Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan

keuangan bagi pengguna laporan keuangan. Standar akuntansi yang digunakan Indonesia untuk menyusun laporan keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politik di masing-masing negara tersebut. Pesatnya globalisasi semakin membawa pengaruh yang mendasar terhadap pergerakan informasi dan aktivitas bisnis. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di setiap negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi Internasional yang lebih dikenal dengan IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara. Multi National Corporation (MNC) beroperasi di berbagai negara dengan berbagai macam standar pelaporan keuangan. Sementara itu dalam pengambilan keputusan investasi, investor memerlukan informasi ekonomi dari perusahaan terkait. IFRS (International Financial Reporting Standards) menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia sekarang ini sedang menuju ke dalam satu standar pelaporan. Satu per satu negara di dunia saat ini mulai mengadopsi IFRS. Konvergensi IFRS di Indonesia perlu didukung agar Indonesia memperoleh pengakuan maksimal dari komunitas Internasional khususnya di mata investor global. Dengan diadopsinya IFRS di Indonesia, maka proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara akan semakin mudah. Dapat dikatakan demikian karena diterapkannya suatu standar internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk berinvestasi di Indonesia. Dalam hal ini tentunya akan muncul dampak dari masuknya standar IFRS dalam aktivitas bisnis dan profesi terkait khususnya akuntan publik di Indonesia, baik dampak positif maupun negatif.

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

BAB II PEMBAHASAN

A.

Konvergensi IFRS (2006-2012) Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountant)

yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), salah satunya adalah dengan menggunakan IFRS sebagai accounting standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum. Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November 2008, prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah: 1. Strengthening Transparency and Accountability (Penguatan Transparansi dan Akuntabilitas) 2. Enhancing Sound Regulation (Meningkatkan Bunyi Regulasi) 3. Promoting Integrity in Financial Markets (Mempromosikan Integritas di Pasar Keuangan) 4. Reinforcing International Cooperation (Memperkuat Kerjasama Internasional) 5. Reforming International Financial Institutions (Reformasi Lembaga Keuangan Internasional). Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat: 1. Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan

menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan. 2. Adopted; Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut. 3. Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

4.

Referenced (konvergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.

5.

Not adopted at all; Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS. Indonesia menganut bentuk yang mengambil IFRS dalam tingkat Referenced

(konvergence) dalam sistem akuntansinya. Berdasarkan kronologinya, perkembangan standar akuntansi di Indonesia dapat dibagi ke dalam lima periode penting. Periode pertama adalah masa Pra-PAI sebelum tahun 1973 kemudian disusul penyusunan PAI tahun 1973-1984. Periode ketiga yakni tahun 1984-1994 adalah masa berlakunya PAI 1984. Periode keempat adalah masa mulia dilakukannya harmonisasi SAK ke IAS yakni tahun 1994-2006 di mana SAK dikembangkan dengan melihat referensi IAS maupun standarstandar negara lain. Periode kelima adalah masa konvergensi 2006-2012. Seiringan dengan semakin maraknya negara-negara lain seperti Australia mengadopsi IFRS secara pernuh, maka pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai standar 10 standar IFRS dari total 33 standar. Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu: 1. Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. 2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS. 3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif. Beberapa kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS antara lain adalah minimnya sumber daya untuk mendukung anggota DSAK-IAI yang semua anggotanya

