Anda di halaman 1dari 55

SKENARIO 2 BLOK MEDIKOLEGAL Astaga Ada Mayat Bayi di Kardus Aqua

KELOMPOK A-10
Ketua Sekretaris Anggota : Andhika Hadi : Lisa Chairunnisa : Atika Qisty D. Dyane Vatricia Farah Farhana M. Lidya Hapsari Cepti Juanda Bidari Asriassifa 1102010020 1102010153 1102010040 1102010085 1102010094 1102010152 1102010054 1102010049

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2013/2014

SKENARIO 2

Astaga Ada Mayat Bayi di Kardus Aqua


Mayat bayi berjenis kelamin laki-laki ditemukan di sebuah tempat pembuangan akhir (TPA) Darupono Kaliwangun Selatan,Kendal Jawa Tengah Kamis (6/12/12) pagi.Bayi berada di dalam kerdus aqua dibungkus kantong plastic hitam, dalam keadaan membusuk dan berbau. Saat ini,jasad bayi berada di Rumah Sakit Umum Suwondo Daerah (RSUD) Kabupaten Kendal. Menurut Kepala Urusan (Kaur) Bin Ops Satuan Reskrim Polres Kendal,Ipnu Abdullah Umar,mayat dibuang oleh seorang perempuan yang semula hamil tua,sekarang perutnya sudah mengempis, bayi itu pertama kali ditemukan oleh seorang pemulung bernama Jakarmo (31), warrga desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kendal. Saat itu Jokarmo sedang mengais sampah.Dia mengaku terkejut ketika ada plastic hitam besar yang dikerumuni lalat, kata Umar. Karena curiga,jelas Umar, pemulung tersebut mendekati kantong plasik hitam. Setelah dekat,ia terkejut,saat melihat kepala bayi.Lalu plastic itu dibuka dan terlihatlah sesosok mayat bayi. kemudian,pemulung itu melaporkannya ke kantor polisi, jelasnya. Mayat bayi yang diperkirakan berusia 1 hari itu akan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Semarang untuk diotopsi. Kasus itu sekarang masih ditangani oleh petugas polisi. kami akan mencari orang tua dari mayat tersebut tambam umar. Pelaku sudah diamankan di Polres. Warni, sang pelaku mengaku dia juga korban pemerkosaan yang dilakukan oleh tetangga desanya di Merepen Gerobokan, karena ketakutan hamil dan akan melahirkan, korban pergi ke Kaliwungun untuk bekerja dipabrik gula dan mengasikan diri.

KATA SULIT 1. Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat dengan tujuan untuk menemukan proses penyakit atau adanya cedera, merangkan penyakit kematian, serta mencari hubungan sebab akibat penyakit kematian. 2. Perkosaan adalah hubungan sexual yang dilakukan diluar status pernikahan disertai kekerasan dan pemaksaan.

Pertanyaan dan Jawaban 1. Bagaimana menentukan kematian bayi ( saat persalinan, mati dalam kandungan, sempat hidup lalu dibunuh ) ? Jawaban: Dengan test apung paru, dengan test histopatologi, dengan melihat kondisi tali pusat yang mendapatkan perawatan atau tidak 2. Bagaimana hukum pembunuhan bayi sendiri dalam hukum agama dan negara ? Jawaban : Berdosa, Apabila Bapak yang membunuh tidak ada hadistnya, Negara = hukuman 15 tahun atau denda 45 juta 3. Bagaimana cara mengidentifikasi korban pemerkosaan ? Jawaban: Dari visum, kotoran dari rambut, celana dalam dan pakaian, kerokan kuku, air liur, swab anal, swab vagina, swab payudara, bekas gigitan 4. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi setelah kematian ? Jawaban: Adanya lebam mayat, kaku mayat, keluarnya cairan pembusukan, penurunan suhu, dll

HIPOTESIS

MAYAT BAYI LAKI-LAKI DITEMUKAN DALAM KARDUS

POLISI

INVESTIGASI DAN AUTOPSI

CURIGA KASUS PEMBUNUHAN DAN KASUS PERKOSAAN

DITINJAU DALAM HUKUM NEGARA DAN PANDANGAN AGAMA ISLAM

SASARAN BELAJAR 1. 2. 3. 4. Memahami dan menjelaskan Thanatologi Memahami dan menjelaskan Infanticide Memahami dan menjelaskan investigasi dalam kasus perkosaan Memahami dan menjelaskan hukum dan sanksi pemerkosaan dan membunuh dalam pandangan islam

1. Memahami dan menjelaskan Thanatologi Kematian hanya dapat dialami oleh organisme hidup. Secara medis, kematian merupakan suatu proses dimana fungsi dan metabolisme sel organorgan internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa istilah kematian, yaitu mati somatis, mati seluler, mati serebral, dan mati batang otak.Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan, yang menetap.Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul akibat terhentinya penggunaan oksigen serta metabolisme normal sel dan jaringan. Proses ini kemudian diikuti oleh proses autolisis dan pembusukan. Setiap sel tubuh memiliki perbedaan waktu untuk mengalami kematian sel disebabkan oleh perbedaan metabolisme seluler didalamnya.Neuron korteks memerlukan waktu paling cepat yaitu 3-7 menit setelah sel kehabisan oksigen. Pada tubuh terjadi kematian sel demi sel dan kematian secara keseluruhan akan terjadi dalam beberapa jam. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu respirasi dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat. Mati batang otak adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya mati batang otak, maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dikatakan hidup lagi.1 Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenali secara klinis pada seseorang melalui tanda kematian yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Hal ini merupakan hal yang sangat penting dalam investigasi suatu kasus kematian, dimana perubahan postmortem banyak memberikan informasi baik mengenai waktu kematian, penyebab, maupun mekanisme kematian.1,2 Memperkirakan saat kematian yang mendekati ketepatan mempunyai arti penting khususnya bila dikaitkan dengan proses penyidikan, dengan demikian penyidik dapat lebih terarah dan selektif di dalam melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka pelaku tindak pidana.Seorang ahli forensik harus mampu mendeskripsikan penyebab dan mekanisme kematian seseorang. Mekanisme kematian timbul akibat abnormalitas dari aspek biokimia dan fisiologi tubuh yang berujung pada kematian.1 Dalam mempelajari kematian, dikenal istilah Thanatologi. Thanatologi berasal dari kata thanatos yang berarti berhubungan dengan kematian dan logos yang berarti ilmu. Thanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.1 Perubahan pada tubuh tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian. Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat (late). Perubahan cepat (early) : - Tidak adanya gerakan. - Jantung tidak berdenyut (henti jantung). - Paru-paru tidak bergerak (henti nafas). - Kulit dingin dan turgornya menurun. - Mata tidak ada reflek pupil dan tidak bergerak.
6

Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan lebam mayat (post mortal lividity). - Lebam mayat. Perubahan lambat (late) ; - Kaku mayat (post mortal rigidity). - Pembusukan (decomposition). - Penyabunan (adipocere). - Mummifikasi.

I.

A. KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS) Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh setelah kematian yang disebabkan karena tidak terdapat adenosine trifosfat (ATP) dalam otot.Pada saat awal kematian, tubuh menjadi flaccid. Namun dalam 1 hingga 3 jam setelah itu, kekakuan otot mulai meningkat dan terjadi imobilisasi pada sendi.1,3 Kelenturan otot setelah kematian masih dapat dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan myosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak tebentuk lagi, aktin dan myosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku. 1,4,5

Gambar 1: Sumber energi untuk kontraksi otot. Dikutip dari kepustakaan 2. Otot membutuhkan pasokan energi dari ATP untuk berkontraksi karena jumlah yang tersedia di otot hanya mampu untuk mempertahankan fungsi kontraksi otot selama beberapa detik.Terdapat tiga jalur metabolisme yang mempertahankan agar pasokan ATP dalam otot tetap tersedia yaitu sistem fosfagen, sistem glikogen-asam laktat dan sistem aerobik. Ketika otot menjadi anoksia maka suplai oksigen berkurang sehingga ATP tidak diproduksi sehingga terjadi proses glikolisis aerobik sehingga meningkatkan kadar asam laktat dan asam piruvat. Kadar glikogen dalam otot berkurang, pH seluler menjadi 6 dan
7

kadar ATP mulai berkurang. Normalnya, ATP berfungsi untuk menghambat aktivitas pelekatan antara aktin dan myosin.4,6 Pada keadaan optimal, sistem fosfagen dapat menyediakan energi untuk digunakan oleh otot untuk berkontraksi selama 10-15 detik, sistem glikogen asam laktat menyediakan energi selama 30 hingga 40 detik dan sistem aerobik untuk waktu yang tidak terbatas.4 Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot baik otot lurik maupun otot polos dan bila terjadi pada otot anggota gerak, maka akan didapatkan suatu kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan tenaga untuk melawan kekuatan tersebut.1 Kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot berbeda-beda, sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat terjadinya kematian somatik, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan ini dapat menerangkan alasan kaku mayat mulai tampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit.Kaku mayat biasanya tampak pertama kali pada rahang dilanjutkan siku dan kemudian pada lutut. Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan oleh karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan wanita.1,2 Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis biasanya terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor mortis sempurna setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis sempurna ketika rahang, siku, dan lutut sudah tidak dapat digerakkan lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam setelah kematian pada suhu ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36 jam dan setelah itu, kaku mayat akan mulai menghilang. 1,6 Rigor Mortis pada Otot Involunter 7 Kontraksi muskulus erektor pilli (otot polos folikel rambut) bermanifestasi sebagai goose bumps (cutis anserina). Hal ini menunjukkan mayat terpapar suhu dingin setelah mati. Kontraksi vesikel seminalis (otot polos) setelah kematian menyebabkan keluarnya cairan seminalis (semen). Dapat pula menunjukkan terjadinya aktivitas seksual setelah kematian. Muskulus cilliaris pada iris mengubah ukuran pupil. Diameter pupil berkisar antara 0,2-0,9 cm. Sisi luar pupil tidak selamanya berbentuk sirkuler. Kedua pupil dapat berubah secara tersendiri dan memiliki ukuran yang tidak sama. Namun demikian, ukuran pupil tidak dapat digunakan untuk menentukan sebab kematian. Ukuran kedua pupil yang tidak sama tidak menunjukkan terjadinya trauma kepala. Kontraksi miokard ventrikel kiri menyebabkan dindingnya bertambah tebal dan berisi sejumlah kecil darah. Rigor Mortis pada Otot Volunter (Otot Skelet)7q Rigor mortis pada otot skelet menyebabkan terjadinya kekakuan pada sendi. Adapun beberapa proses yang terjadi selanjutnya yaitu :
8

Initial flaccidity (kecuali instantaneous rigor) Terdapat sejumlah ATP yang cukup pada awal fase postmortem yang mengakibatkan otot-otot mengalami relaksasi dan sendi menjadi lemas.Fase ini berkisar antara 0,5-7 jam (rata-rata sekitar 3 + 2 jam). Onset Rigor terjadi secara bersamaan di semua otot, tetapi terjadi lebih cepat pada kelompok otot yang lebih kecil.Perubahan rigor mortis tidak terjadi secara konstan dan simetris.Rigor dimulai dari rahang, selanjutnya ke ekstremitas superior dan akhirnya ke ekstremitas inferior. Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya rigor secara keseluruhan di semua sendi bervariasi mulai dari 2 hingga 20 jam. Seseorang yang mati dalam keadaan supine menunjukkan sedikit fleksi pada siku dan lutut.Rigor bertahan selama 24-96 jam. Resolusi (secondary flaccidity) Rigor mulai berkurang dan bahkan menghilang saat terjadi denaturasi hubungan aktin-myosin dan dimulainya dekomposisi.Waktu yang dibutuhkan sekitar 24-192 jam. Umumnya rigor mortis awalnya terlihat di otot wajah dan menyebar ke dada, ekstremitas lalu ke seluruh tubuh.Pola menghilangnya rigor mortis juga mengikuti urutan munculnya. Awalnya menghilang di wajah lalu kemudian menyebar ke dada dan ekstremitas.2

Gambar 4 :Rigor Mortis yang ditemukan pada mayat 2 hari setelah kematian. Dikutip dari kepustakaan 3. Bentuk - Bentuk dari Kekakuan yang Menyerupai Rigor Mortis a. Cadaveric Spasm Cadaveric spasm terjadi pada kematian yang disebabkan jika seseorang berada ditengah aktifitas fisik atau emosi yang kuat, yang kemudian menuntun pada kekakuan post mortem instan yang sedikit kurang dapat dipahami.Hal ini harus diawali dengan aktifitas saraf motorik, tetapi
9

beberapa alasan mengatakan terdapat kegagalan relaksasi normal. Fenomena biasanya terjadi hanya pada 1 daerah otot, contohnya otot fleksor tangan, dibanding seluruh tubuh. sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adakah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Keuntungannya, kebanyakan penyidik dapat mengetahui saat seseorang diduga mati dibunuh atau bunuh diri saat melihat tangannya yang menggenggam senjata. Jika menemukan korban yang tenggelam, atau jatuh dari ketinggian, hal ini memiliki nilai yang memastikan bahwa orang tersebut masih hidup saat dia jatuh, dengan demikian hal ini membedakan pada korban post mortem yang dibuang.

Onset

Otot yang terlibat Intensity Durasi

Rigor Mortis Dikarenakan perubahan otot sesudah kematian seluler, didahului dengan primary flaccidity Semua otot dalam tubuh Moderate 12 24 jam

Faktor predisposisi Mekanisme pembentukan Hubungan medikolegal

Penurunan ATP dibawah level kritis Mengetahui waktu kematian

Cadaveric Spasm Keadaan lanjut dari kontraksi otot sesudah mati, dimana otot dalam kondisi mati seketika Otot tertentu, sesuai keadaan kontraksi saat mati Sangat kuat Beberapa jam, sampai digantikan posisinya oleh rigor mortis Rangsangan, ketakutan, kelelahan Tidak diketahui

Mengetahui cara kematian, bisa karena bunuh diri, kecelakaan, atau pembunuhan Tabel 3. Perbedaan antara rigor mortis dengan cadaveric spasm

II.B. LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS) Lebam mayat atau livor mortis adalah salah satu tanda postmortem yang cukup jelas. Biasanya disebut juga post mortem hypostasis, post mortem lividity, post mortem staining, sugillations, vibices, dan lain lain. Kata hypostasis itu sendiri mengandung arti kongesti pasif dari sebuah organ atau bagian tubuh.
10

Lebam terjadi sebagai akibat pengumpulan darah dalam pembuluh pembuluh darah kecil, kapiler, dan venula, pada bagian tubuh yang terendah.Dengan adanya penghentian dari sirkulasi darah saat kematian, darah mengikuti hukum gravitasi.Kumpulan darah ini bertahan sesuai pada area terendah pada tubuh, memberi perubahan warna keunguan atau merah keunguan terhadap area tersebut.Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal endotel pembuluh darah. Timbulnya livor mortis mulai terlihat dalam 30 menit setelah kematian somatis atau segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak keunguan. Bercak kecil ini akan semakin bertambah intens dan secara berangsur angsur akan bergabung selama beberapa jam kedepan untuk membentuk area yang lebih besar dengan perubahan warna merah keunguan. Kejadian ini akan lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah melewati waktu tersebut, tidak akan memberikan hilangnya lebam mayat pada penekanan. Sebaliknya, pembentukan livor mortis ini akan menjadi lambat jika terdapat anemia, kehilangan darah akut, dan lain lain. Besarnya lebam mayat bergantung pada jumlah dan keenceran dari darah. Darah akan mengalami koagulasi spontan pada semua kasus sudden death dimana otopsi dilakukan antara 1 jam. Koagulasi spontan ini mungkin akan hilang paling cepat 1,5 jam setelah mati. Tidak adanya fibrinogen pada darah post mortem akan menyebabkan tidak terjadinya koagulasi spontan. Fibrinolisin didapatkan dari darah post mortem hanya bertindak pada fibrin, bukan pada fibrinogen. Fibrinolisin bertindak dengan mengikatkan dirinya pada bekuan yang baru dibentuk dan kemudian akan lepas menjadi cairan bersama bekuan yang hancur. Fibrinolisin dibentuk oleh sel endotel dalam pembuluh darah. Distribusi lebam mayat bergantung pada posisi mayat setelah kematian. Dengan posisi berbaring terlentang, maka lebam akan jelas pada bagian posterior bergantung pada areanya seperti daerah lumbal, posterior abdomen, bagian belakang leher, permukaan ekstensor dari anggota tubuh atas, dan permukaan fleksor dari anggota tubuh bawah. Area area ini disebut juga areas of contact flattening. Dalam kasus gantung diri, lebam akan terjadi pada daerah tungkai bawah, genitalia, bagian distal tangan dan lengan. Jika penggantungan ini lama, akumulasi dari darah akan membentuk tekanan yang cukup untuk menyebabkan ruptur kapiler subkutan dan membentuk perdarahan petekiae pada kulit. Dalam kasus tenggelam, lebam biasa ditemukan pada wajah, bagian atas dada, tangan, lengan bawah, kaki dan tungkai bawah karena pada saat tubuh mengambang, bagian perut lebih ringan karena akumulasi gas yang cukup banyak kuat dibanding melawan kepala atau bahu yang lebih berat. Ekstremitas badan akan menggantung secara pasif. Jika tubuh mengalami perubahan posisi karena adanya perubahan aliran air, maka lebam tidak akan terbentuk. Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku mayat. Pertama tama karena ketidakmampuan darah untuk mengalir pada pembuluh darah menyebabkan darah berada dalam posisi tubuh terendah dalam beberapa jam setelah kematian. Kemudian saat darah sudah mulai
11

terkumpul pada bagian bagian tubuh, seiring terjadi kaku mayat.Sehingga hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh darahnya karena terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah.Selain itu dikarenakan bertimbunnya sel sel darah dalam jumlah cukupbanyak sehingga sulit berpindah lagi. Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan.Warna ini bergantung pada tingkat oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan warna lainnya dapat mencakup: - Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh carbonmonoksida atau hydrocyanic acid. - Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium chlorate, potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain lain. - Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor. - Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan berada didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak pink muda kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin pada jaringan. - Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena kadar oksi hemoglobin (HbO2) yang tinggi.

