Anda di halaman 1dari 10

TRAUMA KEPALA

A. Laporan Kelompok I. Pendahuluan a. Definisi Trauma Kepala Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak. Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

b. Epidemiologi Di Amerika, cedera kepala merupakan penyebab kematian terbesar. Terdapat 100.000 samapi 150.000 anak berusia kurang 15 tahun dirawat di rumah sakit setiap tahunnya karena cedera kepala. Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi.

c. Etiologi Kecelakaan lalu lintas (20%) Perkelahian Jatuh (28 %) Cedera olahraga Tembakan

d. Manifestasi Klinis Pada gegar otak, kesadaran sering menurun. Pola nafas dapat menjadei abnormal progresif. Respon pupil mungkin tidak ada atau secara progresif mengalami deteriorasi. Sakit kepala dapat terjadi dengan segera, atau terjadi bersama tekanan intrakranial. Muntah dapat terjadi akibat peningkatan intrakranial. Perubahan perilaku, kognitif,dan fisik pada gerakan motorik dan berbicara, dapat terjadi secara cepat atau lambat. Amnesia yang berhubungan dengan kejadian tersebut dapat terjadi.

Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah : a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid) b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga) c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung) d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung) e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan : a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh. b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. c. Mual atau dan muntah. d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. e. Perubahan keperibadian diri. f. Letargik.

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat : a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan b. di otak menurun atau meningkat.

c. Perubahan ukuran pupil (anisokoria). d. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).

e. Klasifikasi Cedera kepala bisa diklasifikasikan atas berbagai hal. Untuk kegunaan praktis, tiga jenis klasifikasi akan sangat berguna, yaitu berdasar mekanisme, tingkat beratnya cedera kepala, serta berdasar morfologi. Klasifikasi cedera kepala: A. Berdasarkan mekanisme 1. Cedera kepala tumpul, dapat disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul. 2. Cedera kepala tembus (penetrasi), disebabkan luka tembak atau pukulan benda tumpul. B. Berdasarkan beratnya 1. Ringan (GCS 14-15) 2. Sedang (GCS 9-13) 3. Berat (GCS 3-8) C. Berdasarkan morfologi 1. Fraktura tengkorak a. Kalvaria 1. Linear atau stelata 2. Depressed atau nondepressed 3. Terbuka atau tertutup b. Dasar tengkorak 1. Dengan atau tanpa kebocoran CNS 2. Dengan atau tanpa paresis N VII 2. Lesi intrakranial a. Fokal 1. Epidural 2. Subdural 3. Intraserebral

b. Difusa 1. Komosio ringan 2. Komosio klasik 3. Cedera aksonal difusa

f. Patofisiologi Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi-deselarasi gerakan kepala. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak

memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (contrecoup). Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi.

g. Patologi Patologi cedera kepala a. Fraktura Tengkorak

Fraktur tengkorak dapat terjadi pada kalvaria atau basis. Pada fraktur kalvaria ditentukan apakah terbuka atau tertutup, linear atau stelata, depressed atau nondepressed. Fraktur tengkorak basal sulit tampak pada foto sinar-x polos dan biasanya perlu CT scan dengan setelan jendela-tulang untuk

memperlihatkan lokasinya. Sebagai pegangan umum, depressed fragmen lebih dari ketebalan tengkorak (> 1 tabula) memerlukan operasi elevasi. Fraktura tengkorak terbuka atau compound berakibat hubungan langsung antara laserasi scalp dan permukaan serebral karena duranya robek, dan fraktura ini memerlukan operasi perbaikan segera. Frekuensi fraktura tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila penelitian dilakukan pada populasi yang lebih cedera berat. Fraktura kalvaria banyak mempunyai

linear mempertinggi risiko hematoma

intrakranial sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Untuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak mengharuskan pasien untuk dirawat dirumah sakit untuk pengamatan, tidak peduli bagaimana baiknya tampak pasien tersebut.

b. Lesi Intrakranial Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau kedua bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. hematoma epidural, hematoma subdural, Lesi fokal termasuk hematoma

dan kontusi (atau

intraserebral). Pasien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan koma dalam. Basis selular cedera otak difusa menjadi lebih jelas pada tahun-tahun terakhir ini.

c. Lesi Fokal - Hematoma Epidural Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula interna dan duramater. Paling sering terletak diregio

temporal atau temporalparietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. Perdarahan biasanya dianggap berasal arterial, namun mungkin sekunder dari perdarahan vena pada sepertiga kasus. Kadangkadang, hematoma epidural mungkin akibat robeknya sinus vena, terutama diregio parietal-oksipital atau fossa posterior. Walau hematoma epidural relatif tidak terlalu sering (0.5% dari keseluruhan atau 9% dari pasien koma cedera kepala), harus selalu diingat saat menegakkan diagnosis dan ditindak segera. Bila ditindak segera, prognosis biasanya baik karena cedera otak disekitarnya biasanya masih terbatas. Outcome langsung bergantung pada status pasien sebelum operasi. Mortalitas dari hematoma epidural sekitar 0% pada pasien tidak koma, 9% pada pasien obtundan, dan 20% pada pasien koma dalam.