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

adalah paruh waktu bekerja untuk pengembangan standar pelaporan. Kendala lainnya adalah IFRS yang sangat cepat berubah sehingga DSAK-IAI mengalami kesulitan untuk mengejarnya. Masalah translasi bahasa juga menjadi kendala karena dalam proses translasi tidak mudah untuk mencari padanan kata yang tepat dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Indonesia membutuhkan upaya tambahan dalam mengadopsi IFRS dibandingkan dengan negara-negara yang menggunakan IFRS dalam bahasa aslinya seperti Australia atau negara-negara Eropa. Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan sebagai contoh bahwa dalam hidup kita memang mengalami perubahan, dan perubahan ini terjadi akibat adanya perkembangan dari segala aspek. Namun dalam mengadopsi IFRS, sayangnya masih terdapat pihak-pihak yang mungkin menentangnya, contoh alasannya adalah pemahaman yang mungkin masih dirasa kurang. Sejak tahun 2009, proses konvergensi IFRS mengalami percepatan. Sepanjang semester dua tahun 2009, DSAK-IAI menerbitkan kurang lebih 19 exposure draft PSAK dan ISAK juga mencabut beberapa PSAK yang sudah tidak relevan. Sepanjang tahun 2010 dan 2011, DSAL-IAI secara bertahap mengadopsi IFRS. Program konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 Standar, yang meliputi: 1. IFRS 2 Share-based payment 2. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates 3. IAS 27 Consolidated and separate financial statements 4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations 5. IAS 28 Investments in associates 6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures 7. IFRS 8 Operating segment 8. IAS 31 Interests in joint ventures 9. IAS 1 Presentation of financial 10. IAS 36 Impairment of assets 11. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent asset 12. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 Standar sebagai berikut: 1. IAS 7 Cash flow statements 2. IAS 41 Agriculture 3. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance 4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies 5. IAS 24 Related party disclosures 6. IAS 38 Intangible Asset 7. IFRS 3 Business Combination 8. IFRS 4 Insurance Contract 9. IAS 33 Earnings per share 10. IAS 19 Employee Benefits 11. IAS 34 Interim financial reporting 12. IAS 10 Events after the Reporting Period 13. IAS 11 Construction Contracts 14. IAS 18 Revenue 15. IAS 12 Income Taxes 16. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources 17. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan

Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain. Sampai 1 Januari 2012, DSAK-IAI telah menerbitkan semua IFRS/IAS kecuali IAS 41 Agriculture dan IFRS 1 First Time Adoption International Financial Reporting Standards. DSAK-IAI belum mengabil keputusan kapan IAS 41 akan diadopsi. IFRS 1 tidak relevan untuk diadopsi karena beberapa ketentuan transisi PSAK telah mempertimbangkan isi ketentuan dari IFRS 1 tersebut.

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

Program Kerja DSAK lainnya yaitu: Mencabut PSAK yang sudah tidak relevan karena mengadopsi IFRS; Mencabut PSAK Industri; Mereformat PSAK yang telah diadopsi dari IFRS dan diterbitkan sebelum 2009; Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi penggunaan istilah; Mengadopsi IFRIC dan SIC per 1 Januari 2009; Memberikan komentar dan masukan untuk Exposure Draft dan Discussion Paper IASB; Aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan organisasi standard setter, pembuat standar regional/internasional; serta Menjalin kerjasama lebih efektif dengan regulator, asosiasi industri dan universitas dalam rangka konvergensi IFRS. Adapun keterangan dari Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M. Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). 2. Mengurangi biaya SAK. 3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. 5. Meningkatkan transparansi keuangan. 6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base, dengan cara: 1. Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik. 2. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada. 3. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional. 4. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

5.

Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.

6.

Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practise

B.

Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan Perusahaan International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International

Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis true and fair. Hal ini memberikan dampak positif bagi pelaku bisnis di Indonesia. Beberapa dampak lain yang terjadi dengan adanya konvergensi IFRS bagi dunia bisnis diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global. 2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar. 3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif. 4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan approach dan fair value. 5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan penggunakan balance sheet

keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management). 6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi program ini akan dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat diharapkan. Sehubungan dengan telah diterbitkannya beberapa PSAK yang baru maupun yang direvisi sampai dengan tanggal 31 Desember 2010 termasuk PSAK No 1 (Revisi 2009) tentang penyajian laporan keuangan, maka Dewan Standar Profesi Institusi Akuntan Publik Indonesia (DSP IAPI) melalui penerbitan Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.77 Tanggal 21 Maret 2011 telah melakukan penyesuaian sebagai berikut: 1. 2. Mencabut Pernyataan Standar Auditing (PSA) tertentu yang sudah tidak relevan. Melakukan pemutakhiran atas penggunaan frasa dan istilah tertentu yag terdapat dalam seluruh PSA, beserta interprestasi lampiran dan contoh yang terdapat di dalamnya (secara kolektif disebut sebagai Standar Auditing). Pemutakhiran frasa dan istilah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Frasa prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia berubah m enjadi Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia b. Frasa generally acceptes accounting standards in Indonesia berubah menjadi Indonesia Financial Accounting Standards c. d. e. f. Istilah aktiva berubah menjadi aset Istilah kewajiban berubah menjadi liabilitas Istilah neraca berubah menjadi laporan posisi keuangan (neraca) Istilah laporan laba rugi berubah menjadi laporan laba rugi komprehensif

PSA No.77 ini berlaku efektif untuk penugasan yang terkait dengan periode tahun buku dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Berdasar IFRS: 1. Elemen Laporan Keuangan a. Neraca

b. Laporan Laba Komperhensif c. Laporan Perubahan Ekuitas

d. Laporan Arus Kas

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

e. f.

Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan pada Periode Komparatif

2. Basis Pengukuran a. Biaya Perolehan b. Biaya Kini c. Nilai Realisasi dan Penyelesaian d. Nilai Sekarang Meskipun masih muncul pro dan kontra, penerapan IFRS ini akan berdampak positif. Bagi para emiten di Bursa Efek Jakarta (BEI), dengan menggunakan standar pelaporan internasional itu, para stakeholder akan lebih mudah untuk mengambil keputusan. 1. Laporan keuangan Perusahaan akan semakin mudah dipahami lantaran mengungkapkan detail informasi secara jelas dan transparan. 2. Dengan adanya transparansi tingkat akuntabilitas dan kepercayaan kepada manajemen akan meningkat. 3. Laporan keuangan yang disampaikan perusahaan mencerminkan nilai wajarnya. Di tengah interaksi pelaku ekonomi global yang nyaris tanpa batas, penerapan IFRS juga akan memperbanyak peluang kepada para emiten untuk menarik investor global. Dengan standar akuntansi yang sama, investor asing tentunya akan lebih mudah untuk membandingkan perusahaan di Indonesia dengan perusahaan sejenis di belahan dunia lain. Dampak negatif penerapan IFRS di Indonesia, seperti yang diketahui perekonomian Indonesia adalah berasaskan kekeluargaan. Akan tetapi semakin ke depan perekonomian Indonesia akan mengarah pada kapitalis. Tidak bisa dipungkiri lagi kebudayaan negara barat (negara capital) dapat mempengaruhi seluruh pola hidup dan pola pikir masyarakat Indonesia dari kehidupan sehari-hari hingga permasalahan ekonomi. UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Disini secara jelas nampak bahwa Indonesia menjadikan asas kekeluargaan sebagai pondasi dasar perekonomiannya. Kemudian dalam pasal 33 ayat 2 yang berbunyi, Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, dan dilanjutkan pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi dengan kemunculan IFRS tersebut dapat menyebabkan publik menginginkan keterbukaan yang amat sangat di dalam dunia investasi. Terutama keterbukaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut tentu berseberangan dengan UUD 1945 pasal 33. Terlebih lagi dengan adanya Undang-Undang Penanaman modal di tahun 2007 lalu maka semakin terlihat jelas bahwa ada indikasi untuk mengalihkan tanggung jawab pemerintah ke penguasa modal (kapitalis). Hubungannya dengan IFRS adalah keseragaman global menjadikan masyarakat mudah berburuk sangka bahwa pemegang kebijakan akuntansi di Indonesia adalah kapitalisme dan mengesampingkan asas perekonomian Indonesia yang terlihat jelas di Undang-Undang Dasar. Sehingga pada akhirnya akan memunculkan indikasi miring bahwa Indonesia semakin dekat dengan sistem kapitalisme dan memudahkan investor asing untuk mengeruk kekayaan di Indonesia. Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam tergantung jenis industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang dimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Adanya perubahan besar sampai harus melakukan perubahan sistem operasi dan bisnis perusahaan, namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Tetapi di balik semua perubahan dan dampak yang mungkin terjadi, tidak dapat dipungkiri dengan adanya IFRS maka dapat memajukan perekonomian global di Indonesia sehingga mampu bersaing dengan dunia luar. Kesiapan pelaku industri juga perlu diperhatikan. Ketidaksiapan industri keuangan khususnya perbankan dalam mengadopsi standar akuntansi instrumen keuangan PSAK 50 dan PSAK 55 membuat banyak pihak meragukan apakah Indonesia siap dalam mengadopsi IFRS. PSAK 50 dan PSAK 55 adalah standar akuntansi instrumen keuangan yang diadopsi dari IAS 32 dan IAS 39 yang sedianya berlaku efektif mulai 1 Januari 2010 akibat desakan dari pelaku industri yang belum siap menerapkannya kala itu.