Patomekanisme livor mortis : Orang meninggal ------> Jantung berhenti bekerja ------> Sirkulasi darah terhenti ------> Pengendapan butir darah dalam kapiler dalam letak rendah ------> butir darah terkoagulasi ------> Hemolisis Lebam Mayat Lokasi Permukaan Batas Warna Bagian tubuh terbawah Tidak menimbul Tegas Memar Dimana saja Bisa menimbul Tidak tegas

Kebiru biruan atau merah Diawali dengan merah yang


12

keunguan, warna spesifik lama pada kematian

kelamaan

berubah

karena seiring bertambahnya waktu

kasus keracunan Penyebab Distensi kapiler vena Ekstravasasi kapiler Efek penekanan Bila dipotong Bila ditekan akan memucat Tidak ada efek penekanan darah dari

Akan terlihat darah yang Terlihat perdarahan pada terjebak antara pembuluh jaringan darah, tetesan perlahan lahan dengan adanya

akan koagulasi atau darah cair yang berasal dari pembuluh yang ruptur

Mikroskopis

Unsur

darah

ditemukan Unsur

darah

ditemukan

diantara pembuluh darah diluar pembuluh darah dan dan tidak terdapat tampak bukti peradangan

peradangan Enzimatik Tidak ada perubahan Perubahan level dari enzim pada daerah yang terlibat Kepentingan medicolegal Memperkirakan waktu Memperkirakan cedera,

kematian dan posisi saat senjata yang digunakan mati II.C.PENURUNAN SUHU TUBUH (ALGOR MORTIS) Pada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi. Kalor dan energi ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti glukosa, lemak, dan protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah glukosa.Satu molekul glukosa dapat menghasilkan energi sebanyak 36 ATP yang nantinya digunakan sebagai sumber energi dalam berbagai hal seperti transpor ion, kontraksi otot dan lain-lain.Energi sebanyak 36 ATP hanya menyusun sekitar 38% dari total energi yang dihasilkan dari satu molekul glukosa. Sisanya sebesar 62% energi yang dihasilkan inilah yang dilepaskan sebagai kalor atau panas.10

13

Gambar 6: Glukogenesis. Dikutip dari kepustakaan 10. Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses radiasi konduksi, dan pancaran panas. Proses penurunan suhu pada mayat ini biasa disebut algor mortis. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem.10 Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada 2 faktor, yaitu :10 1. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih adanya proses glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di otot dan hepar. 2. Perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu yang mencapai tangga suhu. Pada jam-jam pertama penurunannya sangat lambat tetapi sesudah itu penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali. Jika dirata-rata maka penurunan suhu tersbut antara 0,9 sampai 1 derajat celcius atau sekita 1,5 derajat Farenheit setiap jam, dengan catatan penurunan suhu dimulai dari 37 derajt celcius atau 98,4 derajat Farenheit sehingga dengan dapat dirumuskan cara untuk memperkirakan berapa jam mayat telah mati dengan rumus (98,4oF- suhu rektal oF) : 1,5oF. Pengukuran dilakukan per rektal dengan menggunakan termometer kimia (long chemical termometer). Terdapat dua hal yang mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni:9 Faktor yang mempengaruhi penurunan suhu mayat : Temperatur dari tubuh saat mati. Dalam beberapa kasus, seperti kematian karena asfiksia, emboli lemak dan air, heat stroke, beberapa infeksi, reaksi obat, perdarahan cerebral, atau saat tubuh ditinggalkan berada di dekat api atau saat tubuh berada dalam bak
14

mandi hangat, maka temperatur akan meningkat. Sebaliknya penyakit degenerasi seperti cholera, gagal jantung kongestif, paparan terhadap suhu dingin, perdarahan banyak, maka temperatur akan menurun. Perbedaan temperatur tubuh dan lingkungan. Pada daerah dingin, penurunan suhu paling sedikit 1,5 derajat Fahrenheit per jam dan pada daerah tropis, penurunan suhu paling sedikit 0,75 derajat Fahrenheit per jam. Selain itu, didalam air, kehilangan suhu melalui konduksi dan konveksi.Pada kasus udara, kehilangan suhu dapat melalui konduksi (saat bagian dari badan bersentuhan dengan tanah atau suatu material), konveksi (evaporasi dari cairan tubuh) dan sebagian radiasi.Pada kasus yang dikubur, penurunan hanya melalui konduksi. Disamping itu, penguburan pada tanah berbatu kering akan mempertahankan panas tubuh lebih lama dibanding terkena udara dan tubuh yang dilempar ke timbunan sampah atau comberan, suhunya akan lebih cepat turun sedikit dibanding dibiarkan di udara terbuka. Flora normal atau belatung dapat meningkatkan temperatur tubuh. Keadaan fisik tubuh serta adanya pakaian atau penutup mayat. Tebalnya jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang menutupi tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu. Konduksi dan konveksi secara signifikan diturunkan oleh adanya pakaian.Pakaian yang terbuat dari sutera, wol, atau serat sintetik berperan dalam menurunkan suhu. Pakaian basah akan mempercepat pendinginan karena terdapat uptake panas untuk evaporasi. Ukuran tubuh. Anak anak dan orang dewasa dengan badan kecil akan mengalami pendinginan yang lebih cepat daripada orang dewasa yang berukuran lebih besar. Jumlah dari lemak subkutan dan lemak preperitoneal berperan dalam menentukan cepat lambatnya proses pendinginan. Tubuh seorang yang kurus akan lebih cepat mendingin karena luas permukaan tubuhnya yang kecil dan kurangnya lemak. Aliran udara dan kelembapan. Udara disekitar tubuh bertindak sebagai medium pemindah suhu. Dalam beberapa kondisi, udara hangat biasanya menyelimuti permukaan tubuh dengan demikian akan memblok perubahan temperatur. Pergerakan udara pada permukaan tubuh membawa udara dingin yang mempunyai kontak langsung pada tubuh yang mendorong hilangnya panas. Udara yang lembab akan mengalirkan panas lebih cepat dibanding yang kering.

Post mortem caloricity. Adalah kondisi dimana terjadi peningkatan temperatur tubuh sesudah mati sebagai pengganti akibat pendinginan tubuh tersebut. Walaupun proses glikogenolisis post mortem yang berlangsung pada kebanyakan tubuh sesudah mati, dapat memproduksi kira kira 140 kalori yang akan meningkatkan suhu tubuh temperatur 2 derajat celcius. Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada suhu lingkungan sebesar 70 derajat Fahrenheit (21 derajat celcius), adalah sebagai berikut : Saat Kematian = 98,6 o F Suhu Rektal
15

1,5 Secara umum 1,5 o F / 1 o C per jam, teori lain : 0,8 o F per jam. 1,5 o F / 1 o C per jam 6 jam pertama, 1 o F jam 6 kedua, 0,6 o F per jam 6 jam ketiga, setelah 12 jam mencapai suhu sama dengan suhu lingkungan (untuk kulit). Sedangkan untuk organ organ dalam : 24 jam baru bias sama dengan suhu lingkungan. Bila tenggelam / dalam air : 6 jam sudah mencapai suhu lingkungan.

II.D.PEMBUSUKAN Dalam pembusukan terjadi dua proses yaitu autolysis dan putrefaction. Pembusukan adalah proses penghancuran dari jaringan tubuh yang terjadi setelah kematian akibat aktivitas bakteri dan enzim.1 Autolisis Penghancuran jaringan adalah hasil dari proses enzim endogenous yang dikenal sebagai proses autolysis. Autolysis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril.Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.1,2 Pada autolisis terjadi pelepasan enzim yang berasal dari pankreas dan asam lambung yang berasal dari lambung.Pankreas menghasilkan banyak enzim pencernaan diantaranya adalah amylase, lipase, dan tripsinogen.Pada kematian, enzim ini dilepaskan oleh sel eksokrin dari pancreas dan enzim ini mencernakan dirinya sendiri (terjadi autodigesti).Lambung terdiri dari banyak sel yang menghasilkan enzim dan asam hidroklorida yang berperan penting dalam pencernaan.Ketika meninggal, pepsinogen dan asam hidroklorida dilepaskan dari sel lambung dan memberikan autodigesti dari mukosa lambung itu sendiri (gastromalasia). Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka akan menyebabkan perforasi dari lambung. Proses yang sama juga terjadi pada esophagus akibat dari relaksasi sphincter esophagus sehingga cairan dari lambung masuk ke esophagus (esofagomalasia). Akibat gastromalasia dan esofagomalasia, akan menyebabkan perembesan isi cairan lambung ke cavum abdomen sehingga menyebabkan penghancuran struktur organ sekitar.7 Ketika sel tubuh mencapai fase akhir dari proses autolisis, suasana lingkungan sekitar menjadi anaerobik. Pada saat ini, bakteri normal pada tubuh akan mulai berkembang dan mengancurkan jaringan tubuh dengan memproduksi asam, gas dan bahan-bahan organic (fase putrefaction).7 Putrefaction Sedangkan putrefaction adalah pembusukan yang disebabkan oleh aktivitas bakteri.Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan.Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh.Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan traktus respiratorius.Bakteri ini merupakan bakteri anaerobik yang memproduksi spora, bakteri yang berbentuk coliform, mikrokokus, dan golongan proteus. Peningkatan kadar organism anaerobik disebabkan karena peningkatan kadar ion
16