- Hematoma Subdural Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan arakhnoid. SDH lebih sering terjadi dibandingkan EDH, ditemukan sekitar 30% penderita dengan cedera kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus

draining. Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural. Mortalitas umumnya 60%, namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang

sangat segera dan pengelolaan medis agresif.

- Kontusi dan hematoma intraserebral. Kontusi serebral sejati terjadi cukup sering. Selanjutnya, kontusi otak hampir selalu berkaitan dengan hematoma subdural. Majoritas terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk serebelum dan batang otak. Perbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral traumatika tidak jelas batasannya. Bagaimanapun,

terdapat zona peralihan, dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma intraserebral dalam beberapa hari.

- Hematoma intraserebri Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut. Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis. Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya (countrecoup). Defisit neurologi yang didapatkan sangat bervariasi dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan.

h. Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan awal

Mini Neurologis : Level of Conciousness : Glasgow Coma Scale (GCS). Motoric (hemiparesis). Pupil (equal/unequal, light reflex) Refleks patologi

Pemeriksaan penunjang Foto polos kepala AP lateral CT- SCAN Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah rutin, Kadar gula darah, Analisa Gas Darah, Elektrolit Ureum, kreatinin

i. Penatalaksanaan 1. Atur Posisi pasien : Semifowler 2. Resusitasi ABCDE A : jalan nafas B : Nilai pernafasannya Adekuat/tidak C : nilai nadi, TD, beri cairan kristaloid (Nacl 0,9%/RL)1500-2000 cc/hari hentikan perdarahan bila ada perdarahan yang aktif D : nilai kesadaran (GCS), pupil : isokor/tidak E : ada tidaknya cedera ditempat lain dan distress pernafasannya sentral/tidak 3. Berikan neuroprotektif : nimodipin,piracetam,chiticolin,dll 4. Nutrisi diberikan dengan NGT

Indikasi operasi : Intracranial hematoma (EDH/SDH/ICH) >25 cc. Midline Shift > 5 mm. Penetrasi trauma

II.

Hasil Survey Nama Pasien Umur Diagnosa : Iqbal : 20 tahun : CKR + EDH temporoparietal (dextra)

GCS saat datang : 14

III.

Masalah yang Didapat dari Hasil Survey Seorang pasien dengan nama Iqbal, usia 20 tahun, di diagnosa telah menderita Cedera Kepala Ringan ( CKR) dan Epidural Hematom temporoparietal (dextra), nilai GCS atau kesadaran pada saat Iqbal tiba adalah 14. Namun sekarang, kesadarannya telah meningkat menjadi 15.

Penatalaksanaan yang telah dilakukan adalah kraniotomi evakuasi EDH.

IV.

Analisis Masalah dan Saran Solusinya Setelah dilakukan penanganan terhadap Iqbal, maka di temukan peningkatan kesadaran kembali menjadi compos mentis dan memiliki prognosa dubia et bonam apabila di lakukan penatalaksanaan secara baik dan tepat. Saran solusinya adalah pasien sudah ditangani sesuai prosedur, jadi tidak lagi diperlukan pemberian saran solusi terhadap masalah tersebut.

V.

Daftar referensi -Brain Injury Association of America. Types of Brain Injury.

Http://www.biausa.org [diakses 23 April 2013) -Corwin, Elizabeth J.. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC -Dewanto, George. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC -Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. 2005. Cedera Kepala. Jakarta : Deltacitra Grafindo. Jakarta.

B. Evaluasi I. Hal-hal Positif Dapat menambah ilmu, pengalaman, serta dapat melihat langsung pasien dengan trauma kepala. Keluaga pasien sangat ramah ketika kami melakukan kunjungan.

II. Hal-hal Negatif Selama hospital tour tidak banyak hal-hal negatif yang kami dapatkan, kendalanya hanya terdapat pada saat mengunjungi pasien rawat inap, mahasiswa yang terlalu banyak terdiri dari dua kelas dengan satu tutor membuat suasana kurang nyaman dan kurang efektif.

TRAUMA KEPALA
OLEH : A-01
ABDUL HAMID AMARTA ALI ARIKAH NADIAH ULFAH DIANA LIZA MERISA FARHAN MARZUKI ICA RIZKI YANDA IKRAM ISNANIL HUSNA LAURA NINGSIH PUTRI NOVRISA REZA ARSALAN RINI SASQIA PUTRI HARAHAP SITTI SARAH PHONNA (1007101010154) (1007101010095) (1007101010130) (1007101050036) (1007101050035) (1007101050001) (1007101050083) (1007101050039) (1007101010090) (1007101010115) (1007101010125) (1007101050089)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2013

Anda mungkin juga menyukai