Disusun Oleh:
G0009001
G0009039
G0009065
DWI RACHMAWATI H
G0009073
G0009077
FARIDA NUR K
G0009117
KRISTIANA MARGARETA
G0009149
G0009157
G0009175
G0009177
RADEN ARTHESWARA S.
G0009213
FAKULTAS KEDOKTERAN
BAB II
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
JUMP I
Memahami skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam
skenario.
Golongan Penicillin
menghambat
pembentukan
sudah
auskultasi
tidak
sehingga
terdengar
hanya
melalui
didapatkan
sistole.
Radang tenggorokan akut
Jump II
Menentukan/mendefinisikan permasalahan.
1. Apakah indikasi dokter memberikan injeksi Penicillin ?
2. Mengapa pada sepuluh menit setelah injeksi Penicillin pasien mengalami
syok anafilaksis ?
3. Bagaimanakah prosedur pemberian injeksi Penicillin yang sesuai dengan
bioetik?
4. Bagaimana intepretasi dari hasil pemeriksaan vital sign ?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya gejala klinis yang dialami pasien pada
skenario ?
6. Bagaimana penatalaksanaan kasus syok pada pasien dalam skenario?
7. Apakah indikasi merujuk pasien dalam keadaan syok?
Jump III
Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenaai
permasalahan (tersebut dalam langkah 2).
A. Syok Anafilaksis
1. Definisi
Definisi yang tepat untuk anafilaksis tidak penting dalam
penangananan reaksi anafilaksis. The European Academy of
Allergology and Clinical Immunology Nomenclature Committee
mengusulkan definisi secara luas yaitu
yang
dilepas
basofil.
Histamin
memberikan
efek
3 . Patofisiologi
Reaksi anafilaksis timbul bila sebelumnya telah terbentuk IgE spesifik
terhadap alergen tertentu. Alergen yang masuk kedalam tubuh lewat kulit,
mukosa, sistem pernafasan maupun makanan, terpapar pada sel plasma dan
menyebabkan pembentukan IgE spesifik terhadap alergen tertentu. IgE spesifik
ini kemudian terikat pada reseptor permukaan mastosit dan basofil. Pada
paparan berikutnya, alergen akan terikat pada Ige spesifik dan memicu
terjadinya reaksi antigen antibodi yang menyebabkan terlepasnya mediator
yakni antara lain histamin dari granula yang terdapat dalam sel. Ikatan antigen
pembuluh
darah
koroner
sedangkan
stimulasi
reseptor
H2
sekresi
mediator
sekunder
dari
netrofil,eosinofil
dan
5. Manifestasi klinik
Walaupun gambaran atau gejala klinik suatu reaksi anafilakis berbedabeda gradasinya sesuai berat ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat
sensitivitas seseorang, namun pada tingkat yang berat barupa syok anafilaksis
gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan respirasi.
Kedua gangguan tersebut dapat timbul bersamaan atau berurutan yang
kronologisnya sangat bervariasi dari beberapa detik sampai beberapa jam.
Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul makin berat keadaan penderita.
a. Sistem pernafasan
b. Sistem sirkulasi
dua faktor, pertama akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer dan
kedua akibat meningkatnya permeabilitas dinding kapiler sehingga selain
resistensi pembuluh darah menurun, juga banyak cairan intravaskuler yang
keluar keruang interstitiel (terjadi hipovolume relatif). Gejala hipotensi ini
dapat terjadi dengan drastis sehingga tanpa pertolongan yang cepat segera
dapat berkembang menjadi gagal sirkulasi atau henti jantung.
c. Gangguan kulit
10
a)
b)
c)
2) Aminofilin
Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila bronkospasme belum hilang
dengan pemberian adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama
10 menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila
dianggap perlu.
3) Antihistamin dan kortikosteroid.
Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat tersebut kurang
manfaatnya pada tingkat syok anafilaksis, sebab keduanya hanya mampu
menetralkan chemical mediators yang lepas dan tidak menghentikan produksinya.
Dapat diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna mencegah komplikasi
12
selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa
digunakan adalah difenhidramin HCl 5 20 mg IV dan untuk golongan
kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5 10 mg IV atau hidrocortison
100 250 mg IV.
b. Terapi supportif
Terapi atau tindakan supportif sama pentingnya dengan terapi medikamentosa
dan sebaiknya dilakukan secara bersamaan.
1) Pemberian Oksigen
Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi, pemberian Oksigen
3 5 ltr / menit harus dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim tindakan
trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
2) Posisi Trendelenburg
Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat
(diganjal dengan kursi ) akan membantu menaikan venous return sehingga
tekanan darah ikut meningkat.
3) Pemasangan infus.
