Anda di halaman 1dari 6

Tugas Ujian

PENGGUNAAN MANITOL DALAM MENURUNKAN TEKANAN INTRAKRANIAL

Disusun Oleh: Etika Rahmi 04114705012

Penguji: dr. H. Syafruddin Yunus, Sp.S (K) Pendamping: dr. Masita

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF (NEUROLOGI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2013

A. Pendahuluan Manitol saat ini merupakan diuretika osmotika yang banyak digunakan sebagai obat pilihan untuk mengatasi tekanan tinggi intrakranial. Manitol merupakan diuretika osmotika utama yang digunakan untuk mengurangi edema serebri. Manitol menurunkan tekanan intrakranial dengan cara memindahkan cairan dari intraselular ke ruang intravaskular.4 Pemindahan cairan tersebut karena menaikkan gradient osmotik antara otak dan darah. Efek cepat manitol didapat dari perubahan keenceran darah yang akan menaikkan aliran darah otak serta oksigenasi otak yang menyebabkan vasokontriksi yang berujung pada penurunan tekanan intrakranial. Efek samping manitol dapat menyebabkan diuresis cairan dan elektrolit sehingga terjadi hipotensi intravaskular yang dapat meningkatkan mortalitas penderita cedera kepala. Pemberian manitol jangka panjang dapat menyebabkan dehidrasi intravaskular, hipotensi, serta azotemia prerenal yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Larutan garam hipertonik mulai digunakan sebagai agen osmotik agar terjadi penurunan tekanan intrakranial. Pemberian larutan garam hipertonik pada hewan percobaan yang mengalami syok hemoragik mampu menurunkan tekanan intrakranial serta edema serebri, juga meningkatkan aliran darah otak dan pengantaran oksigen.

B. Farmakokinetik Manitol tidak dimetabolisme terutama oleh Glomerulus Filtrasi, sedikit atau tanpa mengalami reabsobsi dan sekresi di tubulus atau bahkan praktis dianggap tidak direabsrbsi. (Sunaryo dalam Sulistia (editor), 2005). Manitol meningkatkan tekanan osmotik pada glomerulus filtrasi dan mencegah tubulus mereabsorbsi air dan sodium. Sehingga manitol paling sering digunakan diantara obat ini. Manitol diekresikan melalui filtrasi glomerulus dalam waktu 30 60 menit setelah pemberian.

C. Farmakodinamik Diuretik osmotik (Manitol) mempunyai tempat utama yaitu pada tubulus proksimal, Ansa Henle dan duktus kolingens (Sunaryo,2005). Diuresis osmotik digunakan untuk mengatasi kelebihan cairan di jaringan (intra sel) otak . diuretik osmotik yang tetap berada dalam kompartemen intravaskuler efektif dalam mengurangi pembengkakan otak (Ellen Barker. 2002). Manitol adalah larutan hiperosmolar yang digunakan untuk terapi

meningkatkan osmolalitas serum .(Ellen Barker. 2002). Dengan alasan fisiologis ini, cara kerja diuretik osmotik (Manitol) ialah meningkatkan osmolalitas plasma dan menarik cairan normal dari dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke intravaskuler yang olmolar tinggi, untuk menurunkan oedema otak. Manitol mempuyai efek meningkatkan ekskresi sodium, air, potassium dan chloride, dan juga elekterolit lainnya. (Mariannne Chulay, 2006). Pemberian Manitol untuk menurunkan tekanan Intrakranial masih terus dipelajari dan merupakan objek penelitian, untuk mengetahui efek, mekanisme kerja dan efektifitas secara klinis manitol untuk menurunkan peningkatan tekanan intrakranial. Telah diketahui pada pemberian manitol banyak mekanisme aksi yang terjadi pada sistim sirkulasi dan darah dalam mengatur haemostasis dan haemodinamik tubuh, sehingga menjadi obat pilihan dalam menurunkan peningkatan tekanan intra cranial. Berdasarkan farmakokinetik dan farmakodimik diketahui beberapa mekanisme aksi dari kerja manitol sekarang ini adalah sebagai berikut: 1. Menurunkan viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang penting untuk mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan aliran darah ke otak, yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh darah arteriola dan menurunkan volume darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat (menit). 2. Cepatnya pemberian dengan bolus intravena lebih efektif dari pada infuse lambat dalam menurunkan peningkatan tekanan intrakranial.

3. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan gagal ginjal. ini dikarenakan efek osmolalitas yang segera merangsang aktivitas tubulus dalam mensekresi urine dan dapat menurunkan sirkulasi ginjal. 4. Pemberian manitol bersama lasik (furosemid) mengalami efek yang sinergis dalam menurunkan peningkatan tekanan intrakranial. Respon paling baik akan terjadi jika manitol diberikan 15 menit sebelum lasik diberikan. Hal ini harus diikuti dengan perawatan managemen status volume cairan dan elektrolit selama terapi diuretik.

D. Indikasi dan Dosis pada terapi menurunkan Tekanan Intra Kranial. Indikasi Terapi penatalaksanaan untuk menurunkan peningkatan Tekanan intra cranial dimulai bila mana tekanan Intra cranial 20-25 mmHg (Dea Mahanes dalam Mariannne Chulay, 2006). Managemen penatalaksanaan peningkatan tekanan intra cranial salah satunya adalah pemberian obat diuretik osmotik (Manitol), khususnya pada keadaan patologis edema otak. Tidak direkomendasikan untuk penatalaksanaan tumor otak. Dosis Dosis awal manitol 20% 1-1,5 g/kgBB IV bolus, diikuti dengan 0,25-0,5 g/kgBB IV bolus tiap 4-6 jam. Efek maksimum terjadi setelah 20 menit pemberian dan durasi kerjanya 4 jam. Pernberian manitol ini harus disertai pemantauan kadar osmolalitas serum. Osmolalitas darah yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko gagal ginjal. Kadar osmolalitas serum tidak boleh lebih dan 320 mOsmol/L. Fungsi ginjal, elektrolit, osmolalitas serum juga dimonitor selama pasien mendapatkan manitol. Perlu perhatian serius dalam pemberian manitol bila osmolalitas lebih dari 320 mOsm/L. Karena diureis, hipotensi dan dehidrasi dapat terjadi dengan pemberian manitol dalam jumlah dosis yang banyak. Foley Catheter

harus dipasang selama pasien mendapat terapi manitol. Dehidrasi adalah manisfestasi dari peningkatan sodium serum dan nilai osmolalitas. Sedian Obat: Manitol, Larutan Injeksi 20% dalam 250 ml atau 500 ml. E. Toksisitas Ekspansi Cairan Ekstraseluler. Manitol secara cepat didistribusikan ke ruangan ekstraseluler dan

mengeluarkan air dari ruang Intraseluler. Awalnya, hal ini akan menyebabkan ekspansi cairan ektraseluler dan hiponatremia. Efek ini dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif dan akan menimbulkan edema paru. Sakit kepala, mual, dan muntah ditemukan pada penderita yang mendapatkan diuretik ini. Dehidrasi Dan Hipernatremia. Penggunaan Manitol berlebihan tanpa disertai pergantian air yang cukup dapat menimbulkan dehidrasi berat, kehilangan air dan hipernatremia. Komplikasi ini dapat dihindari dengan memperhatikan ion serum dan keseimbangan cairan. Peningkatan TIK kembali pasca pemberian Manitol. Meskipun osmotik ini telah lama dipertimbangkan menyebabkan resiko balik, dengan tekanan intrakranial kembali tinggi atau menjadi lebih tinggi dari tekanan awal penanganan, fenomena seperti ini sekarang dipertayakan kembali. Bebarapa peneliti percaya bahwa resiko ini harusnya tidak terjadi bila pembarian obat dilakukan dengan tepat. Karena alasan ini pembarian manitol harus hati-hati, tepat dan pengawasan atau monitoring respon pasien yang benar dan adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin MZ, Risdianto A. 2012. Perbandingan efektivitas natrium laktat dengan manitol untuk menurunkan tekanan intrakranial penderita cedera kepala berat. Departemen Bedah Saraf FK Unpad RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dewanto G, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. Mariannne Chulay, Suzanne M. Burns, (2006): AACN Essentials of Critical Care Nursing. International Edition. By Mc Graw Hill. Mary J Mycek, et all (2001). Lippincotts Illustrated Reviews: Pharmacology, 3rd edition, by Limppincott. Sulistia dkk (editor). 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Gaya Baru. http://www.skeptcfiles.org/md001/osmoyic.htm. Osmotic Diuretics Mechanisms osmotic agents shift water between comprtements. akses tanggal 12 februari 2006. http://www.skeptcfiles.org/md001/osmoyic.htm. Laura Ibsen. Cerebral Resusitation and Increased Intracranial Pressure. Akses tanggal 12 februari 2006.

Anda mungkin juga menyukai