10

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

Namun terlepas dari segala kendala yang mengahadang, DSAK-IAI semakin mengukuhkan niatnya untuk mengadopsi IFRS karena memang IFRS memiliki banyak kelebihan diantaranya: 1. IFRS dihasilkan oleh suatu lembaga internasional yang independen sehingga pengaruh kekuatan politik dalam penyusutan standar dapat minimal. 2. Proses pembuatan IFRS lebih kompreherensif melalui riset yang mendalam. Komentar untuk discussion paper maupun exposure draft keluaran IASB datang dari seluruh dunia sehingga standar yang dihasilkan lebih mencerminkan kebutuhan global daripada kebutuhan suatu negara tertentu. 3. IFRS adalah standar yang berbasis prinsip (principle based) sehingga pengaturannya lebih sederhana dibandingkan dengan standar pelaporan keluaran Amerika Serikat yang lebih terperinci dan rumit. 4. IFRS mensyaratkan pengungkapan informasi (disclousure) yang lebih detail dan terrperinci sehingga membantu pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi yang relevan. 5. IFRS semakin diterima oleh banyak negara, terlebih setelah terbukti standar akuntansi Amerika Serikat tidak mampu membentengi skandal-skandal perusahaan besar seperti kasus Enron dan Worldcom.

11

Harmonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standar pelaporan keuangan Internasional (IFRS), walaupun sekarang memang untuk perusahaan terbuka untuk publik (perusahaan listing) telah diwajibkan menggunakan IFRS. Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Usaha-usaha standar internasional ini dilakukan secara sukarela, saat standar internasional tidak berbeda dengan standar nasional, maka tidak akan ada masalah, yang menjadi masalah, apabila standar internasional berbeda dengan standar nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standar nasional (rujukan pertama).

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

C.

Dampak Konvergensi IFRS pada Profesi Akuntan Publik Bukan hanya penyusun laporan keuangan yang harus berbenah, kesiapan profesi

12

akuntan atau profesi lain seperti aktuaris dan jasa penilai juga menjadi sorotan. Mulai dari berlakunya PSAK 24 Imbalan Kerja tahun 2004 yang menganjurkan jasa aktuaris independen, standar baru ini cukup mengagetkan profesi aktuaris pada saat itu yang ibatiba saja kebanjiran pelanggan. Profesi lainnya seperti jasa penilai properti juga terkena dampak dari peningkatan penggunaan nilai wajar dalam standar akuntansi meneani aset tetap dan properti investasi yang dikeluarkan tahun 2008. Dengan adanya IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan professional judgment dari auditor, sehingga auditor juga dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan integritasnya. Dalam rules-based system, akuntan dapat memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga mengurangi ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar secara mekanis. Dalam principles-based system, akuntan akan membuat sejumlah estimasi yang harus dia pertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak judgement professional. Dengan membandingkan tiga standar, Benneth et al (2006) menyimpulkan bahwa principles-based mensyaratkan judgement profesional baik pada level transaksi maupun pada level laporan keuangan. Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak pada tipe dan jumlah skill profesional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS menuntut akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan serta memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat judgement. Selain keahlian teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etis dan legal dalam implementasi standar. Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang luas bagi jasa audit. Berbagai estimasi yang dibuat oleh manajemen perlu dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga dituntut memiliki kemampuan menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting Standard Committee

