Anda di halaman 1dari 10

Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan yang biasanya terbuat dari bahan karet atau

plastik, metal, woven silk dan silicon Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine. Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Kateterisasi dapat menyebabkan hal hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar benar diperlukan serta harus dilakukan dengan hati hati ( Brockop dan Marrie, 1999 ). B. PRINSIP-PRINSIP PEMASANGAN KATETER 1. Gentle dan hati-hati 2. Sterilitas dan sifat prosedur yang steril 3. Adekuat lubrication 4. Gunakan kateter ukuran kecil

C. MACAM-MACAM KATETER 1. Bentuk straight : lurus tanpa ada cabang Contoh : Robinson kateter, Nelaton kateter 2. Coude Catheter; kateter dengan ujung lengkung dan ramping Sebuah kateter Coude digunakan pada klien pria, yang mungkin mengalami pembesaran prostat yang mengalami obstruksi sebagian uretra Contoh : Kateter Tiemann

D. UKURAN Skala Cherieres (Franch) Ich atau Fr 0,33 mm Atau 1 mm = 3 Fr Contoh: Kateter 18 Fr artinya diameter luarnya 6 mm E. BAHAN a. Stainless b. Lateks (karet) c. Silikon d. Dilapisi silikon

F. SIFAT PEMAKAIAN 1. Sementara 2. Menetap 3. Sekali pakai G. JUMLAH PERCABANGAN 1. Cabang 1 (One Way) digunakan untuk sekali pakai 2. Cabang 2 (Two Way) digunakan untuk kateter sementara 3. Cabang 3 (Three Way) digunakan untuk kateter permanen

H. TUJUAN

Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih Untuk pengumpulan spesimen urine Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih

Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

I. PROSEDUR 1. Persiapan Alat

a. Tromol steril berisi b. Gass steril c. Deppers steril d. Handscoen e. Cucing f. Neirbecken g. Pinset anatomis h. Doek i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan j. Tempat spesimen urine jika diperlukan k. Urobag l. Perlak dan pengalasnya m. Disposable spuit n. Selimut 2. Persiapan Obat a. Aquadet b. Bethadine c. Alkohol 70 % 3. Petugas

a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan 4. Penderita Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga

diharuskan menandatangani informed consent J. PENATALAKSANAAN 1. 2. 3. 4. Jelaskan prosedur Berikan privasi dengan menutup pintu atau gorde tempat tidur Cuci tangan dan kenakan sarung tangan Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim 5. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik

6. 7.

Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita

8.

Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine

9.

Melakukan desinfeksi sebagai berikut : Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.

Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk

mempertahankan penampakan meatus urethra. 10. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita.

Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelitbelit. 11. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.

Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan

memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar.

Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm. 12. 13. Mengambil spesimen urine kalau perlu Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai 14. Memfiksasi kateter : Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha 15. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih 16. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :

Hari tanggal dan jam pemasangan kateter Tipe dan ukuran kateter yang digunakan Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan

Nama terang dan tanda tangan pemasang

Introduksi a. Definisi Suatu tindakan pembedahan untuk mengalirkan kencing melalui lubang yang dibuat supra pubik untuk mengatasi retensi urin dan menghindari komplikasi. Macam: sistostomi trokar dan sistostomi terbuka b. Ruang lingkup Semua penderita yang datang dengan keluhan berupa tidak bisa kencing, keluar darah lewat uretra, ekstravasasi urin sekitar uretra, hematom pada perineum atau prostat melayang. Trauma uretra adalah trauma yang mengenai uretra berupa trauma tajam, trauma tumpul atau akibat instrumentasi uretra seperti pemasangan kateter dan sistoskopi. c. Indikasi operasi sistostomi trokar Retensio urin dimana:

kateterisasi gagal: striktura uretra, batu uretra yang menancap (impacted) kateterisasi tidak dibenarkan: ruptur uretra

Syarat pada sistostomi trokar:

buli-buli jelas penuh dan secara palpasi teraba tidak ada sikatrik bekas operasi didaerah abdomen bawah tidak dicurigai adanya perivesikal hematom, seperti pada fraktur pelvis

d. Indikasi operasi sistostomi terbuka Retensio urin dimana:

kateterisasi gagal: striktura uretra, batu uretra yang menancap (impacted) kateterisasi tidak dibenarkan: ruptur uretra bila sistostomi trokar gagal bila akan dilakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu dalam buli-buli, evakuasi gumpalan darah, memasang drain di kavum Retzii dan sebagainya.

f. Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap, tes faal ginjal, sedimen urin, foto polos abdomen/pelvis, uretrografi. Teknik Operasi Sistostomi Trokar

Posisi terlentang Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril. Dengan pembiusan lokal secara infiltrasi dengan larutan xylocain di daerah yang akan di insisi. Insisi kulit di garis tengah mulai 2 jari diatas simfisis ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 1 cm. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai linea alba. Trokar set, dimana kanula dalam keadaan terkunci pada Sheath ditusukkan melalui insisi tadi ke arah buli-buli dengan posisi telentang miring ke bawah. Sebagai pedoman arah trokar adalah tegak miring ke arah kaudal sebesar 15-30%. Telah masuknya trokar ke dalam buli-buli ditandai dengan: o Hilangnya hambatan pada trokar o Keluarnya urin melalui lubang pada canulla o Trokar terus dimasukkan sedikit lagi.

o o o

Secepatnya canulla dilepaskan dari Sheathnya dan secepatnya pula kateter Foley, maksimal Ch 20, dimasukkan dalam buli-buli melalui kanal dari sheath yang masih terpasang. Segera hubungkan pangkal kateter dengan kantong urin dan balon kateter dikembangkan dengan air sebanyak kurang lebih 10 cc. Lepas sheath dan kateter ditarik keluar sampai balon menempel pada dinding buli-buli. Insisi ditutup dengan kasa steril, kateter difiksasi ke kulit dengan plester.

Sistostomi Terbuka

Posisi terlentang Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril. Dengan pembiusan lokal secara infiltrasi dengan larutan xylocain di daerah yang akan di insisi. Insisi kulit di garis tengah mulai 2 jari diatas simfisis ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 10 cm. Disamping itu dikenal beberapa macam irisan yaitu transversal menurut Cherney. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fascia anterior muskulus rektus abdominis. Muskulus rektus abdominis dipisahkan secara tumpul pada linea alba. Sisihkan lipatan peritoneum diatas buli-buli keatas, selanjutnya pasang retraktor. Buat jahitan penyangga di sisi kanan dan kiri dinding buli. Lakukan tes aspirasi buli dengan spuit 5 cc, bila yang keluar urin, buat irisan di tempat titik aspirasi tadi lalu perlebar dengan klem. Setelah dilakukan eksplorasi dari buli, masukkan kateter Foley Ch 20-24. Luka buli-buli ditutup kembali dengan jahitan benang chromic catgut. Bila diperlukan diversi suprapubik untuk jangka lama maka dinding buli digantungkan di dinding perut dengan jalan menjahit dinding buli-buli pada otot rektus kanan dan kiri. Jahit luka operasi lapis demi lapis. Untuk mencegah terlepasnya kateter maka selain balon kateter dikembangkan juga dilakukan penjahitan fiksasi kateter dengan kulit.

g. Komplikasi operasi Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi. h. Perawatan Pascabedah

Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi. Pelepasan kateter sesuai indikasi.

i. Follow-up Sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai