Anda di halaman 1dari 34

GINGIVITIS

Jaringan periodonsium adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva, sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan akibat interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis.

Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat reversibel. Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi. Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran, perubahan kontur/bentuk pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku. Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi bakteri. Pada awalnya organisme streptokokus gram positif mendominasi. Tetapi, setelah 3 minggu, spesies batang gram positif khususnya Actinomyces, organisme gram negatif seperti Fusobacterium, Veillonella dan organisme-organisme spirochaetal termasuk treponema berkoloni menempati sulkus gusi. Gingivitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, juga terjadi pada masa remaja, dan gingivitis tidak mempunyai predileksi, terhadap jenis kelamin atau ras.

(http://medicastore.com/penyakit/143/Gingivitis_radang_gusi.html)

12

KLASIFIKASI GINGIVITIS
Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi: 1. Gingivitis Akut Gingivitis akut dibagi menjadi : a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis IANUG) GUNA terbagi lagi menjadi: GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal GUNA yang berkaitan dengan H.I.V

b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis) 2. Gingivitis kronis Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi: a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated gingivitis) b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis) c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis) 3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri. Menurut Carranza dan Glickmans Clinical Periodontology (2002)( Carranza, F. A., Newman, M. G. 2002. Clinical Periodontology. 10th ed. Tokyo: W. B.Saunders Company.), gingivitis dibedakan berdasarkan perjalanan dan lamanya serta penyebarannya. Berdasarkan perjalanan dan lamanya diklasifikasikan atas empat jenis yaitu : 1. gingivitis akut (rasa sakittimbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu pendek), 2. gingivitis subakut (tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut), 3. gingivitis rekuren (peradangan gusi yang dapat timbul kembali setelah dibersihkan dengan perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul kembali, 4. gingivitis kronis (peradangan gusi yang paling umum ditemukan, timbul secara perlahanlahan dalam waktu yang lama, dan tidak terasa sakit apabila tidak ada komplikasi dari gingivitis akut dan subakut yang semakin parah).
13

Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya a. Gingivitis Lokalisata Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi. Membatasi gusi pada satu daerah gigi atau beberapa daerah gigi b. Gingivitis Generalisata Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau rahang bawah. Meliputi gusi di dalam rongga mulut secara menyeluruh c. Gingivitis Marginalis Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah attached gingiva. Meliputi margin gusi tetapi juga termasuk bagian batas gusi cekat d. Gingivitis Dims Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta papila interdental. Meliputi margin gusi, gusi cekat, dan papila interdental e. Gingivitis Papilaris Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginal gingiva yang berbatasan. Meliputi papila interdental, sering meluas sampai batas margin gusi, dan gingivitis lebih sering diawali pada daerah papila

Gambar 1 : Gineivitis marginaiis karena plak (Robert P. Langlais dart Crate 51 Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

14

Gambar 2. Papila-papila berkawah : Gingivitis Ulseratif Akut yang Nekrosis (ANUG) (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwama Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

Gambar 3. Gingivitis Hormonal pada Wanita Pubertas (Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim), (Robert P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

DENTAL PLAK INDUCED

Terjadi pada periodontium dengan tidak ada attachment loss atau adaattachment loss yang menyeluruh dan tidak berkembang.

15

Gingivitis associated with dental plaque only

Disebabkan karena interaksi antara mikroorganisme pada dental plak biofilm, jaringan, dan sel ecurrent16ry host.a. With local contributing factor. Faktor local yaitu plaque-retentive calculus formation pada mahkota danpermukaan akar yang memiliki kemampun untuk

melekatkanmikroorganisme dan menghalangi pembersihannya dengan teknik controlplak.b. Without local contributing factor2. Gingival disease modified by systemic factor

a. Associated with Endocrine system 1) Puberty associated gingivitis. Respon gingivitis terhadap dental plak dan 16ecurre yang relative sedikit selama masa puber. 2) Menstrual-cycle associated gingivitis Respon gingivitis terhadap dental plak dan 16ecurre sebelum ovulasi. 3) Pregnancy associated- Gingivitis Respon terhadap dental plak dan perubahan 16ecurre, biasanya terjadi selama trimester 2 dan 3.- Pyogenic granuloma. Terdapat mushroom-shaped 16ecurren pada margin gingival, tetapi lebih umum terjadi pada interdental papil selama kehamilan. Bukan tumor, tetapi merupakan respon terhadap iritasi yng diakibatkan hemangioma yang dapat mudah berdarah. 4) Diabetes mellitus associated gingivitis b. Associated with blood dyscrasias 1) Leukemia associated gingivitisDisebabkan karena terganggunya keseimbangan sel darah putih yangmenyuplai periodonsium, sehingga terjadi peningkatan pendarahan danpembesaran gingival. 2) Lainnya Gingivitis yang berhubungan dengan keabnormlan fungsi atau jumlahsel darah. c. Gingival disease modified by medication (drug influenced gingivaldisease) 1) Drug influenced gingival enlargementSystemic medication :- Anticonvulsant : phenytoin- Ca channel blocker : nivedipine, verapamil, diltializem, sodiumvalporat.- Imunosupresant :
16

cyclosporine- Adanya plak akan memperburuk kondisi.2) Drug influenced gingivitisOral contraceptive associated gingivitisYaitu yang dikonsumsi oleh wanita premenopause d. Gingival disease modified by malnutrition 1) Ascorbic acid deficiency gingivitisYaitu kekurangan asam askorbat (vitamin C) yang kronis. Manifestasi :bengkak, ulcer, mudah berdarah. 2) Lainnya - Deficiency nutrisi spesifik : vitamin a untuk menjaga kesehatan epitel sulkus vitamin b untuk menjaga kesehatan mukosa

- Kelaparan mengeliminasi semua nutrient yang dibutuhkan untukkesehatan periodonsium.

2.2.4 Non-plak Induced 1. Disebabkan oleh bakteri a.Neisseria gonorrhoeae b. Treponema pallidum c. Streptooccus species 2. Disebabkan oleh virus Infeksi virus herpes- primary herpetic gingivostomatitis- 17ecurrent oral herpes- varicella zoster, dll. 3. Disebabkan oleh jamur a. Infeksi candida - Gingival candidiasis b. Linear gingival erythema c. Histoplasmosis
17

e. Lainnya 4. Karena genetic a. Hereditary gingival b. Lainnya 5. Karena kondisi sistemik a. Kelainan mukokutaneus - Lichen planus - Pemphigus vulgaris - Pemphygoid - Erytheum multiforme - Lupus erythematosus - Drug induced - Lainnya b. Reaksi alergi 1) Dental restorative materials - merkuri, nikel, aklirik, other 2) reaksi yang diakibatkan oleh - pasta gigi, obat kumur - permen karet aditif - makanan

18

ETIOLOGI GINGIVITIS
Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu: a. Faktor lokal b. Faktor sistemik

A. Faktor Lokal Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di maksudkan dengan plak dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi. b. Faktor Pendorong /predisposisi Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong : Materia alba Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari mikroorganisme, leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi dan partikel-partikel makanan. Materi ini bisa melekat ke permukaan gigi maupun restorasi dan gingiva, Debris Makanan Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris makanan adalah partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak tuntas terlarutkan oleh enzim bakteri atau mekanis lidah, bibir dan pipi. Stein Dental Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan gigi. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein seperti: stein hitam (black stein) stein hijau (green stein) dan stein jingga (orange stein) Kalkulus

19

Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi. Karies Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini mudah terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya. Merokok Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal beragam, terdiri dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu menghisap rokok. Stein tembakau akibat merokok dianggap mempermudah penumpukan plak. Impaksi makanan (food impaction) Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit tersebut merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan plak dan merupakan iritasi mekanis terhadap periodontium Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry) Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang terlalu tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka, tepi mahkota tiruan yang tidak baik, restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak baik kedudukannya, dan piranti orthodonti. Kontrol plak inadequat Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan deposit lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan dari perlekatannya. Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri plak. Sebaliknya makanan yang kenyal dan berserat menghalangi penumpukan plak. Trauma mekanis Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga lebih

mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri plak. Trauma mekanis


20

ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan kuku. Trauma kimiawi Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal pada gusi sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi maupun obat kumur yang keras serta obat-obatan yang bersifat bisa menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva. Faktor lokal fungsional: Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan bemapas dari mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para fungsional serta oklusi yang traumatik B. Faktor Sistemik Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi : pubertas, kehamilan dan menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin dan defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperplasia gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor psikologis (emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus, gangguan penyakit hematologis : leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilatating disease)

Beberapa mikroorganisme yang terdapat pada gingivitis marginalis kronis:

21

Veilonella spp.

- 55% adalah gram + dengan terkadang berbentuk spirochaetes & motile rods. - Gingivitis berhubungan dengan paparan plak yang berkepanjangan pada host. - Mikrobiologi poket gingiva berubah selama proses transisi dari initial lesion hingga established lesion. - Pada tahap awal (initial stage), gram + dan fakultatif organisme mendominasi termasuk Streptococci. - Pada early lesion, Actinomyces spp. meningkat bersama dengan proporsi species canophilic, seperti Capnsytophaga spp. dan bakteri gram () anaerob

obligat. Sebagai contoh, pada suatu studi pada initial stage proporsi Actinomyces israelii dan Actinomyces naeslundi hampir 2x lipat. - Ketika penyakit berlanjut pada tahap established lesion, ketika perdarahan sudah terlihat, flora akan berubah lebih jauh dan level dari black pigmented anaerob seperti Phorpohyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia meningkat.

22

PATOGENESIS
Patogenesis Penyakit Periodontal Patogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya penyakit dari tahap awal sampai akhir. Tahapan patogenesis penyakit pada penyakit periodontal berupa inflamasi kronis. a. Interaksi pejamu bakteri pada daerah subgingiva Secara normal daerah subgingiva dan permukaan gigi yang berdekatan dihuni oleh bakteri dalam jumlah dan jenis yang bervariasi dan membentuk plak bakteri/plak gigi (bakterial plague/dental plague). Beberapa menit setelah terdepositnya partikel, partikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada partikel dan agen bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva. Plak bakteri dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh pejamu (host) tanpa menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan adanya keseimbangan antara serangan bakteri plak dengan mekanisme pertahanan pejamu. Apabila bakteri tertentu dari plak bertambah jumlah dan menghasilkan faktor-faktor virulensi, keseimbangan tersebut akan terganggu dengan akibat timbulnya penyakit. Penyakit dapat pula timbul akibat menurunnya mekanisme pertahanan pejamu. b. Mekanisme pertahanan periodonsium Pertahanan periodonsium dibangun oleh berbagai faktor seperti integritas permukaan, saliva, cairan sulkus gingiva dan leukosit pada daerah dentogingival, yang dikelompokkan sebagai mekanisme protektif non spesifik dan sistem imunitas yang merupakan mekanisme protektif spesifik. c. Stadium awal respon pejamu Pejamu akan memberikan respon terhadap penumpukkan bakteri atau produkproduknya di dalam sulkus gingiva. Reaksi inflamasi akut ini berupa respon vaskular dan respon seluler. d. Mekanisme timbulnya gingivitis dan periodontitis

23

Gingivitis dan periodontitis, merupakan bagian terbesar dari penyakit yang melibatkan periodonsium, merupakan infeksi bakterial kronis. Bentuk dan perluasannya dipengaruhi oleh interaksi pejamu bakteri. Bakteri patogen periodontal dapat menimbulkan penyakit secara langsung maupun secara tidak langsung.

TAHAPAN PATOGENESIS 1. Initial Lesion - Perubahan vaskular ditandai dengan dilatasi kapiler dan peningkatan flow darah respon pertama disebut dengan gingivitis subklinis - Secara klinis belum tanpa tanda-tanda kelainan - Secara histologi : gambaran klasik keradangan akut pada jaringan ikat dibawah JE, dan peningkatan PMN pada jaringan ikat JE dan sulkus gingiva - Akumilasi PMN mengakibatakan peningkatan aliran cairan gingiva - Setelah 2 hari - 1 minggu akumulasi plak terjadi peningkatan netrofil pada pembuluh darah 2. Early Lesion - Secara klinis : kemerahan dan proloferasi kapiler - Bleeding on probing - Secara histologi : -sel plasma dan mostosit

spon keradangan lebih besar dari initial lesion

24

3. Established Lesion - secara klinis perubahan warna, ukuran, tekstur, tanda dari gingivitis kronis - aliran darah lambat anoxemia gingiva yang terlokalisir kebiru-biruan - Gungiva merah gelap pecahnya hemoglobin dan ekstravasasi SDM ke jaringan - Secara histologis : ng lebih hebat antara lain meningkatnya sel-sel plasma

4. Advanced Lesion - Sudah meluas ke tulang

25

GEJALA KLINIS

Gambaran Klinis a. Perdarahan gingiva (BoP) - Gejala awal: peningkatan aliran cairan krevikular gingival perdarahan sulkus gingiva dengan probing (BoP)

- Perdarahan tampak lebih dulu daripada tanda keradangan yang lain - Warna juga dapat digunakan untuk diagnosa awal keradangan gingival b. Perubahan warna - Gingivitis kronis Merah gelap atau merah kebiruan Karena proliferasi vaskuler kapiler dan berkurangnya keratinisasi karenatertekannya epitel oleh jaringan yang terinflamasi. Venous statis warnakebiruan. Dimulai dari papil interdental dan margin gingival attached gingival

.- Gingivitis akut Merah terang pada marginal, diffuse atau seperti bercak. Parah:merah abu-abu, mengkilat

c. Perubahan pada tekstur permukaan - Hilangnya stippling - Permukaan gingiva licin, mengkilap, padat atau keras dan bernodul-nodul kronis tergantung eksudat atau fibrotik

26

- Gingivitis akut pembengkakan difuse dan lunak, kadang disertaipseudomembran warna abu-abu d. Perubahan posisi - Terjadi resesi - Etiologi: Fisiologis 8% pada anak-anak, 100% pada usia>50 tahun Cara menggosok gigi abrasi gingival Malposisi gigi, keradangan, frenulum yang tinggi, trauma oklusi.

e. Perubahan konsistensi - Kronis konsistensi lunak - Tergantung sifat edematous atau fibrotikf. Perubahan kontur gingival - Berkaitan dengan pembesaran gingiva dan kondisi.