Jika semua usaha-usaha diatas telah dilakukan tapi tekanan darah masih
tetap rendah maka pemasangan infus sebaiknya dilakukan. Cairan plasma
expander (Dextran) merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume
intravaskuler secepatnya. Jika cairan tersebut tak tersedia, Ringer Laktat atau
NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai cairan pengganti. Pemberian cairan infus
sebaiknya dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal dan stabil.
4) Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP)
Seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka prosedur resusitasi
kardiopulmoner segera harus dilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan
seterusnya. Mengingat kemungkinan terjadinya henti jantung pada suatu syok
13
anafilaksis selalu ada, maka sewajarnya ditiap ruang praktek seorang dokter
tersedia selain obat-obat emergency, perangkat infus dan cairannya juga perangkat
resusitasi(Resucitation kit ) untuk memudahkan tindakan secepatnya.
7.Pencegahan
a. Kewaspadaan
Tiap penyuntikan apapun bentuknya terutama obat-obat yang telah
dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin, anestesi lokal dll ) harus selalu
waspada untuk timbulnya reaksi anfilaktik.Penderita yang tergolong resiko tinggi
(ada riwayat asma, rinitis, eksim, atau penyakit-penyakit alergi lainnya) harus
lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba menyuntikan obat yang sama bila
sebelumnya pernah ada riwayat alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti
dengan preparat lain yang lebih aman.
b. Test kulit
Test kulitmemang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum pemberian
obat bagi penderita yang dicurigai. Tindakan ini tak dapat diandalakan dan
bukannya tanpa resiko tapi minimal kita dapat terlindung dari sanksi hukum. Pada
penderita dengan resiko amat tinggi dapat dicoba dengan stracth test dengan
kewaspadaan dan persiapan yang prima.
c. Pemberian antihistamin dan kortikosteroid .
Sebagai pencegahan sebelum penyuntikan obat, juga merupakan tindakan
yang aman, selain itu hasilnyapun dapat diandalkan (Tanra, 2012).
d. Pengetahuan, keterampilan dan peralatan.
Early diagnosis dan early treatment secara lege-artis serta tersedianya obatobatan beserta perangkat resusitasi lainnya merupakan modal utama guna
mengelola syok anafilaksis yang mungkin tidak dapat dihindari dalam praktek
dunia kodokteran (Tanra, 2012).
14
B. Penisilin
Penisilin (PCN kadang-kadang disingkat atau pena) adalah sekelompok
antibiotik berasal dari jamur Penicillium. Antibiotik penisilin secara historis
penting karena mereka adalah obat pertama yang efektif melawan penyakit yang
sebelumnya serius seperti sifilis dan infeksi Staphylococcus. Penisilin masih
banyak digunakan saat ini, meskipun banyak jenis bakteri resisten sekarang.
Semua penisilin adalah Beta-laktam antibiotik dan digunakan dalam pengobatan
infeksi bakteri yang disebabkan oleh rentan, biasanya berjenis Gram-positif,
organisme. Istilah "penisilin" juga dapat merujuk pada campuran zat yang secara
alami, dan organik, diproduksi. Istilah "penam" digunakan untuk menggambarkan
kerangka inti dari anggota sebuah antibiotik penisilin. Kerangka ini memiliki
rumus molekul RC
11
beragam. Penisilin yang normal memiliki berat molekul 313-334 g / mol (yang
terakhir untuk penisilin G). Penisilin dengan jenis kelompok molekul tambahan
yang terpasang mungkin memiliki massa molar sekitar 500 g / mol. Sebagai
contoh, kloksasilin memiliki massa molar dari 476 g / mol dan dicloxacillin
memiliki massa molar 492 g / mol. Penisilin merupakan kelompok antibiotika
Beta Laktam yang telah lama dikenal. Pada tahun 1928 di London, Alexander
Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin yang satu dekade
kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk
penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan
Penisilin lebih banyak. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam
Penisilin alam dan Penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan
cara mengubah struktur kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti
Penisilin. Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana
asam sehingga Penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin
lain hilang aktivitasnya bila dipengaruhi enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang
memecah cincin Betalaktam. ( Tanu, 2009)
15
ada
pengaruhnya
hanya
bakteriostatik
(menghambat
17
4. Penggunaan Klinik
a.Infeksi kuman gram positif
Kuman dalam bentuk kokus seperti Pneumonia, Meningitis,
Endokarditis, Otitis Media akut dan Mastoiditis, juga infeksi
Stafilokokus. Kuman dalam bentuk batang seperti Difteria, Klostridia,
Antraks, Listeria, Erisipeloid.
b.Infeksi kuman gram negatif
Kuman dalam bentuk kokus seperti infeksi Meningokokus,
Gonore, infeksi Gonokokus di ekstragenital, juga Sifilis. Kuman dalam
bentuk batang seperti pada infeksi Salmonella dan Shigelia,
Haemophilus influenzae, P. multocida.