hidrogen dalam jaringan yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar oksigen. 1,7 Tanda awal dari proses pembusukan (putrefaction) yang terjadi adalah munculnya warna kehijauan pada kulit yang sering ditemukan pada kuadran bawah abdomen, dan biasanya tampak juga pada periumbilikus dan bagian abdomen kiri bawah. Hal ini dapat terlihat 36 hingga 72 jam setelah kematian pada suhu sekitar 70oF. Warna kehijauan disebabkan karena penyebaran bakteri dari caecum yang kemudian menyebar ke kuadran abdomen lainnya, dada, anggota gerak, lalu wajah. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.Hasil dari putrefaction adalah udara, cairan, dan garam. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin dimana H2S yang berasal dari pemecahan protein akan bereaksi dengan Hb, membentuk Hb-S dan Fe-S. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman. 1,8

Gambar 7: Terjadi perubahan warna kulit menjadi lebih kehijauan terutama pada daerah perut. Dikutip dari kepustakaan 3. Pada keadaan ini, kulit tampak lebih licin dan tampak vesikel dan bulla yang multipel. Kulit ari kemudian akan dengan mudah terlepas bila tergeser atau tertekan. Dalam minggu kedua akan terbentuk gelembung-gelembung pembusukan yang merupakan kelanjutan dari perubahan kulit ari diatas. Gelembung-gelembung tersebut berisi cairan berwarna merah kehitaman yang disertai dengan bau pembusukan, yang bila dipecahkan akan tampak kulit pada dasar gelembung tersebut licin dan berwarna merah jambu. Kulit tampak lebih mudah terkelupas bagian epidermisnya. Selain itu, rambut pada daerah kulit ini juga akan lebih mudah mengalami kerontokan. 1,8

17

Gambar 8: Tampak kulit yang licin disertai dengan vesikel dan bulla yang telah pecah. Dikutip dari kepustakaan 3.

Patomekanisme pembusukan. Terdapat dua proses yang mempengaruhi terjadinya pembusukan yaitu adiposera dan mumifikasi : Adiposera Adiposera adalah terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh paskamati.1 Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk dari hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan kristal-kristal sferis dengan gambaran radial.1 Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih dapat dimungkinkan. Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembapan dan lemak tubuh yang cukup.1
18

Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. 1

Gambar 10 : Kulit tampak sebagai soap like apperance (saponifikasi). Dikutip dari kepustakaan 3. Mumifikasi Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama.1

Grafik di bawah ini menunjukkan perubahan post mortal yang dikaitkan dengan saat kematian:2

19

II.

PENENTUAN WAKTU KEMATIAN YANG TERKINI Forensik Entomologi Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Lalat pemakan bangkai (Zoosaprofag) biasanya digunakan dalam entomologi forensik, untuk penentuan umur suatu mayat karena serangga tersebut sering ditemukan pada mayat, contoh Famili Calliphoridae, Sarcopagidae, Staphilinidae, Histeridae dan Silphidae. Serangga yang tertarik pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok: pertama, spesies nekrofagus; yang memakan jaringan tubuh mayat, kedua kelompok predator dan parasit; yang memakan serangga nekrofagus dan kelompok terakhir adalah kelompok spesies omnivore yang memakan baik jaringan tubuh mayat dan juga memakan serangga lain. Dari tiga kelompok ini, kelompok spesies nekrofagus adalah kelompok spesies yang paling penting dalam membantu membuat perkiraan saat kematian. Sejalan dengan proses pembusukan, beberapa generasi serangga dapat menetap pada tubuh mayat. Berbagai faktor seperti derajat pembusukan, penguburan, terendam dalam air, proses mumifikasi dan kondisi geografi dapat menentukan kecepatan kerusakan tubuh mayat, dan berapa tipe serangga dan berapa generasi serangga yang dapat ditemukan.11 Lalat adalah serangga yang paling umum diasosiasikan dengan pembusukan.Lalat cenderung menempatkan telurnya dalam orificium tubuh atau pada luka terbuka. Kecenderungan ini kemudian akan mengakibatkan berubahnya bentuk luka dan bahkan hancurnya daerah sekitar luka. Telur lalat umumnya terdeposit pada mayat segera setelah kematian pada siang hari.Bila mayat tidak dipindahkan dan hanya telur yang ditemukan dari mayat, maka
20

dapat diasumsikan bahwa waktu kematian berkisar antara 1 sampai 2 hari.Angka ini sedikit variatif, tergantung pada temperature, kelembapan dan spesies lalat.Setelah menetas, larva berkembang lebih besar hingga akhirnya mencapai tahap pulpa.Tahap ini dapat memakan waktu 6 sampai 10 hari pada kondisi tropis biasa.Lalat dewasa keluar dari pulpa pada 12 sampai 18 hari. Harus diingat bahwa banyak variable yang mempengaruhi perkembangan serangga, karenanya dari opini para penulis, suatu usaha memperkirakan saat kematian dengan menggunakan metode dari entomologi, harus dibantu oleh seorang ahli entomologi medik.11 Dalam perkembangannya dari telur menjadi dewasa, serangga ada yang menjalani metarmorphosis lengkap dan ada yang menjalani metarorphosis tidak lengkap.Pada metarmorphosis tidak lengkap, versi kecil Dari serangga dewasa menetas dari telur.Serangga bertahap ini secara bertahap matang menjadi bentuk dewasa.Pada metarmorphosis lengkap, serangga menetas dari telur sebagai larva.Larva ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan bentuk dewasanya.Setelah beberapa waktu larva memasuki fase istirahat, yang disebut pupa.Dari pupa serangga keluar sebagai serangga telah terbentuk sesuai anatomi dan histology serangga dewasa.11

Metarmorphosis lengkap lalat.Dikutip dari kepustakaan 12.

Gambar 12: Wajah yang ditutupi dengan larva. Dikutip dari kepustakaan
21

HUMOR VITREUS Memperkirakan saat mati secara kimia dalam humor vitreus sudah pernah dicoba selama 30 tahun belakangan ini, walaupun tidak pernah diterima sebagai pemeriksaan rutin. Dasar pemikiran dari digunakannya humor vitreus dalam penentuan saat mati ialah karena cairan ini bebas terkontaminasi dari darah, bakteri dan produk-produk autolisa postmortem bila dibandingkan dengan LCS. Sebenarnya banyak yang dapat dinilai untuk penentuan saat mati melalui humor vitreus, seperti mengukur kadar asam askorbat, konsentrasi asam piruvat, hypoxanthine,glukosa dan potassium, tetapi yang paling banyak dipakai sebagai penentuan saat mati adalah kadar potassium dalam humor vitreus.Pengikut pengikut Jaffe adalah yang pertama kali memperkenalkan peningkatan kadar potassium dan menghubungkannya dengan saat kematian, dan John Coe adalah forensik patologis yang berpengalaman dalam hal ini. Sesudah kematian, potassium interseluler menembus masuk kedalam retina melalui membran sel yang setelah kematian menjadi membran yang permeable, dan kemudian masuk kedalam corpus vitreus. Disini terdapat peningkatan yang nyata dan progressif dari konsentrasi potassium sesudah mati, tetapi masih menjadi perdebatan apakah peningkatan ini secara linear atau bifasik. Cara pengambilan humor vitreus ini tidaklah sulit, hanya dibutuhkan 2 ml dari tiap mata dengan jarum lunak syringe no 20. Sering didapati perbedaan kadar potassium mata kiri dan mata kanan dalam satu individu. Selain itu bila aspirasinya dilakukan secara paksa atau terlalu dekat dengan retina dapat mengubah nilai dari hasil pemeriksaan oleh karena potassium mencapai vitreus dengan jalan menembus retina. Pengaruh suhu juga masih menjadi perdebatan yang penting.13 Elektrolit lain yang dapat diperiksa dari humor vitreus adalah konsentrasi sodium dan chlorida, dimana konsentrasi elektolit - elektrolit ini megalami penurunan sesudah kematian, dan ini dapat digunakan untuk memeriksa reabilitasnya satu sama lain, misalnya kadar potassium adalah < 15 mmol/l maka kadar sodium dan chlorida dapat diperkirakan, dimana penurunan chlorida kurang dari 1 mmol/l/jam dan sodium adalah 0.9 mmol/l/jam, sehingga penurunan sodium disini tidak signifikan pada beberapa jam pertama, berbeda dengan potassium yang peningkatannya terjadi secara bermakna. Sturner menemukan cara pengukuran yang paling populer dalam penentuan potassium vitreus untuk penentuan saat mati dengan menggunakan rumus :13 7,4 x konsentrasi potassium (mEq/L)- 3,91 Teknik analisa yang digunakan untuk menentukan potassium sering memberi hasil yang berbeda pula, sebagai contoh Coe pada tahun 1985 mengatakan bahwa penggunaan metode flame fotometrik memberikan nilai 5 mmol/l kurang untuk sodium , 7 mmol/l kurang untuk potassium dan 10 mmol/l kurang untuk chloride bila dibandingkan dengan pemeriksaan dengan menggunakan methode specifik electrode yang modern. Pada orang yang mengalami saat mati yang lama seperti pada penyakit-penyakit kronis dengan retensi nitrogen memberi hasil yang berbeda bila dibandingkan dengan sudden death, agaknya gangguan elekrolit premotral pada pasien juga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Hasil dari pemeriksaan dengan mengunakan flame fotometri
22

dalam mmol/l bila sodium >155 ,chloride > 135, dan urea > 40 ini dipercaya sebagai indiksasi dari dehidrasi antemortem. Bila sodium dan choride adalah normal tetapi kelebihan urea adalah 150, diagnosis uremia dapat diterima. Angka ini berbeda dengan dekomposisi postmortem dimana konsentrasi sodium adalah < 130, chloride < 105 dan potassium >20 mellitus. Problem umum yang sering ditemukan dalam autopsi adalah mendiagnosa diabetes yang tidak terkontrol dan hypoglikemia, glukosa pada cairan vitreus biasanya turun setelah kematian dan akan mencapai angka nol dalam beberapa jam. Coe pada tahun 1973 melakukan 6000 analisa , dan dia mendapatkan glukosa vitreus yang lebih dari 11.1 mmol/l adalah indikator yang tidak variable dari diabetes gula darah rendah antemortem. Sturner pada tahun 1972 menghubungkan adanya kadar glukosa vitreus yang kurang dari 1.4 mmol/l marupakan petunjuk adanya gula darah yang rendah antemortem, tetapi berapapun konsentrasinya interprestasi ini tidak reliable untuk dapat digunakan sebagai pegangan. Pada hipotermia terdapat juga peningkatan glukosa vitreus tetapi tidak lebih besar dari 11.1 mmol/l.13 PENGOSONGAN ISI LAMBUNG Banyak para pathologis memperdebatkan penggunaan isi lambung sebagai pengukuran saat mati dan menghubungkannya dengan saat makan terakhir sebelum terjadi kematian. Dasar dari metode pengosongan lambung sebagai penentuan saat mati adalah bahwa makanan hampir mempunyai waktu yang sama di lambung sebelum dilepaskan dan masuk kedalam duodenum yang secara fisik sudah diubah oleh asam lambung , yang diukur pada saat makanan itu ditelan. Adelson mengatakan secara fisiologis biasanya makanan ringan meninggalkan lambung dalam 1,5 jam sampai 2 jam sesudah makan, makanan yang jumlahnya sedang membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam untuk meninggalkan lambung, dan untuk makanan berat memerlukan waktu 4 sampai 6 jam sebelum seluruhnya dikeluarkan kedalam duodenum. Makanan biasanya mencapai distal ileum antara 6 sampai 8 jam sesudah makan. Modi memberi batasan 4 sampai 6 jam untuk makan daging dan sayuran dan 6 sampai 7 jam untuk makanan biji-bijian dan kacang-kacangan. Akan tetapi semua nilai-nilai ini adalah sangat bervariasi dari tiap individu. Metode terbaru dengan menggunakan teknik radioisotop dalam penelitian mengenai pengosongan lambung memperlihatkan hal-hal yang menarik. Bila makanan padat dimakan bersama dengan air maka air akan meninggalkan lambung lebih cepat terlepas dari sifat atau kandungan kalori dari bagian yang padat. Akan tetapi cairan yang mengandung kalori ternyata tinggal lebih lama dalam lambung.13 Pengalaman menunjukan bahwa waktu pengosongan lambung ini tidaklah konstan, waktu pengosongan lambung yang lama tidak hanya disebabkan oleh penyakit dalam saluran cerna saja tetapi juga oleh faktor-faktor psikologis atau trauma fisik terutama yang mengenai kepala.13 PERTUMBUHAN RAMBUT Pengetahuan mengenai rata-rata tumbuh rambut mula memberi petunjuk dalam membuat perkiraan kapan saat cukur terakhir.Sejak rambut berhenti pertumbuhannya pada saat kematian maka panjang dari jenggot mayat mungkin
23

dapat menjadi pemikiran tentang lamanya waktu antara kematian dan cukur terakhir. Gonzales dkk, pada tahun 1954 mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut adalah 0,4 mm/hari, sedangkan Balthazard seperti yang dikutip oleh Derobert dan Le Breton tahun 1951 mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut adalah 0,5 mm/hari, dan menurut Glaister pada tahun 1973 adalah 1-3 mm/minggu, akan tetapi pada tiap2 individu mempunyai perbedaan dalam rata pertumbuhan dalam area yang sama, juga variasi rata-rata dari satu tempat ke tempat lain di muka dan juga berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Selain itu variasi musim atau iklim mempengaruhi metabolisme dari tubuh itu sendiri. Pada pria rata-rata pertumbuhan rambut pipi adalah 0,25 mm/hari dalam bulan agustus-oktober di antartica, akan tetapi pada temperatur iklim di Lautan Pasifik dalm bulan April adalah 0,325 mm.13 Pertumbuhan panjang jenggot diukur dengan mencukur mayat, dan diletakkannya di atntara slide dan gelas objek yang kemudian diukur dibawah mikroskop 80% dari rambut-rambut ini aka menunjukkan panjang yang sama.13 Observasi terhadap bpertumbuhan rambut jenggot dalam menentukan saat mati harus dilakukan dalam 24 jam pertama sesudah kematian karena sesuadah ini kulit akan mengkerut dan ini akan menyebabkan rambut akan lebih menonjol di atas permukaan dalam 48 jam setelah kematian, fenomena ini yang sering dikira bahwa rambut masih terus tumbuh setelah kematian.13 TULANG Gambaran Fisik Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau lebih.14 Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti :1 1. Dari Bau Tulang Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5 bulan.Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan. 2. Warna Tulang Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian kurang dari 7 bulan.Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan. 3. Kekompakan Kepadatan Tulang
24

Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan permukaan tulang.Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan kematian kurang dari 1 tahun.Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun. Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan.14 Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua. Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha.Hal ini sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.14 a. Tes Fisika Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun. Tes fisika yang lain adalah pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengeroposannya.14

25

Garnba I : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan. b. Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang. c. Sebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.14 b. Tes Serologi Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di daerah berhawa panas.14 Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi positif menyingkirkan bahwa tulang masih baru.Reaksi positif, diperkirakan umur tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk.14 Aktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion technique dengan anti human serum. Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama kematian kira-kira 510 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.14 c. Tes Kimia Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara mengukur pengurangan jumlah protein dan nitrogen tulang. Tulang-tulang yang baru mengandung kira-kira 4,5 % nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat.
26

Jika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % nitrogen, diperkirakan bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.14 Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah yang terutama.Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang.Jika pada pemeriksaan Fralin dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun.Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.14 Jadi banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang, disamping jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan padat seperti tulang paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad, sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis akan hancur lebih cepat. Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki dan tulang-tulang tangan, jarijari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang dialami tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.14 2. Memahami dan menjelaskan Infanticide Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak. Dengan demikian berdasarkan pengertian di atas, persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak (infanticide) yaitu: 1. Pelaku adalah ibu kandung 2. Korban adalah anak kandung 3. Alasan melakukan tindakan tersebut yaitu takut ketahuan telah melahirkan anak 4. Waktu pembunuhan yaitu tepat pada waktu melahirkan atau beberapa saat setelah melahirkan. Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan
27

anak (infanticide), malainkan suatu pembunuhan biasa (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).

2.2. Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya yaitu: Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang

diterangkan dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.

Berdasarkan undang-undang tersebut kita dapat melihat adanya tiga faktor penting yaitu: Ibu yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan

pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau tidak, sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat yaitu 15 tahun penjara (pasal 338 pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati ( pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana). Waktu yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hanya dinyatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian . Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
28

terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya. Psikis yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan

akan diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut didapatkan dari hubungan tidak sah. Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308) (Budiyanto et al.,1997).

2.3. Pemeriksaan Kedokteran Forensik Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut: Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati? Apakah terdapat tanda-tanda perawatan? Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian? Oleh karena Visum et Repertum itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang bukti, maka segala apa yang terdapat dalam barang bukti dalam hal ini yaitu tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian selain ketiga kejelasan tersebut di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VR yaitu: Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan? Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak? Sehingga lebih jelas bahwa permasalahan tentang maturitas seperti cukup bulan atau prematur merupakan hal yang penting, sama halnya dengan kemampuan anak untuk
29

hidup dengan wajar (viabilitas) tanpa kelainan bawaan yang diderita oleh anak (Idries, 1997). Sebelum melangkah lebih jauh, perlu ditinjau lebih dahulu pengertian lahir hidup dan lahir mati.Perlu diketahui bahwa seorang dokter tidak dibenarkan membuat kesimpulan lahir hidup atau lahir mati dari hasil pemeriksaan terhadap korban kasus yang diduga akibat pembunuhan anak (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).