27

CIRI KLINIS GINGIVA NORMAL DENGAN GINGIVITIS


Ciri-ciri klinis gingiva normal lebih mudah dipahami apabila dikaitkan dengan struktur mikrpskppisnya, Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran, perubahan kontur, pendarahan. Ciri Klinis Gingiva Normal Ciri klinis dari gingiva normal terdiri dari: a. Warna gingival Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral pink). Warna gingiva dipengaruhi oleh pasokan vaskular, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. b. Besar gingiva Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel interseluler serta vaskular. Jumlah elemen interseluler maupun pasok vaskuler pada keadaan patologis menyebabkan pertambahan besar gingiva. Besarnya gingiva merupakan gambaran yang umum dijumpai pada penyakit gingival. c. Kontour/bentuk gingiva Kontour atau bentuk gingiva dipengaruh oleh bentuk gigi geligi dan besar lengkung rahang, lpkasi dan besar area kontak proksimal dimensi embasur gingiva dalam arah vestibular dan oral. Gingiva bebas mengelilingi gigi seperti kerah baju mengikuti arah seperti busur (arcatte/scalloped) pada pennukaan vestibular dan oral. d. Konsistensi gingiva Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilent). Konsistensi gingiva cekat yang kaku disebabkan oleh papillanya banyak mengandung serat kolagen dan melekat pada tulang alveolar, dan berkonsistensi kaku karena adanya serat-serat gingiva.

e. Tekstur permukaan gigi


28

Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit jeruk (stiplead/stipling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas adalah licin. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur seperti kulit jeruk, sedangkan bagian tepinya licin. Stippling timbul sebagai adaptasi gingiva untuk menerima fungsi yang secara mikroskopis disebabkan adanya protuberansia (penonjolan) dan depresi pada permukaan gingiva.

Ciri Klinis Gingivitis Ciri-ciri gingivitis mencakup pendarahan, perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan, pembentukan konftu/bentuk, perubahan saku gusi, resesi gingiva, halitosis dan rasa sakit. a. Perdarahan Perdarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau karena trauma mekanis, misalnya sewaktu menyikat gigi. Terjadinya pendarahan gingiva pada waktu probing merupakan tanda klinis gingivitis yang penting. Pendarahan ini mudah terjadi karena inflamasi kronis menyebabkan penipisan dan ulserasi epitel sulkus, dan pembuluh darah yang penuh berisi darah menjadi rapuh dan terdesak oleh cairan dan sel radang sehingga berada lebih dekat ke permukaan epitel sulkus. b. Perubahan warna Perubahan warna gingiva biasanya bermula pada papila interdental dan gingiva bebas. Bila inflamasi bertambah parah terjadi perubahan warna pada gingiva cekat Akibat inflamasi kronis warna gingiva yang normainya merah jambu akan berubah menjadi sedikit merah sampai merah tua karena terjadinya proliferasi vaskular dan berkurangnya keratinisasi akibat terhimpitnya epitel oleh jaringan yang terinflamasi. Terjadinya stasis venous menyebabkan warna gingiva menjadi merah kebiru-biruan sampai biru, apabila vaskularisasi bericurang (berkaitan dengan terjadinya fibrosis atau proses reparatif) warna gingiva terlihat pueat atau hampir menyerupai warna normal. c. Perubahan Konsistensi

29

Pada tahap awal konsistensi gingiva belum mengalami perubahan. Konsistensi gingiva kemudian dapat berubah menjadi lunak dan menggembung, serta berlekuk apabila ditekan. Hal ini adalah akibat jaringan ikat gingiva diinfiltrasi oleh cairan dan selsel eksudai inflamasi. Dalam tahap lanjut konsistensinya menjadi sangat lunak dan rapuh yang mudah koyak apabila diprobing, Konsistensi yang demikian disebabkan karena degenerasi jaringan ikat dan epitel gingiva. Bila inflamasi kronis berlangsung lama terjadi fibrosis dan proliferasi epitel sehingga konsistensi gingiva menjadi kaku seperti kulit. d. Perubahan tekstur permukaan Perubahan tekstur permukaan yang sering terlihat adalah hilangnya tekstur seperti kulit jeruk, dan berubah menjadi licin dan berkilat karena perubahan histopatologis yang terjadi didominasi oleh eksudasi. Tekstur yang demikian terjadi pada gingiva yang berkonsistensi lunak. Perubahan histopatologisnya didominasi oleh fibrosis, tekstur permukaannya adalah bernodul-nodul. e. Perubahan kontur/bentuk Perubahan kontur gingiva pada gingivitis umumnya berkaitan dengan terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement), meskipun pembesaran gingiva ini juga bisa disebabkan oleh sebab-sebab lain sebagaimana biasanya akibat pembesaran gingiva ini tepi giginya membulat dan papila interdental menjadi tumpul. f. Perubahan saku gusi Pada gingivitis terjadi pembentukan saku gusi (gingival pseudo pocket) yaitu sulkus gingiva yang dinding jaringan lunaknya terinflamasi tanpa adanya migrasi epitel saku ke apikal. Perbedaan saku gusi dengan sulkus gingiva adalah pada saku gusi terdapat tanda-tanda inflamasi gingiva. Kedalamannya bisa tetap, tetapi bisa juga bertambah apabila terjadi pembesaran gingiva atau naiknya tepi gingiva ke koronal. g. Resesi Resesi adalah tersingkapnya permukaan akar gigi akibat bergesernya posisi gingiva ke apikal, bisa terjadi pada gingiva yang terinflamasi apabila gingivanya tipis terutama bila gingiva cekatnya inadequate h. Halitosis
30

Halitosis atau nafas yang terasa bau sering dikeluhkan penderita gingivitis, dan keluhan inilah yang sering menjadi alasan bagi pasien untuk meminta perawatan. Penyebabnya adalah sisa makanan yang tertinggal, dan eksudat radang. Halitosis yang disebabkan oleh gingivitis harus dibedakan dengan yang disebabkan oleh sebab-sebab lain seperti kelainan pada saluran pernafasan dan pencernaan dan penyakit-penyakit metabolisme seperti^ diabetes melitus dan uremia. i. Nyeri Sakit Nyeri sakit jarang menyertai gingivitis pada tahap awal, kalaii terjadi eksaserbasi akut, gingiva terasa nyeri waktu menyikat gigi karena penderita menyikat giginya hanya dengan tekanan yang lebih ringan dan lebih jarang menyikat gigi, sehingga plak lebih banyak menumpuk dan kondisi penyakit bertambah parah.

Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink), tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan lenting, dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling). Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan, bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya yang licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.

31

PENATALAKSANAAN GINGIVITIS

Sebelum melakukan perawatan gingivitis, dilakukan pengukuran keparahan gingiva serta kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, dan diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks. Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingiva (gingiva index) , indeks pendarahan papilla (papillary bleeding index), dan indeks titik-titik pendarahan (bleedingpoint index). Guna indeks gingiva adalah untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi geligi yang diperiksa : papilla distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingiva oral. Skor untuk setiap gigi diperoleh dengan meajumlahkan skor untuk keempat sisi yang diperiksa falu dibagi empat. Jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, maka diperoleh skor indek gingiva untuk individu. Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukankan dari skor indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut:

Skors Indeks Gingiva 0,1 - 1,0 1,1-2,0 2,1-3,0

Kondisi Gingiva Gingivitis Ringan GingtvitisSedang GingivitisParah

Indek pendarahan papiia diketahui dengan cara pengamatan perdarahan timbuf setelah prob diselipkan dari vestibular ke col sebeiah mesial dari gigi yang diukur. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan mesiovestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut
32

mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya. Setelah probing pada semua gigi geligi selesai, dilakukan pencatatan skpr dengan kriteria sebagai berikut: 0= 1= 2= 3= Tidak terjadi pendarahan Pendarahan berupa titik kecil Pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis Pendarahan menggenang di interdental

Presentase jumlah permukaan dengan pendarahan dihitung dengan rumus:


Indek Titik Pendarahan Jumlah Permukaan Gigi dengan Pendarahan x100% Jumlah Seluruh Gigi

Indeks titik-titik pendarahan sama dengan indeks pendarahan papilla yang biasa digunakan diklinik, selain untuk pengukuran inflamasi gingiva dan pelaksanaan prosedur hygiene oral juga sebagai media memotivasi pasien. Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi harus mendiagnosis gingivitis sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat,. terutama bila kasusnya terungkap sedini mungkin, perawatan inisial merupakan satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan. Perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur: a. Instruksi Kontrol Plak Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar. Penggunaan alat pembersih interdental belum dapat dilakukan karena penggunaannya masih terhalang oleh deposit dan cacat interproksimal yang belum tersingkirkan. b. Penskeleran dan penyerutan akar Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan terinflamasi di sekitar saku periodontal yang dalam, prosedur penskeleran supragingiva untuk

menyirigkirkan kalkulus subgihgiva harus didahulukan. Dengan pefskeleran


33

supragingiva, gingivitis akan mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada sesi selanjutnya Pada permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat sisa toksin bakteri, pada daerah ini harus dilakukan penyerutan akar agar jaringan nekrose tersingkap. c. Perbaikan restorasi yang cacat Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung eksplorer yang halus, yaitu dengan menggeserkan eksplorer naik turun sepanjang tepi restorasi. Apabila terdapat tepi restorasi yang mengeper terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari restorasi ke arah gigi dan terasa ada hambatan. Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat mungkin digantikan dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap dipertahankan agar perawatan inisal bisa cepat diselesaikan, bagian yang mengeper harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang mengeper dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya adalah dari bagian restorasi yang mengeper ke arah gigi. d. Penumpatan Lesi Karies Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan periodontal, meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun restorasi yang eacat disekitarnya. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap (permanen), namun pada keadaan tertentu penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat menyingkirkan tempat persembunyian bakteri. e. Pemolesan Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi, penumpatan lesi karies, lakukan pemolesan. Pemolesan dilakukan untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan aberasif yang dioles dengan brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.