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

(2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara auditor dan klien. Pengadopsian IFRS juga memerlukan peran efektif corporate governance. Permasalahan mengenai rule-based dan principle-based, termasuk adopsi IFRS, membuka berbagai peluang riset. Nelson (2003) mereview beberapa bukti empiris dan menunjukkan bahwa penambahan aturan dapat mempengaruhi presisi suatu standar, namun juga meningkatkan kompleksitasnya sehingga berpengaruh terhadap perilaku partisipan dalam proses pelaporan keuangan. Peluang riset berkaitan dampak pengadopsian IFRS terhadap profesi akuntansi terutama diakibatkan oleh sifat standar yang memerlukan lebih banyak judgement. Riset judgement bukan riset yang mudah dilakukan karena merupakan proses kognitif seseorang dalam membuat keputusan. Riset judgement memerlukan metode riset spesifik seperti survey dan eksperimen. Riset mengenai dampak pengadopsian IFRS terhadap profesi akuntansi, terutama judgement, belum banyak dilakukan. Penelitian yang menguji mengenai efek rule-based versus principle-based telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Psaros & Trotman (2004) menguji dampak tipe standar terhadap judgement konsolidasi oleh penyusun laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan judgment konsolidasi antara subyek pada kondisi standar yang rule-based dan concepts-based. Mengarah kepada profesi akuntan publik, dijelaskan dalam Undang - Undang no. 5 tahun 2011 menjelaskan bahwa jasa akuntan publik merupakan jasa yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan berpengaruh secara luas dalam era globalisasi yang memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Dalam UU tersebut juga dijelaskan bahwa Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asuransi dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Profesi Akuntan Publik memiliki yang peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk

13

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian laporan atau informasi keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen. Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah. Dalam pengungkapan, penyajian, dan pelaporan akuntansi, seorang akuntan

14

dituntut lebih transparan dengan berpedoman dengan standar pelaporan yang diakui secara nasional dan internasional, oleh karena itu IFRS adalah standar pelaporan akuntansi yang terbaru dan memberikan: a. Pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional. b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management (manajemen laba). Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi akuntan publik untuk sedari dini mengantisipai implementasi program konvergensi IFRS. Konvergensi IFRS 2012 adalah kesiapan praktisi akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya seperti aktuaris dan penilai. Akuntan Publik harus segera mengupdate pengetahuannya dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. Disebutkan bahwa tantangan konvergensi IFRS adalah kesiapan praktisi akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya seperti

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

aktuaris

dan

penilai.

Akuntan

Publik

diharapkan

dapat

segera

mengupdate SPAP dan

pengetahuannya

sehubungan

dengan

perubahan

SAK,

mengupdate

15

menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. Akuntan Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber daya. Akuntan Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim sukses konvergensi IFRS untuk mengupdate pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian yang terkait serta Memberikan

input/komentar terhadap ED dan Discussion Papers yang diterbitkan oleh DSAK maupun IASB. Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan seperti penilai dan aktuaris. Asosiasi Industri diharap dapat menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai dengan perkembangan SAK, membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif memberikan input/komentar kepada DSAK IAI.

Tantangan Akuntan Publik dalam Menghadapi Era IFRS Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bertekad untuk sudah mulai menghadapi berbagai tantangan semenjak pertama kali diberlakukannya IFRS yaitu pada tahun 2012 bagi kalangan akuntansi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyak hal yang perlu diubah dari prinsip yang saat ini berlaku ke dalam IFRS. Beberapa hal tersebut seperti: 1. Penggunaan Fair-value Basis dalam penilaian aset, baik aset tetap, saham, obligasi dan lain-lain, sementara sampai dengan saat ini penggunaan harga perolehan masih menjadi basic mind akuntansi Indonesia. 2. Jenis laporan keuangan berdasarkan PSAK terdiri dari 4 elemen (Neraca, Rugi-Laba dan Perubahan Ekuitas, Cashflow, dan Catatan atas Laporan keuangan). Dalam draft