A. Lahir hidup atau lahir mati Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan. Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka (Budiyanto et al.,1997). Adapun tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan yaitu : Pernapasan o Paru mengembang o Udara dalam lambung atau usus Menangis Pergerakan otot Sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin Isi usus Keadaan tali pusat (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007) 1. Pernapasan Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru.
30

a.

Uji Apung Paru

Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paruparu tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole.Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum.Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang.Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru. Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.Kemudian esophagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan.Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil meragukan. Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam.Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam. Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk

31

lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif. Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat bersifat buatan atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina). Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi.Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan. b. Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig. Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru janin belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan tampak seperti gada (club like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops). Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau
32

solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf S, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas. Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli.kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli. Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl yang fatal seperti anensefalus (Budiyanto et al.,1997). Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru yaitu (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007): N Paru belum bernapas Paru sudah bernapas 4-6x lebih besar, sebagian

Volume 1 kecil, kolaps, menempel Volume .

pada vertebra, konsistensi padat, menutupi jantung, konsistensi seperti tidak ada krepitasi 2 Tepi paru tajam karet busa (ada krepitasi) Tepi paru tumpul

. Warna 3 . homogen, merah Warna merah muda

kebiruan/ungu Kalau 4 diperas air di tidak bawah Gelembung gas yang keluar halus dan keluar rata ukurannya.

permukaan

gelembung gas atau bila sudah ada pembusukan gelembungnya besar dan tidak rata. Tidak 5 . tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah sendiri

berkembang pada permukaan

Kalau 6 diperas hanya keluar darah Bila diperas keluar banyak darah berbuih
33

sedikit dan tidak berbuih (kecuali walaupun bila sudah ada pembusukan)

belum

ada

pembusukan

(volume darah dua kali volume sebelum napas.

Berat 7 paru kurang lebih 1/70 BB .

Berat paru kurang lebih 1/35 BB

Seluruh 8 bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang . dalam air terapung dalam air.

2. Menangis Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernapas.Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat. 3. Pergerakan Otot Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang lahir mati.

4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilicalis yang langsung masuk vena cava inferior). Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup.Foramen ovale tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu).Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam) Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.
34

5. Isi Usus dan Lambung Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup).Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan.Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat dibedakan.Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian dimasukkan ke dalam air.makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus besar.

6. Keadaan Tali Pusat Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali pusat setelah kelahiran.Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata.Kedua, pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara tajam atau tumpul).

7. Keadaan Kulit Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu maceration, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati in utero beberapa hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu. Bukti kematian dalam kandungan: Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu

melahirkan Meceration, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri: o Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau) o Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan
35

o Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak o Tidak ada gas, baunya khas o Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007): B. Tanda Perawatan Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan anak, oleh karena dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak seperti dimaksud dalam undang-undang, atau menjadi kasus lain yang ancaman hukumannya berbeda. Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut: tubuh masih berlumuran darah ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan pusat (umbilicus) bila ari-ari tidak ada, maka ujung talli pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong.

36

Gambar 1. Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan AriAri. C. Luka-luka yang dapat Dikaitkan dengan Penyebab Kematian Cara atau metoda yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak adalah cara atau metoda yang menimbulkan keadaan mati lemas (asfiksia) seperti penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta membenamkan ke dalam air. Adapun cara yang lain seperti menusuk atau memotong serta kekerasan dengan benda tumpul relatif jarang ditemukan. Dalam kasus ini yang harus diperhatikan yaitu: Adanya tanda-tanda mati lemas seperti sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat dalam. keadaan mulut dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan di bibir dan sekitarnya, biasanya berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gusi serta adanya gumpalan benda asing seperti koran atau kain yang mengisi rongga mulut. keadaan di daerah leher dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan yang melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang digunakan, adanya luka-luka lecet kecil berbentuk bulan sabit yang diakibatkan dari ujung kuku dan adanya luka-lua lecet dan memar yang tidak beraturan akibat tekanan ujung jari. adanya luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh lainnya. adanya istilah tusukan bidadari yaitu menusukkan benda tajam pada langit-langit rongga mulut sampai menembus rongga tengkorak. adanya tanda terendam seperti tubuh yang basah dan berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman hand), kulit yang berbintil-bintil (cutis anserina sepert kulit angsa, serta adanya benda asing di saluran pernapasan terutama trakea).
37

Gambar 2. Tampak adanya Luka terbuka pada Kepala dan Luka lecet Berbentuk Bulan Sabit pada Leher.

D. Cukup Bulan dalam Kandungan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, tinggi badan, berat badan ujung-ujung jari keadaan genitalia eksterna pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (os femur) mempunyai arti yang cukup penting. Bagian distal os femur serta proksimal os tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur kehamilan 36 minggu, demikian juga pada os cuboideum dan os cuneiform, sedangkan os talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu.

E. Viabilitas Dapat dilihat apakah terdapat kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bayi seperti jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus) dan saluran pencernaan (stenosis esophagus) (Idries, 1997).

38

2.4. Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide) Pemeriksaan dilakukan terhadap pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan). A. Pemeriksaan terhadap Ibu

1. Tanda telah melahirkan anak Robekan baru pada alat kelamin ostium uteri dapat dilewati ujung jari keluar darah dari rahim ukuran rahim saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum setinggi tulang kemaluan payudara mengeluarkan air susu hiperpigmentasi aerola mamma striae gravidarum dari warna merah menjadi putih

2. Berapa lama telah melahirkan ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah 4-9 hari post partum berwarna putih 10-14 hari post partum getah nifas habis robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari

3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus robekan pada alat kelamin inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar, lebih-lebih bila tali pusat pendek robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat lekat tali pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala, perdarahan di dalam tengkorak 4. Pemeriksaan golongan darah

39

5. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasa dari rahim

B. Pemeriksaan terhadap Korban 1. Viabilitas Syaratnya yaitu: Umur 28 minggu dalam kandungan Panjang badan 35 cm Berat badan 2500 gram Tidak ada cacat bawaan yang berat Lingkaran frontoocipital 32 cm

2. Penentuan umur bayi berdasarkan panjang badan (rumus Haase) berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan berdasarkan inti penulangan o Calcaneus = 5-6 bulan o Talus = 7 bulan o Femur = 8-9 bulan o Tibia = 9-10 bulan 3. Pernah atau tidak pernah bernapas. Hal ini dibuktikan dengan percobaan apung paru. Hasil percobaan apung paru yang menyimpulkan belum pernah bernapas, belum dapat menyingkirkan kemungkinan tindakan pembunuhan anak, karena ada keadaan dimana bayi lahir hidup tetapi belum/tidak sempat bernapas dan dibunuh ibunya pada saat itu (bernapas hanya salah satu bukti/tanda kehidupan) 4. Berapa lama bayi hidup Lamanya bayi hidup (bila hidup lebih dari 24 jam) dapat dilihat pada: perubahan tali pusat, perubahan pada pembuluh darah. Kalau bayi hidup kurang dari 24 jam, hal ini tidak dapat ditentukan dengan pasti. Penutupan duktus arteriosus dan

40

foramen ovale tidak dapat dipakai sebagai pegangan, karena waktu penutupannya bervariasi (tidak tepat).

5. Sebab kematian a. Kelalaian Pada peristiwa kelahiran sering dijumpai kelalaian, baik itu disengaja atau tidak disengaja. Inhalasi cairan ketuban/darah atau terbenam di dalam WC mati akibat asfiksia Terjerat tali pusat, mati akibat asfiksia. Jeratan tali pusat yang dilakukan setelah bayi mati dapat dibedakan dengan jeratan tali pusat intrauterine yaitu bayi yang mati intrauterine menunjukkan paru yang belum pernah bernapas. Perdarahan dari tali pusat, karena setelah bayi lahir, tali pusat tidak diikat dengan baik. Suffocation, misalnya terjadi kelahiran dibawah selimut Lalai membuat hangat (tidak dapat dibuktikan post mortem) atau tidak memberi ASI. Sehingga kematian bayi secara pasif (kedinginan dan starvasi) b. Kekerasan Kekerasan dalam uterus o Dinding perut tertumbuk sesuatu (jatuh/ditendang) o Pemasukkan alat ke vagina Kekerasan selama proses kelahiran o Kemungkinan terjadi trauma kelahiran yang wajar harus dipikirkan sebelum menduga adanya tindak kekerasan o Retak tulang tengkorak karena trauma kelahiran (biasanya pada os temporal) pada umumnya hanya sedikit dan tidak disertai luka lecet o kekerasan pada kepala yang disengaja menimbulkan retak yang besar, ada luka lecet, mungkin ditemukan kontusio/laserasi cerebri
41

Kekerasan yang terjadi setelah kelahiran lengkap o Kekerasan benda tumpul o Suffocation dan gagging o Jeratan atau cekikan o Luka iris atau luka tusuk o Tenggelam