1. Kunjungan Pertama
34

Pada kunjungan pertama lakukan anamnesa untuk menentukan keluhan utama pasien. Jelaskah kepada pasien bagaimana caira rhelakukan kontrol plak. Hal tersebut mencakup sesuatu yang harus dilakukan perawatan selanjutnya. Pada kunjungan pertama ini yang dilakukan adalah memberikan penjelasan kepada pasien bahwa pasien telah menderita penyakit gingiva dengan tanda-tanda klinis dari gingivitis, perubahan konsistensi gingiva, perubahan tekstur permukaan, perubahan kontur/bentuk,

pembentukan saku gusi, terjadinya resesi gingiva, halitosis bahkan bisa terjadinya nyeri sakit, jelaskan kepada pasien faktor-faktor penyebabnya seperti plak bakteri, merokok, kalkulus, karies dan perubahan pada gingiva sebaiknya dicatat indeks pendarahannya dan juga indeks plak pada permukaan gigi dengan melakukan pewamaan plak menggunakan disclosing solution. Indeks plak dihitung dengan ramus :

Indek Plak

Jumlah Permukaandengan Plak x 100% Jumlah Seluruh Permukaan x 4

Langkah kedua dari perawatan ini adalah dengan menjelaskan kepada pasien apa yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien dan apa yang haras dilakukannya untuk menunjang perawatan yang dilakukan dokter gigi dan menjamin keberhasilan perawatan. Langkah ketiga adalah mengajari pasien cara-cara menjaga kebersihan mulut dengan alat pembersih yang sesuai, sehingga pasien yang telah termotivasi untuk memelihara kebersihan mulut mampu melaksanakannya. Langkah keempat adalah melakukan penyingkiran kalkulus subgingiva. Setelah semua prosedur dilakukan, diberitahukan kepada pasien tentang keparahan plak setiap kali kunjungan, agar pasien tetap menyikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur dan mengkonsumsi gizi seimbang, dan tetap kotrol setiap minggu 2. Kunjungan Kedua Kondisi gingiva diperiksa kembali dengan disclosing-solution untuk kembali dilakukan kontrol plak. Kemudian dilakukan lagi scalling untuk menyingkirkan deposit35

deposit plak. Dan perhatikan indeks perdarahan apakah terdapat penurunan, Penyingkiran kalkulus dapat dilanjutkan dengan penskeleran subgingiva dan penyerutan akar. Setelah semua permukaan gigi terbatas dari kalkulus maka permukaan gigi dikilatkan atau dipolis. Bila ada karies yang dekat ke gingiva, maka sebaiknya dilakukan penumpatan karies, dan perbaikan restorasi yang cacat. 3. Kunjungan ke Tiga Gingiva diperiksa dan kontrol plak ditinjau kembali. Perhatian khusus diberikan pada area-area dimana inflamasi tetap menetap. Hal ini biasanya mengakibatkan dilakukan scalling kembali. Tiap kunjungan tetap dihitung indeks pendarahan, dan papilla calculus indeks, agar diketahui perubahan dari pendarahan dan oral hygiene. 4. Kunjungan ke Empat Pada kunjungan keempat dilakukan pengukuran indeks pefdarahan dan kalkulus indeksnya. Jika hasil akhirnya menunjukkan angka dibawah 5 % berarti tidak adanya inflamasi. Perawatan dihentikan dan instruksikan kepada pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya dan dilanjutkan untuk melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi. TERAPI 1. NON-SURGICAL a. Scalling : pemakaian instrument pada mahkota dan permukaan akar gigi, membersihkan plak, kalkulus, dan noda. b. Root planning : menghilangkan sementum / permukaan dentin yang kasar terisi oleh kalkulus dan terkontaminasi oleh toksin atau mikroorganisme. c. Periodontal debridement : menghilangkan atau merusak bakteri plak beserta produknya dan perlekatan plak serta penumpukan karang gigi dari permukaan mahkota, permukaan akar dan sampai ruang saku gusi dan dinding jaringan hingga perluasannya. d. Deplaqueing : merusak atau menghilangkan mikroba plak subgingival beserta produknya dari permukaan sementum dan ruang saku gusi. *Penyembuhan setelah perawatan atau instrumentasi :
36

a.

Setelah

dilakukan

periodontal

debridement

beberapa

penyembuhan

dari jaringan

periodontal proses penyembuhan. b. Susunan utama dari penyembuhan setelah periodontal debridement oleh kembalinya bentuk atau susunan dari Junctional Epithelium yang panjang. Disana tidak ada bentuk atau susunan tulang yang baru, sementum / ligament periodontal selama proses

penyembuhan yang terjadi setelah periodontal debridement. c. Terapi periodontal non bedah dapat memberikan hasil pada berkurangnya kedalaman probing. ng digunakan untuk mengontrol mikroorganisme di tempat tertentu. *Langkah-langkah lain pada terapi Non Surgical periodontal : a. Kontrol resiko sistemik 1) Lokal - mengidentifikasi faktor resiko local selama penetapan terapi periodontal, harusnya menjadi bagian terapi non-bedah periodontal. Cth : - tambalan amalgam yang berlebih - design mahkota yang salah - kesalahan pemakaian alat 2) Sistemik - Dokter gigi harus meminimalkan pengaruh dari faktor resiko sistemik. - Anggota klinis harus tahu tentang beberapa faktor resiko sistemik yang tidak dapat dihindari. Cth : faktor genetik. b. Modulasi host

37

Modulasi host mengacu pada perubahan mekanisme pertahanan normal tubuh untuk membantu menjaga penyakit periodontal tetap dibawah kontrol. c. Menggunakan antibiotic secara sistemik. Cth : Penicilin 2. SURGICAL a. Gingivectomy - Adalah prosedur di mana gingiva dipotong dan dihilangkan - Indikasi : ling sering digunakan)

penghilangan gingival enlargement b. Gingival Curretage - Tindakan ini tidak direkomendasikan - Merupakan tindakan bedah periodontal yang meliputi percobaan untuk menggores garins pocket periodontal menggunakan curet periodontal, paling sering curet gracey. c. Periodontal Flap Surgery - Prosedur bedah dengan irisan yang dibuat pada gingiva yang mengelilingi gigi dan jaringan lunak pada dasarnya harus diangkat dari akar gigi dan tulang alveolar - Indikasi : paling modern, membutuhkan penutupan periodontal

38

ANAK TUNAGRAHITA
Pengertian Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban, ada anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam pembahasan ini adalah anak yang termasuk kategori lamban dalam belajarnya. Mereka memiliki tingkat kecerdasan jauh di bawah rata-rata anak normal, sehingga tidak mampu mengikuti program sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak normal. Mereka membutuhkan pelayanan

penddidikan khusus. Anak ini disebut anak terbelakang mental. Istilah resminya di Indonesia seperti dikemukakan Mohammad Amin (1995 : 11) yang dikutip dari Peraturan Pemerintah nomor 72 thun 1991, yaitu anak tunagrahita. Anak tunagrahita terdapat di mana-mana, baik di kota maupun di desa. Di lingkungan orang kaya maupun di lingkungan orang miskin. Karena mereka memiliki

kecerdasan di bawah rata-rata, sehingga mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka tidak mampu memikirkan hal-hal yang abstrak dan berbelit-belit. Demikian juga dalam pelajaran seperti mengarang, berhitung, dan pelajaran yang bersifat akademik lainnya. Anak tunagrahita ini ada beberapa macam, juga memliki ciri-ciri dan tingkat ketunagrahitaan yang berbeda-beda, Ada yang ringan, ada yang sedang, dan ada yang berat. Adapun yang damasked dengan kecerdasan di bawah rata-rata ialah apabila 2 perkembangan umur kecerdasan (Mental Age) terbelakang atau di bawah pertumbuhan usianya (Cronological Age) Ada masyarakat awam yang menyebut anak tunagrahita itu sebagai orang gila, Antara anak tunagrahita dengan anak sakit ingatan dan sakit mental jelas berbeda. Dalam bahasa Inggris sakit mental disebut mental illness, yaitu kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan tunagrahita dalam bahasa Inggris disebut

39

mentally retarded atau mental retardation, yaitu ketidak mampuan dalam memecahkan persoalan karena inteligensinya kurang berkembang. Untuk lebih memahami apa yang disebut anak tunagrahita, akan dikemukakan definisi yang sering dijadikan rujukan dalam berbagai tulisan mengenai anak tunagrahita, Definisi tersebut dari American Association on Mentally Deficiency (AAMD) yang dikutif Grossman sebagai berikut : Mental retardation refers to significantly sub average general intellectuall functioning existing concurrently with deficits adaptive behavior and manifested during the development period (Hallahan and Kauffman, 1982 : 40). Peristilahan Meskipun bahasa nasionalnya sama, namun negara tersebut menggunakan istilah untuk menunjuk kepada anak tuagrahita berbeda-beda. Di Amerika istilah yang umum digunakan sekarang ialah mental retardation. Di Inggris menggunakan istilah mentally retarded. Sedangkan di New Zeland istilah resminya intellectually handicapped. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan istilah mentally retarded atau intellectually disabled. Di Indonesia dulu untuk menyebut anak tunagrahita itu lemah ingatan, lemah otak, lemah fikiran, cacat mental, dan terbelakang mental. Istilah-istilah 3 tersebut sudah ditinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sekarang Pemaritah Indonesia sudah mengeluarkan peraturan, bahwa istilah yang resminya adalah tunagrahita. Perlu diketahui bahwa istilah-istilah yang dikemukakan di atas mengandung makna yang sama, yaitu semuanya menunjuk kepada anak yang mempunyai fungsi intelektual umum di bawah rata-rata. Klasifikasi Berbagai ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita itu berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan bidang ilmunya masing-masing. Ada yang berdasarkan etiologisnya, berdasarkan kemampuannya, dan ada juga yang berdasarkan ciri-ciri klinisnya.

Penggolongan ini sangat diperlukan karena untuk memudahkan memberikan layanan dan bantuan yang sebaik-baiknya.

