1dari 3

Infeksi Saluran Kemih Bawah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi didapat (infeksi nosokomia) di rumah sakit

yang paling sering

Retensi urin Retensi urin adalah akumulasi urine yang nyata dalam kandung kemih akibat ketidak mapuan menggosokkan kandung kemih. Urine terus berkumpul di kandung kemih, meregangkan dindingnya sehingga timbul perasaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simfisis pubis, gelisah, dan terjadidiaforesis (berkeringat) Pada kondisi normal, produksi urin mengisi kandung kandung kemih dengan perlahan dan mencegah aktivitas reseptor regangan samapi distensi kandung kemih meregang pada level tertentu. Reflex berkemih terjadi dan kandung kemih menjadi kosong. Dalam kondisi retensi urine, kandung kemih tidak mampu berespons terhadap reflex berkemih sehingga tidak mampu untuk mengosongkan diri. Seiring dengan berlanjutnya retensi urine, retensi tersebut dapat menyebabkan overflow retensi. Tekanan dalam kandung kemih meningkatkan sampai suatu titik di

Penyebab paling sering infeksi ini ialah dimasukkannya suatu alat ke dalam saluran perkemihan. Misalnya, pemasukan kateter melalui uretra akan menyediakan rute langsung masuknya mikroorganisme. Pada orang dewasa, satu keteterisasi yang di pasang sebentar membawa masuk kesempatan infeksi sebesar 1%, sementara prosedur yang sama memiliki risiko infeksi 20% pada lansia (yoshaikawa, 1993). Dengan menggunakan kateter kandung kemih menetap, bakteri naik di sepanjang sisi luar kateter pada dinding uretra atau naik ke lumen kateter. Katetet mengganggu mekanisme berkemih normal yang bertindak sebagai pertahanan melawan organisme yang masuk ke dalam uretra.iritasi local pada uretra atau kandung kemih nantinya akan menjadi faktor predisposisi masuknya bakteri ke dalam jaringan. ISK yang dapat di institusi kesehatan juga timbul akibat buruknya praktik cuci tangan pada personel kesehatan, cairan irigasi yang terkontaminasi, dan tehnik kateterisasi yang tidak benar. Kebersihan perineum yang buruk merupakan penyebab umum ISK pada wanita. Faktor predisposisi terjadinya infeksi pada wanita diantaranya adalah praktik cuci tangan yang tidak adekuat, kebersihan mengelap perineum yang salah yaitu dari arah belakan ke depan setelah berkemih atau defekasi, dan seringnya melakukan senggama seksual. Setiap gangguan yang menghalangi aliran bebas urine dapat menyebabkan infeksi. Sebuah kateter yang di klem, terketuk, atau terhambat, dan setiap kondisi yang menyebabkan retensi urine dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada kandung kemih.

Klien yang mengalami ISK bagian bawah mengalami nyeri atau rasa terbakar selama berkemih (disuria) ketika urine mengalir melalui jaringan yang meradang. Demam, menggigil, mual, dan muntah, serta kelemahan terjadi ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang teriritasi menyebabkan timbulnya sensai ingin berkemih yang mendesak dan sering. Iritasi pada kandung kemih dan mukosa uretra menyebabkan darah bercampur dalam urine (hematuria). Urine tampak pekat dan keruh karena adanya sel darah putih atau bakteri. Gejala yang sering timbul apabila infeksi menyebar ke saluran perkemihan bagian atas (pielonefritis-ginjal) adalah nyeri panggul, nyeri tekan, demam, dan menggigil. 3 Inkontinensia Urine Inkontinensia urine ialah kehilangan control berkemih. Inkontinensia dapat bersifat sementara atau menetap. Klien tidak lagi dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urine dapat berlangsung terus menerus atau sedikit sedikit . lima tipe inkontinensia adalah inkontinensia fungsional, inkontinensia reflek (overflow), inkontinensia stres, inkontinensia urge, dan inkontinensia total (table 46-1) Inkontinensia fungsional = involunter, jalan keluar urine tidak dapat di perkirakan pada klien yang sistem saraf dan sistem perkemihannya tidak utuh. Penyebab = perubahan lingkungan, difisit sensorik, kognitif, atau mobilitas Gejala = mendesaknya keinginan untuk berkemih menyebabkan urine keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai. Klien yang mengalami perubahan kognitif mungkin telah lupa mengenai apa yang ia harus lakukan.

Inkontinensia over flow (refleks) = kluarnya urine secara involunter terjadi pada jarak waktu tertentu yang telah diperkirakan. Jumlah urine dapat banyak atau sedikit. Penyebab =terhambatnya berkemih akibat efek anestesi atau obat-obatan, disfungsi medulla spinalis (baik gangguan pada kesadaran serebral atau kerusakan arkus reflek) . Gejala = tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi, kurangnya urgensi untuk berkemih,kontrkasi spasme kandung kemih yang tidak di cegah.

Inkontinensia stres= peningkatan tekanan intraabdomen yang menyebabkan merembesnya sejumlah kecil urine. Penyebab= batuk, tertawa, muntah, atau mengangkat sesuatu saat kandung kemih penuh, obesitas, uterus yang penuh pada trimester ketiga, jalan keluat pada kandung kemih yang tidak kompoten, lemahnya otot panggul. Gejala= keluarnya urine pada saat tekanan intraabdomen meningkat, urgensi dan seringnya berkemih

inkontinensia urge (desakan)= pengeluaran urine yang tidak disadari setelah merasakan adanya urgensi yang kuat untuk berkemih. Penyebab= daya tamping kandung kemih menurun; iritasi pada reseptor peregang kandung kemih; konsumsi alcohol atau kafein; peningkatan asupan cairan, infeksi. Gejala= urgensi berkemih, sering disertai oleh tingginya frekuensi berkemih (lebih sering dari dua jam sekali), spasme kandung kemih atau kontraktor; berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau dalam jumlah besar (lebih dari 500 ml).

Inkontinensi total= keluarnya urine total yang tidak terkontrol dan yang berkelanjutan. Penyebab= neuropati saraf sensorik; trauma atau penyakit pada saraf spinalis atau sfingter uretra; fistula yang berada diantara kandung kemih atau vagina. Gejala= urine tetap mengalir pada waktu-waktu yang tidak dapat diperkirakan; nokturia, tidak menyadari bahwa kandung kemihnya terisi atau inkontinensia.

Anda mungkin juga menyukai