6. Periksa golongan darah 7. Tanda-tanda perawatan (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).

3. Memahami dan menjelaskan investigasi dalam kasus perkosaan Definisi Investigasi Perkosaan adalah prosedur untuk mengumpulkan fakta-fakta tentang dugaan pemerkosaan , termasuk identifikasi forensik dari pelaku, jenis perkosaan dan rincian lainnya. Sebagian besar perkosaan dilakukan oleh orang-orang yang dikenal korban:. Hanya dua persen dari serangan yang dilakukan oleh orang asing menurut satu survei [1] . Oleh karena itu, identitas pelaku sering dilaporkan bukti biologis seperti air mani , darah , sekresi vagina , air liur , vagina sel epitel dapat diidentifikasi dan genetik diketik oleh laboratorium kriminal .Informasi yang berasal dari analisis sering dapat membantu menentukan apakah terjadi kontak seksual, memberikan informasi mengenai keadaan dari insiden tersebut, dan dibandingkan dengan sampel referensi yang dikumpulkan dari pasien dan tersangka. Personil medis di Amerika Serikat mengumpulkan bukti untuk potensi kasus pemerkosaan dengan menggunakan kit perkosaan. Identifikasi pelaku DNA profiling Informasi lebih lanjut: profil DNA Profil DNA digunakan oleh laboratorium kriminal untuk pengujian bukti biologis, paling sering dengan menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR), yang memungkinkan analisis sampel kualitas dan kuantitas yang terbatas dengan membuat jutaan kopi. Sebuah bentuk lanjutan dari tes PCR disebut mengulangi tandem pendek (STR) menghasilkan profil DNA yang dapat dibandingkan dengan DNA dari tersangka atau TKP. Darah, bukal (pipi bagian dalam) swabbings atau air liur juga harus dikumpulkan dari para korban untuk membedakan DNA mereka dari yang dari tersangka.
42

Penjahat mungkin tanaman sampel DNA palsu di TKP. Dalam satu kasus Dr John Schneeberger , yang memperkosa salah satu pasien dibius dan air mani yang tersisa di celana dalamnya, pembedahan memasukkan Penrose mengalir ke lengannya dan mengisinya dengan darah asing dan antikoagulan . Polisi menggambar apa yang mereka yakini sebagai darah dan DNA Schneeberger dibandingkan pada tiga kesempatan tanpa pertandingan. Keadaan dan jenis pemerkosaan Lecet, memar dan lecet pada bantuan korban menjelaskan bagaimana perkosaan dilakukan. 8-45 persen dari korban menunjukkan bukti dari trauma eksternal, paling sering di mulut, tenggorokan, pergelangan tangan, lengan, payudara dan paha: trauma pada situs ini terdiri dari sekitar dua pertiga dari cedera, sementara trauma pada vagina dan perineum rekening untuk sekitar 20 persen. Coitus terakhir dapat ditentukan dengan melakukan basah-mount vagina pemeriksaan mikroskop (atau oral / anal jika diindikasikan) untuk deteksi sperma motil, yang terlihat pada slide jika kurang dari tiga jam telah berlalu sejak ejakulasi. Namun hanya sepertiga hasil serangan seksual dalam ejakulasi ke dalam lubang tubuh. [3] Selanjutnya, penyerang diduga mungkin memiliki vasektomi atau telah mengalami disfungsi seksual (sekitar 50 persen dari penyerang menderita impotensi atau disfungsi ejakulasi) [3] . Selain itu, asam fosfatase tingkatan dalam konsentrasi tinggi adalah indikator yang baik dari coitus terakhir. Asam fosfatase ditemukan dalam sekresi prostat dan mengurangi aktivitas dengan waktu dan biasanya tidak ada setelah 24 jam. [3] antigen khusus prostat ( PSA ) dapat dideteksi dalam waktu 48-jam. Cairan mani pria vasectomized juga mengandung tingkat PSA signifikan. Nonmotile sperma dapat dideteksi bahkan di luar 72 jam setelah hubungan seksual tergantung pada teknik pewarnaan. Langkah-langkah pemeriksaan Prosedur ketika akan melakukan pemeriksaan pada korban akibat pemerkosaan. Izin pemeriksaan adalah hal pertama yang harus didapatkan dari wanita atau jika anak kecil, dari orang tuanya atau yang menemaninya. Pemeriksaan seharusnya dilakukan pada ruangan tertutup Almarhum W. H. Grace merekomendasikan agar korban diberikan tempat duduk yang paling nyaman, jika dia tidak merasa gelisah, maka keaslian dari segala keluhannya patut dicurigai. Waktu dan tanggal ketika dilakukan pemeriksaan haruslah dicatat, karena interval antara pemeriksaan dan peristiwa kejadian akan dijadikan bahan. Interval seterusnya akan memerlukan penjelasan, dan yang paling penting adalah dokter, akan mengeluarkan surat izin pemeriksaan yang menjelaskan jika ada tanda-tanda pemerkosaan. Hasil negatif pada orang dewasa didapatkan jika pemeriksaan dilakukan setelah lewat beberapa hari, wanita yang telah menikah atau jika dia sudah terbiasa melakukan hubungan seksual. Dokter akan mengambil kesempatan untuk memperhatikan gaya berjalan korban ketika memasuki ruangan pemeriksaan atau dengan tes spesifik. Dokter akan memperhatikan gerak-gerik secara umum dan kebiasaan tubuh. Apakah ketika berjalan akan terasa sakit yang disebabkan oleh luka pada alat kelamin? Apakah
43

korban merasa gembira, menderita, atau jika merasa terganggu, sebagai konsekwensi dari keadaan setelah baru saja diperkosa? Apakah dia adalah wanita lemah atau sehat fisiknya, dan perlawanan macam apa yang bisa dia lakukan? Riwayat Penyakit Pasien Ketika korban ditemani oleh orang tua atau kawan, dokter seharusnya pertama kali mendapatkan informasi dari sebelumnya, terpisah dari sang korban, selanjutnya dokter mendengarkan penjelasan dan cerita dari sang korban dan kedua penjelasan tersebut seharusnya direkam secara detail. Pertanyaan yang lebih spesifik akan diberikan kepada kedua sumber tersebut, sehingga akan memberikan data personal dari sang korban, seperti nama, umur dan status, tanggal dan jam terjadinya insiden, rincian kejadian sepanjang kejadian, posisi dari semua orang dalam lokasi kejadian, langkah yang diambil korban untuk menolak penyerangan, dan apakah dia kehilangan kesadaran saat kejadian. Adalah sangat penting untuk mengetahui apakah pada saat kejadian sang korban sedang mengalami masa haid.

Pengujian Pakaian Ketika sang korban dalam keadaan tanpa busana, pakaian yang dikenakan juga harus diuji. Harus dapat dipastikan apakah pakaian yang terpakai tersebut juga dipakai pada saat kejadian.Jika iya, apakah telah terkotori oleh tanah atau rumput?Apakah terkena noda darah atau yang lainnya, apakah telah rusak, dan apakah salah satu kancingnya telah hilang?Kondisi dari sepatunya juga bisa menjadi bukti dari kebohongan cerita korban.Ketika seorang gadis bernama nannie kembali ke tempat kerjanya pada suatu malam, dia mengaku bahwa dia telah diperkosa dan pergi dengan berjalan bermil-mil.Petugas kepolisian kemudian menguji sepatunya, dan tidak ada tanda-tanda telah terpakai. Ahli bedah dari kepolisian kemudian tidak menemukan tanda-tanda pemerkosaan, dia sedang mengalami menstruasi pada sat itu. Kemudian, dari beberapa pemeriksaan yang lain dapat diindikasikan bahwa dia adalah seorang yang pembohong dan pencuri. Orang Secara fisik, jika dalam kasus yang melibatkan anak kecil, ketika dalam masa berkembang, terutama pada payudara dan alat kelamin, akan sangat terlihat. Apakah sang korban menawarkan pembalasan? Apakah anak tersebut terlihat lebih tua dari seharusnya, dan terlihat seperti anak berusia 16 tahun?Sangat relevan saat ini untuk memperhatikan apakah sudah memakai kosmetik atau dari cara berpakaian.Anak kecil berusia 14 atau seumurnya kadang-kadang, atau sepertinya, sudah berpakaian dan menggunakan make-up dengan cara yang seharusnya dia belum ketahui. Luka : Pertimbangan Umum Seluruh bagian dari luar tubuh korban harus diperiksa apabila terdapat luka, khususnya lecet dan memar.Detail dari setiap luka harus dicatat dan berapa
44