5. Hal yang perlu diperhatikan sewaktu menggunakan antibiotika
Penisilin :
a. Amati tanda-tanda alergi Penisilin, seperti ruam atau gatal, yang timbul
dalam waktu 20 menit (atau setelah beberapa hari). Waspadalah terutama
bila terjadi kesulitan bernafas, rasa tercekik, pusing, cemas, lemah, dan
berkeringat. Laporkan segera pada dokter gejala-gejala tersebut.
b. Minumlah semua obat anda, walaupun anda sudah merasa sembuh,
menghentikan pengobatan lebih awal dapat menyebabkan kekambuhan.
c. Jika anda lupa minum obat satu dosis, minumlah segera mungkin. Lalu
jarak minum dosis obat yang tersisa pada hari itu diperpendek semuanya
untuk memperbaiki dosis yang terlupa. Penisilin bekerja efektif bila kadar
Penisilin dalam tubuh anda tetap.
d. Hindari makanan yang asam (jeruk asam, vitamin c) yang akan
mengurangi keefektifan Penisilin.
18
Adrenalin subcutan
Absorbsi lambat namun konstan karena terjadi vasokonstriksi pada
jaringan sekitar, sehingga perlu dilakukan pemijatan.
2.
Adrenalin Intramuscular
Pemberian secara intramuskuler merupakan pilihan pertama dari
cara pemberian adrenalin pada penatalaksanaan syok anafilaktik.
Adrenalin
memiliki
onset
yang
cepat
setelah
pemberian
3.
Adrenalin Intravena
100
mcg/menit
dan
dihentikan
jika
respon
dapat
20
4.Tehnik Operasi
a. Siapkan kulit pergelangan kaki dengan larutan antiseptik dan tutup
daerah lapangan operasi dengan duk steril atau bisa juga daerah
femoral atau di lengan penderita.
b. Lakukan anestesi infiltrasi pada kulit dengan lidokain 0.5%.
c. Insisi kulit melintang setebalnya dibuat di daerah anestesia sepanjang 2.5
cm.
d. Diseksi tumpul, dengan menggunakan klem hemostat yang lengkung, vena
diidentifikasi dan dipotong dan dibebaskan dari semua jaringan disekitarnya.
e. Angkat dan diseksi vena tsb sepanjang kira-kira 2cm untuk melepaskannya
dari dasar.
f. Ikat vena bagian distal, dan mobilisasi vena, tinggalkan jahitan di tempat
untuk ditarik (traction).
g. Pasang pengikat keliling pembuluhnya, arah cephalad
h. Buat venotomi yang kecil melintang dan dilatasi perlahan-lahan dengan ujung
klem hemostat yang ditutup.
i. Masukkan kanul plastik melalui venotomi dan ikat dengan hgasi proksimal
keliling pembuluh dan kanul. Kanul harus dimasukkan dengan panjang yang
cukup untuk mencegah terlepas.
j. Sambung pipa intravena dengan kanul dan tutuplah insisinya dengan jahitan
interupsi.
k. Pasang pembalut steril dengan salep antibiotik topikal.
5.Komplikasi Operasi
Komplikasi yang terjadi adalah perdarahan. Hal ini dapat diatasi
dengan penggunaan bebat tekan. Komplikasi lain adalah infeksi baik flebitis
maupun selulitis, untuk menanganinya cabut kateter, kompres hangat, serta
elevasikan tungkai, serta berikan antibiotik jika perlu. Komplikasi lain adalah
21
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Gastrointestinal
Sistem Integumentum
Pasien
Sistem Muskuloskeletal
Pertolongan Pertama
22
Dasar Penanganan
Pasien Gawat Darurat
Jump V
Merumuskan tujuan pembelajaran
1.
2.
Mampu
Mampu
darurat
4.
5.
6.
Jump VI
Mengumpulkan informasi baru (belajar mandiri)
Jump VII
Melaporkan, membahas, dan menata kemabali informasi baru yang telah
diperoleh
Seorang pasien laki-laki usia 20 tahun
tenggorokan sejak 5 hari yang lalu, didiagnosa radang tenggorok akut. Tenggorok
23
24
25
26
27
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Pasien mengalami syok anafilaksis karena alergi terhadap antibiotik
Penicillin.
2. Anamnesis dan skin prick test dapat memperkecil kemungkinan pasien
alergi terhadap obat yang akan diberikan dokter.
3. Informed
consent
serta
obat-obatan
yang
digunakan
sebagai
2.
3.
28
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (2009). Treatment of
Anaphylaxis, Preparedness and Prevention.
http://www.aaaai.org/professionals/treatment_anaphylaxis.pdf. (06 Mei
2012)
Apilistyawati, Anastasia (2009). Penggunaan Adrenalin dalam Pengobatan
Anafilaksis.
http://yosefw.wordpress.com/2009/03/19/penggunaan-
Shock (1997). Advanced Trauma Life Support Student Course Manual 6th Edition.
Chicago : American College of Surgeons.
30