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

usulan IFRS menjadi 6 elemen (Neraca, Rugi-Laba Komprehensif, Perubahan Ekuitas, Cashflow, Catatan atas Laporan keuangan, dan Neraca Komparatif). Penyajian Neraca dalam IFRS tidak lagi didasarkan pada susunan Aset, Kewajiban dan Ekuitas, tapi dengan urutan Aset dan Kewajiban usaha, Investasi, Pendanaan, Perpajakan dan Ekuitas. Laporan Cashflow tidak disajikan berdasarkan kegiatan Operasional, Investasi dan Pendanaan, melainkan berdasarkan Cashflow Usaha (Operasional dan investasi), Cashflow perpajakan dan Cashflow penghentian usaha. 3. Perpajakan perusahaan, terutama terkait pajak atas koreksi laba-rugi atas penerapan IFRS maupun atas revaluasi aktiva berdasarkan fair-value basis Dengan melihat perbedaan tersebut, bisa dikatakan Akutansi Publik Indonesia memerlukan dorongan akademisi untuk mengupdate bahan ajar yang merefleksikan perubahan dunia yang riil dalam lingkungan bisnis agar dapat merefleksikan perkembangan baru seperti meningkatnya penggunaan IFRS. Tantangan tersebut akan lebih terasa pada tahun 2015, yaitu pada saat diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) semua Akuntansi Publik ASEAN dapat bekerja di seluruh negara ASEAN, sehingga meningkatnya persaingan bagi Akuntansi Publik di Indonesia terutama bagi Akuntansi Publik Asing yang lebih mampu menggunakan IFRS dibandingkan Akuntansi Publik Indonesia.

16

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

BAB III KESIMPULAN

17

Konvergesi IFRS sebagai salah satu upaya Indonesia di bidang ilmu ekonomi akuntansi dalam menghadapi arus globalisasi yang terus berkembang. Tanpa daya upaya yang bersatu padu dari berbagai pihak Indonesia tidak akan mampu mencapai ini. Kehadiran IFRS memberikan dampak yang cukup signifikan dalam dunia bisnis, baik dampak positif dan negatif. Namun dilihat manfaat dan kerugiannya, konvergensi IFRS di pandang lebih memberikan dampak positif terhadap perekonomian di Indonesia, hal itulah yang membuat DSAK hingga saat ini telah hampir menerapkan konvergensi IFRS secara penuh sejak 2012 lalu dan perusahaan-perusahaan dengan kriteria tertentu diwajibkan untuk menerapkan standar dengan konvergensi IFRS tersebut. Tantangan yang nyata bagi profesi Akuntan Publik dalam negeri adalah tuntutan untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme serta pengetahuannya tentang standar yang ditetapkan oleh IFRS agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik dan dapat bertahan serta bersaing dengan Akuntan Publik Asing ditengah persaingan global di masa yang akan datang. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam standar akuntansi sebelumnya dengan sekarang, ditambah lagi dengan IFRS yang kemungkinan besar akan terus berkembang, maka seorang profesional akuntan publik harus bersifat agresif dan dinamis mengahadapi pergerakan standar internasional.

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

DAFTAR PUSTAKA Juan, Ng Eng. 2012. Panduan Praktis: Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS. Jakata: Salemba Empat. http://ikaismarino.blogspot.com/2013/12/etika-profesi-akuntansi_5835.html http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?id=92 http://juprilumbantoruan.blogspot.com/2013/11/ifrs-dan-akuntansi-internasional.html http://lindasarlinda.blogspot.com/2013/11/uu-no-5-dalam-menghadapi-ifrs.html http://yulikahonosusanti22.blogspot.com/2013/11/review-jurnal-tentang-undangundang.html http://danielanugrah10.wordpress.com/2013/11/30/uu-tentang-kode-etik-akuntandalam-menghadapi-era-ifrs/ http://andrianihere.blogspot.com/

18

Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik Oleh: M. Berri Waldy C4C113006

Anda mungkin juga menyukai