kemungkinan dari umur memarnya.Apakah luka tersebut terlihat seperti terkena saat kejadian atau usaha secara paksa pada saat berhubungan?Apakah bersamaan umurnya dengan tanggal terjadinya penyerangan? Perhatian yang lebih mendalam akan diberikan kepada tangan, muka, leher, dan aspek dalam pada selangkangan. Pemerkosaan pada anak muda yang dibawah 13 tahun akan dengan mudah terpenuhi tanpa adanya luka pada bagian luar karena korbannya tidak dapat melakukan perlawanan pada saat diserang. Beberapa bahkan bersedia untuk berhubungan bahkan dia lah yang mengundangnya. Kunjungan ketempat kejadian juga sangatlah diperlukan ( Gambar. 43, p. 141, and 146, p. 437 ). Alat Kelamin dan Payudara Payudara Satu atau kedua payudara akan mengalami memar apabila diperlakukan secara kasar. Mungkin digigit dan cetakan gigi dari si pelaku terlihat jelas, seperti pada kasus Gorringe, putingnya mungkin terlihat seperti bekas digigit. Genitalia Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan secara menyeluruh yang biasa dilakukan, tetapi padda bagian vulva dan hymen diperlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan teliti. Rambut kemaluan Sampel diperlukan dan harus diambil pada saat pemeriksaan lanjut karena rambut harus didapat tanpa pemotongan langsung pada daerah yang dicurigai.Perlengketan dari rambut dapat disebabkan oleh cairan semen yang mengering. Sampel rambut diperlukan untuk pembuktian akan hal ini dan juga untuk perbandingan dengan rambut yang ditemukan pada baju tersangka. Vulva Cedera/trauma pada vulva dapat dilihat dengan adanya sakit pada perabaan, pembengkakan, kemerahan (perubahan warna dengan sekitar), memar, dan lecet. Selaput dara Pemeriksaan selaput darah terutama pada anak, yang sulit dilakukan atau sulit dinilai / dijangkau difasilitasi dengan penggunaan pemeriksaan tertentu. Robekan (luka) selaput dara yang masih baru dapat dilihat dengan adanya perdarahan pembengkakan dan proses inflamasi, tetapi jika sudah terjadi proses penyembuhan luka, perlu diperhatikan dengan seksama antara robekan selaput dara dengan bentuk bentuk yang tidak biasa dari selaput darah yang masih utuh. Liang senggama (Vagina ) Pelebaran dari liang senggama (vagina ) dapat menunjukkan akan adanya persetubuhan, tapi hal tersebut juga dapat disebabkan oleh masuknya benda asing (seperti tampon). Memar, lecet atau terkikisnya kulit dapat terjadi karena adanya
45

paksaan dalam persetubuhan dan tidak menyatakan bahwa hal tersebut sebagai tindakan perkosaan. Terdapat kasus-kasus menarik tentang robeknya liang senggama yang tidak disebabkan olen perkosaan. Seperti yang diilustrasikan pada kasus robeknya liang senggama (vagina) dikarenakan koitus yang biasa, yang dilaporkan oleh Victor Boney (1912). Seorang wanita dilarikan ke rumah sakit setelah dilaporkan menderita perdarahan dan peritonitis.Robekan pada fornix posterior sampai peritoneum. Dia sempat disangka melakukan aborsi kriminalis dengan menggunakan alat bantu (dia adalah seorang wanita yang telah memiliki banyak anak sebelumnya). Pada kenyataannya perdarahan tersebut terjadi dikarenakan melakukan koitus dengan posisi berdiri pada saat mabuk.Adapula kasus perforasi vagina yang disebabkan karena kelemahnya tekstur.

Cairan vagina Cairan vagina dikumpulkan ( swab& fresh smear) terutama untuk menunjang pemeriksaan. Dapat untuk mendeteksi penyakit sexual yang ditularkan, menemukan sperma, dan cairan semen untuk mengarahkan akan telah terjadinya persetubuhan

Pemeriksaan Terhadap Tersangka Ijin untuk pemeriksaan terhadap tersangka tidak merupakan patokan utama, seharusnya didapat oleh dokter serta ditulis dan melalui kesaksian pada pemeriksaan. Pemeriksa akan menulis tentang usia, ukuran fisik dan bentuk fisik yang terdapat pada tersangka. Pemeriksaan juga harus menjelaskan jika terdapat luka-luka ( bekas cakaran kuku/luka lecet, luka memar, dan tanda-tanda yang mengarah kepala perlawanan) Pemeriksaan cairan semen, bercak sperma pada pakaian diharapkan dapat memberikan penjelasan. Juga diperlukan pemeriksaan lanjut seperti ukuran penis, apakah pria tersebut potent/impotent. Akumulasi dari smegma kurang dapat menentukan tetapi robekan pada frenum mengarahkan atas terjadi hubungan sex. Pemeriksaan bakteriologis juga dapat dilakukan (penularan penyakit sexual yang terjadi akibat persetubuhan), pemeriksaan sampel darah juga dapat dilakukan (terutama pada kasus-kasus grouping ). Pemeriksaan terhadap baju tersangka perlu dilakukan terutama untuk menemukan adanya rambut, darah, bercak.Jika didapatkan bercak darah maka harus ditentukan milik siapa.

46

3. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Perkosaan 1. Kronologis Pemeriksaan Kasus Kejahatan Seksual: 1. Informed consent 2. Anamnesa Pasien : a. Umum : Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain Apa pernah bersetubuh Kapan persetubuhan terakhir Apakah memakai kondom b. Khusus: Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian Apakah korban melawan Apakah korban pingsan Apa ada penetrasi dan ejakulasi Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian

3. Memeriksa pakaian 4. Robekan Kancing putus Bercak darah Air mani Lumpur Rapi atau tidak Memeriksa tubuh korban Umum -Penampilan -Keadaan emosional -Tanda bekas hilang kesadaran -Tanda needle mark -Tanda kekerasan -Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB, BB, TD, keadaan jantung, paru, abdomen -Adakah trace evidence pada tubuh korban Khusus *Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mongering gunting *Bercak air manikerok/swab *Vulva tanda kekerasan *Introitus vagina *Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ; persetubuhan= 9cm
47

5.

*Frenulum labiorum pudenda *Vagina dan cervix Pemeriksaan Laboratorium Tes Penyaring cairan mani Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV Tes Penentu cairan mani Berberio, Florence, Puranen Tes Penentu spermatozoa Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii Tes toksikologi (urin,darah) Tes kehamilan Tes kuman Gonorrhea

2. Pemeriksaan laboratoriun pada kasus kejahatan seksual Pemeriksaan cairan mani Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Dapat mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan. Bahan yang diambil dari tubuh korban: Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan dengan bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina dan permukaan mulut rahim. Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa Tanpa pewarnaan Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam. Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.

Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan

Dengan pewarnaan Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan. Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
48

Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau) Penentuan cairan mani (kimiawi) Reaksi fosfatase asam Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus dikonfirmasi ulang lagi dengan menggunakan tes penentu Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring ang telah terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens. (+)timbul warna ungu dalam waktu 30 detik + palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-tumbuhan.

Reaksi Berberio Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh (+)kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal

Reakssi florence Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin. Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup. (+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah. + palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan memberikan warna serupa.

Pemeriksa bercak mani pada pakaian Visual Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan mengering. Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh Taktil Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji

Pewarnaan baecchi
49

Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada, periksa dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil warna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat banyak menempel pada selaput benang.

Pemeriksaan pria tersangka Cara lugol Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian kolom, korona serta frenulum Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen. Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya kromatin seks (barr body).

50

4. Memahami dan menjelaskan hukum dan sanksi pemerkosaan dan membunuh dalam pandangan islam KLASIFIKASI JINAYAT PEMBUNUHAN Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis: 1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa (pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga: a. Pembunuhan dengan sengaja (al-amd) = Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa, Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan terencana) terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat yang biasanya dapat membunuh. b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-amdi) = Membunuh dengan cara dan alat yang biasanya tidak membunuh. Sangsi Hukuman: Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil c.Pembunuhan karena keliru (al-khatha) atau pembunuhan tidak sengaja, kesalahan semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama sekali. Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia. Sangsi Hukuman: Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
51

pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya ialah Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta menyediakan azab yang besar baginya. (Qs. An-Nisa`: 93) 2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan nyawa: 1. Luka-luka 2. .Lenyapnya fungsi anggota tubuh 3. .Hilangnya anggota tubuh CARA MELAKSANAKAN QISAS Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa (qishash) atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan dengan sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yg dilakukan terhadap korban Dg pedang atau senjata Dg alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh. Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT 1. Pembunuhan sengaja, 2. Pembunuhan menyerupai sengaja, 3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja). 4. Penganiayaan sengaja, 5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).

52

Memahami dan menjelaskan pemerkosaan dalam islam Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual dengan paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364; Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18). Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT (artinya), Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Anaam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang penggembala, demi mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294). Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi) karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka. (HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, Ini hadits hasan). (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364). Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang yang berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl), yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38). Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda -beda sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:

Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu kesaksian empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukan muhshan, dan dirajam hingga mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358). Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang menjaga diri dari zina (al iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-laki yang
53

dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina

54

Daftar Pustaka Dimaio Vincent J. Diminick Dimaio Forensic Pathology. Second Edition CRC Hamdani, Njowito. 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Abdul Minim Idries,2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Idries, A.M., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi 1, Binarupa Aksara, Jakarta Budiyanto,1997.Ilmu Kedokteran Forensik. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 187-9. Chadha, PV. Otopsi Mediko-Legal. Dalam: Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi Kelima. Guntur, P.J.L.,2000. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta.

55

Anda mungkin juga menyukai