40

Pengelompokan yang sudah lama dikenal ialah debil untuk yang ringan, imbesil untuk anak yang sedang, dan idiot untuk anak yang berat. Untuk ketiga kelompok anak

tunagrahita tersebut ada juga yang menyebutnya sebagai berikut : mampu didik dengan IQ berkisar antara 50 - 70, mampu latih antara 30 - 50, dan perlu rawat dengan IQ kurang dari 30. Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 1991, Pengelompokan anak tunagrahita pun dirubah menjadi anak tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Karakteristik 1. Karakteristik anak tunagrahita ringan Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan katanya minim, Mereka mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi mereka masih mampu mengikuti pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject, baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun. 2, Karakteristik anak tunagrahita sedang Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran yang bersifat akademik. Belajarnya secara membeo. Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan perlndungan orang lain, meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur

kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun. 3. Karakteristik anak tunagrahita berat Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia tiga tahun.

41

KESIMPULAN
Definisi gingivitis adalah peradangan yang terjadi pada gusi akibat berbagai macam factor..

Klasifikasikan gingivitis : 1. Klasifikasi gingivitis secara umum : gingivitis akut dan gingivitis kronis, gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri. 2. Klasifikasi gingivitis berdasarkan perjalanan dan lamanya: gingivitis akut, gingivitiss subakut, gingivitis rekuren, gingivitis kronis. 3. Klasifikasi gingivitis berdasarkan lokasinya : gingivitis lokalisata, gingivitis generalisata, gingivitis marginalis, gingivitisdims, gingivitis papilaris.

Etiologi gingivitis : Factor local, meliputi factor local pencetus, factor local pendorong, dan factor local fungsional. Factor sistemik

Tahapan pathogenesis terjadinya gingivitis: Initial lesion early lesion establish lesion advanced lesion

Gejala klinis pada gingivitis meliputi perdarahan gingival,terjadinya perubahan warna, perubahan tekstur permukaan, perubahan posisi, perubahan konsistensi.

Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu (coral pink), tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V, konsistensi yang kaku dan lenting, dan tekstur permukaannya yang seperti kulit jeruk (stippling).

42

Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan terjadi pendarahan, bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya yang lunak dan rapuh, teksturnya yang licin dan mengkilat terbentuknya pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya akar gigi, terjadinya halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.

Penatalaksanaan gingivitis : 1. Non surgical, meliputi : scalling, root planning, periodontal debridement, deplaqueing. 2. Surgical, meliputi : gingivectomy, gingival curettage, periodontal flap surgery.

Definisi tunagrahita berdasarkan American

Association

on

Mentally

Deficiency

(AAMD) sebagai berikut : Mental retardation refers to significantly sub average general intellectuall functioning existing concurrently with deficits adaptive behavior and manifested during the development period

Klasifikasi tunagrahita berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no 72 than 1991 adalah tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita berat.

Karakteristik tunagrahita: 1. Karakteristik anak tunagrahita ringan Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan katanya minim, Mereka mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi mereka masih mampu mengikuti pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject, baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun. 2, Karakteristik anak tunagrahita sedang

43

Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran yang bersifat akademik. Belajarnya secara membeo. Perkembngan bahasanya sangat terbatas karena perbendaharaan kata yang sangat kurang. Merka memerlukan perlndungan orang lain, meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur

kecerdasannya sama dengan anak normal umur tujuh tahun. 3. Karakteristik anak tunagrahita berat Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia tiga tahun. Tidak ada perbedaan derajat gingivitis antara anak tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat ringan dan anak tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat sedang usia 12-15 tahun di Sekolah Bhakti Luhur Malang. Pada anak tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat ringan lebih banyak menderita derajat gingivitis skor 2 Modified Gingival Index (MGI), yaitu peradangan ringan. Demikian pula pada anak tunagrahita dengan keterbelakangan mental tingkat sedang. Ada perbedaan bermakna dengan antara derajat gingivitis anak tunagrahita yang bertempat tinggal di asrama dengan yang tinggal bersama orang tuanya. Pada anak tunagrahita yang tinggal di asrama lebih banyak yang menderita derajat gingivitis skor 1 Modified Gingival Index (MGI), yaitu peradangan ringan yang tidak melibatkan

seluruhnya, marginal dan papillary ingival sedangkan anak tunagrahita yang tinggal bersama orang tuanya (non asrama) menderita derajat gingivitis skor 2 Modified Gingival Index (MGI), yaitu peradangan ringan yang melibatkan seluruh bagian marginal dan gingiva ingival.

44

SARAN
-15 tahun yang tinggal di asrama maka diperlukan tindakan oral prophylaxis yang baik dan penyuluhan kesehatan gigi kepada suster atau pengurus asrama terutama dalam hal membersihkan gigi yang efektif. yang baik tentang kesehatan gigi dan mulut kepada orang tua anak tunagrahita sehingga dapat lebih perhatian terhadap kesehatan oral anaknya. ng tunagrahita berbeda dengan yang umumnya dilaksanakan. Kesabaran dan ketekunan sangat dibutuhkan, serta perlu pula menyelami keadaan para tunagrahita. asar untuk menyusun program perawatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita

45

Anda mungkin juga menyukai